PENDAHULUAN
menjadi sangat menarik perhatian di Republik Indonesia saat ini salah satu
atau disebut sebagai uang kotor (dirty money) misalnya hasil dari korupsi,
atau diubah ke dalam bentuk yang nampak sah agar dapat digunakan dengan
aman.1 Dengan kata lain, pencucian uang merupakan suatu proses atau perbuatan
harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian diubah
menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah, dan jenis
kejahatan ini dari waktu ke waktu menjadi semakin rumit dalam hal
1
Sarah N. Welling, “Smurf, Money Laundering, and The U.S. Fed. Criminal Law : The
Crime of Structuring Transactions,” Flo. L. Rev, vol. 41, (1989), hlmn. 290, yang dikutip oleh
Yenti Garnasih, Kriminal Pencucian Uang (Money Laundering), (Jakarta : Program Pasca
Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), hlm. 1.
2
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. “Pedoman Umum Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bagi Jasa Pelayanan Keuangan Edisi I”,
(Jakarta: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, 2003), hlm. 4.
1
2
luar biasa (extraordinary crime) dan tidak saja dilakukan crosborder3 atau
transnasional. Dari beberapa fakta yang ada, telah terjadi kesenjangan antara das
sollen dan das sein (aturan hukum korupsi yang berkaitan dengan gratifikasi)
dengan realita di lapangan dimana kasus korupsi berupa suap dalam bentuk
transaksi dalam rangka menyelamatkan asset hasil kejahatan untuk negara serta
ketentuan rahasia bank dalam penyidikan tindak pidana pencucian uang yang
berasal dari tindak pidana korupsi, perluasan alat bukti, pemeriksaan dan putusan
3
M. Yusuf, Seminar Nasional “Efektifitas Penggunaan Undang-Undang No. 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam Upaya
Pemiskinan Koruptor, hlm. 3.
4
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan pemberantasan Tindak
Pidanan Pencucian Uang.
5
Marwan Effendi, Seminar Nasional “ Upaya Pemiskinan Koruptor melalui Instrumen
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang”, Tahun 2012, hlm. 1.
3
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang disahkan dan diundangkan
pencucian uang (money laundering) menjadi suatu perbuatan yang dilarang oleh
hukum pidana.6
No. 15 Tahun 2002 TPPU ini untuk mengatasi akibat Indonesia dimasukan ke
dalam daftar hitam, yakni dikategorikan sebagai negara yang tidak kooperatif,
atau negara yang Non Cooperative Countries and Territories (NCCT’s) sejak
tahun 2001 oleh kelompok negara maju yang tergabung dalam Financial Action
6
Kriminalisasi (Criminalization; criminalisering) merupakan istilah yang agak baru
dalam ilmu hukum, Kriminalisasi merupakan bagian dari kebijakan kriminal dengan menggunakan
sarana penal. Pengertian Kriminalisasi berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, adalah: “Suatu
proses yang memperlihatkan perilaku semula tidak dianggap sebagai peristiwa pidana, tetapi
kemudian digolongkan sebagai peristiwa pidana oleh masyarakat” Menurut Sudarto yang
dimaksud kriminalisasi adalah sebagai: “ Proses penetapan suatu perbuatan orang sebagai
perbuatan yang dapat dipidana, proses ini diakhiri dengan terbentuknya Undang-Undang di mana
perbuatan itu diancam dengan suatu sanksi yang berupa pidana”. Lihat dalam Sudarto,
Hukum dan Hukum Pidana. (Bandung: PT. Alumni, 1986), hlm. 31-32.
7
Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2008), hlm. 175-176
4
pidana pencucian uang salah satunya yaitu masalah kasus pajak yang modusnya
yaitu dengan membentuk jaringan yang kuat untuk membantuk para wajib pajak
dengan imbalan fee yang jumlahnya miliaran rupiah, yang terbongkar beberapa
waktu lalu yaitu kasus Bahasyim Assifie mantan pejabat Eselon II di Ditjen Pajak
ini dicurigai karena lalu lintas uang di rekeningnya tidak wajar pada kurun waktu
miliar rupiah, jumlah yang sangat besar dalam kurun waktu 6 tahun. Di duga saat
menjabat sebagai kepala KPP Jakarta VII, KPP Koja dan KPP Palmerah,
diperkirakan sebesar 500 miliar rupiah, belum termasuk rekening atas nama istri
dan dua anaknya sejumlah 68 miliar rupiah.8 Namun dibantah oleh koordinator
dengan pembuktian terbalik. Menurut dia Tim telah memiliki ahli yang
meringankan kliennya. Begitu pun dengan akuntan yang dapat menerangkan audit
aliran uang milik kliennya. Dia menyayangkan uang yang dinilainya diduga hanya
umum dalam dakwaannya, “ini ada apa? Nanti kita buktikan, karena predicate
8
Profil.merdeka.com/Indonesia/b//bahasyim-assifie, diakses internet pada tanggal 10
September 2018 Pukul 10.30.
9
www.hukumonline.com/../pembuktian-terbalik-dapat-diberlakukan, diakses internet
pada tanggal 10 September 2018 Pukul 11.15.
5
Banggar DPR RI, Wa Ode Nurhayati, S.Sos dari Partai Amanat Nasional (PAN)
golongan III/a yang usiannya masih tergolong muda yaitu 31 tahun dan diketahui
Susilo dalam kasus suap korupsi simulator SIM dan KPK mengenakan pasal
TPPU, dimana dia memiliki harta kekayaan yang tidak sesuai dengan profil
tanah dan rumah di berbagai daerah dan lainnya. Hal ini tidak masuk akal bila
dibandingkan dengan hasil pendapatnya resmi dari Irjen Pol. Djoko Susisolo ini.11
Dengan melihat kondisi yang terjadi saat ini, aparat penegak hukum
(KPK secara tegas harus menetapkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terhadap para koruptor yang semakin
membengkak. Dengan Undang-Undang ini, uang yang bisa dirampas tidak hanya
10
Diakses dari http://nasional.tempo.co./read/2012/04/24/063399462/duit-rp-10-miliar-
wa-ode-diduga-hasil-cuci-uang,html, pada tanggal 11 September 2018 Pukul 12.25
11
Diakses dari Atridermansyah.blogspot.com/2013/analisis-tindak-pidana-pencucian
uang,html,pada tanggal 11 September 2018 Pukul 15.45
6
yang bisa dibuktikan korupsinya oleh Jaksa, tetapi juga seluruh kekayaan koruptor
Untuk itu diperlukan good will dari pemangku kebijakan yang akan
berpendapat bahwa tujuan dari kriminalisasi pencucian uang adalah langkah awal
pelaku kejahatan utamanya dapat ditangkap. Tujuan lain adalah untuk mencegah
lembaga keuangan agar tidak digunakan sebagai sarana pencucian uang, dalam
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana
12
Yenti Garnasih. Kriminalisasi Pencucian Uang (money laundering), (Jakarta: Program
Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), hlm. 66.
13
Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
7
terlebih dahulu, seperti dalam kasus Bahasyim, berarti penyidik menduga atau
curiga dugaan tindak pidana pencucian uang sebagaimana laporan hasil analisis
penyidik, Penuntut umum meyakini ada tindak pidana pencucian uang sehingga
kata Yenti, harus dilihat kejahatan. Kejahatan pertama adalah kejahatan asal atau
Dengan kata lain, penuntut umum mesti membuktikan kejahatan asal berupa
tindak pidana korupsi. Dalam peraturan perbankan, nasabah yang memiliki uang
dalam rekening yang berjumlah di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
mesti melapor kepada PPATK. Kewajiban sama dibebankan kepada penyedia jasa
keuangan.14
(serious crimes) memiliki kesulitan dalam hal pembuktian. Seperti yang kita
ketahui pada umumnya para pelaku kejahatan pencucian uang merupakan orang-
orang yang memiliki latar pendidikan tinggi, (white collar crime) dan juga
pemerintahan di suatu negara sehingga sulit sekali menjerat para pelaku. Oleh
karena itu dibutuhkan upaya yang luar biasa khususnya dalam sistem pembuktian
yang mampu atau paling tidak efektif dalam menjerat para pelaku kejahatan
14
Diakses dari www.hukumonline.com/../pembuktian-terbalik-dapat-diberlakukan, pada
tanggal 15 September 2018 Pukul 11.20 hlm. 3
8
pencucian uang ini. Salah satu upaya tersebut adalah sistem pembalikan beban
pembuktian.
“Undang-Undang Anti Korupsi di Inggris pada tahun 1916 dan Malaysia pada
tahun 1961 mengandung asas “pembalikan pembuktian” (Omkering van het
Bewijslat). Asas pembalikan pembuktian akan mengakibatkan, bahwa bukanlah
Jaksa Penuntut Umum berkewajiban untuk membuktikan kesalahan terdakwa,
melainkan kepada terdakwa diletakkan kewajiban untuk membuktikan bahwa ia
tidak bersalah melakukan tindak pidana yang dituduhkan terhadapnya. Asas
pembalikan pembuktian umumnya dirumuskan dengan kata-kata “until the
contrary is proved”.15
Beban pembuktian negatif dengan menganut asas beyond reasonable
doubt yang menjadi ruh dari sistem hukum di Indonesia, untuk mencari keadilan
menjadi beban pembuktian yang bersifat murni maupun bersifat terbatas. Pada
pembuktian dan merupakan suatu tindakan luar biasa terhadap tindak pidana
15
Oemar Seno Adji, Hukum (Acara) Pidana dalam prospeksi, (Jakarta: Erlangga, 1973),
hlm. 259.
9
pencucian uang. Perlu diketahui ketentuan pembuktian terbalik telah diatur sesuai
pemeriksaan di persidangan :
pencucian uang yang dilakukan pelaku menjadi lebih mudah. Kemudahan itu
disebabkan karena beban pembuktian dalam persidangan ada pada terdakwa. Hal
16
Pasal 77, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang. hlm. 21.
17
Ibid. hlm. 21.
10
inilah yang menjadi alasan bahwa dengan pembuktian terbalik akan memberikan
strategis di dalam proses peradilan pidana, namun pembuktian itu sendiri adalah
sebuah proses yang rawan terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Kalau hukum acara pidana secara keseluruhan disebut sebagai “filter” yang akan
(ontslag van alle rechtvervolging), ataukah dipidana.19 Selain itu pula berkaitan
dengan ketentuan pembuktian terbalik pada tindak pidana pencucian uang ini juga
18
Pasal 66 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
19
Elwi Danil, Korupsi, Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 193.
11
Kasasi Mahkamah Agung R.I No. 1454. K/Pid.Sus/2011 tanggal 31 Oktober 2011
atas nama terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si dan Putusan Kasasi
Mahkamah Agung R.I. No. 884 K/PID.SUS/2012 tanggal 28 Mei 2013 atas nama
Wa Ode Nurhayati, S.Sos, menjadi penting dilakukan agar dapat diterapkan sesuai
terbalik yang diterapkan dalam perkara pencucian uang ini, maka terlihat asas
wajib untuk membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan berasal dari tindak
pidana, demikian Jaksa Penuntut Umum juga berkewajiban dalam hal pembuktian
tuntutannya.
dalam perkara pencucian uang sangat sulit terealisasikan dalam sistem peradilan
Pidana Pencucian Uang pada tahun 2002 baru pertama kalinya dalam sejarah
12
pada tanggal 27 Januari 2011 pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, hakim
dalam putusan terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, Msi bersalah melakukan
selama 10 (sepuluh) tahun, denda sebesar Rp. 250.000.000.- (dua ratus lima puluh
juta rupiah) subsidair 3 (tiga bulan) kurungan jo. Putusan Banding Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusan Nomor:
nama terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifei, M.Si telah terbukti secara sah dan
menjatuhkan hukuman penjara 12 (dua belas) Tahun dan pidana denda sebesar
Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah), dengan ketentuan apabila denda tidak
dilakukan untuk pidana Korupsi dijatuhkan pidana selama 6 tahun dan denda Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan untuk Tindak Pidana Pencucian Uang
dijatuhkan pidana selama 6 Tahun dan denda Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
anggota majelis hakim yang memeriksa dan memutuskan perkara ini yaitu
Ode Nurhayati, S.Sos di tingkat Pengadilan Pertama PN. Jakarta Pusat No.
(enam) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
dan apabila denda tersebut tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama:
pencucian uang, hal mana hakim dalam putusan kasasi seperti diuraikan diatas
tentang pemisahan antara perbuatan pidana yang dilakukan untuk pidana Korupsi
14
dan Tindak Pidana Pencucian Uang maupun penggabungan dalam putusan antara
pembuktian terbalik dalam kasus Putusan Kasasi Mahkamah Agung R.I No.
B. Identifikasi Masalah
masalah tersebut diatas, yang menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah:
terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie M.Si dalam memenuhi rasa keadilan
hukum ?
C. Rumusan Masalah
terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie M.Si dalam memenuhi rasa keadilan
hukum ?
15
kontek Undang-Undang
bidang hukum acara pidana dapat memenuhi keadilan dan kepastian hukum.
Oleh karenanya manfaat penelitian dalam kajian ini dapat ditinjau dari segi
1. Manfaat teoritis:
hukum pidana dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih
16
2. Manfaat praktis:
keadilan.
E. Kerangka Teori
Teori Negara Hukum” Aristoteles dan “ Teori Hak Kodrati” Jhon Locke.
“Negara Indonesia negara hukum”. Negara hukum dimaksud adalah negara yang
17
yang berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila
kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Demikian pula
peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu
pemegang hukum dan keseimbangan saja. Kesusilaan yang akan menentukan baik
Oleh karena itu, bahwa yang penting adalah mendidik manusia menjadi
warga negara yang baik, karena dari sikapnya yang adil akan terjamin
Secara umum dalam setiap negara yang menganut paham negara hukum,
selalu berlakunya tiga prinsip dasar yakni supermasi hukum (supremacy of law),
20
Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Sesuai dengan Urutan Bab, Pasal dan ayat), Sekertaris
Jendral MPR RI, Jakarta, 2010, hlm.46
21
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Sinar
Bakti, 1988), hlm. 153.
18
kesetaraan dihadapan hukum (equality before the law) dan penegakan hukum
(equal pretection) atau persamaan dalam hukum (equality before the law).
Perbedaan perlakuan hukum hanya jika ada alasan yang khusus, misalnya anak-
anak yang berumur dibawah 17 tahun mempunyai hak yang berbeda dengan anak
yang berumur diatas 17 tahun. Perbedaan ini ada alasan yang rasional. Tetapi
perbedaan perlakuan tidak dibolehkan jika tanpa alasan yang logis, misalnya
karena perbedaan warna kulit, gender agama dan kepercayaan, sekte tertentu
dalam agama atau perbedaan status seperti tuan tanah dan petani miskin.
ini sampai saat ini masih banyak terjadi diberbagai negara termasuk dinegara yang
before the law) dimana semua orang harus tunduk kepada hukum dan tidak
harus dilakukan secara adil. Konsep due process of law sebenarnya terdapat dalam
22
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern - Rehcstaat, (Bandung: Refika Aditama,
2009), hlm. 207.
13
Ibid, hlm. 3.
14
Ibid, hlm. 46.
19
Konsep due process of law yang procedural pada dasarnya didasari atas
proses atau prosedur formal yang adil, logis dan layak, yang harus dijalankan oleh
15
Ibid, hlm. 47.
20
beda selain itu ia juga bisa dicabut (inalienable) Hak tersebut melekat pada
Asal usul gagasan hak asasi bersumber dari teori hak kodrati (natural
rights theory) yang bermula dari teori hukum kodrati (natural law theory), yang
terakhir ini dapat dirunut hingga zaman kuno dengan filsafat Stoika hingga zaman
dengan memutus asal usul yang telistik dan membuatnya menjadi produk
26
https://adedidikirawan.wordpress.com/teori-negara-hukum-rechtstaat, diunduh pada 25
April 2019. Pukul 12:13
21
postulasi pemikiran bahwa semua individu dikaruniai oleh alam hak yang melekat
atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka sendiri dan
Melalui suatu “kontrak sosial”, perlindungan atas hak yang tidak dapat
dicabut ini diserahkan kepada negara. Tetapi menurut Locke apabila penguasa
individu, maka rakyat dinegara itu bebas menurunkan sang penguasa dan
tersebut. Melalui teori hak-hak kodrati ini maka eksistensi hak-hak individu yang
Teori hak-hak kodrati telah berjasa dalam menyiapkan landasan bagi suatu
sistem hukum yang dianggap superior ketimbang hukum nasional suatu negara,
27
https://www.academia.edu/Rina Amelia/HAM dan Prespektif Kriminologi, diunduh pada
28 April 2019 Pukul 13:21
28
John Locke, The Second Treatise of Civil Government and a Letter Concerning Toleration,
disuting oleh J.W. Gough, Blackwell, Oxford, 1964 (lihat dipusham uii.ac.id/ham/7Chapter1.pdf)
hlm. 8.
22
berlaku disetiap negara membuatnya tidak sepenuhnya lagi sama dengan konsep
Kandungan hak dalam gagasan hak asasi manusia sekarang bukan hanya
terbatas pada hak-hak sipil politik, tetapi juga mencakup hak-hak ekonomi, sosial
keseluruhan inilah seharusnya makna hak asasi manusia dipahami dewasa ini.29
tidaknya dalam hal mengatasi atau menghukum pelaku tidak terlepas dari doktrin
29
https://pusdam uii.ac.id/Evolusi Pemikiran Dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi
Manusia, di unduh 9 Januari 2018
30
Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm. 120.
23
dikategorikan sebagai sistem dalam penegakan hukum dan merupakan bagian dari
legal system. Sebagaimana diketahui bahwa system adalah sebagai suatu organ
yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang saling mempengaruhi dan
31
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,
(Bandung: Alumni, 1991), hlm. 56.
32
Lawrence M.Friedman, System Hukum, sebagaimana dikutip dalam majalah Jurnal
Keadilan, Vol.2 No.1 Tahun 2002, hlm. 1.
24
sebuah mesin, maka substansi hukumnya (legal substance) adalah apa yang
dihasilkan atau dikerjakan oleh mesin itu, sedangkan budaya hukum (legal
culture) adalah apa atau siapa saja yang memutuskan untuk menghidupkan atau
Bagi Friedman yang terpenting adalah fungsi dari hukum itu sendiri, yaitu:
hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan
John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik
terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue)
pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem
pemikiran"34.
Tapi, menurut kebanyakan teori juga, “keadilan belum lagi tercapai, kita
33
Ibid, hlm. 2.
34
John Rawls, A Theory of Justice, (Oxford: OUP,1999), hlm. 3.
35
Thomas Nagel, The Problem of Global Justice, (London: Philosophy&Public Affairs,
2005), hlm. 113.
25
dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang
menegakkan keadilan.
bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena
definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. Keadilan intinya adalah
terbagi atas dua yaitu makna justice secara atribut dan juga makna justice secara
tindakan. Makna justice secara atribut ialah suatu kuasalitas yang fair atau adil.
disepakati.
mana keadilan tersebut hanya ada di dalam suatu hukum dan juga
sewenang-wenang.
b. Macam-Macam Keadilan
1) Jenis keadilan menurut Teori Aristoteles ialah sebagai berikut:
a) Keadilan Komunikatif ialah perlakuan kepada seseorang tanpa
dengan melihat dari jasa-jasanya.
b) Keadilan Distributif ialah suatu perlakuan kepada seseorang
sesuai dengan jasa-jasa yang telah diperbuatnya.
c) Keadilan Konvensional ialah suatu keadilan yang terjadi yang
mana seseorang telah mematuhi suatu peraturan perundang-
undangan.
d) Keadilan Perbaikan ialah suatu keadilan yang terjadi yang
mana seseorang telah mencemarkan nama baik orang lain.
e) Keadilan Kodrat Alam ialah suatu perlakukan kepada
seseorang yang sesuai dengan suatu hukum alam.37
2) Macam-macam atau jenis-jenis keadilan menurut Teori Plato ialah
sebagai berikut:
a) Keadilan Moral ialah suatu keadilan yang terjadi jika mampu
untuk dapat memberikan perlakukan seimbang antara hak dan
juga kewajibannya.
b) Keadilan Prosedural ialah suatu keadilan yang terjadi jika
seseorang dapat melaksanakan perbuatan sesuai dengan sesuai
tata cara yang diharapkan38
36
http://www.gurupendidikan.com/10-pengertian-keadilan-dan-jenisnya-menurut-para-ahli/
diunduh pada 28 April 2019 Pukul 12:22
37
Ibid
38
Ibid
27
sistem adalah suatu kesatuan yang bersifat kompleks, yang terdiri dari bagian-
legality, yaitu:
39
Ibid
40
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, (Bandung: Nusa Media,
2008), hlm.3.
41
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 48.
28
hakikat sistem hukum itu sendiri, menurut hemat kami, bahwa pendapat Lawrence
tiga bagian yaitu: “struktur hukum (legal structure), substansi hukum (legal
pemikir hukum dengan berbagai teori yang mendasarinya. Mazhab historis yang
dalam pengakuan setiap bangsa dan membawa serta kepadanya ciri-ciri khas yang
unik yaitu kesadaran nasional bangsa atau yang ekspresikan sebagai Volksgeist
42
Ibid, hlm, 51.
43
Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum ; Perspektif Ilmu Sosial (The Legal System ; A
Social Science Perspective), (Bandung: Nusa Media, 2009), hlm. 33.
44
Ibid, hlm, 15.
29
Pahaman ini dalam abad modern dimotori oleh Hugo Grotius. Penganut
aliran ini berpandangan bahwa keabsahan dari hukum positif harus diukur dengan
kriteria bahwa hukum positif tersebut harus sesuai dengan logika, sehingga
apabila hukum sesuai dengan logika maka dengan sendirinya hukum tersebut
bersumber dari kekuasaan yang tertinggi dalam suatu Negara dan hukum adalah
hukum atau sistem hukum modern terbentuk dari proses yang didasarkan pada
Hukum yang bersumber dari kebiasaan adalah hukum yang lahir dari
oleh karenanya hukum tidak akan terlepas dari perspektif sejarah masing masing
bangsa.
Apabila hukum bersumber dari rasio dan nurani manusia maka hukum
akan melahirkan keadilan. Konsep keadilan tentu sulit untuk dibatasi dalam
konteks sejarah yang melahirkan kebiasaan (waktu) dan konteks wilayah suatu
45
Munir Fuady, Teori-teori Besar Dalam Hukum, (Jakarta: kencana Prenadamedia
Group, 2013), hlm. 48
46
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, hlm. 268-269
47
Jhon Gilissen dan Frits Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar, (Bandung: Refika
Aditama, 2005), hlm. 1.
30
bangsa (ruang). Artinya keadilan sulit untuk dibantah maknanya dari masa-
adalah hukum yang terbentuk melalui mekanisme atau proses baik dalam konteks
dialektis rasio dalam mencari kebenaran yang bersumber pada akal dan hati nurani
suatu Negara. dalam konteks ini maka sumber hukum sangat terbatas baik secara
diatas, secara sadar atau tidak disadari telah membentuk beberapa sistem hukum
di dunia saat ini, dan pada kenyataannya telah terbentuk dua sistem hukum besar
yang mempengaruhi tatanan hukum dunia, yaitu sistem hukum common law dan
hukum civil law dengan percampuran sistem hukum lainnya. Tentu hal ini tidak
terlepas dari kajian sejarah hukum dan politik hukum dengan aspek-aspek lain
yang disebut hukum alam yang rasionalah yang pada suatu periode tertentu
31
menguasai pemikiran hukum para pakar hukum yang melihat hukum itu bukan
gejala sejarah, akan tetapi merupakan suatu produk rasio atau akal.48
Disamping itu cara berpikir normatif yang amat kuat dari kalangan ini
yang melihat hukum itu sebagai ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia di
sejarah hukum lebih dahulu daripada logika karena sejarah hukum mampu
perjalanan yang ditempuh hukum bukanlah jalur dan ruas logika melainkan rel
pengalaman.50
Oleh karena itu pendapat para pemikir hukum tersebut diatas dapat
menjadi alasan mengapa kami mengambil perspektif sejarah sebagai langkah awal
Civil Law adalah sistem hukum yang saat ini dianut oleh Negara-negara
Eropa Kontinental atas dasar resepsi corpus iuris civilis. Sistem hukum civil law
48
Jhon Gilissen dan Frits Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar, (Bandung: Refika
Aditama, 2005), hlm. 9.
49
Ibid, hlm. 9.
50
Ibid, hlm. 3.
32
yang sama, dengan kata lain derajat Romanisasi bervariasi dari Negara ke Negara,
Belanda, sedang Perancis tidak terjadi resepsi secara resmi karena hukum
secara langsung oleh hukum Romawi. Berbeda dengan Inggris hampir sama sekali
tidak dipengaruhi oleh Romanisasi karena hukum pribumi yakni common law
telah berkembang sejak Negara tersebut ditaklukan oleh Willem sang Penakluk
tahun 1066.53
terminologi hukum bersama atas hukum Romawi telah ditafsirkan pada saat
sekarang ini sebagai tatanan hukum benua Eropa (continental / civil law).54
51
Ibid, hlm. 336.
52
Ibid, hlm. 301.
53
Ibid, hlm. 351.
54
Ibid, hlm. 304.
33
awalnya yakni abad I sampai dengan abad V, Inggris merupakan bagian dari
bahwa pencatatan hukum yang dilakukan di Inggris tidak dengan bahasa latin,
Pada tahun 1066 Inggris ditaklukan oleh Hertog Normandia, William sang
Kontinental.57
dipertahankan.58
Dari tahun 1485 sampai dengan 1832, berkembang suatu sistem kaedah
lain dalam sistem common law yaitu “kaedah equity”, kaedah equity berfungsi
55
Van Caenegem menamakan periode Romawi tersebut “halaman kosong” di dalam
sejarah Inggris.
56
Jhon Gilissen dan Frits Gorle, Op. Cit, hlm. 350.
57
Ibid, hlm. 351.
58
Ibid, hlm. 352
34
KUHAP yang meliputi; mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Badan
didukung dengan aparat penegak hukum yang baik maka keadilan hanya angan-
penegakan hukum. Dalam menegakkan hukum ini ada tiga hal yang harus
norma di lembaga peradilan adalah kajian yang sangat renyah untuk ditelaah
Dalam teori dan praktek hukum pidana, dikenal adanya asas legalitas yang
salah satunya melarang pemberlakuan hukum pidana secara retroaktif. Hal ini
tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang pada intinya menyatakan bahwa tidak
59
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 249.
60
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1986), hlm. 130.
35
ada perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas aturan pidana dalam peraturan
yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan. Sehingga konsekuensi dari
Asas legalitas merupakan pilar utama bagi setiap negara untuk menghargai
di atas hanya dapat dicapai dengan pendekatan formalistik yang kaku yang
terinspirasi dari pemikiran legal positivis, sedangkan untuk tujuan substantif dari
asas legalitas ini “tidak harus mensyaratkan ketentuan formal yang kaku”.62
pengecualian. Bisa saja seseorang dikenakan aturan hukum secara retroaktif tetapi
adalah salah, melainkan harus ditentukan dalam aturan hukum yang jelas bahwa
61
Cherif Bassiouni, Crimes Against Humanity in International Criminal Law, 2nd revised
edition, (Netherlands: Kluwer Law International), 1999, hlm. 124.
62
Ibid, hlm. 125.
36
bahwa “aturan baru dapat diterapkan terhadap kasus-kasus yang sifatnya khusus
hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya
kaitannya dengan keadilan, namun hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
dari atas kata “meta” yang berarti sesudah, sedangkang “hodos” berarti
63
Joshua Dressler, Understanding Criminal Procedur, 2nd edition, (USA: Matthew
Bender & Company Incorporated, 1996), hlm. 50.
64
Sudikno Mertokusumo, Penemuan hukum sebuah pengantar, (Yogyakarta: Liberty,
2007), hlm.160.
65
Van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Hukum, (Jakarta:
1989), hlm. 16.
37
ilmu.66 Oleh sebab itu, metode penelitian akan berkaitan dengan berbagai
2. Metode Pendekatan
pengadilan (Das Sein) terhadap proses perkara yang timbul dalam praktek
66
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Perdasa,
1996), hlm. 16.
38
Hukum Pidana;
Pencucian Uang;
Kehakiman;
Pidan Korupsi.
bahan hukum primer dan sekunder yang berupa kamus bahasa, kamus
hukum.67
primer, sekuder dan data tertier setelah disunting, kemudian disusun secara
67
Hotma P. Sibuea & Herybertus Sukartono, “Metode Penelitian Hukum”, (Jakarta:
Krakatau Book, 2009), hlm. 73.
40
G. Kerangka Berfikir
PENGADILAN
TIPIKOR
KUHAP
HUKUM KEADILAN
Umum, Subyektif,
H. Preposisi