Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

Kelompok 2B
Atikah Ratna Anindita 05061182227009
Dea Amanda Marasabessy 05061182227011
Siti Rukmana 05061182227068
Muhammad Depa Wahyudi 05061282227035
Lutvi Firmasyah 05061282227041
Regi Febriansyah 05061282227072

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2024
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester


Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan

Oleh:
Atikah Ratna Anindita 05061182227009
Dea Amanda Marasabessy 05061182227011
Siti Rukmana 05061182227068
Muhammad Depa Wahyudi 05061282227035
Lutvi Firmansyah 05061282227041
Regi Febriansyah 05061382227072

Indralaya, 15 April 2024

Mengetahui,

Asisten I Asisten II Asisten III

Julaika Awalia Nabila Ayu Prastica Agung Rahmansyah


NIM. 05061282025015 NIM. 05061182126009 NIM. 05061282126063

Dosen Koordinator Praktikum


Bioteknologi Hasil Perikanan

Dr. Sherly Ridhowati Nata Imam., S.T.P., M.Sc


NIP. 198204262012122003
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan bundelan praktikum
Bioteknologi Hasil Perikanan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi standar nilai pada mata kuliah
Bioteknologi Hasil Perikanan. Selain itu laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai Bioteknologi bagi pembaca dan juga penulis.
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten dosen selaku
pembimbing praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. kami juga mengcapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini. kami menyadari laporan yang saya tulis masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan
sangat kami nantikan demi kesempurnaan laporan ini. Dengan demikian kami
sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Indralaya, April 2024


PENGENALAN ALAT-ALAT BIOTEKNOLOGI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bioteknologi berasal dari kata bios berarti hidup teuchos artinya alat serta
logos hidup, maka bioteknologi dapat dikatakan sebagai cabang dari ilmu yang
mendalami pemanfaatan sistem kehidupan dan organisme agar dapat
mengembangkan dan menciptakan produk baru tujuannya memperoleh produk
berkualitas dan berkuantitas baik secara singkat saat produksi. Bioteknologi juga
dikatakan sebagai pengetahuan yang membahas mengenai penggunaan organisme
maupun agen biologis dengan harapan mampu menghasilkan suatu produk atau
teknologi yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh manusia.
Perkembangan dalam bidang bioteknologi sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tujuan pengembangan bioteknologi itu sendiri agar
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia. Bioteknologi
dalam dunia pertanian terbukti bermanfaat bagi kehidupan manusia, salah satunya
sebagai ketahanan pangan, yang digunakan untuk pemanfaatan tanaman, hewan,
dan mikroorganisme yang dapat meningkatkan produktivitas (Darmayani, 2021).
Bioteknologi dapat didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip biologi,
biokimia dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan memanfaatkan agensia
jasad hidup dan komponen-komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi selalu berkaitan dengan reaksi-reaksi biologis yang dilakukan oleh
jasad hidup sebagai suatu individu atau komponen yang dapat berupa organel, sel
atau jaringan atau bahkan molekul tertentu, misalnya DNA, RNA, protein atau
enzim. Ilmu yang mendasari bioteknologi ialah mikrobiologi, genetika, biokimia,
biologi molekuler, ilmu pangan, rekayasa kimia, rekayasa mekanik, teknologi
pangan, elektronik dan komputer. Melalui upaya kemajuan bioteknologi seperti
rekayasa genetik, gen yang bermanfaat dari sumber yang berbeda seperti bakteri
atau spesies tanaman lain yang sama sekali tidak memiliki kedekatan dapat
diisolasi dan gen dimasukkan ke dalam tanaman yang diperbaiki melalui metode
transfer genetik, menggunakan penggabungan sel dan gen untuk memperbaiki
sehingga menghasilkan produk baru yang berkualitas (Yuwono, 2012).
Pada saat sekarang ini alat merupakan salah satu pendukung dari pada
keberhasilan suatu pekerjaan di laboratorium. Sehingga untuk memudahkan dan
melancarkan berlangsungnya praktikum pengetahuan mengenai penggunaan alat
sangat diperlukan. Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk
keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya
dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan
prosedur. Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar
dapat diketahui cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga
kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin.
Biasanya alat laboratorium dapat rusak, hal ini penting agar saat melakukan
penelitian, data yang diperoleh akan benar pula. Bekerja di laboratorium tidak
akan lepas dari berbagai terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik
yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu,
peralatan yang ada di dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang
tak jarang dapat berisiko tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum.
Jika tidak mengetahui penggunaan alat yang akan digunakan, percobaan kita akan
selalu menggunakan peralatan yang selalu berbeda (Suriantika et al., 2013).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui alat-alat yang
digunakan dalam praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alat-Alat Laboratorium


Pengenalan alat- alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan
kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat
praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat
tersebut. Alat-alat praktikum sangat dibutuhkan dalam proses penelitian ataupun
praktikum terutama dalam proses praktikum kimia banyak sekali alat-alat yang
digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau
pun proses penelitian tentu alat ini sangat dibutuhkan sekali. Alat laboratorium
juga dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya, maka
dari itu diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan alat
dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga
kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin hal ini penting agar
mendapatkan hasil penelitian yang benar, dan data-data yang dihasilkan dengan
meningkatkan kualitas penelitian dengan hasil yang baik (Hokayuruke, 2013).
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami
cara kerja serta fungsi dari alat-alat yang ada di laboratorium. Selain untuk
menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari
masing masing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna.
Penanganan bahan sebelum praktikum sangat mempengaruhi hasil praktikum.
Bahan kimia yang dapat menimbulkan bahaya sebaiknya disimpan dalam sebuah
lemari asam. Ada beberapa faktor yang sangat penting dalam mengetahui alat-alat
yang ada dilaboratorium, yaitu masalah alat-alat yang digunakan dan adanya
ketelitian praktikan dalam melakukan pengukuran dan perhitungan. Suatu
laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau
pemakainya yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal,
sakit atau gangguan kesehatan lainnya hanya dalam laboratorium. Penggunaan
harus dilakukan secara hati-hati agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama. Dalam menggunakan peralatan laboratorium harus memiliki keterampilan,
kecermatan, dan ketelitian agar diperoleh hasil data yang akurat (Tandra, 2013).
2.2. Autoklaf
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi
suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (121°C, 15 lbs).
Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi
(15 Psi = 15 pounds per square inch) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan
tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme,
melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan
membunuh mikroorganisme. Proses ini membunuh mikroorganisme, termasuk
bakteri, virus, dan spora jamur, yang berpotensi menyebabkan infeksi. Autoklaf
terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi
oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada
spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat
membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu
100°C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu
121°C, endospora dapat mati dalam waktu 4-5 menit, sel vegetatif bakteri dapat
dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C (Nasution et al., 2006).
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf
mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer
panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan
waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121°C
untuk waktu 10-15 menit. Medium yang akan disterilkan ditempatkan di dalam
autoclave selama 15-20 menit, hal ini bergantung pada banyak sedikitnya barang
yang perlu disterilkan. Medium yang akan disterilkan ditempatkan dalam
beberapa botol yang agak kecil dikumpul dalam satu botol yang besar. Setelah
pintu autoclave ditutup rapat, kran pada pipa uap dibuka dan temperatur akan
terus-menerus naik sampai 121°C. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika
cairan dalam volume besar, karena volume yang besar membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Autoclave umumnya digunakan di
laboratorium, rumah sakit, industri farmasi, dan industri makanan untuk menjaga
kebersihan dan keamanan produk serta perlengkapan medis. Selain itu juga dapat
berfungsi sebagai media pertumbuhan mikroorganisme pada sterilisasi agar tidak
terkontaminasi oleh bakteri yang tidak diinginkan oleh media (Kirono, 2001).
2.3. Rotary Evaporator
Rotary evaporator adalah salah satu alat laboratorium yag sering digunakan
yang berfungsi untuk mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari
suatu larutan yang digunakan dari yang berbentuk dari wujud cair menjadi uap
yang akan berpindah ke labu cairan atau labu sampel sehingga konsentrasi akan
menjadi lebih pekat atau sesuai dengan kebutuhan. Dalam proses evaporasi,
larutan yang pekat merupakan produk yang akan diharapkan sebagai hasil akhir,
sedangkan uapnya dapat diperoleh kembali tanpa hilang, sehingga dapat
dipergunakan kembali dalam proses ekstraksi yang telah dilakukan. Proses yang
terjadi pada alat yang akan membuat pelarut yang dipergunakan untuk proses
ekstraksi akan mengalami menguap karena panas yang tinggi, uap yang akan
keluar dari labu alas yang berbentuk bulat dan masuk ke dalam kondensor,
kondensor akan menangkap dan mendinginkan uap didalam labu sampel, uap
pelarut yang dingin akan mengalir dan akan tertampung didalam labu penampung.
Proses tersebut akan terus berlangsung sehingga volume setara antara di labu alas
bulat dengan labu penampung atau semua pelarut yang ada didalam labu alas
bulat telah berpindah dan tertampung di labu penampung (Hasmita et al., 2019).
Rotary evaporator yang banyak ditemui dilaboratorium tidak hanya memiliki
keunggulan tetapi juga memiliki kekurangan dan kelemahan dari alat yang sering
digunakan ini adalah rotary evaporator yang ada di laboratorium selama ini
adalah chiller untuk menampung air yang mengalir dari inlet dan outlet. Chiller
yang dipergunakan di laboratorium umumnya masih sangat yang berbentuk
konvensional. Pada chiller yang modern umumnya secara harga masih sangat
mahal dan laborotorium belumbisa menyediahkan alat satu ini. Chiller yang
terhubung dengan alat rotary evaporator secara konvensional yang biasa
digunakan dapat menggunakan ember yang lebih murah dan ekonomis dan mudah
didapat, terhubung dengan pompa dan penampung es batu untuk menstabilkan
suhu menggunakan air es, namun hal tersebut yang akan membuat proses dari
proses evaporasi tidak efisien dan akan membuat kegiatan di laboratorium akan
menjadi terbatas. Hal tersebut dikarenakan petugas laboratorium bolak balik harus
mengganti air es agar kondensor dapat bekerja secara optimal yang akan
menangkap dan mendinginkan uap menjadi suatu pelarut (Gunaan, 2017).
2.3. Centrifuge
Centrifuge merupakan peralatan laboratorium klinik yang banyak digunakan
untuk memisahkan suatu senyawa yang memiliki berat molekul yang berbeda
dengan memanfaatkan gaya sentrifugal. Prinsip gaya sentrifugal didasarkan atas
fenomena bahwa partikel yang tersuspensi dalam suatu wadah (tabung atau
bentuk lain) akan mengendap ke dasar kuvet, karena pengaruh gaya gravitasi.
Laju pengendapan dapat ditingkatkan dengan cara memperbesar pengaruh gaya
gravitasi terhadap partikel. Salah satu cara memperbesar gaya gravitasi dengan
meningkatkan gaya sentrifugal. Gaya tersebut digunakan untuk melepaskan
partikel-partikel terlarut tersebut dari ikatan antar partikelnya, dengan demikian
didapat partikel-partikel secara homogen berdasarkan berat molekulnya. Besarnya
gaya sentrifugal yang dihasilkan bergantung pada kecepatan putar motor. Semakin
tinggi kecepatan putar rotor, maka semakin besar gaya sentrifugal yang
dihasilkan. Dengan terpisahnya senyawa yang pada suatu larutan akan di
pergunakan untuk proses analisa dan pemeriksaan selanjutnya (Argriansyah,
2016).
Terdapat banyak larutan pada kehidupan sehari-hari yang dapat digunakan untuk
rujukan analisa kesehatan antara lain minuman, darah, urin, dan masih banyak
lagi. Dalam proses analisa komposisi suatu larutan diperlukan pemisahan terlebih
dahulu sebelum melakukan analisis. Pada tiap larutan memiliki massa jenis zat
yang berbeda, sehingga diperlukan kecepatan putaran yang berbeda pula.
Contohnya saja untuk pemisahan sampel urin dengan kecepatan 1500-2000 RPM
membutuhkan 2 waktu 10 menit dengan sampel sebanyak kurang lebih 2-3 ml.
Sedangkan untuk darah dengan kecepatan 2500-3000 RPM membutuhkan waktu
10 menit dengan sampel sebanyak 3-5 ml. Alat centrifuge berbasis micro
controller yang dibuat ini mengutamakan pada kecepatan dan waktu. Hal tersebut
sesuai dengan teori pemisahan larutan suspensi dengan menggunakan alat yaitu
menggunakan kecepatan putar rotor dan waktu putarnya. Pemilihan kecepatan dan
waktu akan menjadi pertimbangan tersendiri untuk mempermudah dalam
penggunaan alat centrifuge. Dengan memiliki beberapa variasi yang ada pada
pengaturan kecepatan dan waktu yang lebih banyak maka, untuk melakukan
pemisahan atau pemurnian suatu larutan menjadi lebih bervariasi pula, besarnya
gaya sentrifugal bergantung kepada kecepatan putar pada motor (Jauhan, 2011).
2.5. Inkubator
Inkubator konvensional merupakan alat yang didesain untuk memenuhi
kebutuhan pada proses inkubasi dilaboratorium mikrobiologi yang mengunakan
komponen alat yang lumayan mahal dan membutuhkan tegangan listrik lumayan
tinggi pada saat pengunaannya dilaboratorium. Sedangkan inkubator portable di
rancang menggunakan bahan yang mudah di dapat dan relatif murah, pada saat
penggunaannya dilaboratorium pun membutuhkan tegangan listrik yang sedikit,
pada komponen alat inkubator portable di lengkapi dengan sensor suhu dan
pengatur suhu seperti pada inkubator konvensional. merancang dan munguji
inkubator portable sebagai alat inovasi penunjang laboratorium mikrobiologi yang
di lengkapi pengatur suhu dan LCD. Metode ini merupakan jenis penelian
experimental yang bertujuan untuk membuat alat sederhana yang bisa untuk
menumbuhkan bakteri yang melalui proses inkubasi. Rata-rata pertumbuhan
bakteri yang di tanam pada media NAP lalu di inkubasi pada inkubator portable
dan inkubator konvensional sebagai kontrol hasil dan kesimpulan bahan inkubator
portable layak digunakan sebagai inkubator alternatif pada penunjang
laboratorium mikrobiologi khususnya dalam bidang inkubasi (Sudirman, 2018).
Inkubator dibutuhkan untuk menginkubasi suatu bakteri agar dapat hidup
pada suatu media atau subtrat. Sebelum bakteri dapat dimanfaatkan, maka bakteri
harus dikembangbiakkan terlebih dahulu. Bakteri dalam waktu tertentu
membutuhkan suhu yang cocok untuk mengembangbiakkan bakteri dengan
kondisi bakteri. Bakteri di inkubasi atau di kembangbiakkan dengan alat
penginkubasi bakteri yang disebut inkubator. Inkubator memiliki beberapa jenis
dan kegunaan secara khusus dibagi menjadi beberapa fungsi dan kebutuhan pada
laboratorium, sehingga penting untuk mengetahui apa sajakah jenis inkubator
yang dapat digunakan sesuai kebutuhan kita, CO2 incubator (inkubator yang
menyediakan karbondioksida), selanjutnya Shaker incubator (inkubator yang
dilengkapi dengan pengocok untuk aerasi biakan), Air Jacket CO 2 Incubator
(Inkubator dengan Jaket CO2). Alat inkubator adalah salah satu alat yang penting,
karena alat ini memudahkan para tenaga kerja lab di rumah sakit untuk melakukan
uji mikrobiologi baik itu kultur, uji antibiotik, uji fermentasi, penelitian dan lain-
lain yang dapat memudahkan dokter dalam pemberian obat dosis (Angelica,
2019).
2.6. Leminral Air Flow
Laminar Air Flow (LAF) adalah suatu alat untuk penyaringan dan petunjuk
aliran udara pada daerah produksi untuk sediaan-sediaan steril yang berguna
dalam menurunkan kemungkinan pengotoran. Laminar air flow (LAF) merupakan
alat yang digunakan sebagai tempat untuk menanamkan eksplain dan disebut
laminar air flow cabinet (LAFC) karena didalamnya di alirkan angin dengan arah
lurus (laminar) ke arah luar agar menghembus spora-spora jamur yang mungkin
beterbangan sehingga tidak memasuki botol kultur. Saat penanaman bagian-
bagiannya meliputi lampu UV (ultra violet), lampu neon, filter high efficiency
partick absorbent (HEPA). Jarum penunjuk atau pengatur kekuatan dari
hembusan angina. Laminar Air Flow (LAF) menjadi bagian penting dalam sebuah
laboratorium sebagai alat sterilisasi. Prinsip kerja alat ini adalah menyaring udara
dari luar melalui beberapa tahapan penyaringan dan menghasilkan udara yang
steril dari zat berbahaya yang terbawa oleh udara untuk dialirkan ke ruangan. Alat
laminar air flow dirasa sangat penting akan keberlangsungan penelitian karena
mempunyai tingkat keselamatan dan keamanan bagi pengguna yang lebih tinggi
jika dibandingkan menggunakan peralatan sederhana seperti inkas di laboratorium
mikrobiologi dan dengan mengendalikan lampu Tl dan UV (Zulkarnain, 2009),
Laminar air flow (LAF) merupakan alat laboratorium yang berfungsi untuk
mensterilkan dan meminimalisir kontaminasi dari mikroba. Bagian-bagian LAF
yaitu meliputi lampu UV (ultra violet), lampu neon, Filter high efficiency particle
absorbent (HEPA), dan jarum penunjuk atau pengatur kekuatan hembusan angin.
HEPA filter berfungsi sebagai screen yang menyaring partikel di udara dengan
cara memaksa udara tersebut masuk melalui pori-pori mikroskopis, sehingga
memungkinkan LAF bekerja dengan efisien tingkat tinggi, karena dapat
memerangkap sekitar 99.9% partikel dengan ukuran 0,3 µm atau lebih dengan
tujuan menyediakan udara yang ultra bersih. LAF dirancang untuk melindungi
operator, seluruh lingkungan laboratorium dan material kerja dari penyebaran
aerosol beracun dan infeksius. Kegiatan laboratorium seperti inokulasi kultur sel,
suspensi cairan dari senyawa infeksius, homogenisasi, dan pengocokan material
infeksius, sentrifugasi dari cairan beracun, atau bekerja dengen hewan dapat
menimbulkan beberapa senyawa seperti senyawa aerosol beracun (Suhardi, 2008).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUKM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan materi Pengenalan Alat-Alat
Laboratorium dilakukan pada hari Selasa, 20 Februari 2024 pada pukul 14.30
WIB s.d selesai, dilaksanakan secara tatap muka di Laboratorium Mikrobiologi
dan Bioteknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan adalah
buku, pena, handphone dan memakai jas lab.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.
1. Memakai jas lab dan mempersiapkan buku, pena, dan handphone, lalu memas
uki laboratorium Mikrobiologi dan perkelompok bioteknologi.
2. Kemudian pengenalan alat, alat pertama yang dijelaskan yaitu Laminar Air Fl
ow dicatat fungsinya dan cara kerja serta di dokumentasikan.
3. Selanjutnya pengenalan alat-alat yaitu Autoklaf, Hot Plate, Mesin Grinder se
telah dijelaskan dicatat lalu di dokumentasikan.
4. Lalu pengenalan alat- alat yaitu Centrifuge, Inkubator, Spektrofotometri setel
ah mendengar penjelasannya dicatat dan di dokumentasikan.
5. Kemudian pengenalan alat yang terakhir yaitu Ultrasonic, Oven , Dehidrator
setelah mendengarkan penjelasan tentang cara pemakaian, fungsi dan lainnya
dicatat dan di dokumentasikan.
6. Mengerjakan responsi yang telah diberikan oleh asisten dosen,
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan materi Pengenalan
Alat-Alat Bioteknologi adalah sebagai berikut.
4.1.1. Tabel hasil praktikum materi Pengenalan Alat-Alat Bioteknologi
No Nama alat Gambar Fungsi Prinsip kerja
1. Inkubator Menginkubasi Mengatur suhu di
suatu bakteri agar ruang terisolasi dan
dapat hidup pada dilengkapi dengan
suatu media timer, suhu 42,5℃

2. Hot plate Memanaskan atau Dapat memanaskan


menghomogenkan dengan magnet stir
larutan bar yang
dimasukkan ke
gelas yang berisi
larutan kimia yang
ditempatkan diatas
pelat (plate)
3. Centrifuge Memisahkan Rotasi atau
organel sesuai perputaran tabung
dengan massa tujuannya untuk
jenisnya memisahkan
larutan sesuai
massa jenisnya
dengan waktu
10,20 menit dengan
kecepatan 1000-
4000 rpm
4. Oven Mengeringkan Memanaskan dan
sampel dan bahan mengeringkan
bisa berupa bahan secara tertutup
kimi dengan waktu dan
suhu yang
ditentukan

5. Mesin grinder Untuk Batu gerinda yang


menghaluskan berputar
sampel yang bergesekan dengan
digunakan benda kerja
sehingga terjadi
pemotongan atau
penghalusan
6. Dehidrator Mengeringkan Memanaskan dan
bahan atau sampel mengeringkan
bisa berupa bahan makanan dengan
pangan waktu dan suhu
yang ditentukan

7. Autoklaf Mensterilkan Mensterilkan alat


peralatan menggunakan uap
laboratorium agar panas dengan suhu
virus dan bakteri 121℃selama 15
dapat mati menit

8. Evaporator Mengubah Dengan


sebagian atau menguapkan
keseluruhan sebagian pelarut
sebuah pelarut sehingga
dari lauran didapatkan larutan
menjadi uap zat cair pekat yang
konsentrasinya
lebih tinggi
9. Vortex Mencampurkan Mencampurkan
larutan yang ada atau
dalam tabung meghomogenkan
reaksi agar komposisi
sampel rata

10. Spektrofotometri Menentukan suatu Penyerapan cahaya


zat dalam jumlah yang berbeda-beda
kecil berdasarkan oleh senyawa
daya absorbsi zat kimia pada rentang
panjang gelombang

11. Ultrasonic Sebagai Menggunakan


cleaner pembersih proses gelembung
mekanis sekaligus kavitasi yang
sterilisai peralatan diinduksi oleh
laboratorium tekanan frekuensi
melalui proses tinggi (suara) yang
perambatan mengagitasi cairan
gelombang suara
pada medium air
12. Laminar air Sebagai meja Meniupkan udara
flow kerja steril untuk steril secara
kegiatan inokulasi kontinu sehingga
atau penanaman tempat kerja bebas
dari debu maupun
jamur selama
kegiatan
berlangsung
4.2. Pembahasan
Pembahasan yang di dapat dari praktikum Bioteknologi dengan materi
Pengenalan Alat-alat Laboratorium Bioteknologi. Bioteknologi merupakan
prinsip-prinsip biologi, biokimia dan rekayasa organisme baik mikroba atau jasa
hidup untuk menghasilkan barang dan atau jasa. Dalam bioteknologi sendiri ada
bioteknologi yang modern dan tradisional. Umumnya setiap alat di Laboratorium
Bioteknologi memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja
atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Berdasarkan pemahaman
serta uraian tersebut maka penting melakukan praktikum pengenalan alat di
laboratorium pada saat penggunaan alat untuk praktikum selanjutnya tidak
terjadi kesalahan. Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita
melakukan percobaan atau penelitian karena dengan mengenal alat, kita dapat
mengetahui fungsi masing-masing bagian dari alat tersebut serta cara
pengoprasian atau penggunaan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan
atau penelitian yang mengetahui cara penggunaan alat yang digunakan dapat
memperlancar jalannya suatu percobaan atau penelitian dengan berbekal
pengetahuan serta pemahaman fungsi dan cara kerja dari alat.
Adapun alat alat laboratorium bioteknologi yang telah dikenalkan yaitu,
Inkubator fungsinya untuk menginkubasi mikroorganisme, Hot plate fungsinya
untuk memanaskan dan menghomogenkan larutan, Centrifuge fungsinya
memisahkan organel sesuai massa jenisnya, Oven fungsinya untuk mengeringan
sampel dan bahan, Grinder fungsinya untuk menghaluskan bahan, Dehidrator
fungsinya sama seperti oven tetapi lebih di khususkan makanan dengan waktu 12
jam saja, Autoklaf fungsinya untuk mensterilkan peralatan laboratorium,
Evaporator fungsinya menyerap hawa panas dan menghembuskan udara dingin,
Vortex fungsinya untuk menghomogenkan dengan tabung reaksi,
Spektrofotometri untuk menentukan suatu zat berdasarkan dengan absorbs,
Ultra sound fungsinya sebagai pembersih mekanis sekaligus fungsi sterilisasi
peralatan, Laminar air flow fungsinya mengalirkan udara steril secara terus
menerus melewati beberapa komponen sehingga tempat yang digunakan akan
terbebas dari debu, spora. Diantara alat tersebut ada alat laboratorium
Bioteknologi yang prinsipnya sama yaitu oven dengan Dehidrator.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum Bioteknologi Hasil perikanan materi
Pengenalan alat laboratorium adalah sebagai berikut.
1. Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan kegiatan praktikum maupun
penelitian. Banyak alat-alat yang terdapat di laboratorium baik yang berbahaya
maupun tidak berbahaya, oleh sebab itu kita harus mengetahui cara penggunaa
n, fungsi dan prinsip kerja setiap alat-alat tersebut.
2. Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan
percobaan atau penelitian karena dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui
fungsi masing-masing bagian dari alat tersebut.
3. Umumnya setiap alat di Laboratorium Bioteknologi memiliki nama yang
menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika
alat digunakan.
4. Grinder fungsinya untuk menghaluskan bahan, Dehidrator fungsinya sama
seperti oven tetapi lebih di khususkan makanan dengan waktu 12 jam saja.
5. Laminar air flow fungsinya mengalirkan udara steril secara terus menerus
melewati beberapa komponen sehingga tempat yang digunakan akan terbebas
dari debu, spora.

5.2. Saran
Adapun saran pada praktikum teknik laboratorium yakni harap pada praktikan
agar lebih konsisten dan tertib pada saat praktikum sedang berlangsung.
EKSTRAKSI TUMBUHAN ECENG GONDOK
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Eceng gondok merupakan tanaman makrofita yang termasuk ke dalam
famillia Pontederiaceae (tanaman berbunga) yang mengapung di air. Tanaman ini
umumnya dikenal sebagai tanaman gulma yang dapat merusak perairan
menimbulkan masalah ekologis karena pertumbuhannya yang sangat cepat, eceng
gondok memiliki tinggi sekitar 0,4 - 0,8 m. Bagian organ pada eceng gondok
meliputi akar, daun dan tangkai. Pada tangkai eceng gondok berbentuk bulat
menggelembung (bulb) yang di dalamnya penuh dengan rongga udara yang
berperan untuk mengapungkan tanaman di permukaan air. Tempat tumbuh yang
ideal bagi tanaman eceng gondok adalah perairan yang dangkal dan berair keruh
dengan pH berkisar 4-12, manfaat tanaman eceng gondok adalah dapat menambah
kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik, sebagai bahan industri kertas,
sebagai medium penanaman jamur, isolator logam berat, sebagai penghasil gas
bio dan bahan kerajinan dengan kadar selulosa yang tinggi (25% selulosa, 33%
hemiselulosa, dan 10% lignin) sebagai bahan baku selulosa berbasis polimer,
lebih bernilai ekonomis dibandingkan yang ada saat ini (Anggraeni, 2013).
Penelitian secara ilmiah telah membuktikan bahwa eceng gondok
mengandung berbagai jenis senyawa aktif (komponen fenol, flavonoid, tanin,
alkaloid, sterol, dan glikosida) yang memiliki aktivitas biologi misalnya
antioksidan, antibakteri, dan antifungi, Hasil analisa dari eceng gondok dalam
keadaan segar diperoleh bahan organik seperti fosfor dan kalium. Kandungan
kimia pada tangkai eceng gondok segar adalah air, fosfor, kalium, klorida,
alkanoid sedangkan dalam keadaan kering tangkai eceng gondok mempunyai
kandungan selulosa, pentosa silika dan lignin. Tanaman eceng gondok juga
diketahui berfungsi sebagai sumber bahan organik yang dapat memperbaiki fisik
tanah, menambah daya serap air dalam tanah dan mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman, Tanaman eceng gondok dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman tanaman seledri, karena mengandung zat pengatur tumbuh seperti IAA
(Indole Asetic Acid) tersebut dalam tumbuhan perairan (Permatasari, 2016).
Serat eceng gondok sekarang banyak digunakan dalam industri mebel dan
kerajinan rumah tangga karena mudah didapat, murah dan dapat mengurangi
polusi lingkungan (biodegradability) sehingga komposit ini mampu mengatasi
permasalahan lingkungan serta tidak membahayakan kesehatan. Untuk
menghasilkan komposit dengan kualitas fisik dan mekanik yang tinggi maka jenis
resin yang digunakan harus sesuai dengan bahan pembuatan komposit, dalam
mengoptimasi proses pembuatan serat eceng gondok untuk menghasilkan
komposit serat dengan kualitas fisik dan mekanik yang tinggi diperoleh bahwa
semakin panjang serat maka harga impak akan semakin menurun, kekuatan impak
maksimum terjadi pada panjang serat 50 mm, dengan kekuatan harga 0,002344
J/mm2 menggunakan resin unsaturated polyester resin (Makyanie, 2015).

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum Bioteknologi untuk mengetahui ekstraksi tumu
buhan eceng gondok dan mendapatkan hasil pada eceng gondok tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Eceng Gondok


Eceng gondok atau Eichornia crassipes merupakan tumbuhan air tawar yang
dikenal sebagai gulma. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Indonesia khususnya
diperairan tawar yang menyerap nutrien dalam pertumbuhannya. Eceng gondok
memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai
gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Oleh karena itu, dengan
pertumbuhan tanaman eceng gondok yang cepat akan menyebabkan sungai-sungai
ataupun perairan menjadi dangkal serta menyebabkan terjadinya aerasi akibat
terhalangnya sinar matahari yang masuk ke dalam air yang mampu di sebabkan
oleh kerapatan tumbuhan antar eceng gondok. Selain dikenal dengan tanaman
penganggu, eceng gondok memiliki kemampuan dalam penyerapan logam-logam
berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik sehingga sering di
jadikan tanaman yang mampu mengolah air buangan domestik dengan tingkat
efisiensi yang tinggi. Selain itu, eceng gondok juga dapat menurunkan kadar BOD
serta partikel suspensi secara biokimia berlangsung secara lambat (Ahmed, 2012).
Eceng gondok adalah tanaman yang hidup mengapung di air dan kadang-
kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,5 meter. Eceng gondok tidak
mempunyai batang, daunnya tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya
meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung, permukaan daunnya licin dan
berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya
berbentuk tabung. Akarnya merupakan akar serabut. Eceng gondok (Eichornia
crassipes) berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun
generatif. Pada umumnya eceng gondok tumbuh dengan cara vegetatif yaitu,
dengan menggunakan stolon. Kondisi optimum bagi perkembangannya
memerlukan kisaran waktu antara 11 – 18 hari. Eceng gondok tumbuh di kolam-
kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat
penampungan air, dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan
kondisi yang ekstrem, yaitu dari ketinggian air, arus air, perubahan ketersediaan
nutrien, pH, temperatur, dan racun yang berada didalam air (Nuryana, 2016).
2.2. Ektstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan
senyawasenyawa dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut yang sesuai
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu metode dingin,
metode panas, dan menggunakan alat. Pada penelitian ini dilakukan berbagai
metode ekstraksi, yaitu maserasi, perebusan, pemanasan vakum, dan distilasi uap
air-air dengan pelarut air untuk mengekstrak serbuk buah nanas menjadi minuman
bening yang dapat langsung dikonsumsi. Pada umumnya, pelarut yang banyak
digunakan untuk mengekstraksi adalah metanol dan etanol. Akan tetapi, hasil
ekstrak dari penggunaan metanol dan etanol kurang aman apabila produk yang
dihasilkan langsung dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, pelarut yang dipilih
untuk ekstraksi ini adalah air karena relatif aman untuk ekstraksi produk
konsumtif Selain itu dalam terdapat vitamin C yang merupakan vitamin larut air
sehingga dapat mengurangi hilangnya senyawa aktif larut air pada hasil ekstraksi.
Perbedaan metode ekstraksi kemungkinan akan menghasilkan rendemen ekstrak
yang berbeda dan kandungan kimia yang berbeda pula (Verawati et al., 2020).
Proses ekstraksi dihentikan Ketika tercapai keseimbangan antara konsentrasi
senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi. Ekstrak adalah sediaan kering, kental,
atau basah yang didapat dengan mengekstraksi senyawa aktif dari sampel nabati
atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi adalah salah satu teknik
pemisahan kimia untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel dengan
menggunakan pelarut. Prinsip pemisahan didasarkan pada kemampuan atau daya
larut senyawa dalam pelarut tertentu. Pelarut yang digunakan harus mampu
mengekstrak komponen senyawa dari sampel secara maksimal Sampel yang
diekstrak mengandung zat aktif yang dapat larut dan tidak dapat larut serta dapat
digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, karbohidrat,
protein, serat, dan lain-lain Faktor yang memengaruhi kecepatan ekstraksi yaitu
kecepatan difusi zat larut melalui lapisan-lapisan batas antara pelarut dengan
bahan yang mengandung zat tersebut. Selain itu, rendemen juga merupakan salah
satu parameter mutu ekstrak. Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan
maka nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak pula, selain itu beberapa
senyaawa mungkin saja sulit di ektraksi pada suhu kamar (Wijaya et al., 2018).
2.2.1. Maserasi
Maserasi adalah dengan tekhnik perendaman terhadap bahan diekstraksi.
Teknik maserasi adalah teknik pengekstraksikan yang paling klasik. Sampel yang
telah dihaluskan direndam dalam suatu pelarut organic selama beberapa waktu.
Kemudian disaring dan hasilnya dapat berupa filtrate. Proses maserasi dapat
dilakukan dengan dan tanpa pemanasan, dengan pengocokan dan juga dengan
ultrasonic. Maserasi merupakan penyarian secara sederhana karena dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Langkah kerjanya
adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari
tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil
beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif
dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-
pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut
pelarut polar), ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton,
etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi
umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar (Ibrahim, 2013).
Maserasi (macerare = mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi paling
sederhana. Bahan jamu yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope
(umumnya terpotong-potong atau diserbuk kasarkan) disatukan dengan bahan
ekstraksi. Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.
Kriteria cairan penyari yang baik yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara
fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar,
tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat yang dikehendaki. Keuntungan cara
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian cara maserasi adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna. Keuntungan proses
maserasi diantaranya adalah bahwa bagian tanaman yang akan diekstraksi tidak
harus dalam wujud serbuk yang halus, tidak diperlukan keahlian khusus dan lebih
sedikit kehilangan alcohol sebagai pelarut seperti pada proses perkolasi/soxhlet
dll. Sedangkan kerugian proses maserasi adalah perlunya dilakukan penggojongan
atau pengadukan, pengepresan dan penyaringan, terjadinya residu pelarut di dalam
ampas, serta mutu produk akhir yang tidak konsisten (Kumoro, 2015).
2.3. Ekstrak Tanaman
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dari pemisahan senyawa aktif
dari jaringan tanaman obat dengan menggunakan pelarut terpilih melalui prosedur
standar metode ekstraksi yang sering digunakan untuk menarik kandungan kimia
yang terkandung dalam tanaman adalah dengan cara dingin, yaitu maserasi dan
perkolasi. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat kedalam pelarut, dimana perpindahan terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut. Dalam teknologi farmasi
adalah cara mengekstraksi, jenis ekstraksi dan cairan yang sebaiknya digunakan
tergantung kelarutan bahan kandungan stabilitasnya (Handa et al., 2008).
Ekstraksi juga merupakan suatu proses penarikan senyawa metabolit
sekunder dengan bantuan pelarut. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu
tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami
kerusakan. Metode ekstrak yang digunakan biasanya adalah metode maserasi
karena metode tersebut merupakan salah satu metode umum dalam proses
ekstraksi bahan alam, selain itu metode maserasi lebih sedehana dan mudah.
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat, daya penyesuaian tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan
dalam memperoleh ekstrak yang sempurna. Beberapa metode penyarian antara
lain maserasi, perkolasi dan sokhletasi, merupakan tahap pengeringan yang
bertujuan untuk menghilangkan kandungan air pada tanaman serta mencegah
adanya jamur dan bakteri. Air tanaman dapat menyebabkan reaksi enzimatik
sehingga berpengaruh pada metabolit. Hal yang perlu diperhatikan saat
mengeringkan tanaman adalah stabilitas kandungan yang diambil. Kandungan
yang tidak stabil ditutup dengan kain saat akan disinari sinar matahari.
Selanjutnya diserbukkan, bertujuan agar luas permukaannya bertambah luas dan
kontak pelarutnya semakin tinggi efektivitas saat proses ekstraksi (Trifani, 2012).
2.4. Etanol 96%
Etanol merupakan senyawa kimia dengan rumus CH3CH2OH, yang
molekulnya mengandung gugus hidroksil (OH-). Etanol atau minuman beralkohol
terbuat dari fermentasi gula. Bahan baku dasar yang digunakan adalah biji-bijian,
buah-buahan, umbi-umbian dan gula tebu. Berdasarkan klasifikasinya, peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 86/Men.Kes/Per/IV/1977 membagi minuman
beralkohol dalam tiga jenis, yaitu golongan A (Bir) dengan kadar etanol 1-5%,
golongan B (Champagne, Wine) dengan kadar etanol 5-20%, dan golongan C
(Whisky) dengan kadar etanol 20-55%.8,9,10, Mengingat pemanfaatan bioetanol/
etanol beraneka ragam, sehingga grade etanol yang dimanfaatkan harus berbeda
sesuai dengan penggunaannya. Untuk etanol yang mempunyai grade 90-96,5%
dapat digunakan pada industri, sedangkan etanol yang mempunyai grade 96-
99,5% dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar industri
farmasi. Besarnya grade etanol yang dimanfaatkan campuran bahan bakar untuk
kendaraan sebesar 99,5-100%. Perbedaan grade berpengaruh terhadap proses
konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air (Anggraito et al., 2018).
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tanaman gulma yang dapat
tumbuh cepat dalam air dan dapat mengakibatkan masalah ekologis di beberapa
pengendalian dan pemanfaatan. Pemanfaatan eceng gondok dapat dilakukan
dengan mengambil senyawa kimia di dalamnya melalui proses ekstraksi untuk
selanjutnya dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi. Penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan rendemen ekstrak yang paling tinggi dengan lebih
efektif dan efisien. Penelitian ini dilakukan ekstraksi eceng gondok melalui
metode Vacuum Microwave Assisted Extraction (VMAE) pelarut etanol variasi
konsentrasi 70% dan 96% serta waktu ekstraksi yang digunakan adalah 8, 10, dan
15 menit. Setelah itu, hasil ekstrak dipekatkan menggunakan rotary vacuum
evaporator pada tekanan 200 mBar, suhu 40°C, dan putaran 60 rpm. Analisis
yang dilakukan adalah analisis kadar gravimetri, perhitungan rendemen, serta
dilakukan uji fitokimia. Dari analisis kadar air awal eceng gondok 91.2% dan
penurunan menjadi 5.63%. Hasil ekstrak dengan rendemen sebesar 61.07%
didapatkan pada konsentrasi etanol 96%. Berdasarkan uji fitokimia diketahui
ekstrak eceng gondok mengandung senyawa alkaloid (Dewantara et al., 2021).
2.5. Hot Plate
Hot Plate Magnetic Stirrer adalah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk memanaskan dan mengaduk larutan satu dengan larutan lain yang bertujuan
untuk membuat suatu larutan homogen dengan bantuan pengaduk batang magnet.
Salah satu pemanfaatan alat Hot Plate Magnetic Stirrer adalah dalam pembuatan
gliserol dengan mencampurkan minyak dan katalis. Penggunaan hot plate dalam
pembuatan gliserol ini akan sangat lebih efisien dibandingkan dengan alat lain
seperti alat pemanas berupa kompor atau pun bunsen yang akan digunakan
bersamaan dengan labu alas bulat karena dari segi rangkaian nya hot plate tidak
rumit dan juga hot plate memiliki prinsip kerja berupa plate yang dapat
dipanaskan dan hubungan antara dua magnet yaitu, magnet yang dihubungkan
pada motor dan magnet yang dimasukkan dalam wadah sehingga mampu
mempercepat pengadukan. Dengan menggunakan Hot Plate Magnetic Stirrer,
pencampuran dapat dilakukan dengan menghemat tenaga, dan gliserol yang
dihasilkan akan lebih banyak karena minyak dan katalis akan lebih homogen.
Selain itu, dari segi pemanasan Hot Plate Magnetic Stirrer lebih dapat dikontrol
dan juga lebih aman dibandingkan dengan pemanas kompor ataupun bunsen,
karena dalam pembuatan gliserol dengan suhu panas adalah hal yang harus dijaga
untuk memperoleh hasil gliserol dengan kualitas yang baik (Rohman, 2011).
Dalam penggunaanya, stirer hot plate ini memerlukan magnetic stir bar
(magnetic bar) yaitu sepotong besi atau magnet yang tidak bereaksi dengan
larutan karena dibungkus dengan materi khusus misalnya teflon atau PTFE
magnetic bar mempunyai ukuran yang beragam yang pada penggunaanya
tentunya disesuaikan dengan ukuran beaker gelas yang digunakan. Magnetic bar
berfungsi sebagai alat pengaduk pada saat proses pengadukan dengan hot plate
laboratorium. Seperti instrumen laboratorium pada umumnya, untuk menjaga unit
ini dari kerusakan, maka perlu dilakukan perawatan secara berkala. Hot plate
memiliki fungsi untuk menghomogenkan larutan dengan pengadukan. Pelat yang
terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses
homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet hot plate dan magnetic
stirrer misalnya mampu menghomogenkan sampai 10L, dengan kecepatan sangat
lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425° (Waltor, 2010).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan dilaksanakan pada hari selasa
tanggal 8 Maret 2024 pada pukul 14:00 WIB sampai dengan selesai, dilaksanakan
secara offline.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu talenan, pisau, sarung tangan, handphone, alu-foil,
oven, erlenmeyer, corong, gelas ukur, beaker glass, magnetic stier, spatula,
termometer, botol kaca, dan kain. Adapun bahan yang digunakan yaitu eceng
gondok, etanol.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini sebagai berikut:
Preparasi:
1. Tumbuhan eceng gondok dibersihkan menggunakan air mengalir.
2. Pisahkan akar, batang, dari daun yang akan digunakan.
3. Daun eceng gondok dipotong-potong kecil menjadi beberapa bagian letakan
diatas alu-foil yang ada atas wadah.
4. Oven daun eceng gondok sampai kering selama 24 jam
5. Diamkan beberapa menit, blender daun eceng gondok tadi hingga halus
6. Disimpan di tempat yang tertutup rapat.
Ekstrasi:
1. Timbang 200 gram sampel serbuk eceng gondok, 200 ml etanol dimasukan
kedalam gelas ukur dan sampel dimasukan kedalam erlenmeyer sehingga
homogen.
2. Masukan magnetic stirre, lalu panaskan dengan hot plaet dengan suhu 60℃
selama 1jam, saring larutan dengan menggunakan kain dan masukan kedalam
erlenmeyer, masukan simelisa kedalam botol kaca.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan berjudul Ekstraksi
Tumbuhan Eceng Gondok ini adala sebagai berikut.
Tabel 4.1.1 Hasil Praktikum Ekstraksi Tumbuhan Eceng Gondok
No. Tingkat Ekstraksi Keterangan Gambar
1. Ekstraksi Pertama Warna lebih pekat, gelap dan
sedikit kental

2. Ekstraksi Kedua Warna lebih bening dan cukup


encer
4.2. Pembahasan
Pada praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan materi kedua yang berjudul
Ekstraksi Tumbuhan Eceng Gondok, dimana praktikum ini dilakukan secara
offline di dalam Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Hasil Perikanan.
Sebelum melakukan proses ekstraksi, siapkan tanaman eceng gondok yang akan
digunakan, cuci bersih dan potong kecil-kecil. Hal ini membuat eceng gondok
akan lebih cepat kering, sehingga lebih mudah dipanggang dan pada proses
ekstraksi lebih optimal setelah dipotong. Lapiskan wadah dengan alumunium foil
sebelum menaruh eceng gondok yang sudah di potong kecil, lalu taruh potongan
eceng gondok secara merata dan tidak tumpang tindih, sehingga memudahkan
dalam proses pengeringan. Suhu oven untuk mengeringkan tanaman eceng
gondok adalah 45°C selama 24 jam. Eceng gondok yang sudah kering dihaluskan
hingga menghasilkan bubuk dari tanaman eceng gondok yang digunakan dalam
proses maserasi. Proses maserasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan dengan
cara merendam simplisia dalam campuran pelarut selama waktu tertentu pada
temperatur kamar dan juga tempat penyimpanan yang terlindung dari cahaya.
Hasil dari praktikum ekstraksi eceng gondok menunjukkan bahwa dari tahap
ekstraksi pertama menampilkan karakteristik yang mencolok, ditandai dengan
adanya perubahan signifikan pada warna cairan yang menjadi lebih pekat, gelap,
dan memiliki konsistensi sedikit kental, yang mungkin disebabkan oleh adanya
peningkatan konsentrasi senyawa-senyawa tertentu serta keberadaan partikel-
padatan yang terperangkap dalam larutan. Sebaliknya, ketika sampel tersebut
diekstraksi kembali pada tahap kedua, terlihat bahwa cairan yang dihasilkan
memiliki warna yang lebih bening dan konsistensi yang cukup encer,
mengindikasikan kemungkinan terjadinya pemisahan senyawa-senyawa yang
lebih larut dalam pelarut yang digunakan, baik melalui peningkatan efisiensi
proses ekstraksi maupun penurunan jumlah senyawa yang terekstrak pada tahap
sebelumnya. Perubahan ini ditunjukkan dengan kompleks yang terlibat dalam
proses ekstraksi bahan organik dari eceng gondok, pentingnya pemahaman akan
parameter-parameter ekstraksi serta dampaknya terhadap sifat fisikokimia dari
hasil ekstraksi tersebut, sehingga memberikan wawasan yang lebih mendalam
dalam pengembangan metode ekstraksi yang lebih efektif dan efisien.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapatkan dari praktikum Bioteknologi Hasil
Perikanan tentang Ekstraksi Tumbuhan Eceng Gondok sebagai berikut.
1. Eceng gondok merupakan gulma di air karena pertumbuhannya yang begitu c
epat. Karena pertumbuhan yang cepat, maka eceng gondok dapat menutupi pe
rmukaan air dan menimbulkan masalah pada lingkungan.
2. Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan se
nyawasenyawa dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
3. Proses maserasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan dengan cara merenda
m simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada tem
peratur kamar dan juga tempat penyimpanan yang terlindung dari cahaya
4. Ekstraksi pertama menampilkan karakteristik yang mencolok, ditandai denga
n adanya perubahan signifikan pada warna cairan yang menjadi lebih pekat, g
elap, dan memiliki konsistensi sedikit kental, yang mungkin disebabkan oleh
adanya peningkatan konsentrasi senyawa-senyawa tertentu serta keberadaan p
artikel-padatan yang terperangkap dalam larutan
5. ketika sampel tersebut diekstraksi kembali pada tahap kedua, terlihat bahwa c
airan yang dihasilkan memiliki warna yang lebih bening dan konsistensi yang
cukup encer.

5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan yaitu ketika
praktikan berada di dalam lab hendaklah lebih kondusif lagi, dan untuk asisten
dosennya harap memperhatikan pratikan yang belum paham dengan penyampaian
materinya.
EVAPORASI TUMBUHAN ECENG GONDOK
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Evaporasi adalah salah satu alat dalam industri kimia untuk memekatkan
larutan yang encer. Pengertian umum dari evaporasi ini adalah menghilangkan air
dari larutan dengan mendidihkan larutan didalam tabung yang sesuai yang disebut
evaporator. Evaporasi bertujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Salah satu
teknologi vakum pada proses penurunan kadar air bahan pangan adalah
evaporator vakum. Terdapat berbagai macam jenis evaporator, salah satu jenis
yang digunakan adalah agitated thin-film evaporator. Evaporator jenis ini
biasanya digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap suhu tinggi sehingga bisa
diproses untuk dikurangi kadar airnya tanpa merusak kondisi fisik dan kandungan
kimia bahan. Agitated thin-film evaporator menggunakan tekanan vakum, yang
membuat proses penguapan kandungan air atau pemekatan didalam evaporator
dapat menggunakan suhu yang rendah. Tekanan vakum ini menyebabkan alat
evaporator sangat cocok bagi proses pemekatan bahan yang mudah rusak terhadap
panas (Viriani, 2015).
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk destilasi tipe vacuum,
destilasi vacum adalah destilasi yang menggunakan tekanan rendah pada tabung
destilasi atau ruangan destilasi. Tekanan akan diturunkan dengan menggunakan
pompa negative pressure atau dengan bantuan alat yang bernama suction pump,
saat alat bekerja maka alat bantu berupa suction pump akan ikut dinyalakan
dengan selang yang terhubung dengan tabung untuk menurunkan tekanan yang
ada didalam tabung destilasi selama proses destilasi berlangsung. Karena alat ini
berbeda dengan alat yang lain yaitu perbedaanya terletak pada prinsip dasarnya
alat rotary evaporator yaitu dengan menurunkan tekanan, maka suhu yang
dibutuhkan juga akan semakin kecil maka suhu yang dicatat pada data yang ada
akan berbeda yaitu lebih kecil dari suhu titik didih normalnya, maka user akan
mencatat suhu yang dirubah tadi sesuai dengan tekanan dan jenis cairan yang
didestilasi selama proses destilasi berlangsung, hal ini pengguna alat rotary
evaporator akan kesulitan dalam mencatat rata-rata pada suhu selama proses
destilasi berlangsung (Glover, 2014).
Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada perbedaan
titik didih yang sangat besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan pelarutnya.
Perlu diperhatikan bahwa titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan.
Makin tinggi tekanan, maka titik didih juga semakin tinggi. Proses evaporasi akan
menurunkan aktivitas air dalam hasil pertanian, penurunan aktivitas air ini akan
membuat bahan lebih awet karena proses pertumbuhan pada mikroba akan
terhambat. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk,
meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan,
menurunkan aktivitas air. Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas
air, evaporasi juga dapat meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan
evaporasi akan memperkecil volume larutan sehingga akan menghemat biaya
pengepakan, penyimpanan, dan transportasi. Banyak bahan pangan yang
memanfaatkan alat evaporator untuk membantu proses penyimpanan produksi
agar dapat bertahan lama diantaranya seperti cabai rawit dan lainnya (Sunarjono,
2015).

1.2. Tujuan

Tujuan dari Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan tentang Evaporasi ini adalah
untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses evaporasi dan melakukan percobaan
evaporasi pada ekstrak eceng gondok.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Evaporasi
Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam
dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin.Evaporasi
adalah salah satu kaedah utama dalam industri kimia untuk memekatkan larutan
yang encer. Pengertian umum dari evaporasi ini adalah menghilangkan air dari
larutan dengan mendidihkan larutan di dalam tabung yang sesuai yang disebut
evaporator. Evaporasi bertujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari
zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Evaporator merupakan salah satu alat yang banyak digunakan di industri kimia
untuk memekatkan suatu larutan. Peristiwa yang terjadi pada proses di evaporator
adalah evaporasi. Sedangkan pengertian evaporasi sendiri merupakan proses
perubahan molekul yang memiliki fasa cair dengan spontan menjadi fasa gas.
Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Laju evaporasi didalam evaporator
vakum dapat diketahui melalui penurunan kadar air pada bahan. Besarnya laju
evaporasi ini dipengaruhi oleh temperatur dari larutan sirup buahSalah satu faktor
yang mempengaruhi proses evaporasi pada evaporator (Syakdani, 2019).
Evaporasi atau penguapan adalah suatu operasi dimana suatu fluida berubah
dari keadaan cairan menjadi keadaan uap. Penguapan dapat dipakai untuk tujuan
pemisahan pelarut (solven) dari larutan yang lebih pekat. Selanjutnya larutan yang
pekat ini biasanya dikerjakan untuk kristalisasi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri
yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah
menguap dan pelarut yang mudah menguap. Evaporator mengubah air menjadi
uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap dikondensasikan
menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan, efek
pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan pendingin yang
menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas). Evaporator juga
digunakan untuk memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat
kontaminasilain. Titik didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol
dengan mengatur tekanan pada permukaan uap-cair (Ismiyati, 2020).
2.2. Rotary Evaporator
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk destilasi tipe vacuum,
destilasi vacuum adalah destilasi yang menggunakan tekanan rendah pada tabung
destilasiatau ruangan destilasi. Salah satu alat yang sering digunakan dari berbagai
evaporator yaitu Rotary evaporator diamana alat ini merupakan alat yang biasa
digunakan di laboratorium kimia untuk mengefisienkan dan mempercepat
pemisahan pelarut dari suatu larutan. Alat ini menggunakan prinsip vakum
destilasi, sehingga tekanan akan menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik
didihnya alat ini bekerja seperti alat destilasi. Pemanasan pada alat ini
menggunakan penangas air yang dibantu dengan rotavapor akan memutar labu
yang berisi sampel oleh rotavapor sehingga pemanasan Selain itu, penurunan
tekanan diberikan ketika labu yang berisi sampel diputar menyebabkan penguapan
lebih cepat. Dengan adanya pemutaran labu maka penguapan pun menjadi lebih
cepat terjadi. Pompa vakum digunakan untuk menguapkan larutan agar naik ke
kondensor Pemanasan yang akan dilakukan dibawah titik didih pelarut, membuat
senyawa yang terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi (Alex,
2014).
Salah satu alat yang digunakan untuk proses penguapan atau evaporasi adalah
Vacuum Rotary Evaporator. Vacuum Rotary Evaporator merupakan alat yang
dapat berfungsi untuk memisahkan bahan sempel dengan penambahan pelarut
setelah proses ekstraksi sehingga dapat mengasilkan ekstrak sesuai dengan yang
diinginkan. Alat rotary evaporator atau semacam mesin penyaring yang berputar.
Prinsip kerja dari rotary evaporator adalah untuk menguapkan suatu pelarut
ekstraksi dan hanya meninggalkan senyawa hasil diekstraksi disebut ekstrak.
Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan dalam wadah gelas dan ditambahkan
methanol untuk ekstraksi selanjutnya Karena alat ini berbeda dengan alat yang
lain yaitu perbedaanya terletak pada prinsip dasarnya alat rotary evaporator yaitu
dengan menurunkan tekanan, maka suhu yang dibutuhkan juga akan semakin
kecil maka suhu yang dicatat pada data yang ada akan berbeda yaitu akan lebih
kecil dari suhu titik didih normalnya, maka user akan mencatat dari suhu yang
dirubah tadi sesuai dengan tekanan tekanan dan jenis cairan yang didestilasi
selama proses destilasi berlangsung, hal ini pengguna alat rotary evaporator akan
kesulitan dalam mencatat rata- rata suhu selama destilasi tersebut berlangsung
(Ergina, 2014).
2.3. Feeze Dryer
Freeze Dryer merupakan suatu alat pengeringan yang termasuk ke dalam
Conduction Dryer / Indirect Dryer karena proses perpindahan terjadi secara tidak
langsung yaitu antara bahan yang akan dikeringkan (bahan basah) dan media
pemanas terdapat dinding pembatas sehingga air dalam bahan basah/lembab yang
menguap tidak terbawa bersama media pemanas. Hal ini menunjukkan bahwa
perpindahan panas terjadi secara hantaran (konduksi), sehingga disebut juga
Conduction Dryer / Indirect Dryer. Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah
satu metode pengeringan yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan
mutu hasil pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap
panas. Adapun prinsip kerja Freeze Dryer meliputi pembekuan larutan,
menggranulasikan larutan yang beku tersebut, mengkondisikannya pada vakum
ultra-high dengan pemanasan pada kondisi sedang, sehingga mengakibatkan air
dalam bahan pangan tersebut akan menyublim dan akan menghasilkan produk
padat. produk serbuk pigmen angkak yang dikeringkan menggunakan metode
freeze drying memiliki rendemen lebih tinggi dan lebih higroskopis dibanding
metode spray drying pada alat yang digunakan tersebut (Reyes,2015).
Freeze drying adalah metode yang paling efektif untuk mengeringkan substansi
yang bersifat rentan terhadap panas. Prinsip kerja freeze drying adalah dengan
membekukan material dan mengurangi tekanan di sekitar bahan yang menyebakan
terjadinya sublimasi partikel air menjadi fase gas. Freeze drying, vacuum oven
drying dan cabinet drying adalah metode yang dapat digunakan untuk membuat
produk menjadi serbuk. Kelebihan dari metode tersebut adalah dapat dilakukan
pengaturan suhu, serta tidak bergantung pada cuaca. Freeze drying merupakan
metode pengeringan yang terbaik karena dapat mempertahankan warna,
kandungan gizi, rasa, dan struktur biologi.Namun freeze drying memiliki
kelemahan yaitu tidak hemat energi karena proses pengeringan berlangsung relatif
lama dan biaya operasional yang tinggi. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian
untuk menentukan metode pengeringan lain yang dapat menghasilkan kualitas
serupa dengan hasil freeze drying namun lebih ekonomis dalam penggunaan
energi dan biaya operasional. Cara kerja alat dengan metode freeze drying adalah
sebagai berikut. ekstrak cairan sebelum dimasukkan kedalam freeze dryer telah
dibekukan dalam refrigerator (lemari es) minimal semalam pada alat
(Wang,2010).
2.4. Etanol 70%
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Penggunaan etanol 70% dipilih sebagai
penyari karena pelarut etanol merupakan pelarut universal yang memiliki
kemampuan menyari senyawa pada rentang polaritas yang lebar mulai dari
senyawa polar hingga non polar. Senyawa polifenol memiliki tingkat kepolaran
yang polaritasnya mendekati dengan etanol sehingga dapat larut lebih banyak
pada etanol. Pelarut etanol 70% dapat mengekstrak senyawa fenol lebih baik
sehingga kadar yang dihasilkan akan menjadi tinggi karena etanol lebih mudah
masuk ke dalam membran sel untuk mengekstrak senyawa di dalam tanaman.
Selain itu pelarut etanol merupakan pelarut yang tidak toksik dibanding dengan
pelarut organik yang lain, tidak mudah ditumbuhi mikroba dan relatif murah.
Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua (Padmasari dkk., 2013).
Etanol dipertimbangkan sebagai cairan pelarut karena lebih efektif, tidak
beracun, dan kuman sulit untuk tumbuh dalam etanol dengan konsentrasi lebih
dari 20%, absorbsinya baik, panas yang diperlakukan untuk pemekatan lebih
sedikit, serta etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan. Etanol
cenderung aman dan memiliki titik didih yang rendah. Etanol juga memiliki
kepolaran yang tinggi sehingga mudah untuk melarutkan senyawa, karbon, resin,
lemak, asam lemak, minyak, serta senyawa organik lainnya. Etanol merupakan
pelarut yang dapat melarutkan senyawa yang bersifat kurang polar hingga polar
seperti senyawa fenolik. Etanol yang bersifat semi polar dapat melarutkan
senyawasenyawa yang bersifat polar maupun nonpolar seperti tanin, flavonoid,
fenol, dan minyak atsiri. Etanol dapat mendegradasi dinding sel sehingga senyawa
bioaktif lebih mudah keluar dari sel tanaman. Gugus hidroksil pada etanol dengan
gugus hidrogen dari gugus hidroksil senyawa fenolik meningkatkan kelarutan
senyawa fenolik. perbedaan konsentrasi etanol dapat memengaruhi kelarutan
senyawa fenolik di dalam pelarut. Terlarutnya suatu zat apabila pelarut yang
digunakan memiliki tingkat kepolaran yang sama (Sa’adah et al., 2015).
2.5. Senyawa Bioaktif Eceng Gondok
Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang terkandung dalam tubuh hewan
maupun tumbuhan. Senyawa bioaktif ini ada yang dapat berfungsi sebagai
antibakteri, antikanker, antiinflamasi dan antioksidan. Antioksidan adalah zat
yang
dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi.
Senyawa
ini memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya dapat
dijadikan
sebagai sumber antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker.
Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk
mempertahankan mutu produk pangan. Antioksidan dalam produk pangan, dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebabkan
kerusakan. Manfaat antioksidan bagi kesehatan dan kecantikan, misalnya untuk
mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan
dini, dan lain-lain. Senyawa antioksidan dapat berupa senyawa alami maupun
senyawa sintetik, pada saat ini senyawa antioksidan sintetis sudah mulai
ditinggalkan karena memiliki sifat karsinogenik dan antioksidan yang berasal dari
alam mulai memegang peranan penting. Senyawa bioaktif yang bersifat
antioksidan alam banyak ditemukan di dalam kulit buah dan juga tumbutumbuhan
(Pratama, dkk, 2014).
Banyaknya tanaman eceng gondok yang tersebar di rawa ataupun empang
yang sangat mengganggu bagi air dan hewan yang ada disekitarnya. Namun,
tanaman eceng gondok juga memberikan manfaat bagi manusia, terutama bila
kepentingan manusia terhadap tumbuhan tersebut bersifat subyektif. Ekstrak
metanol eceng gondok menunjukkan bahwa tanaman eceng gondok memiliki
kandungan metabolit sekunder sebagian besar menjadi alkaloid, komponen fenol,
dan terpenoid. Eceng gondok juga mengandung senyawa flavonoid (luteolin,
apigenin, tricin, chrysoeriol, kaempferol, azaeleatin, gossypetin, dan orientin),
asam amino (metionin, valine, asam teonin glutamate, tryptofan, tyrosin, leusin,
dan lysine), fosfor, protein, komponen organik, dan sianida. Tanaman eceng
gondok diduga memiliki potensi sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan zat
yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata
mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi
meskipun dalam konsentrasi rendah. Metabolit sekunder dalam tumbuhan berasal
dari alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, dan steroid (Nyananyo et al.,
2005).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan dengan materi Evaporasi Tumbuhan
Eceng Gondok dilaksanakan secara of line pada hari Kamis, 28 Maret 2024 pukul
13.00 s.d. Selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknlogi
Hasil Perikanan, Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan
dengan materi Evaporasi Tumbuhan Eceng Gondok yaitu gelas ukur, labu
evaporator, dan evaporator. Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah
ekstrak eceng gondok.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Bioteknologi Hasil
Perikanan dengan materi Evaporasi Tumbuhan Eceng Gondok adalah sebagai
berikut.
1. Ekstrak eceng gondok sebanyak 160ml dimasukkan kedalam tabung labu
evaporator.
2. Tabung labu evaporator dipasangkan ke alat evaporator.
3. Ekstrak dievaporasi dengan suhu 40°C dan kecepatan 45 ppm.
4. Proses evaporasi dilakukan selama 30 menit.
5. Perubahan yang terjadi pada ekstrak eceng gondok.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan
dengan materi Evaporasi Tumbuhan Eceng Gondok adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1.1. Hasil Evaporasi Tumbuhan Eceng Gondok.
No Gambar Keterangan
1. Larutan eceng gondok 600ml sebelum
dievaporasi terlihat agak pekat dan kental.

2. Setelah dievaporasi larutan eceng gondok


mendapat 60ml yang terlihat sedikit cair dan
volumenya menjadi berkurang dan sebelum
dievaporasi larutan kelihatan berwarna biru
kehitaman.
4.2. Pembahasan
Pada praktikum Bioteknologi Hasil Perikanan dengan materi Evaporasi,
bahan yang digunakan saat proses evaporasi adalah tumbuhan eceng gondok.
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi
bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil
volume larutan, menurunkan aktivitas air. Hasil ekstraksi, etanol, dan juga
tumbuhan dari eceng gondok merupakan komponen penting yang digunakan
dalam proses evaporasi. Bagian-bagian alat evaporasi antara lain labu evaporasi
untuk menyimpan sampel, kondensor untuk mendinginkan pelarut yang menguap
menjadi gas dan berubah menjadi cair. Alat selanjutnya adalah rotary evaporator
yaitu memutar labu evaporator untuk memudahkan pemisahan pelarut dari larutan
alat terakhir adalah penangas air untuk mendinginkan gas pelarut menjadi cairan.
Pompa air dapat berfungsi sebagai pengatur sirkulasi air dengan menggunakan air
dari es batu, dimana kegunaan air es adalah untuk menjaga keseimbangan tekanan
agar tidak terlalu panas pada saat proses penguapan dan dapat memaksimalkan
proses.
Larutan maserasi sampel eceng gondok yang digunakan sebanyak 600 ml
dimasukkan di labu sampel. Dalam water bath sampel akan diputar dengan rotary
dengan kecepatan 45 rpm dan dengan suhu 40°C. Sampel sebelum dievaporasi
terlihat agak pekat dan juga cukup kental sehingga menyebabkan sampel berkerak
pada permukaan labu. Setelah dievaporasi, larutan eceng gondok terlihat sedikit
cair dari yang sebelumnya dan volumenya dari larutan sampel eceng gondok
menjadi berkurang dan pada sebelum proses evaporasi larutan sampel eceng
gondok terlihat berwarna biru kehitaman. Hasil larutan akhir sampel eceng
gondok setelah proses evaporasi sebanyak 60 ml. Sisa aquadest yang masih
terdapat di sampel karena titik didihnya berbeda dengan pelarut etanol. Bekas
pelarut yang telah digunakan kemudian diuapkan kembali pada proses evaporasi
tanpa menggunakan suhu dan tidak bisa langsung digunakan kembali harus
dilakukan tahap pemurnian dengan cara insuling dengan pelarut tidak tercampur
dengan pelarut lainnya. Proses evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu.
Suhu lingkungan, luas permukaan cairan yang terpapar udara, kelembaban relatif
udara, tekanan atmosfer, aliran udara dan kondisi pada permukaan cairan
evaporasi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dari praktikum bioteknologi hasil perikanan a
dalah sebagai berikut.
1. Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau m
enguapkan pelarut.
2. Sampel sebelum dievaporasi terlihat agak pekat dan juga cukup kental sehing
ga menyebabkan sampel berkerak pada permukaan labu.
3. Setelah dievaporasi, larutan eceng gondok terlihat sedikit cair dari yang sebel
umnya dan volumenya dari larutan sampel eceng gondok menjadi berkurang
dan pada sebelum proses evaporasi larutan sampel eceng gondok terlihat ber
warna biru kehitaman.
4. proses evaporasi tanpa menggunakan suhu dan tidak bisa langsung digunakan
kembali harus dilakukan tahap pemurnian dengan cara insuling dengan pelaru
t tidak tercampur dengan pelarut lainnya.
5. Proses evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu. Suhu lingkungan, lu
as permukaan cairan yang terpapar udara, kelembaban relatif udara, tekanan a
tmosfer, aliran udara dan kondisi pada permukaan cairan evaporasi.
5.2. Saran
Untuk praktikum bioteknologi hasil perikanan semoga kedepannya bisa mela
kukan kegiatan praktikum dengan seluruhnya dan semoga kedepannya juga ada ta
mbahan waktu untuk dilaboratorium supaya semua bisa mengikuti sampai dengan
selesai.

UJI ANTIOKSIDAN TUMBUHAN ECENG GONDOK

Anda mungkin juga menyukai