Anda di halaman 1dari 2

Kelompol 1:

1. Nurdiana Faizatul I.
2. Nur Darina
3. Sinta Amanatul Laili
4. Chafidz Al Azhar
5. Indah Puspita Sari
6. M. Thoriq Syihab

Menganalisis Pasal-pasal Kontroversi RUU Ketahanan Keluarga

1. Pasal 24
Pada Pasal 24 RUU ini menguraikan kewajiban suami istri untuk saling
mencintai, menghormati, menjaga kehormatan, setia, serta memberi bantuan lahir dan
batin yang satu kepada yang lain. Pasal ini sesuai dengan asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yaitu asas pengayoman karena pada pasal ini mampu mewujudkan
ketentraman dan juga perlindungan dalam berkeluarga. Dan juga pada pada ayat (3)
menunjukkan asas kesamaan kedudukan dalam hukum.
2. Pasal 25
Pasal 25 ayat (2) dan Pasal 25 ayat (3) hak dan kewajiban suami istri jelas
berbeda. Suami banyak memiliki kewenangan dalam keluarga, sedangkan istri hanya
seperti mengurusi urusan rumah tangga dan menjaga keutuhan keluarga. Hal ini
mengalami diskrimasi gender, karena lebih menekankan kepada suami. Padahal pada
pasal 24 ayat (3) dijelaskan suami istri memiliki kedudukan yang sama, misal istri juga
diperbolehkan bekerja untuk membantu perekonomian keluarga
3. Pasal 31
Dalam pasal ini kami setuju dengan tidak memperbolehkan proses menggunakan
donor dari sperma, Pelarangan itu bukan hanya karena alasan norma agama masyarakat
Indonesia. Donor sperma bisa menimbulkan berbagai risiko yang tidak diinginkan.
Risiko lainnya, donor sperma biasanya tidak hanya diberikan kepada satu wanita.
Dengan begitu, jika empat wanita mendapat sperma dari donor yang sama, maka anak
mereka akan memiliki kesamaan genetik, karena berasal dari satu ayah.
Bahayanya, jika anak tumbuh dewasa dan menikah dengan seseorang yang
ternyata berasal dari satu sperma yang sama, maka berisiko tinggi memiliki keturunan
yang cacat. Pelarangan donor sperma maupun sel telur juga telah diatur dalam Undang-
undang tentang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah tentang
Kesehatan Reproduksi nomor 41 tahun 2014.
4. pasal 32
Tentang pelarangan surogasi, menurut kami ini sesuai dengan asas pembentuk
perundang-undangan yaitu asas kebangsaan dan bineka tunggal ika, karena tujuan pasal
ini menjaga kejelasan asal-usul keturunan sesuai dengan nilai norma agama. Karena itu,
pasal ini mengatur dengan tegas larangan surogasi.
pada dasarnya ketentuan pasal terkait larangan surogasi ini sesuai dengan UU
Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, pasal 1320 KUHPerdata sekaligus dengan
memperhatikan fatwa MUI yang melarang praktek-praktek itu.
5. Pasal 36-37
Menurut kami dalam pasal ini sangat bertentangan, karena pemerintah terlalu
ikut campur terlalu dalam ke ranah kehidupan masyarakat terutama dalam kehidupan
berkeluarga.

Anda mungkin juga menyukai