Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 5 DAN 6

HUKUM KESEHATAN

Dosen Pengajar
R Fresley Hutapea, SH, MH, MARS

Disusun Oleh
Tasya Sabrina

NIM 20210309017
Kelas A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA
UNGGUL TAHUN 2022
PERTANYAAN:

1. Bagaimana Pelaksanaan prinsip GOOD Samaritan Laws di Indonesia, Jelaskan


2. Bagaiman Tanggung jawab Rumah Sakit terhadap perlindungan hukum nakes
dalam pelayanan covid 19
3. Bagaimana Pelaksanaan pendelegasian Wewenang dari dokter kepada nakes
tertentu dalam kenyataan sehari – hari
4. Bagaimana mekanisme tanggung jawab dalam pendelegasian wewenang Tindakan
kedokteran
1. Prinsip Good Samaritan laws di Indonesia di teori ini menganggap seorang dokter sebagai
penolong yang baik hati. Sehingga seorang dokter atau petugas kesehatan tidak dapat
dipersalahkan jika menolong orang lain yang dalam keadaan darurat atau bahaya,
sepanjang pertolongan yang diberikan pantas atau layak.

Secara Prinsip Good Samaritan Laws diindonesia belum menganut hukum "good samaritan
law karena di Indonesia yang berlaku adalah pasal 531 KUHP , pasal tersebut berbunyi:
“Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahya maut, lalai
memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat
diberikan atau diadakan dengan tidak mengkuatirkan, bahwa ia sendiriatau orang lain akan
kena bahaya dihukum kurungan selama lamanya 3 bulan atau denda sebanyak- banyaknya
Rp 4500 jika orang yang perlu di tolong itu mati”

Dibanyak negara tindakan medis yang mengabaikan informed consent dianggap setara
dengan melakukan kelalaian yang menyebabkan kerugian pada orang lain. Namun tidak
jarang bahkan dianggap sebagai tindakan kesengajaan dan dapat di malpraktikkan.
Tindakan yang dianggap setara dengan tindakan kesengajaan dikategorikan sebagai berikut
:
1. Pasien sebelumnya menyatakan tidak setuju terhadap tindakan medis, tetapi petugas
kesehatan dan dokter melakukan juga tindakan tersebut.
2. Jika dokter dengan sengaja melakukan tindakan misleading tentang resiko dan akibat
dari tindakan medis tersebut.
3. Jika dokter dengan sengaja menyembunyikan risiko dan akibat dari tindakan medis yang
diambilnya.
4. Informed consent diberikan dengan prosedur yang berbeda secara substansial dengan
yang dilakukan oleh dokter

2. Tanggung jawab hukum Rumah sakit terhadap perlindungan hukum tenaga medis
dalam penanganan Covid-19, tampak dalam fakta bahwa tenaga medis tersebut telah
mendapatkan perlindungan hukum dalam bentuk pengawasan dan pembinaan yang
dilaksanakan oleh Rumah sakit tempat dimana nakes bekerja dalam penanganan Covid-
19. Pelanggaran terhadap hak dokter terkait dengan pelayanan pasien Covid-19 yang
sering terjadi adalah pasien tidak memberikan informasi secara jujur terhadap
kondisinya sebagai ODP atau PDP sehingga semakin rawan penularan virus Covid-19
yang tentunya memberikan dampak efek domino baik pada dokter, paramedis, pasien
lain dan bahkan keluarganya. Pelanggaran ini jelas bertentangan dengan ketentuan
Pasal 50 huruf c Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek kedokteran
bahwa dokter berhak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya.
3. Istilah perlindungan hukum, yakni Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan
yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat
penegak hukum bersangkutan dan juga bisa berarti berdasarkan sesuatu hakekat setiap
orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum perlindungan yang diberikan oleh
hukum. Perlindungan kepada semua hak individu setiap warga negara, tetapi konstitusi
dengan negara tersebut harus pula menentukan atau mengetahui cara prosedural untuk
memperoleh perlindungan atas hak - hak yang dijamin.

4. Persyaratan pelimpahan wewenang, dipertegas dalam pasal 23 ayat (3) Permenkes Nomor
2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Praktik Kedokteran, yang berbunyi “Pelimpahan
tindakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
✓ tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang
telah dimiliki oleh penerima pelimpahan;
✓ pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan pemberi
pelimpahan;
✓ pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilimpahkan
sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan;
✓ tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai
dasar pelaksanaan tindakan; dan tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus
menerus.

Anda mungkin juga menyukai