Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM DASAR DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK

Oleh :
Massa Bianka Rahmadanti
05061282227049

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITS SRIWIJAYA
2022
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM DASAR DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah Dasar
Dasar Mikrobiologi Akuatik

Oleh :
Massa Bianka Rahmadanti
05061282227049

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITS SRIWIJAYA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM DASAR DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK

Oleh
Massa Bianka Rahmadanti
05061282227049

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Dan Lulus
Dalam Praktikum Dasar Dasar Mikrobiologi Akuatik.

Indralaya, November 2022

Mengetahui,

Asisten I Asisten II

Dea Efriyanti Ningsih Eli Listiantri


NIM. 05061282126066 NIM. 05061282126058

Dosen Koordinator Praktikum


Dasar Dasar Mikrobiologi Akuatik

Puspa Ayu Pitayati, S.Pi.,M.Si


NIP. 198604122019032011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT HIDUP

Massa Bianka Rahmadanti atau biasa dipanggil Massa, lahir di Ibu Kota
Jakarta pada hari Jum’at 07 November 2003 pukul 11.59 WIB. Massa merupakan
anak ke-dua dari pasangan Bapak Supriyoko dan Ibu Darmi Septi. Massa
mempunyai satu kakak perempuan dan satu adik perempuan. Massa telah
menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 58 Palembang pada tahun
2016, Pada tahun yang sama Massa melanjutkan Pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama Nurul Amal Palembang dan lulus pada tahun 2019, kemudian melanjutkan
Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Palembang dan lulus pada tahun
2022. Alhamdulillah karena atas karunia dan kebaikan ALLAH SWT pada tahun
2022 Massa lulus seleksi sbmptn di Perguruan Tinggi Negeri tepatnya di
Universitas Sriwijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Perikanan, Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan dan Massa kembali melanjutkan Pendidikan nya hingga
saat ini dimana Massa harus menyelesaikan Laporan Tetap Praktikum Dasar Dasar
Mikrobiologi Akuatik sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir dan
lulus dalam mata kuliah Praktikum Dasar Dasar Mikrobiologi Akuatik.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO
Hatiku tenang ketika mengetahui apa yang melewatkanku tidak akan pernah
menjadi takdirku, dan apa yang di takdirkan untukku tidak akan pernah
melewatkanku.
( Umar Bin Khattab )

PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin saya haturkan puji syukur kepada Allah SWT. Atas
segala rahmat, karunia, dan kesempatan dalam meyelesaikan tugas laporan
Praktikum Dasar Dasar Mikrobiologi Akuatik. Segala syukur saya ucapkan
kepadamu Ya Allah, karena telah menghadirkan orang-orang berarti disekeliling
saya, yang selalsu memberikan semangat dan doa sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini. Laporan ini saya persembahkan kepada

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat yang sudah diberikan kepada saya
agar dapat membuat serta menyelesaikan Laporan Praktikum Dasar Dasar
Mikrobiologi Akuatik. Adapun pembuatan laporan ini ditujukan sebagai syarat
kelulusan dari mata kuliah Praktikum Dasar Dasar Mikrobiologi Akuatik. Saya
dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik tidak lepas dari bantuan teman teman
yang ada disekeliling saya dan termasuk asisten dosen yang selalu membimbing
saya dalam pembuatan Laporan Praktikum Dasar Dasar Mikrobiologi Akuatik ini.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
saya memohon maaf dan akan sangat menghargai apabila ada kritik dan saran untuk
laporan ini. Demikianlah, saya sebagai penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Indralaya, November 2022

Massa Bianka Rahmadanti

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
INSTRUMENTASI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
2.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alat-Alat Laboratorium
2.2. Bahan Kimia Laboratorium Mikrobiologi
2.3. Alkohol
2.4. Autoklaf
2.5. Colony Counter
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
STERILISASI ALAT
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sterilisasi Alat
2.2. Sterilisasi Kimia
2.3. Sterilisasi Fisika
2.4. Sterilisasi Mekanik
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
PREPARASI MEDIA KULTUR JAMUR DAN BAKTERI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Media
2.2. Jamur
2.3. Bakteri
2.4. PDA (Potato Dextrose Agar)
2.5. TSA (Tryptic Soy Agar)
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
METODE ISOLASI DAN KULTUR JAMUR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Isolasi Kultur Jamur
2.2. Metode Gores
2.3. Metode Sebar
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
METODE ISOLASI DAN KULTUR BAKTERI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Isolasi Kultur Bakteri
2.2. Bakteri
2.3. TSA (Tryptic Soy Agar)
2.4. Metode Gores
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
PENGENCERAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengenceran Larutan
2.2. Larutan
2.3. Sampel
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
PERHITUNGAN COLONY BAKTERI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PCA (Plate Count Agar)
2.2. Colony Counter
2.3. Koloni Bakteri
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1.
INSTRUMENTASI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kata Laboratorium berasal dari bahasa Latin yang berarti “tempat bekerja”.
Dalam perkembangannya, kata laboratorium mempertahankan arti aslinya,
yaitu tempat bekerja khusus untuk keperluan penelitian ilmiah. Laboratorium
adalah suatu ruangan atau tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian
yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat serta adanya infrastruktur
laboratorium yang lengkap (ada fasilitas air, listrik, gas dan sebagainya)
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Laboratorium adalah
tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Tempat ini dapat merupakan
suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun. Dalam
pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup tempat
melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, Laboratorium adalah suatu
ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang
oleh adanya seperangkat alat-alat Laboratorium serta adanya infrastruktur
Laboratorium yang lengkap, pada konteks proses belajar mengajar sains di
sekolah-sekolah seringkali istilah Laboratorium diartikan dalam pengertian
sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan
bahan praktikum. Peranan laboratorium sangat besar dalam menentukan mutu
pendidikan karena laboratoriumlah yang menghasilkan karya-karya ilmiah
yang membanggakan, yang tak dapat dihasilkan oleh institusi lainnya.
Sehingga bagi perguruan tinngi yang bermutu dan menjadi bagian yang
dikedepankan (Aprillia et al., 2014).
Manajemen Laboratorium adalah usaha untuk mengelola Laboratorium.
Bagaimana suatu Laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan
oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa
alat-alat lab yang canggih, dengan staf propesional yang terampil belum tentu
dapat beroperasi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen
Laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen lab adalah suatu bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan (Ayuni et al.,2018).
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasannya adalah semua makhluk hidup
yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga, protozoa,
dan archaea. Pada saat melakukan praktikum mikrobiologi, tentu saja terlebih
dahulu kita perlu mengetahui jenis alat yang akan digunakan pada praktikum
tersebut. Selain itu, kita juga perlu mengetahui prosedur penggunaannya, cara
pembersih dan fungsi dari masing-masing alat tersebut. Pada saat sekarang ini
alat merupakan salah satu pendukung dari pada keberhasilan suatu pekerjaan
dilaboratorium.Sehingga untuk memudahkan dan melancarkan
berlangsungnya praktikum pengetahuan mengenai penggunaan alat sangat
diperlukan. Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk
keselamatan kerja saat melakukan penelitian (Ririn, 2016).

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk memperkenalkan instrumen yang bisa
digunakan untuk kegiatan mikrobiologis baik fungi maupun penggunaannya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alat-Alat Laboratorium
Peralatan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi hampir sama
dengan peralatan-peralatan yang umumnya digunakan di laboratorium kimia, yaitu
berupa alat-alat gelas antara lain: tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur, dan pipet
volumetrik, labu ukur, labu erlenmeyer, gelas piala, pH meter, gelas arloji,
termometer, botol tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes, dan rak
tabung reaksi. Di samping peralatan gelas tersebut,ada juga peralatan lain seperti
peralatan non gelas , pemanas dan ada peralatan tambahan yaitu asparatus. pada
laboratorium mikrobiologi masih ada sejumlah alat yang khusus antara lain
:autoklaf, oven, mikroskop, jarum ose (inokulum), jarum preparat, gelas objek,kaca
penutup, keranjang kawat untuk sterilisasi, inkubator untuk membiakan
mikroorganisme dengan suhu tertentu yang kostan, spektrofotometer untuk
mengukur kepekatan suspensi atau larutan, penangas air untuk mencairkan
medium, magnetik stirrer untuk mengaduk, dan tabung durham untuk penelitian
fermentasi. Alat - alat laboratorium mikrobiologi seperti lemari pengeram
(inkubator), autoklav, rak dan tabung reaksi, beker glass, pipet hisap, pipet ukur,
pinset, cawan petri, lidi kapas steril, lampus pritus, ose. Dalam mikorbiologi,
pengujian total mikroba dilakukan dengan menggunakan metode cawan. Metode
hitungan cawan paling banyak digunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada
bahan pangan. Medium yang digunakan antara lain, medium platecount agar
(PCA), tabung reaksi, cawan petri, pipet, inkubator (Safitri dan Swarastuti, 2011).
Alat yang kelihatan secara kasat mata, belum tentu bersih, karena
tergantung pada pemahaman seorang analis mengenai apa artinya bersih. Alat kaca
seperti gelas piala atau erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau
deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu volumetrik mungkin juga memerlukan
larutan deterjen panas untuk bisa membersihkan dengan benar (Alimah, 2013).

2.2. Bahan Kimia Laboratorium Mikrobiologi


Setiap bahan mikrobiologi memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-
beda. Maka, hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan
bahan kimia meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya
(multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities),
wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Prinsip
yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium: Aman : bahan
disimpan supaya aman dari pencuri, Mudah dicari : Untuk memudahkan mencari
letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat
penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci), Mudah diambil : Penyimpanan bahan
diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan, (Lindawati, 2010) Pada bahan,
pengurutan secara alfabetis akan tepat jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan
sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan
kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara
khusus dalam wadah sekunder yang terisofasi: Hal ini untuk mencegah
pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, degradasi kimia
(Vendamawan, R, 2015).
Zat kimia (juga disebut zat murni) didefinisikan sebagai "semua material
dengan komposisi kimia tertentu" dalam pendahuluan buku teks kimia
umum.Menurut definisi ini, sebuah zat kimia dapat berupa unsur kimia murni atau
senyawa kimia murni. Tetapi, terdapat pengecualian untuk definisi ini; suatu zat
dapat juga didefinisikan sebagai suatu bentuk materi yang memiliki baik komposisi
yang pasti dan sifat yang berberda. Contoh umum zat kimia adalah air murni; ia
memiliki sifat yang sama dan rasio hidrogen terhadap oksigen yang sama, baik
diisolasi dari sungai maupun dibuat di laboratorium. Zat kimia lain yang biasa
ditemui dalam bentuk murni adalah intan (karbon), emas, garam meja (natrium
klorida) dan gula pasir (sukrosa). Namun, pada praktiknya, tidak ada zat yang
sepenuhnya murni, dan kemurnian kimia ditentukan sesuai dengan penggunaan zat
kimia yang dimaksud. Zat kimia berada sebagai zat padat, cairan, gas, atau plasma,
dan dapat berubah antara fase suhu (Peranginangin et al., 2012).

2.3. Alkohol
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk
senyawa organic apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada
atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Gugus fungsi hidroksil (OH) dalam sebuah molekul alkoholModel bola dan stik
dari gugus fungsi hidroksil (OH) dalam sebuah molekul alkohol Alkohol sering
dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol, dan kadang untuk
minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol
yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau
grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia
farmasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu
kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Kelas alkohol yang penting, dimana
metanol dan etanol adalah bagian yang paling sederhana, mencakup semua senyawa
yang memiliki rumus umum CnH2n+1OH. Akhiran -ol muncul dalam penamaan
kimia IUPAC bagi seluruh zat yang terdapat gugus hidroksil sebagai gugus
fungsional dengan prioritas tertinggi. Ketika gugus dengan prioritas yang lebih
tinggi hadir di dalam senyawa tersebut, awalan hidroksidigunakan dalam nama
IUPAC-nya. Akhiran -ol dalam nama non-IUPAC (seperti parasetamol atau
kolesterol) juga biasanya menunjukkan bahwa zat tersebut adalah alkohol. Namun,
banyak zat yang mengandung gugus fungsi hidroksil (terutama gula, seperti glukosa
dan sukrosa) memiliki nama yang tidak memasukkan akhiran -ol, maupun awalan
hidroksi, dan sukrosa (Metcalf, 2010).
Etanol merupakan kandungan utama dalam minuman beralkohol,
sedangkan methanol digunakan sebagai bahan tambahan yang dicampur dalam
minuman beralkohol. Senyawa tersebut dapat ditentukan kadarnya dengan metode
konvensional, yaitu metode berat jenis. Metode berat jenis merupakan
perbandingan massa suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada temperatur
tertentu. Metode tersebut memiliki kekurangan yaitu ketidaktepatan pengamatan
pada saat cairan telah menguap semua atau belum yang mengakibatkan kesalahan
dalam perhitungan. Selain metode konvensional juga digunakan metode
instrumental yaitu metode kromatografi gas (Bintang, 2010).

2.4. Autoklaf
Autoklaf adalah suatu bejana yang dapat ditutup, yang diisi dengan uap
panas dengan tekanan tinggi. Suhu didalamnya dapat mencapai 115C hingga
125C dan tekanan uapnya mencapai 2 - 4 atm. Alat tersebut merupakan ruang uap
berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan
pada suhu serta tekanan yang ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki
Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat bahan yang
disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Kondisi yang baik digunakan untuk
sterilisasi adalah pada 15 Psi dan temperatur 121C selama 15 menit. Agar
penggunaan autoklaf efektif, uap air harus dapat menembus setiap alat yang
disterilkan. oleh karena itu, autoklaf tidak boleh terlalu penuh, agar uap air benar-
benar menembus semua area. Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf menggunakan
panas dan tekanan dari uap air. Biasanya untuk mensterilkan media menggunakan
temperatur 121C dengan tekanan 2 bar selama 15 menit. Alasan mengapa
digunakan temperatur 121C karena pada saat itu menunjukkan tekanan 2 baru yang
akan membantu membunuh mikroorganisme dalam suatu benda. Untuk tekanan
pada atmosfer pada ketinggian di permukaan laut air mendidih pada temperatur
1000C, sedangkan autoklaf yang diletakkan pada ketinggian yang sama,
menggunakan tekanan maka air akan mendidih (Anggari et al., 2008).
Pada saat sumber panas dinyalakan, air yang ada di dalam autoklaf lama
kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk akan mendesak udara yang
mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air,katup
uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai
tekanan dan temperatur yang sesuai, maka proses strerilisasi dimulai dan timer
mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga tercapai tekanan normal.
Pada autoklaf terdapat beberapa fungsi komponen yang sering dioperasikan.
Komponen-komponen yang terlibat pada alat sterilisasi autoklaf. dibawah ini
penjelasan berikut adalah beberapa fungsi komponen di atas yaitu Bejana tekan,
Ruang air, Ruang uap, Elemen pemanas, Katup uap, Katup Pengaman, Sensor
Temperatur, dan Pressure Gauge (Deni, 2003).

2.5. Colony Counter


Colony Counter adalah unit digunakan dalam mikrobiologi untuk
memperkirakan jumlah yang layak bakteri atau jamur sel dalam sampel. Layak
didefinisikan sebagai kemampuan untuk berkembang biak melalui pembelahan
biner dalam kondisi yang terkendali. Menghitung dengan unit pembentuk koloni
membutuhkan pembiakan mikroba dan hanya menghitung sel yang hidup, berbeda
dengan pemeriksaan mikroskopis yang menghitung semua sel, hidup atau mati.
Penampilan visual koloni dalam kultur sel memerlukan pertumbuhan yang
signifikan, dan saat menghitung koloni tidak pasti apakah koloni tersebut muncul
dari satu sel atau sekelompok sel.koloni tidak berbeda (Winarno et al., 2011).
Colony Counter merupakan alat yang berfungsi untuk menghitung jumlah
microba pada cawan petri atau media lainnya dengan menggunakan sinar dan luv.
Aplikasi colony counter yang umum biasanya digunakan untuk pengujian Ames,
uji mutasi bakteri, dan koloni bakteri E.coli. dll. Menghitung koloni dengan mata
tanpa bantuan adalah tugas yang lamban, membosankan, dan merusak pandangan.
Penghitung koloni IUL memudahkan dan mempercepat proses ini dengan
penggunaan lampu LED dan luv yang berkualitas tinggi. User dapat menandai
koloni yang terdeteksi dengan penanda khusus, sedangkan tampilan digital akan
meningkatkan jumlah total. Pointer yang bisa langsung menghubungi koloni juga
tersedia. Jenis colony counter ada yang otomatis dan semi otomatis, untuk yang
otomatis adalah penghitungan jumlah sudah dilakukan secara otomatis oleh sistem
komputerisasi. Sedangkan yang semi otomatis adalah perhitungan dengan cara
menyentuh bakteri yang tumbuh kemudian alat akan menghitung secara otomatis.
Pada alat Colony Counter, penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan
adanya counter electronic. Dengan adanya counter tersebut peneliti tinggal
menandai koloni bakteri yang dihitung dengan menggunakan pen yang terhubung
dengan counter. Setiap koloni yang ditandai maka counter akan menghitung. Pada
tugas akhir ini akan dibuat suatu alat untuk inkubasi bakteri dilengkapi dengan
colony counter pengaturan dilengkapi dengan suhu dan waktu, Perancangan berbasis
mikrokontroler menggunakan probe sebagai sensor penghitung koloni bakteri dan
hasil perhitungan jumlah koloni diharapkan (Widia, 2013).

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik Program Studi Teknologi
Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya dilaksanakan pada hari
Jumat, 16 September 2022, pukul 13.10 WIB sampai dengan selesai, yang
dilaksanakan secara offline di laboratorium Bioteknologi dan Mikrobiologi Jurusan
Perikanan.

3.2. Alat dan Bahan


1. Buku Responsi
2. Jas Laboratorium
3. Sarung Tangan Latex
4. Alat Tulis
5. Handphone
3.3. Prosedur Kerja
1. Asisten dosen menunjukkan alat-alat laboratorium yang akan dipelajari dan
menjelaskan fungsi serta prosedur penggunaan alat-alat laboratorium
tersebut kepada praktikan
2. Semua praktikan mendengarkan dan memperhatikan asisten dosen yang
sedang menjelaskan fungsi dan prosedur penggunaan dari alat-alat
laboratorium tersebut
3. Semua praktikan mencatat apa saja yang didapat dari penjelasan asisten
dosen tentang alat-alat laboratorium tersebut
4. Setiap perwakilan kelompok praktikan diharapkan untuk
mendokumentasikan alat-alat laboratorium tersebut
5. Pada akhir kegiatan semua praktikan mengumpulkan apa saja yang didapat
dari praktikum tersebut.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Instrumentasi Laboratorium Mikrobiologi
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1.1. peralatan yang umum digunakan di laboratorium mikrobiologi
No Nama Alat Gambar Alat Fungsi Prosedur
Penggunaan
1. Inkubator Untuk Masukkan air
menginkubasi pada wadah
atau memeram penampung air
mikroba autoclave.
pada suhu yang Sesuaikan
terkontrol. volumenya
dengan indikator
penunjuk pada
wadah.

2. Psikrometer Alat untuk Membasahi


mengukur ujung benang
kekentalan suatu sampai pada
sempel. ujung termometer
basah.mencocokk
an dengan grafik
suhu
kelembaban.

3. Centrifuge Untuk Tempatkan


memisahkan tabung reaksi di
organel dudukan
berdasarkan massa centrifuge.
jenisnya melalui kemudian
proses seimbangkan
pengendapan. dengan tabung
reaksi lain
dan tutup kaca
centrifuge dan
putar tombol
serta atur waktu
serta kecepatan
centrifuge
4. Mesin Untuk menggiling Memasukkan
Glinder atau menghaluskan bahan-bahan
sampel. yang akan
dicacah atau
diaduk dan
dihomgenkan ke
dalam kontainer.

5. Evaporator Untuk Lepasakan labu


memurnikan suatu alas bulat dan
larutan atau masukan sampel
sampel. ke labu alas bulat
sesuai dengan
volume yang
telah ditentukan.

6. Freezer Untuk Buka pintu


membekukan atau freezer lalu
mendinginkan alat masukkan sempel
sampel penelitian. yang akan di
bekukan atau di
dinginkan.

7. Autoklaf Untuk Masukkan air


menstrerilisasikan pada wadah
suatu benda penampung air
menggunakan uap autoclave.
bersuhu dan Sesuaikan
bertekanan tinggi volumenya
(121C 15 lbs) dengan indikator
selama kurang penunjuk pada
lebih 15 menit. wadah. Nyalakan
mesin.Tempatkan
objek yang akan
disterilkan.
Pastikan objek
disusun rapi. Jika
memungkinkan,
gunakan rak.
8. Oven Untuk Hubungkan oven
memanaskan dan dengan sumber
mengeringkan listrik yang ada
sampel, melakukan di laboratorium.
proses sterilisasi, Setelah
dll. terhubung
dengan
sempurna, tekan
tombol ON/OFF
yang ada di
oven.Tunggu
beberapa saat
hingga display
pada oven dapat
menyala.

9. Cawan Petri Sebagai tempat Membersihkan


perkembangbiakan cawan petri
mikroba dan dengan
tempat menimbang memperlakukan
bahan atau sampel. setiap piring
bekas dengan
pemutih dan
mensterilkannya
untuk
penggunaan lebih
lanjut. Pastikan
Anda juga
mensterilkan
cawan petri
sebelum
digunakan.
Untuk
mengamati
pertumbuhan
bakteri, mulailah
dengan mengisi
cawan, sebagai
contoh
menggunakan
alga merah
menggunakan
media agar.
Media agar
mengandung
nutrisi, darah,
garam, indikator,
antibiotik, dll
yang membantu
pertumbuhan
mikroorganisme.
10. Hotplate Untuk Tancapkan
memanaskan kabel power ke
larutan. sumber listrik.
Aktifkan
hotplate dengan
menekan
tombol
ON/OFF.
Atur suhu yang
diinginkan
dengan
memutar
tombol
pengaturan
suhu.
Suhu tersebut
akan muncul
pada display.

11. Mikroskop Untuk Saat


memperbesar menggerakkan
benda yang mikroskop,
terlalu kecil selalu bawa
untuk dilihat, dengan kedua
menghasilkan tangan. Pegang
gambar di mana lengan
obyek tampak mikroskop
lebih besar. dengan satu
tangan dan
letakkan tangan
lainnya di
bawah alas
untuk
menopang.
Putar revolver
sehingga lensa
obyektif dengan
daya terendah
"terkunci" ke
posisinya (Ini
juga merupakan
lensa obyektif
terpendek).
12. Beaker Glass Untuk wadah Mengukur zat
(gelas kimia larutan. cair atau larutan :
atau gelas Masukkan zat
piala) cair / larutan
yang akan diukur
dengan
menggunakan
beaker glass.
Perhatikan
berapa volume
yang dibutuhkan
dengan melihat
ukuran yang ada
pada dinding
gelas kimia
beaker glass. Bila
sudah mendekati
maka hentikan
penuangan cairan
(pemakaian
beaker glass
digunakan untuk
mengukur zat
cair / larutan
yang tidak
membutuhkan ke
akurasian yang
tinggi ).

13. Bunsen Untuk sterilisasi Sebelum kamu


atau memanaskan. menggunakan
bunsen pastikan
lubang udara
pada bunsen
ditutup dengan
cara memutar
collar untuk
menutup lubang
udara. Tutup
Katup Pasokan
Lokal dengan
Memutar
Pegangan dan
Pastikan Saluran
Gas Aktif. Tutup
Katup Jarum di
Bagian Bawah
Alat Pembakar
Buka Katup
Pasokan Lokal
dengan Memutar
Pegangan.
14. Colony Untuk menghitung Hubungkan stop
Counter bakteri. kontak dengan
sumber tenaga.
Nyalakan alat
dengan menekan
tombol ‘ON’.
Reset jumlah
perhitungan
hingga menunjuk
angka ‘0’.
Letakkan cawan
petri yang berisi
koloni bakteri
yang akan
dihitung di atas
meja yang
dilengkapi
dengan skala.
Tandai koloni
dengan
mengarahkan
pulpen ke meja
skala. Hitung
koloni bakteri
yang terpisah.
Lihat koloni
dengan bantuan
kaca pembesar.
Matikan alat
dengan menekan
tombol ‘OFF’.

15. Penangas Air Untuk menampung Air dimasukkan


atau memanaskan ke dalam bejana.
air. Atur suhu yang
dikehendaki dan
hidupkan water
bath. Masukkan
benda yang akan
dipanaskan ke
dalam air (untuk
tangas air)
letakkan
benda pada salah
satu lubang
(untuk tangas
uap), ingat
lubang lain yang
tidak
digunakan tetap
ditutup.
16. Laminar Air Untuk proses Mengetahui dan
Flow penelitian agar memahami SOP
tetap steril dengan atau petunjuk
mengambil udara keselamatan
yang berasal dari penggunaan
luar aliran air aliran udara
laminar kemudian laminar.
disaring oleh filter Hidupkan lampu
pada aliran air UV selama 2
laminar sehingga jam, selanjutnya
udara yang berasal matikan segera
dari luar itu tidak sebelum mulai
dapat mencemari bekerja.Pastikan
area penelitian penutup terkunci
pada aliran udara dan pada posisi
laminar. terendah.
Nyalakan lampu
neon dan blower.
Biarkan selama 5
menit

17. Rak Tabung Untuk wadah Menaruh tabung


Reaksi meletakan tabung reaksi di lubang-
reaksi saat lubang yang
praktikum tersedia pada rak.
mereaksikan bahan Jika tabung
kimia. sedang kosong
atau tidak terisi,
taruh tabung
dengan posisi
terbalik.
4.2. Pembahasan
Berikut akan diuraikan pembahasan tentang hasil percobaan ini yang
berjudul pengenalan alat-alat laboratorium. Tujuan diadakannya laboratorium ini
adalah agar setiap praktikan mampu mengenal dan memahami fungsi,cara
penggunaan serta perbedaan berbagai alat yang ada di laboratorium dan diharapkan
agar nantinya praktikan tidak canggung lagi di laboratorium. Dalam percobaan
yang telah dilakukan, terdapat berbagai macam alat,berikut akan diuraikan
pengkategorian dan penanganan alat-alat yang ada di laboratorium berdasarkan
kemampuan yang dimiliki alat untuk mendukung berbagai proses yang dilakukan
dalam percobaan ini.alat-alat pemanasan terdiri atas gelas Beker, tabungreaksi, labu
didih,kompor listrik dan oven.untuk alat-alat penimbangan terdiri atas labu ukur,
labu erlemeyer, pipet gondok dan gelas beker. Terdapat dua kelompok alat-alat ukur
yang digunakan pada analisa kuantitatif yaitu alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan
alat-alat yang tidak teliti (kualitatif).untuk alat-alat yang teliti(kuantitatif)terdiri dari
labu ukur,pipet,sedangkan untuk alat-alat yang tidak teliti(kualitatif) terdiri dari
gelas ukur, erlenmeyer dan lainnya.
Peralatan non gelas harus diusahakan keberadaannya agar percobaan di
laboratorium dapat berjalan lancer peralatan pemanas yang digunakan dalam
kegiatan laboratorium diantara ada inkubator, incubator adalah alat yang digunakan
untuk tumbuh dan memelihara budaya mikrobiologi atau kultur sel, kemudian ada
waterbath yang merupakan peralatan yang berisi air yang bisa mempertahankan
suhu air pada kondisi tertentu selama selang waktu yang ditentukan. Selanjutnya
ada oven yang berfungsi untuk memanaskan atau mengeringkan peralatan
laboratorium, oven juga biasanya digunakkan untuk mengeringkan peralatan gelas
laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik, dapat pula digunakan untuk
mengukur kadar air. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium
memerukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing.
Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat di
laboratorium dapat menyebabkan kerusakan. Dengan mengetahui fungsinya maka
mempermudah praktikan untuk mengenal alat untuk melakukan percobaan atau
penelitian di laboratorium.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum diatas,dapat disimpulkan bahwa masing-masing alat
laboratorium memiliki prosedur tersendiri sesuai dengan guna dan
fungsinya. Peralatanyang digunakan di laboratorium terbagi menjadi dua
bagian yaitu peralatan gelas dan peralatan non gelas. Jadi, alat-alat yang
ada di laboratorium harus digunakan sebagaimana mestinya.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan agar semua praktikan menguasai materi
yang dijelaskan sama asdos dan cermati serta teliti agar mendapat hasil yang
maksimal.sebaikny alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan
dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan
maksimal tanpa ada kekurangan, semua praktikum menguasai materi yang
telah dijelaskan sama asdossebelum memasuki laboratorium agar mendapat
hasil yang maksimal.
STERILISASI ALAT LABORATORIUM
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sterilisasi adalah proses penghancuran atau pembunuhan mikroorganisme.
proses pemanasan yang digunakan dalam proses sterilisasi tidak menghasilkan
produk yang steril atau bebas dari mikroorganisme karena tidak semua mikroba
mati dalam proses sterilisasi. Namun, Pengaturan pH atau kondisi penyimpanan
produk, seperti pengemasan vakum dan pendinginan dapat mencegah pertumbuhan
bakteri pembusuk dan penyebab keracunan makanan. Sterilisasi adalah proses
pemanasan, yaitu produk makanan diberi suhu dan durasi tertentu dari proses
pemanasan cukup untuk menghasilkan produk yang steril secara komersial. Maka
proses sterilisasi untuk produk makanan sering disebut sterilisasi komersial.
Pengemasan adalah suatu cara atau perlakuan untuk mengamankan pangan atau
bahan makanan, sehingga makanan atau bahan makanan, baik yang belum diolah
maupun yang sudah menjalani pemrosesan, dapat mencapai tangan konsumen
dengan aman, dalam jumlah serta kualitas. Interaksi makanan atau makanan dengan
lingkungan dapat menyebabkan dampak buruk terhadap bahan pangan, antara lain;
interaksi massa, yaitu kontaminasi mikroba (jamur, bakteri, dll), kontaminasi
serangga, penambahan air atau penguapan air (Seprianto, 2017).
Selama proses sterilisasi, pencatat data memberikan informasi mengenai data
suhu dalam autoklaf selama proses sterilisasi. Berdasarkan data suhu yang dibaca
dan disimpan di data logger, akan akurasi suhu diketahui dalam autoklaf. Jika suhu
dibaca oleh data logger tidak memenuhi suhu standar untuk sterilisasi, maka proses
sterilisasi dalam autoklaf tidak tercapai. Jika proses sterilisasi dalam autoklaf jika
tidak tercapai, akan mengakibatkan sisa bakteri pada alat atau peralatan objek yang
dapat menyebabkan infeksi pada pengguna alat serta pasien. Bahan atau peralatan
yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Pembuatan
biakan mikroba murni membutuhkan medium yang sesuai, peralatan medium dan
steril tidak mengandung mikroba (Fauzi, 2013).
Oleh karena itu pengetahuan dan ketrampilan mengenai penyiapan medium
serta sterilisasi bahan dan peralatan pada laboratorium sangat diperlukan untuk
menunjang hal hal itu agar tidak terjadi kecelakaan yang patal. Sterilisasi adalah
proses penghilangan atau membunuh mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri,
mycoplasma, virus) dalam benda/peralatan untuk menjaga peralatan dilaboratorium
tetap bersih/steril, serta mencegah terjadinya kontaminasi. Peralatan laboratorium
yang akan disterilisasi memerlukan bahan pengemas. Kemasan adalah suatu benda
yang digunakan sebagai wadah/tempat yang dikemas dan dapat
mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari
pencemaran serta gangguan fisik (Nurminah, 2002).

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengetahui metode sterilisasi dan
penerapannya di Laboratorium mikrobiologi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sterilisasi Alat


Sterilisasi didefinisikan sebagai proses membunuh atau mematikan semua
spora bakteri dan semua mikroorganisme hidup. Panas adalah satu metode
sterilisasi yang paling dapat diandalkan. Panas bekerja dengan efek stres oksidatif
dan denaturasi protein dan koagulasi. Satu alat sterilisasi yang menggunakan
metode panas bertekanan adalah autoklaf. Autoclave adalah perangkat pemanas
tertutup dan digunakan untuk mensterilkan suatu objek menggunakan uap pada
suhu dan tekanan tinggi (121C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan
tekanan dalam autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme,
tetapi untuk meningkatkan suhu di dalam autoklaf. Suhu tinggi ini akan membunuh
mikroorganisme. Autoclave dimaksudkan untuk membunuh endospora, yaitu sel-
sel resisten yang dihasilkan oleh bakteri, sel-sel ini tahan terhadap pemanasan,
kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies endospora ini dapat bertahan hidup kondisi
di lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri. Adanya pertumbuhan
mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan
tidak sempurnanya proses sterilisasi (Fitri, 2013).
Endospora dapat mati pada suhu 100°C, yang merupakan titik didih air pada
tekanan atmosfer biasa. Pada 121°C, endospora dapat dibunuh dalam 30 menit,
untuk mengetahui seberapa tepat suhu dalam autoklaf saat saat sterilisasi dilakukan,
diperlukan alat yang disebut data logger autoklaf. Selama proses sterilisasi, pencatat
data memberikan informasi pada data suhu di dalam autoklaf selama proses
sterilisasi. Berdasarkan data suhu yang dibaca dan disimpan di data logger, itu akan
akurasi suhu diketahui dalam autoklaf. Jika suhu dibaca oleh data logger tidak
memenuhi suhu standar untuk sterilisasi, maka proses sterilisasi dalam autoklaf
tidak tercapai. Jika proses sterilisasi dalam autoklaf tidak tercapai, akan
mengakibatkan sisa bakteri pada alat atau peralatan objek yang dapat menyebabkan
infeksi pada pengguna alat serta pasien. Autoclave membutuhkan alat pengukur
yang berguna suhu untuk mengetahui seberapa presisi suhu dalam autoklaf pada
saat sterilisasi sedang berlangsung (Dewinta, 2014).
2.2. Sterilisasi Kimia
Biasanya sterilisasi kimia menggunakan senyawa desinfektan seperti
alkohol. Antiseptik kimia biasanya diterapkan dan dibiarkan menguap, seperti
alkohol. Proses sterilisasi antiseptik kimia biasanya dilakukan dengan cara
langsung mengoleskannya pada alat atau media yang akan disterilkan. Pilihan
antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan tujuan tertentu dan efek yang
diinginkan. Sterilisasi kimia merupakan metode desinfeksi alat atau instrumen
dengan cara merendamnya dalam larutan desinfektan. Proses sterilisasi sangat
penting sekali dilakukan, seperti di Rumah Sakit sebagai pencegahan infeksi
nosokomial. Keberhasilan usaha tersebut akan dipengaruhi oleh kualitas, dan
kuantitas mikroorganisme yang terdapat pada bahan, alat serta lingkungan kerja.
Sterilisasi Kimia, dapat juga dilakukan dengan cara Sterilisasi gas, gas yang
digunakan dalam paparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
spora. Meskipun gas dengan cepat menembus ke dalam pori-pori dan bubuk padat,
sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang mengkristal akan
terbunuh. Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau
cmpuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat
mudah terbakar. Ini adalah agen alkilasi yang menyebabkan penghancuran
mikroorganisme termasuk spora dan sel vegetatif. (Septiari, 2012).
Sterilisasi dilakukan diruang sterilisasi. Faktor yang mempengaruhi
sterilisasi ini antara lain kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas di
ruang sterilisasi. Penghancuran bakteri tergantung pada keberadaan kelembaban,
gas dan suhu di dalam bahan kemasan, penetrasi melalui bahan kemasan, pada
kemasan pertama atau kedua, harus dibuat, persyaratan desain khusus pada bahan
kemasan. Prinsip sterilisasi kimia adalah menggunakan bahan kimia yang memiliki
sifat mikrobisida atau membunuh mikroorganisme. Zat kimia yang digunakan
berupa desinfektan dan antiseptik tergantung peruntukannya. Jenis disinfektan dan
antiseptik cukup beragam, seperti alkohol, hidrogen peroksida, yodium, triklosam
dll. Sterilisasi kimia hanya cocok untuk sterilisasi permukaan benda/peralatan
laboratorium, dan tidak dapat digunakan untuk mensterilkan bahan atau media.
Bahan yang termasuk dalam desinfektan yaitu, Etil alcohol, Aldehid, Halogen, dan
Logam berat contohnya air raksa (Zahid, 2010).
2.3. Sterilisasi Fisika
Sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan Radiasi. Beberapa
mikroorganisme dapat dibunuh dengan iradiasi ultraviolet atau sinar UV Radiasi.
Sterilisasi dengan radiasi atau UV digunakan untuk bahan/produk dan alat Aparatus
peka panas (termolabil) dan jika residu etilen oksida tidak diharapkan Di media.
Sterilisasi dengan pemanasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu panas kering dan
panas lembab. Pemanasan kering berupa pembakaran (flaming), inkubasi pada suhu
tinggi panas kering/panas air dan inspirasi. Sedangkan pemanasan basah berupa
steam under pressure autoklaf, uap tidak di bawah tekanan (tyndallization) dan
pasteurisasi. Pemanasan, Penyalaan (dengan api langsung), yaitu membakar alat di
atas api secara langsung Langsung. Contoh alat: jarum inokulum (jarum ose),
pinset, batang L. Panas kering, yaitu sterilisasi dengan oven pada suhu kurang lebih
60-180⁰C dan selama 4 jam (Pratiwi, 2008).
Sterilisasi Panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca, seperti
erlenmeyer, tabung reaksi, cangkir. Uap air panas, merupakan sterilisasi dengan
konsep yang mirip dengan mengepul. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggunakan cara ini agar tidak terjadi dehidrasi. uap air panas bertekanan, yaitu
sterilisasi menggunakan autoklaf. Radiasi Sinar Ultra Violet (UV) dapat digunakan
untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada
permukaan interior kabinet Keamanan Biologis (BSC) atau Aliran Udara Laminar
(LAF) dengan disinari dengan lampu UV. Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs137
dengan aktivitas 50-500 kilo curie dan memiliki daya tembus yang sangat tinggi.
Dosis Efektivitasnya adalah 2,5 Mrad. Gamma digunakan untuk mensterilkan alat
yang terbuat dari logam, karet dan bahan sintetis seperti Pulietilen. Selain itu,
sterilisasi dapat dilakukan dengan cara penyinaran. Metode sterilisasi dengan
menggunakan radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar ultraviolet ataupun
metode ionisasi. Sinar ultraviolet ini bereaksi dengan asam nukleat sel
mikroorganisme dan menyebabkan ikatan antar molekul timin yang bersebelahan
membentuk dimer timin. Beberapa tipe sel mempuyai sistem enzim yang dapat
memperbaiki kerusakan DNA yang disebabkan oleh radiasi. Ada dua sistem
perbaikan DNA yaitu sistem perbaikan eksisi dan sistem perbaikan cahaya
(Mulyaningsih, 2009).
2.4. Sterilisasi Mekanik
Sterilisasi Mekanik adalah sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti:
Misalnya ekstrak tumbuhan, media sintetik tertentu, dan antibiotik penyaringan.
Dasar dari metode ini hanyalah proses mekanis yang larutan pembersih atau
suspensi semua organisme hidup dengan melewatinya melalui saringan, misalnya
menggunakan Seitz. Saring sterilisasi mekanis (penyaringan) menggunakan filter
berpori yang sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba
tertahan dalam filter. Proses Ini dimaksudkan untuk sterilisasi bahan yang peka
terhadap panas, seperti larutan enzim dan antibiotik. Dalam proses sterilisasi
mekanis, keberadaan virus masih tercampur dalam filtrat. Jika ada beberapa bahan
yang karena pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau
dekomposisi, maka sterilisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanis,
misalnya dengan filter. Dalam mikrobiologi, filter fisik yang paling banyak
digunakan adalah pada penggunaan filter khusus, misalnya, Filter Berkefeld,
filterchamberland, dan filter seitt (Rania, 2016).
Jenis filter yang digunakan tergantung pada tujuan filter dan objek yang
akan disaring. Penyaringan dapat dilakukan dengan melewatkan gas atau cairan
melalui bahan penyaring yang memiliki pori-pori yang cukup kecil untuk
menampung mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Filter akan tercemar
sedangkan cairan atau gas yang melewatinya akan steril. Filter tertentu juga
menggunakan bahan yang dapat menyerap mikroorganisme. Filter yang umum
digunakan tidak boleh mengandung virus. Oleh karena itu, setelah dilakukan
penyaringan media harus tetap dipanaskan di dalam autoklaf. Penyaringan
dilakukan untuk mensterilkan zat-zat yang terkonsentrasi terhadap panas seperti
serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel, dll. Menyaring cairan Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai filter seperti filter Seitz, yang menggunakan filter asbes
sebagai alat penyaringan filter berkefeld, yang menggunakan filter yang terbuat dari
tanah diatom filter chamberland, yang menggunakan filter yang terbuat dari
porselen; dan filter kaca fritted, yang menggunakan filter yang terbuat dari bubuk
kaca. Filter asbes lebih mudah dan murah daripada filter porselen.. dan jenis filter
yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan (Pali 2015).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik Program Studi Teknologi
Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya dilaksanakan pada hari
Jumat, 7 Oktober 2022, pukul 13.10 WIB sampai dengan selesai, yang dilaksanakan
secara offline di Ruang Kelas THI 2 Jurusan Perikanan.

3.2. Alat dan Bahan


1. Buku Responsi
2. Jas Laboratorium
3. Sarung Tangan Latex
4. Alat Tulis
5. Handphone

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini sebagai berikut:
1. Menonton video sterilisasi dalam bentuk link drive yang sudah di bagikan
sebelum praktikum di mulai
2. Menyiapkan buku dan pena
3. Asisten dosen menjelaskan materi sterilisasi alat
4. Tanya jawab oleh praktikan tentang praktikum sterilisasi alat ini.
5. Pembuatan laporan ke dua dasar dasar mikrobiologi akuatik.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1.1. Peralatan yang umum digunakan di laboratorium mikrobiologi

No Metode Nama alat Prosedur Peralatan Gambar


sterilisasi untuk penggunaan mikrobiologi
sterilisasi
1. Fisika Autocalf Cara Cawan petri
kerjanya plastik
dimulai
dengan
memasukan
uap melalui
bagian atas
autoklaf
sehingga
udara
tertekan ke
bawah
2. Fisika Oven Air Labu
dimasukkan erlenmeyer
ke dalam
bejana. Atur
suhu yang
dikehendaki
dan
hidupkan
water bath.
Masukkan
benda yang
akan
dipanaskan
ke dalam
air.

3. Fisika Inkubator Cara kerja Cawan petri


inkubator
laboratorium
adalah
menjaga
kondisi dan
tingkat
kelembaban,
suhu di
dalam alat
4. Kimia Alkohol Bersihkan Sarung
alat yang tangan latex
ingin di
streilkan

5. Mekanik Saringan Tuangkan Larutan dan


larutan sampel
kedalam
penyaringan
lalu di
letakan
wadah di
bibawah
penyaringan
4.2. Pembahasan
Dalam pratikum kali ini, video yang telah dikirimkan oleh asisten praktikum
membahas tentang sterilisasi peralatan dan penerapannya di laboratorium.
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun
pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan
dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Di dalam laboratorium
pastinya juga akan didukung dengan fasilitas untuk melakukan penelitian tersebut
seperti alat-alatnya. Alat adalah benda yang dibuat yang digunakan untuk
melakukan sebuah pekerjaan. Banyak sekali jenis alat yang ada di laboratorium,
seperti tabung reaksi, labu Erlenmeyer, gelas kimia (beaker glass), gelas ukur,
cawan petri, batang L, tabung durham, termometer, desikator atau eksikator,
lumpang dan alu, ose atau jarum inokulum, mikropipet dan tip, autoclave, spiritus,
oven, dan masih banyak lagi. Ada tiga jenis pembagian alat-alat laboratorium
berdasarkan bahan pembuatannya yaitu peralatan gelas, peralatan non gelas, dan
peralatan pemanas. Masing-masing dari alat tersebut terbuat dari bahan dan fungsi
yang berbeda-beda. Maka, sangat penting mengetahui dan belajar bagaimana
menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium. Selain belajar bagaimana cara
menggunakannya, kita juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan atau
sterilisasi alat tersebut setelah selesai melakukan pratikum untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan yang takutnya akan membawa dampak yang berbahaya.
Sterilisasi adalah proses menghilangkan atau mematikan segala jenis mikroba
pada alat-alat yang digunakan untuk menghindari kontaminasi dari bekas cairan
atau larutan yang digunakan pada saat melakukan praktikum atau penelitian
lainnya. Kontaminasi adalah suatu kondisi terjadinya percampuran atau
pencemaran terhadap sesuatu oleh unsur lain yang memberikan efek tertentu,
biasanya berdampak buruk. Macam-macam sterilisasi ada tiga, antara lain sterilisasi
secara fisik, sterilisasi secara kimia, dan sterilisasi secara mekanik. Sterilisasi secara
fisik adalah sterilisasi yang menggunakan pemanasan atau pembakaran, contohnya
adalah autoclave. Sterilisasi secara kimia adalah sterilisasi yang menggunakan
cairan kimia seperti alkohol 70%. Sterilisasi secara mekanik adalah sterilisasi yang
menggunakan teknik penyaringan, contohnya adalah alat saring. Penggunaan jenis
sterilisasi adalah autoclave dan alkohol 70%.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Sterilisasi merupakan proses membunuh semua jenis mikroorganisme
2. Sterilisasi terbagi menjadi 3 macam pertama sterilisasi fisik, kedua sterilisasi
3. Secara kimia dan ketiga sterilisasi secara mekanik
4. Alat sterilisasi metode pemanasan adalah Auto clave, oven, lampu Bunsen
5. Alat sterilisasi cairan kimia
6. Alat sterilisasi secara mekanik atau filtrasi menggunakan alat saring.

5.2. Saran
Saran untuk Praktikum Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik adalah sebaiknya
pada saat sebelum melakukan pratikum harus memahami dengan benar materi yang
telah diberikan olehasisten dosen dan dilaakukan secara maksimal mungkin agar
tiidak terjadi kesalahn. Dan diharapkan untuk pratikan untuk memhami materi
pratikum selanjutnya.
PREPARASI MEDIA KULTUR JAMUR DAN BAKTERI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikrobiologi adalah ilmu tentang organisme hidup mikroskopis dalam
ukuran dikenal sebagai mikroorganisme atau tubuh mikroorganisme yang
hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Mikroorganisme sangat berkaitan
erat dengan kehidupan manusia, beberapa di antaranya merugikan karena
menyebabkan penyakit dan ada juga yang bermanfaat misalnya terlibat
dalam pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi insulin, dan proses
penanganan yang berkaitan dengan pembuangan limbah. Sejak
mikroorganisme pasti menjadi penyebab penyakit tertentu dan juga berguna
untuk kehidupan, banyak penelitian dilakukan melalui prosedur
laboratorium. Penelitian dilakukan oleh kultur atau pertumbuhan
mikroorganisme untuk mempelajari sifat yang dimiliki oleh
mikroorganisme dengan menggunakan media pertumbuhan. Media adalah
bahan yang terdiri dari campuran nutrisi digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme baik dalam kultur, bakteri, jamur dan mikroorganisme
lainnya. Sebuah media bisa menumbuhkan mikroorganisme dengan benar
membutuhkan persyaratan. Media diinkubasi pada suhu tertentu,
kelembaban harus cukup, pH sesuai, kandungan oksigen cukup baik, media
kultur harus steril, media tidak mengandung zat penghambat, dan media
harus mengandung semua nutrisi yang digunakan (Pelczar, 2007).
Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan
termasuk karbon, nitrogen, unsur-unsur non-logam seperti belerang dan
fosfor, logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan
energi. Media tumbuh dapat berupa media cair, media kental (padat),
diperkaya, media kering dan media sintetis, sedangkan media tumbuh
mikroorganisme adalah media padat, media cair dan media cair. setengah
padat. Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media padat
yaitu media agar. Salah satu media agar yang cocok dan mendukung
pertumbuhan jamur merang adalah PDA (Benson, 2002).
Media PDA mendukung pertumbuhan jamur karena dapat menghindari
kontaminasi bakteri dengan keasaman di media rendah (pH 4,5 hingga 5,6)
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan
netral dengan pH 7.0, dan suhu optimal untuk pertumbuhan antara 25-30
°C. Selain penelitian dengan sumber karbohidrat, berbagai sumber protein
juga berhasil digunakan sebagai media alternatif untuk pertumbuhan kedua
jamur tersebut dan bakteri (Martyniuk et al, 2011).

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah umtuk mengetahui berbagai media tumbuh
bakteri dan jamur serta mempelajari pembuatan media tumbuh baik media
alami maupun media buatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Media


Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran unsur hara atau nutrient
yang digunakan untuk membiakkan mikroba. Terdapat berbagai media yang dapat
digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan penghitungan
jumlah mikroba serta untuk pengangkutan spesimen dari satu tempat ke tempat
pemeriksaan mikrobiologi. Mikroorganisme memanfaatkan media nutrisi berupa
molekul-molekul kecil yang dirangkai menjadi komponen-komponen sel. Dalam
pemeriksaan mikrobiologi, media menjadi hal yang penting agar mikroba dapat
hidup dan menentukan bahwa mikroba yang diperiksa benar-benar mikroba yang
dicari atau diharapkan. Upaya perkembangbiakan mikroorganisme memerlukan
kondisi lingkungan yang sesuai bagi bakteri untuk berkembang biak. Dalam
pertumbuhannya, mikroorganisme membutuhkan bahan organik dan ion
pendukung sebagai sumber energi dan katalis. Faktor-faktor yang penting untuk
proses kultur mikroorganisme adalah nutrisi, oksigen dan gas lainnya, kelembaban,
pH medium, suhu, dan kontaminan. Media yang baik untuk membiakkan
mikroorganisme harus mengandung unsur-unsur seperti karbon, nitrogen, fosfat
anorganik, belerang, logam, air, dan mineral (Irianto, 2012).
Bakteri peka terhadap kekeringan sehingga perlu air yang cukup sehingga
kondisi tetap selalu lembab. Media merupakan substrat yang diperlukan untuk
menumbuhkan dan mengembang-biakkan mikroorganisme. Sebelum dipakai
dalam percobaan, media ini perlu disterilkan terlebih dahulu, supaya tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme yang tidak dikehendaki atau kontaminan. Dalam
proses sterilisasi dan penyiapan media ini kita harus memperhatikan beberapa hal,
tujuannya agar bahan yang kita siapkan tidak terkontaminasi oleh mikroba yang
tidak kita inginkan. Sterilisasi yang baik dapat mencegah tumbuhnya mikroba lain
yang tidak diinginkan pada bahan yang telah disterilkan. Teknik yang digunakan
berbeda satu sama lain, tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Pembuatan
media kultur secara benar, harus dipahami dengan benar (Munandar, 2016).
2.2. Jamur
Jamur adalah organisme kecil, umunya mikroskopis, eukariotik, berupa
filament (bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan
mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya. Sebagian
besar dari 100.000 spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada
bahan organic mati, yaitu membantu pelapukan. Beberapa diantaranya lebih kurang
50 spesies, menyebabkan penyakit pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu
menyebabkan penyakit pada hewan, sebagian besar dari pada itu berupa penyakit
yang tidak berarti pada kulit atau anggota tubuh. Akan tetapi, lebih dari 8.000
spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Semua tumbuhan
diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis parasit dapat menyerang satu
atau banyak jenis tumbuhan. Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan
memperbanyak diri hanya apabila tetap hubungan dengan tumbuhan inangnya
selama hidupnya, jamur yang demikian dikenal dengan parasit obligat atau biotrof.
Jenis yang lain membutuhkan tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya tetap
dapat menyelesaikan daurnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan
hidup, jamur yang demikian disebut parasit (Radji, 2011).
Jamur yang beranekaragam jenisnya tersebut biasanya hidup secara
berkelompok. ada yang hidup secara soliter atau sendiri. Salah satu kelompok jamur
yang dapat dilihat secara kasat mata karena ukuran basidiokarpnya tubuh buah yang
besar termasuk dalam divisio basidiomycota. Basidiomycota merupakan jenis
jamur dengan basidiokarp yang tumbuh dalan aneka bentuk, warna dan ukuran.
Jamur dari divisio Basidiomycota merupakan jamur yang tumbuh secara alami di
lingkungan sekitar kita, baik itu di tanah lembab, batang-batang kayu lapuk/mati,
maupun pada tumpukan sampah. kebanyakan orang melihat jamur basidiomycota
dalam bentuk cendawan yang muncul di jalan setapak dan di kebun. Dari aneka
jamur basidiomycota yang dapat ditemukan ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan bagi manusia. Beberapa contoh jamur yang menguntungkan adalah
Volvariella volvaceae, Auricularia auricula, dan Schleroderma citrinum dimana
jamur tersebut bermanfaat sebagai bahan makanan. Sedangkan contoh jamur yang
merugikan manusia (Waluyanti, 2008).
2.3. Bakteri
Bakteri adalah sebuah kelompok mikroorganisme bersel tunggal dengan
konfigurasi selular prokariotik (tidak mempunyai selubung inti). Bakteri sebagai
makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak
terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. DNA pada
bakteri berbentuk sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoid. DNA bakteri tidak
mempunyai intron dan hanya tersusun atas ekson saja. Bakteri juga memiliki DNA
ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan
sirkuler. Bakteri dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Salah satu klasifikasi
yang metode yang paling umum digunakan adalah pewarnaan Gram Pewarnaan
Gram adalah prosedur mikrobiologi dasar untuk mendeteksi dan mengidentifikasi
bakteri. Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan penambahan pewarna dasar,
kristal violet. larutan yodium maka ditambahkan; Semua bakteri akan berwarna biru
pada fase ini. Siapkan nanti diberikan alkohol. Sel gram positif masih akan
mengikat senyawa kristal violet-iodin sehingga berwarna biru, sedangkan gram
negatif akan kehilangan warnanya dengan alkohol.
Sebagai langkah terakhir, counterstain misalnya safranin merah
ditambahkan sehingga sel gram negatif yang tidak berwarna akan menjadi warna
yang kontras; sedangkan sel gram positif ditunjukkan dengan warna biru keunguan
ungu. 2 Perbedaan ini terjadi karena perbedaan penyusunnya peptidoglikan dalam
struktur dinding sel. Berikut ini menunjukkan dua jenis bakteri berdasarkan
pewarnaan Gram. Dengan pewarnaan gram, golongan bakteri ini akan memberikan
warna ungu. Golongan ini memiliki peptidoglikan setebal 20-80 nm1 dengan
komposisi terbesar teichoic, asam teichuroni, dan berbagai macam polisakarida.2
Asam teikhoat berfungsi sebagai antigen permukaan pada gram positif. Letaknya
berada antara lapisan membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan. Selain itu,
golongan ini memiliki 40 lembar peptidoglikan pada dinding selnya, yang
merupakan 50% dari seluruh komponen penyusun dinding sel.2 Polisakarida dan
asam amino pada lembar peptidoglikan bersifat sangat polar, sehingga pada bakteri
gram positif yang memiliki dinding sel yang sangat tebal, dapat bertahan aktivitas
cairan empedu di dalam usus. (Anshori, 2009)

Anda mungkin juga menyukai