Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PAPER MK TEKNOLOGI PASCA PANEN

SISTEM TEKNOLOGI PASCA PANEN PANEN PIR (Pyrus communis)

Kelompok 2:
Beni Noverdiyansyah (20210210047)
Aldo Ari Herdiansyah (20210210055)
Muhammad Afuza F A (20210210073)
Rakean Achmad Zidan (20210210084)
Rifa Abdullah (20210210090)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
Buah-buahan merupakan bahan pangan yang mengandung vitamin, serat dan
mineral di dalamnya baik bagi tubuh manusia. (Hermina and S 2016). Buah pir adalah
buah yang mengandung serat yang baik untuk pencernaan manusia (Harahap, Zaenab,
and Waluyo 2020). Namun perlu diketahui bahwa di dalam buah pir yang terlihat
baik-baik saja tidak dapat dipungkiri dapat menimbulkan bakteri yang menyebabkan
penyakit jika tidak ditangani dengan baik. 
Buah pir hijau merupakan salah satu buah yang belum banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia. Pir hijau memiliki karakteristik yang sangat manis, lembut
dan berair. Selain itu juga pada buah pir terkandung seperti serat pangan (dietary
fiber), vitamin C, vitamin E, provitamin A/karotenoid, tembaga, kalsium, fosfor,
niasin, dan hidrogen peroksida yang baik untuk gigi (Hakim, 2010). Mutu buah pir
juga dipengaruhi oleh kegiatan penanganan pascapanen yang tidak sesuai. Produk
yang telah dipanen mengalami berbagai macam bentuk seperti hilangnya suplai
nutrisi, kehilangan susut berat, dan terserang bakteri. Seiring dengan perkembangan
jaman sekarang konsumen menginginkan buah dikonsumsi dalam kondisi segar dan
mudah dalam hal pendistribusian ke konsumen (King dan Bolin, 2010). 
Salah satu teknologi yang potensial, prospektif dan ramah lingkungan dalam
penanganan hasil pertanian adalah pemanfaatan teknologi ozon. Ozon diaplikasikan
pada tahap perlakuan pencucian yaitu dengan cara melarutkan ozon dalam air.
Pemanfaatan teknologi ozonisasi sangat menguntungkan dan potensial untuk
dikembangkan karena murah (low cost), mudah dalam pengoperasiannya (easy
process), aman (safety) dan ramah lingkungan (eco friendly) (Suprapto, 2021).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, timbul permasalahan yaitu:
1. Apa penyebab terjadinya kerusakan pada komoditas buah pir?
2. Bagaimana mengatasi kerusakan yang terjadi pada komoditas buah pir?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada komoditas buah pir


2. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi kerusakan yang terjadi pada
komoditas buah pir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pir Hijau (Pyrus communis)

Pir Packham atau yang biasa di sebut masyarakat indonesia sebagai pir hijau
adalah varietas Australia yang merupakan anggota keluarga Rosaceae bersama
dengan aprikot dan apel. Pir ini juga dikenal sebagai Packham's Triumph, pir
Packham adalah persilangan antara dua pir Inggris, yaitu pir Williams lebih dikenal
sebagai pir bartlett di Amerika Serikat, dan uvedale st. pir jerman. Pir Packham
dinamai menurut penciptanya yaitu Charles Packham dan dibuat dengan tujuan
mengembangkan varietas yang matangnya terlambat. Pir Packham memiliki musim
yang sangat panjang dan dikenal karena rasanya yang manis dan konsistensinya yang
halus.
Menurut Adiyanto, (2009), menyebutkan klasifikasi Buah Pir sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophita
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Pyrus
Spesies : Pyrus communis
Pir Packham awalnya dikembangkan di Molong, sebuah kota di New South
Wales, Australia pada tahun 1896 oleh Charles Packham. Saat ini pir Packham
terutama ditanam di belahan bumi selatan termasuk Australia, Chili, Argentina, dan
Afrika Selatan, dan dikirim ke seluruh dunia. Buah Pir Packham juga dapat ditemukan
di kebun rumah dan di pasar petani tertentu di Amerika Serikat. Buah Pir hijau
memiliki daging buah yang lembut dan enak dinikmati mentah dan ketika matang,
daging putihnya lembut, halus, licin dan berair. Pir Packham adalah sumber vitamin C
dan serat makanan yang sangat baik.
B. Kerusakan Pasca Panen
Penanganan Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
sejak produk dipanen hingga produk siap dikonsumsi oleh konsumen, baik sebagai
produk segar maupun sebagai produk olahan. Penanganan pascapanen mencakup
pengeringan, pendinginan, pembersihan, penyortiran, penyimpanan, dan pengemasan.
Penerapan teknologi pascapanen pada produk hortikultura berperan tidak hanya untuk
mempertahankan kualitas produk hortikultura dan mengurangi susut kuantitas dan
kualitas, tetapi juga meningkatkan keamanan produk (Ahmad, 2013).
Dalam proses pasca panen tidak jauh dengan adanya kerusakan pasca panen.
Kerusakan pasca panen terjadi akibat pengaruh fisik, kimiawi, mikrobiologi, mekanis
dan fisiologis. Pada komoditi pir, kerusakan yang sering terjadi yakni kerusakan
secara mikrobiologi dan kerusakan fisik. 
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kerusakan Mikrobiologis dan Kerusakan Fisik
Pada buah pir yang kerusakan mikrobiologi dan kerusakan fisik sering terjadi
pada saat proses penyimpanan dan tidak dilakukannya pencucian. Penyakit yang
ditimbulkan pada buah-buah pir tersebut dapat datang dari saat pertama penanganan
pascapanen yang kurang tepat, atau juga terjadi kontaminasi bakteri. Salah satu cara
yang dapat dilakukan dalam penanganan bakteri pada buah pir pada saat pasca panen,
yaitu dengan melakukan sterilisasi menggunakan air yang sudah terozonisasi. Ozon
dalam air menghasilkan H2O2 yang akan berdifusi ke dalam buah dan menonaktifkan
metabolisme sehingga dapat menghambat respirasi (Asgar et al. 2011).
Dalam pelaksanaan sterilisasi pir akibat dari kerusakan pasca panen yang
disebabkan oleh mikroba yaitu munculnya kerusakan berupa kerusakan fisik seperti
umur simpan yang pendek, buah tampak tidak segar dan susut bobot akibat laju
respirasi yang tinggi sebab pir memiliki kandungan air yang tinggi serta kerusakan
mikrobiologi seperti busuk kapang hitam (masa spora hitam pekat) akibat bakteri
Aspergillus niger yang akan menyebabkan kenampakan kulit buah pir menghitam. 
B. Inovasi Sterilisasi dengan Box Ozon
Dalam menyelesaikan kedua permasalahan tersebut maka dapat dilakukan
dengan menggunakan sterilisasi dengan menggunakan box ozon. Menurut Wulandari
et al., (2022) ozon diaplikasikan pada tahap perlakuan pencucian pir yaitu dengan
melarutkan cairan ozon dalam air.

Gambar 1. Box Ozon


Dalam pelaksanaan sterilisasi pir dengan box ozon ini terdapat beberapa
sistem yang diperlukan pada box ozon, yaitu:
1. Power
Power berfungsi sebagai sumber daya listrik yang akan dialirkan pada komponen
berikutnya
2. Saklar
Saklar merupakan perangkat yang digunakan untuk memutus atau
menghubungkan pada jaringan listrik. Komponen tersebut dibuat untuk
menyambungkan antara daya listrik dengan alat box ozon.
3. Tabung ozon 
Tabung ozon ini berfungsi sebagai menyerap gas oksigen dari lingkungan sekitar
4. Power Adaptor
Power adaptor merupakan media pertukaran tegangan arus dalam rangkaian tanpa
mempengaruhi daya listrik total.
5. Ozon Generator
Ozon generator berperan sebagai penyuplai utama gas ozon, dimana gas ozon
diproduksi dari listrik tegangan tinggi dan kutub negatif dan kutub positif terjadi
ikatan listrik sehingga oksigen yang dilewatkan kedalam tabung ozon menjadi aktif
dan dipecah dari O2 menjadi O3 (ozon).
6. Container Box
Container box mempunyai peran sebagai wadah air yang nantinya akan
dimasukkan buah pir ke dalamnya untuk melakukan proses sterilisasi.

Gambar 2. Desain box organisasi air

Berikut merupakan sistem kerja dari beberapa alat sterilisasi box ozon. Sistem
kerja yang ada pada box ozon mempunyai beberapa komponen, seperti proses
pembuatan gas ozon dan sterilisasi buah di dalam container box dengan menggunakan
gas ozon yang telah dibuat. Sistem ini memerlukan suplai daya listrik dengan input
voltage AC 220V. Setelah sistem mendapatkan suplai daya listrik, ozon generator
akan memulai memproses untuk menghasilkan ozon dengan cara mengaktifkan
oksigen kemudian dipecah molekulnya dari O2 menjadi O3. Setelah pembuatan gas
ozon, gas tersebut akan ditampung ke dalam tabung ozon yang kemudian akan
diteruskan melalui selang menuju container box yang telah berisi air. Proses sterilisasi
memerlukan waktu ±15 menit untuk dapat menghasilkan bu ah dengan kondisi yang
telah steril.

Berikut merupakan mekanisasi atau langkah penggunaan box ozon pada buah pir.

Gambar 3. Diagram alur proses sterilisasi


ozon buah pir

Diagram alur di atas merupakan proses pensterilan buah pir, hal pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan buah yang akan disteril. Setelah itu memasukkan buah
pir ke dalam box sterilisasi ozon. Kemudian pembuatan ozon water purifier, box ozon
terlebih dahulu harus disambungkan hingga muncul sebuah gelembung ozon.
Gelembung ozon inilah yang dapat mensterilkan buah dengan dosis 0,45 ppm, maka
proses steril buah dapat berlangsung. Buah pir akan disterilkan selama ±15 menit,
selanjutnya box ozon akan dimatikan dengan melepas saklar.
Dari penelitian yang telah dilakukan Wulandari et al., (2022) hasil buah yang
dicuci dengan ozon dihasilkan tampilan fisik yang lebih segar dan bersih, sedangkan
pada hasil yang tidak dilakukan pencucian menggunakan ozon atau dengan air biasa
memiliki tampilan fisik kurang segar. Ketika dibelah buah yang dicuci menggunakan
ozon warna yang dihasilkan masih putih dan tampak segar, sedangkan yang tidak
dicuci dengan ozon warna yang dihasilkan cenderung berwarna kecoklatan. Hal ini
dipengaruhi oleh jumlah bakteri dari kedua perlakuan yang berbeda pada pembahasan
pengujian bakteri sebelumnya. Air yang mengandung ozon dapat mencuci buah pir
hingga steril, tanpa menghilangkan warna, aroma, juga tidak memberikan efek pada
kerusakan senyawa penting yang dikandung dalam buah pir. Dengan demikian,
didapatkan buah pir yang aman untuk dikonsumsi dan masih mengandung nilai gizi,
dapat mempertahankan kesegaran dan dapat memperpanjang umur simpannya
(Sugiarto, 2007). Perlakuan pencucian dengan menggunakan air ozon, mampu
menghambat perubahan kualitas fisik berupa susut berat dan memperpanjang umur
simpan buah pir.
BAB IV
KESIMPULAN

Dengan inovasi box ozon ini mampu menetralisir buah sehingga tampilan fisik buah
pir mampu terlihat lebih bersih, segar dan dapat memperpanjang umur simpan buah pir
selama 4 hari.
DAFTAR PUSTAKA

Hakimah, Indy. A. 2010. 81 Macam Buah Berkhasiat Istimewa. Jawa Tengah: Syura Media
Utama. 

Haida, K.E., Cholil, Aspriyanto D., 2014. Perbandingan Efektivitas Mengunyah buah pir dan
buah Bengkuang terhadap Penurunan Indeks Plak. Dentino. II (1):24-28.

Harahap, Melinda, Siti Zaenab, and Lud Waluyo. 2020. “Pengaruh Jenis Apel Dan
Konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose) Terhadap Kualitas Sorbet Buah Sebagai
Sumber Belajar Biologi.” Seminar Nasional V 184–91.

Hermina, Hermina, and Prihatini S. 2016. “Gambaran Konsumsi Sayur Dan Buah Penduduk
Indonesia Dalam Konteks Gizi Seimbang: Analisis Lanjut Survei Konsumsi Makanan
Individu (SKMI) 2014.” Buletin Penelitian Kesehatan 44(3):4–10.
doi:10.22435/bpk.v44i3.5505.205-218.

King, L.A. (2010). Psikologi Umum (Sebuah Pandangan Apresiatif). Jakarta Salemba
Humanika.

Nurchayati., dan Hikmah. 2014. Distribusi buah lokal dan buah import (studi kasus pada
pedagang buah di kota Semarang. Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang 3 (1): 17-29.

Suprapto, D. 2021. Evaluasi pemanfaatan ozon untuk menekan aktivitas mikroba dan residu
antibiotik golongan penisilin pada susu segar. Disertasi. Program Pascasarjana,
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. 161 halaman.

Sugiarto, TA. 2007. Mengatasi Limbah Tanpa Masalah : Penerapan Teknologi Plasma Untuk
Lingkungan, Tangerang : Eco Plasma Indonesia.

Wulandari, S. A., Rosyady, A. F., Januarta, B. D., Prayoga, B., Abi, J. K., & Asmiranti, A.
(2022). Inovasi Sterilisasi Ozon Buah Pir Pasca Panen. JOFE: Journal of Food
Engineering, 1(3), 101-109.

Adiyanto, I. O. (2009). Pengaruh lama perendaman gigi dengan jus buah pir (Pyrus
communis) terhadap Perubahan Warna Gigi pada Proses Pemutihan Gigi Secara In
Vitro (Doctoral dissertation, Medical Faculty).

Anda mungkin juga menyukai