Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL BELAJAR PERTEMUAN KE 2

Nama Shela Aprilia Pratiwi


NIM 190711637271
Pertemuan ke 2
Hari/Tanggal 15 Februari 2021
Materi Kuliah 1. Kedudukan Hukum Islam dalam ilmu hukum
2. Perkembangan studi Hukum Islam di Eropa dan Amerika
3. Perlunya mempelajari Hukum Islam di Indonesia
4. Perlunya mempelajari Hukum Islam bagi mahasiswa PPKn
Sumber Pustaka 1. Ali, M. D. 2006. HUKUM ISLAM: Pengantar Ilmu Hukum
dan Tata Hukum Islam di Indonesia. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
2. Rusydi, M. 2016. Dinamika Studi Islam Di Barat.
Studia Insania. Vol. 4 hal. 57-68, No. 1 ISSN 2088-6303.
3. Ethan, A. 2020. Implikasi Hukum Islam Bagi Mahasiswa
Hukum. DOI: 10.13140/RG.2.2.32198.70727
4. Mundzir, M dan Aziz, M. 2018. Studi Islam di Barat;
Antara Kolonialisasi Ilmu Pengetahuan Dan Academic
Oriented. AL HIKMAH Jurnal Studi Keislaman. Volume 8,
Nomor 2.
5. Syafei, H. R. 2000. Hukum Islam Sebagai Dasar Hukum
Universal Dalam Sistem Pemerintahan Modern. Mimbar
No. 4 Th.XVI.
6. Rohidin. 2016. PENGANTAR HUKUM ISLAM Dari
Semenanjung Arabia hingga Indonesia. Lintang Rasi
Aksara Books. Edisi 1. Bantul DI Yogyakarta.
7. Pasaribu, M. 2020. Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem
Civil Law Dan Sistem Common Law. JUSTITIA : Jurnal
Ilmu Hukum dan Humaniora. Vol. 7 No. 1.
8. Khalik, S. 2015. Sejarah Perkembangan Islam Di Amerika.
Al-Daulah. Vol. 4 / No. 2.
9. Ali, M. 2010. Studi Islam di Barat Kontemporer. Prisma.
Vol 29, No. 4.
10. Jayus, M. 2013. Menggagas Arah Baru Studi Hukum
Islam Di Indonesia. AL-‘ADALAH. Vol. XI, No. 2.

Catatan Hasil Belajar:


1. Kedudukan Hukum Islam dalam ilmu hukum
Di dalam Islam hukum dipandang sebagai bagian dari ajaran dan norma-norma
hukum yang bersumber dari agama. Sehingga menyebabkan konsep hukum Islam berbeda
dengan konsep hukum pada umumnya, khususnya hukum modern. Umat Islam meyakini
bahwa hukum Islam berdasarkan wahyu ILLAHI atau biasa disebut Syariah, yang berarti
jalan yang digariskan ALLAH SWT untuk manusia. Hukum Islam merupakan istilah khas di
Indonesia, sebagai terjemahan dari al-fiqh al-islam atau dalam konteks tertentu yaitu dari as-
syariah al-islamy. Dalam literatur barat hukum Islam disebut dengan Islamic Law.
Berdasarkan literatur barat tersebut hukum Islam adalah keseluruhan kitab Allah yang
mengatur kehidupan setiap muslim dalam segala aspeknya.
Didalam penyebutannya hukum Islam sering dipakai sebagai terjemahan dari Syariat
Islam atau Fiqih Islam. Apabila Syariat Islam diterjemahkan sebagai hukum Islam (hukum in
abstarcto), dipahami dalam makna sempit. Kajian Syariat Islam meliputi aspek i’tiqadiyah,
khuluqiyah, dan amal Syariah. Sedangkan bila hukum Islam merupakan terjemahan dari
Fiqih Islam, maka termasuk ke dalam bidang kajian Ijtihad yang bersifat dzanni. Pada bagian
lain penyebutan hukum Islam sering dan bahkan selalu dihubungkan dengan legalitas formal
suatu negara, baik yang telah terdapat di dalam kitab-kitab fiqih maupun yang belum. Hal ini
menunjukkan bahwa kedudukan fiqih Islam bukan lagi sebagai hukum Islam in abstracto
(tataran fatwa atau doktrin) melainkan sebagai hukum Islam in concerto (tataran penerapan
atau pembumian). Secara formal hukum Islam telah dinyatakan berlaku sebagai hukum
positif, dimana berarti bahwa aturannya bersifat mengikat dalam suatu negara.
Hukum Islam telah lama menjadi sistem hukum, terutama didalam sistem hukum
nasional. Hal ini dapat dilihat dari teori Reception in Complexcu yang dikemukakan oleh
L.W.C. Van De Breg bahwa hukum Islam sepenuhnya telah diterima oleh umat islam sejak
adanya kerajaan Islam sampai masa awal VOC. Dimana Belanda masih belum mencampuri
semua persoalan hukum yang berlaku di Masyarakat. Selain itu ditandai dengan adanya
realisasi dari tuntutan dijadikannya hukum Islam menjadi salah satu bahan rujukan dan
sumber dari pembentukan hukum nasional, fakta menunjukkan sudah begitu banyak unsur-
unsur hukum Islam masuk dalam produk legislatif terutama sejak masa orde baru. Sehingga
dengan kata lain bahwa sistem hukum Islam adalah sistem hukum yang hidup di dalam
masyarakat Indonesia, baik yang bersifat normatif maupun yuridis formal, bentuk konkretnya
bisa berupa Undang-Undang, fatwa ulama dan yurisprudensi.
Sesuai dengan tujuannya bahwa hukum Islam datang untuk kebaikan manusia semata,
sesuai dengan fitrah dan kodratnya dimana sangat menganjurkan berbuat kebaikan, dan
melarang perbuatan yang merusak. Sehingga hukum Islam banyak mewarnai hukum positif
di Indonesia, seperti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat dan sebagainya.

Didalam ilmu hukum, hukum Islam berkedudukan hampir sama dengan jenis hukum
lainnya yaitu saling memberikan kontribusi dan melengkapi terhadap masing-masing jenis
hukum tersebut. Sebagai contoh hukum Islam pada dasarnya hampir sama dengan Civil Law
yang lebih mengutamakan kepastian hukum (positivisme), hal ini dikarenakan sumber hukum
Islam lahir dari wahyu Ilahi dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang kebenarannya mutlak.
Akan tetapi sistem hukum Islam dalam pelaksanaannya di Indonesia menerima sistem Civil
Law, hal ini dapat dilihat pada pasal 362 KUHP bahwa pencurian itu dihukum dengan
maksimal 5 (lima) tahun penjara, sementara dalam Hukum Islam diatur bahwa apabila terjadi
pencurian, maka hukumannya “dipotong tangan”, sesuai dengan Surat Al-Maidah ayat 38.
Hal ini berhubungan dengan kenyataan bahwa Indonesia bukan negara yang berdasarkan
Agama Islam, maka hukum yang hidup (living law) dan diterima oleh masyarakat Indonesia
adalah hukuman yang ditetapkan oleh Hukum Pidana (KUHP) dengan hukuman 5 tahun.
2. Perkembangan studi Hukum Islam di Eropa dan Amerika
 Perkembangan studi Hukum Islam di Eropa
Pada mulanya agama Islam masuk ke Eropa pertama kali di Spanyol pada
tahun 93 H (711 M) melalui Afrika Utara dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
Sebelum masuk ke Spanyol, terlebih dulu umat Islam berhasil menguasai Afrika
Utara dan menjadikannya salah satu provinsi Dinasti Bani Umayyah. Sehingga tidak
heran bila Spanyol menjadi awal tonggak peradaban Islam di Eropa. Lebih dari 7 abad
umat Islam mencapai masa kejayaan termasuk kemajuan intelektual yang melahirkan
hukum-hukum Islam. Hal ini menyebabkan banyak bermunculan para ahli untuk
mengkaji Islam lebih mendalam. Para ahli ini dikenal dengan sebutan orientalis. Hal
inilah yang menyebabkan kajian hukum Islam semakin digeluti hingga sekarang dan
tidak sedikit kelompok orientalis menghasilkan karya magnum opus yang sangat
berguna bagi umat Islam untuk memahami kembali hukum Islam. Namun pada
mulanya para orientalis mengkaji studi keislaman berkecenderungan kolonial.
Contohnya Philip K. Hitti dengan karyanya Islam and The West. Hitti beranggapan
bahwa Islam tidak lain adalah warisan Yahudi-Kristen yang diarabisasikan. Di dalam
bukunya diuraikan ungkapan bahwa “sumber-sumber alquran itu jelas dari orang-
orang kafir Kristen, Yahudi dan Arab. Nabi Muhammad memiliki dua orang budak
dari Habsyi (Ethiopia sekarang) yaitu muadzin beliau, Bilal, dan anak angkat beliau
Zaid…”. Jadi seakan-akan ada anggapan bahwa Bilal dan Zaid yang berasal dari
Habsyi yang memiliki tradisi Kristen yang bisa saja memberikan informasi tentang
tradisi tersebut kepada Nabi Muhammad sehingga menjadi sebagian ayat-ayat yang
ada di dalam alquran, terutama yang berkaitan dengan tradisi Kristen.
Akan tetapi sekarang studi sejenis terus berlanjut dengan nuansa yang lebih
baik yakni bernuansa ilmiah akademis (objektif). Sehingga arah baru dalam
memahami hukum Islam, mulai dikembangkan. Maka muncullah pendekatan-
pendekatan baru yang disebut dengan pendekatan post-orientalisme yaitu pendekatan
yang berupaya membaca teks-teks dasar keislaman dengan analisis-analisis pemikiran
kontemporer yang cenderung melampaui batas-batas disiplin dan wilayah (region)
tertentu.

 Perkembangan studi Hukum Islam di Amerika


Tidak ada sumber resmi yang dapat membuktikan mengenai awal mula
kedatangan Islam di Amerika, meski demikian beredar rumor bahwa Columbus
dengan sukses mendarat di Benua Amerika atas jasa muslim dan petunjuk arah
berkebangsaan Maroko yang dibeli jasanya. Seorang ahli Geografi Muslim mencerita
kan bahwa jauh sebelum Columbus menemukan Benua Amerika, delapan orang ahli
pelayaran muslim telah menemukan serangkaian perjalanan dari Lisabon untuk
menemukakan beberapa daerah yang ada di sekitar Atlantik. Namun informasi
tersebut banyak ditentang oleh para ahli sejarah dan diklaim sebagai berita yang tidak
memiliki landasan argumentasi sejarah yang kuat. Sebaliknya para ahli kemudian
tidak membantah bila telah terjadi migrasi muslim ke Amerika antara abad ke XVI
sampai XVIII.
Sumber lain semakin menguatkan anggapan tersebut dengan menyatakan
bahwa penduduk muslim pertama kali bermigrasi ke Amerika sekitar tahun 1875 dan
1912 dari pelosok Suriah. Migran Muslim di Amerika telah memberi pengaruh
terhadap faktor demografi Amerika, politik, ekonomi dan perdagangan. Migrasi yang
terjadi pada tahun 1875 hingga 1912 didominasi oleh pemuda desa yang tidak
terpelajar dan tidak mempunyai keterampilan. Mereka berasal dari Syiria, Jordania,
Palestina dan Lebanon yang ketika pada masa itu masih berada di bawah
pemerintahan Utsmani. Mereka bermigrasi karena keadaan ekonomi di negerinya
tidak menguntungkan dan mereka berharap mendapat keuntungan finansial di
Amerika Serikat pada umumnya mereka bekerja di pabrik-pabrik dan toko-toko di
sana. Kesuksesan migrasi ini menyebabkan banyak munculnya gelombang migrasi
lainnya sehingga menyebabkan banyaknya umat muslim di Amerika.
Ada yang unik dengan perkembangan Islam di Amerika, hal itu terletak pada
ruang lingkup aliran-aliran dalam Islam yang cukup kondusif untuk berkembang.
Misalnya aliran Syi’ah. Menurut yang ditulis John L. Esposito bahwa komunitas
Syī'ah memperoleh pengakuan tersendiri dari penduduk muslim dan dapat diterima
dengan mudah terutama di masjid-masjid besarnya yang terletak di New York,
Detroit, Washingtong, Los Angles, dan Chicago, serta sejumlah kota besar di Kanada.
Hal ini menjadikan Islam semakin mudah mendapat tempat dan keamanan sehingga
melahirkan munculnya studi-studi keislaman.
Di Amerika, studi-studi Islam pada umumnya menekankan pada studi sejarah
Islam, bahasa-bahasa Islam selain bahasa arab, sastra dan hukum serta ilmu-ilmu
sosial, berada dipusat studi Timur Tengah atau Timur dekat. Kajian studi Islam telah
lama menjadi sebuah kebutuhan di lembaga-lembaga perguruan tinggi di Amerika
Serikat. Salah satu penggagas kajian Islam di Amerika Serikat ialah Prof. Mahmud
Ayyub. Prof. Mahmud Ayyub menggagas kajian Islam di Temple University. Selain
di Temple University, studi Islam juga banyak ditemukan di lembaga-lembaga lain
contohnya di UCLA (University of California Los Angles). Di UCLA UCLA
(University of California Los Angles) studi Islam dibagi kepada komponen-
komponen. Pertama, mengenai doktrin agama Islam, termasuk sejarah pemikiran
Islam. Kedua, bahasa arab termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum dan
lain-lain. Ketiga, bahasa-bahasa non arab yang muslaim, sperti Turki, Urdu, Persia,
dan sebagainya. Sebagai bahasa yang dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan
Islam. Kempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah, bahasa arab, sosiologi dan semacamnya

3. Perlunya mempelajari Hukum Islam di Indonesia

Negara Indonesia sebagai negara yang mayoritas didiami oleh masyarakat beragama
Islam. Tidak heran bila hukum Islam berperan penting dalam ikut berkontribusi dalam
mengatur, membatasi, dan melindungi hak asasi warganya serta untuk menjamin
kelangsungan keseimbangan dalam hubungan antar warganya. Sebagai warga negara yang
baik terkhusus beragama Islam kita perlu mengetahui lebih dalam apa itu syariah dan fikih,
dimana meliputi mengenai pengertian, perbedaan antara keduanya, dan contoh syariah dan
aplikasinya dalam fikih. Sehingga mempelajari dan memahami mengenai syariah dan fikih
menjadi sangat penting, karena tanpa pemahaman mengenai keduanya, maka akan sering kali
terjadi kekeliruan yaitu menyamakan antara syariah dan fikih. Bahkan dampak terburuknya
berpotensi menimbulkan konflik, misalnya terkait dengan gerakan sholat, penentuan hari
raya, dan sebagainya. Oleh sebab itu, mempelajari Hukum Islam sangatlah penting dan
berharga.

4. Perlunya mempelajari Hukum Islam bagi mahasiswa PPKn

Hukum Islam menjadi studi yang hampir semua Universitas-Universitas di Indonesia


bahkan di dunia tersedia, tidak terkecuali bagi Program Studi PPKn. Hal ini bertujuan untuk
menjelaskan dan menerangkan kembali aspek-aspek yang terdapat pada hukum islam itu
sendiri. Dan untuk menerangkan hubungan hukum yang terjadi antara hukum islam dengan
hukum-hukum lain yang ada di Indonesia. Sehingga diharapkan setiap mahasiswa, terkhusus
mahasiswa PPKn mengerti dan memahami aspek-aspek yang terdapat pada hukum islam dan
hubungan hukum yang terjadi antara hukum islam dengan hukum-hukum lain yang ada di
Indonesia. Hal ini secara tidak langsung akan menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum
Nantinya pemahaman tersebut dapat memberikan pencerahan ketika diterapkan saat berada di
dalam masyarakat. Sehingga diharapkan di dalam masyarakat tidak lagi terjadi pemahaman
tentang islam akibat masyarakat sering menyamakan ajaran islam dan hukum-hukumnya
dengan agama-agama lain.

Anda mungkin juga menyukai