1
1 Rumus untuk menentukan dimensi peluap
Q adalah debit desain (m3/s);
C adalah koefisien peluapan (0.60 – 0.66);
g adalah percepatan gravitasi (m/s 2; diambil 9.8 m/s2);
b1 adalah lebar peluap pada mercu bendung penahan (m);
b2 adalah lebar muka air tertinggi (m);
h3 adalah tinggi air peluapan (m)
(Lihat Gambar B.4 pada Lampiran B)
Keterangan gambar:
B, adalah lebardasarpeluap;
B2 adalah lebarmuka air diatas peluap;
h3 adalah tinggi muka air dl atas peluap;
n\2 adalah kemiringan sisi peluap.
7.1
2 Persamaan untuk menentukan kemiringan tubuh bendung utama
a) Kemiringan bagian hulu (untuk tinggi bendung penahan < 15 m)
m adaiah kemiringan tubuh bendung utama bagian hulu;
n adaiah kemiringan tubuh bendung utama bagian hilir;
a adaiah rasio tinggi peluapan dan tinggi bendung penahan (IVH);
p adaiah rasio panjang dasar peluap dan tinggi total bendung penahan (bi/H);
y adaiah rasio yc dan y0 (y</yo)I
Yc adaiah berat isi bendung penahan;
Yo adaiah berat isi aliran (besarnya kira-kira 1.0-1,2 ton /m3).
(Lihat Gambar B.5 pada Lampiran B)
Keterangan gambar:
h adalah tinggi total bendung utama;
h1 adalah tinggi air bagian hilir bendung utama
h3 adalah tinggi air di atas peluap bendung utama
b2 adalah lebar mercu bendung utama:
b2′ adalah lebar dasar bendung utama;
hs adalah tinggi sedimen;
m aclalah kemiringan bagian hulu
n adalah kemiringan bagian hilir.
Gambar B.7 Gaya-gaya yang bekerja pada bendung pada debit normal
Keterangan gambar:
W adalah gaya akibat berat sendiri;
I adalah gaya inersia akibat gempa;
U adalah gaya ke atas (uplift):
Pv adalah tekanan air statik arah vertikal;
Ph adalah tekanan air statik arah horizontal;
Pdv adalah tekanan air dinamik arah vertikal;
Pdh adalah tekanan air dinamik arah horizontal;
Psv adalah tekanan tanah/sedimen arah vertikal;
PSh adalah tekanan tanah/sedimen arah horizonta
Gambar B.8 Gaya-gaya yang bekerja pada bendung pada debit banjir
Keterangan gambar:
W adalah gaya akibat berat sendiri;
U adalah gaya ke atas (uplift)’,
Pv adalah tekanan air statik arah vertikal;
Ph adalah tekanan air statik arah horizontal;
Psv adalah tekanan tanah/sedimen arah vertikal;
PSh adalah tekanan tanah/sedimen arah horizonta
Gambar B.9 Tekanan pada tanah dasar
Keterangan gambar:
IV aclalah jumlah gaya vertikal yang bekerja;
IH aclalah jumlah gaya horizontal yang bekerja;
b2 adalah lebar dasar fondasi bendung utama;
e adalah eksentrisitas resultan gaya yang bekerja;
oi adalah tekanan tanah normal maksimum;
0*2 adalah tekanan tanah normal minimum.
FKgese, adalah angka keamanan terhadap geser yang ditentukan dengan Tabel C.4;
f adalah koefisien geser (yang ditentukan dengan Tabel C.5);
IV adalah jumlah gaya vertikal yang bekerja (ton);
IH adalah jumlah gaya horizontal yang bekerja (ton);
to adalah tegangan geser bendung utama pada tanah dasar (ton/m2/m);
b2* adalah lebar dasar fondasi bendung utama (m);
c adalah tekanan tanah normal (ton/m2);
c adalah kohesi (ton/m2);
4> adalah sudut geser dalam (derajat).
Tabel C.5 Beberapa nilai koefisien geser tanah dasar (sebagai acuan)
Jenis tanah dasar (fondasi) Koefisien geser
Batuan (base rock) Keras denaan sedikit retakan 0,7
Keras denqan banyak retakan 0,7
Lunak atau “mudstone” 0,7
Lapisan kerikil {gravel layer) Padat dan kompak 0,6
Kuranq padat/tidak kompak 0,6
Lapisan berpasir {sandy layer) Padat dan kompak 0,6
Kuranq padat / kompak 0,6
Lapisan lempung (caly layer) Sanqat keras 0,5
Keras 0,45
CATATAN: Untuk penentuan koefisien geser tanah dasar yang lebih akurat sebaiknya diiakukan
pengujian di tempat.
7.1.
4 Rumus untuk menentukan panjang lintasan kritis
( adalah panjang lintasan arah horizontal <m);
d adalah panjang lintasan arah vertikal (m);
Ah| adalah selisih ketinggian muka air (m);
Cc adalah koefisien rembesan yang disesuaikan dengan Tabel C.6.
Cw adalah koefisien rembesan yang disesuaikan dengan Tabel C.6.
7.1.
5 Rumus untuk menentukan panjang kolam olak
a) Persamaan hidraulik
iw adalah panjang terjunan dari mercu bendung utama (m);
x adalah panjang olakan (m);
b2 adalah lebar mercu sub bendung (m);
qo adalah debit per meter pada peiuap <m3/s/m};
h3 adalah tinggi air di atas mercu bendung utama (m);
hi adalah tinggi bendung utama dari lantai kolam olak (m);
hi’ adalah tinggi ambang sub bendung (m);
p adalah koefisien, besarnya antara 4.5 – 5.0;
hj adalah tinggi loncatan hidraulik pada sub bendung (m);
h1 adalah tinggi air pada titik jatuh terjunan (m);
ri2 adalah tinggi air di atas mercu sub bendung (m);
qi adalah debit aliran tiap meter lebar pada titik jatuh terjunan (m3/s/m);
Vi adalah kecepatan jatuh pada terjunan (m/s);
Fi adalah angka Froude aliran pada titik terjunan.
(Lihat Gambar B.6 dan B.11 pada Lampiran B)
Gambar B.6 Notasi pada bendung utama. kolam olak dan sub bendung
Keterangan
h tinggi total bendung utama;
hi tinggi efektif bendung utama;
h2 tinggi sub bendung dari dasar lantai kolam olak;
h1′ tinggi ambang sub bendung;
h1” tinggi air bagian hilir bendung utama;
h2 tinggi air di atas peluap sub bendung;
h3 tinggi air di atas peluap bendung utama;
hj tinggi loncatan hidraulik;
bi lebar mercu sub bendung;
X panjang olakan:
lw panjang terjunan dari mercu bendung utama;
L jarak bendung utama dan sub bendung.
Gambar B.11 Grafik dan gambar untuk menentukan tekanan dinamik pada waktu gempa
Keterangan gambar:
h tinggi total bendung utama:
P
x tekanan air dinamik pada titik X;
ho kedalaman air dari permukaan sampai fondasi;
hx kedalaman air dari permukaan sampai titik X;
ha titik pusat tekanan air dinamik dari dasar endapan sedimen;
e sudut kemiringan hulu benciung utama.
b) rumus empiris
L = ( 1.5 s/d 2.0 ) x ( h, + h3 ) ……………………………………………………………(24)
L adalah jarak bendung utama dan sub bendung;
h1 adalah tinggi bendung utama dari lantai kolam olak
(Lihat Gambar B.6 dan Gambar B.11 pada Lampiran B)
Keterangan gambar:
h1 tinggi efektif bendung utama;
h3 tinggi air di atas peluap;
L jarak bendung utama dan sub bendung.
Keterangan gambar:
h1 tinggi efektif bendung utama;
h3 tinggi air di atas peluap;
L jarak bendung utama dan sub bendung.