Anda di halaman 1dari 64

PEDOMAN PELAYANAN

STERILE SUPPLAY DEPARTEMENT


(CSSD) RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNRAM

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM

JL. MAJAPAHIT NO. 62

MATARAM
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM


NOMOR : 256/UN18/RS/DIR/HK/2022
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN STERILISASI DI RUANG
INSTALASI CSSD
DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM

DIREKTUR RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Universitas Mataram mengutamakan keselamatan
pasien dan petugas selalu berupaya untuk mencegah
terjadinya resiko infeksi rumah sakit
2. Bahwa pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam
rumah sakit untuk mengendalikan infeksi dan menekan
kejadian infeksi di rumah sakit
: 3. Bahwa salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan
rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di
rumah sakit.
: 3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir 1,2,3 dan 4 perlu diterbitkan Surat Keputusan
Direktur tentang Pedoman Pelayanan Sterilisasi (CSSD) di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram.

2
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Mengingat : 1. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang – undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
4. Peraturan Menteri kesehatan nomor 12/2012 tentang standar
Akreditasi Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Kesatu : Pedoman Pelayaan Sterilisasi (CSSD) Rumah Sakit Pendidikan Universitas


Mataram sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
Ketiga : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan
maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Mataram
Pada tanggal 03 Januari 2022
Direktur Rumah Sakit Universitas Mataram

dr. Ahmad Taufik S., Sp.OT


NIP.19810331 200604 1 002

3
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. 1

KATA PENGANTAR …………………………………………………… 3

DAFTAR ISI ................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………............. 7


A. Latar Belakang ……………………………………………. 8
B. Tujuan pedoman …………………………………………… 8
C. Ruang Lingkup Pelayanan ………………………………… 8
D. Batasan Operasional ……………………………………… 8
E. Landasan Hukum ……………………………………….. 8

BAB II STANDAR KETENAGAAN …………………………….... 10


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia …………………….... 10
B. Distribusi Ketenagaan ……………………………........... 11
C. Jadwal Kegiatan dan Pengaturan Jaga ………………….. 12

BAB III STANDAR FASILITAS ………………………………...... 14


A. Denah Ruangan ……………………………….............. 14
B. Standar Fasilitas …………………………………….... 14

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ................................... 20


A. Pelayanan Sterilisasi ………………………..……… 20
B. Penyediaan Barang steril…………………………… 20
C. Alur Kerja…………………….. …………………… 21
D. Tahap – Tahap Sterilisasi ………………………… 22

4
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB V LOGISTIK ........................................................................................ 41


A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan …………………… 41
B. Perencanaan Peralatan ………………………………… 41
C. Inventaris Peralatan Di Ruang Sterilisasi ……………… 42

BAB VI KESELAMATAN PASIEN ……………………………........... 45


A. Definisi ………………………………………….…… 45
B. Tujuan ……………………………...………………… 45
C. Standar Keselamatan Pasien ………………………… 45

BAB VII KESELAMATAN KERJA………….................................... 47


A. Pendahuluan……….………………………………… 47
B. Tujuan…………………… ………………................ 48
C. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien ……………… 48
D. Saran Tindakan Aman…………………….……...... 49
E. Penanganan Zat - Zat kimia di CSSD …………… 49

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU………………………………….. 59

A. Kontrol Kualitas Sterilisasi………………………….. 59


B. Jenis – Jenis Indikator……………………………….. 59
C. Kualifikasi Indikator………………………………….. 60
D. Penentuan Masa Kadaluarsa…………………………. 61

BAB IX PENUTUP ……………………………….......................... 63

5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Lampiran : Keputusan Direktur RS Universitas Mataram


Nomor : 405/UN18/RS/DIR/ HK/2019
Tentang : Pedoman Pelayanan Sterilisasi Di Ruang Instalasi CSSD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan
untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora
dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah
rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi. Pusat Sterilisasi sangat
bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur
penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga,
pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain – lain. Selain itu perlu juga
dibuat standar dan pedoman sehingga tidak terjadi gangguan pada proses dan
hasil sterilisasi.
B. Tujuan Pedoman.
Tujuan Umum : untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan
guna menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
Tujuan Khusus :

6
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah


sakit
b. Untuk mengadakan pengawasan dan control mutu terhadap hasil sterilisasi
c. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan
pelayanan pusat sterilisasi
C. Ruang Lingkup Pelayanan.
Di CSSD Rumah sakit Pendidikan Universitas Mataram saat ini hanya
melayani kebutuhan sterilisasi dilingkungan RS. Pendidikan Universitas
Mataram yang meliputi rawat inap, rawat jalan, kamar bedah dan farmasi dan
Unit – Unit lainya/
D. Batasan Operasional
a. Setiap rumah sakit harus memiliki pusat sterilisai yang mampu memberikan
pelayanan sterilisasi di rumah sakit dengan baik
b. Memberikan pelayan bahan/alat medik steril untuk kebutuhan unit-unit di
rumah sakit selam 24 jam
c. CSSD Rumah sakit Pendidikan Universitas Mataram saat ini hanya
melayani kebutuhan sterilisasi dilingkungan RS. Pendidikan Universitas
Mataram yang meliputi rawat inap, rawat jalan, kamar bedah dan farmasi.
E. Landasan Hukum
a. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
b. Permenkes/SK/X/2004/Tentang persyaratan kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
c. Kepmenkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analis Dampak
Kesehatan Lingkungan.
d. Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit, depkes, 2001.
e. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di RS,Depkes, 2009
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 228/Menkes/SK/III/2002 Tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang
Wajib Dilaksakan Daerah.
7
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/SK/II/2005 Tentang


Organisai dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

8
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.


1. Pengertian.
a. SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang
yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki
pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
b. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
c. Kegiatan Standar adalah satu satuan waktu (atau angka) yang diperlukan
untuk menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
sesuai dengan standar profesinya.
d. Standar Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh seseorang tenaga kesehatan profesional dalam satu
tahun kerja sesuai dengan standar profesional dan telah memperhitungkan
waktu libur, sakit, dll.
e. Daftar Susunan Pegawai adalah jumlah pegawai yang tersusun dalam
jabatan dan pangkat dalam kurun waktu tertentu yang diperlukan oleh
organisasi untuk melaksanakan fungsinya.
f. Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi
dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu.
g. Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan
oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana
pelayanan kesehatan.
9
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

h. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


upaya kesehatan.
i. Perencanaan Skenario adalah suatu perencanaan yang dikaitkan dengan
keadaan masa depan (jangka menengah/panjang) yang mungkin terjadi.
B. Sumber Daya Manusia Unit Pusat Sterilisasi ( CSSD ) :
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Berikut ini adalah kualifikasi SDM di unit kerja Instalasi CSSD, adapun
daftar kualifikasi ketenagaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jumlah
No. NamaJabatan Pendidikan Sertifikasi
Tenaga
1. Kepala Unit S. Kep., Ners Belum Mengikuti 1
Pelatihan Cssd
2. Penanggung Jawab S.Kep., Ners Belum Mengikuti
1
Dekontaminasi Pelatihan Cssd
3. Penanggung Jawab S.Kep., Ners Belum Mengikuti
1
Sterilisasi Pelatihan Cssd
4 Penanggung Jawab S.Kep., Ners Belum Mengikuti
Pemeliharaan Pelatihan Cssd 1
Sarana dan Alat
5 Penanggung Jawab D III.Kep Belum Mengikuti
1
Logiatik Pelatihan Cssd

10
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

C. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan tenaga kerja di unit Instalasi CSSD Rumah Sakit
Universitas Mataram berdasarkan shift. Tenaga kerja di unit Instalasi CSSD
saat ini berjumlah 5 Orang. Yang memegang tanggung jawab sebagai
berikut :
a. Kepala Unit : 1 Orang
b. Penanggung Jawab Dekontaminasi : 1 Orang
c. Penanggung Jawab Sterilisasi : 1 Orang
d. Penanggung Jawab Pemeliharaan Sarana dan Alat : 1 Orang
e. Penanggung Jawab Logiatik : 1 Orang
Tenaga kerja di unit Rawat Inap ini berkerja dengan jadwal
sebagai berikut :
a. Kepala Unit : Senin s.d Kamis dimulai pukul 07.30-14.00
Setiap Jumat dimulai pukul 07.30-11.30
Setiap Sabtu dimulai pukul 07.30-12.30
b. Penanggung Jawab Dekontaminasi : Senin s.d Minggu jam kerja sesuai
dengan shift pagi dan sore
c. Penanggung Jawab Sterilisasi : Senin s.d Minggu jam kerja
sesuai dengan shift pagi dan sore
d. Penanggung Jawab Pemeliharaan Sarana dan Alat : Senin s.d Minggu
jam kerja sesuai dengan shift pagi dan sore
e. Penanggung Jawab Logistik : Senin s.d Minggu jam kerja sesuai
dengan shift pagi dan sore
D. Pengaturan Jaga
Rumah Sakit Universitas Mataram merupakan Rumah Sakit yang
beroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani masyarakat umum.

11
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Karyawan bekerja secara shift dengan waktu kerja yang di atur secara
mandiri oleh unit kerja Instalasi CSSD .
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
a. Batas keterlambatan karyawan maksimal 15 menit dari dimulainya
jadwal shift.
b. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberikan, maka
karyawan tersebut akan mendapat evaluasi kedisiplinan dari atasan
langsung.
c. Apabila terjadi keterlambatan secara terus menerus, akan diberikan
surat peringatan.
d. Izin meninggalkan dinas maksimal 3 jam dalam 1 hari kerja atas
persetujuan Kepala Unit
Pengaturan tenaga kerja di Instalasi CSSD ,berdasarkan shift di bawah ini :
a. Kepala Unit
Senin – Sabtu : 07.30 – 14.00
b. Karyawan Shift
Senin – Minggu : Shift Pagi : 07.30 – 14.00
Shift Siang : 14.00 – 21.00

12
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang. Denah ruangan Unit Pusat Sterilisasi ( CSSD ).

B. Standar Fasilitas
1. Standar Pelayanan Minimal di Instalasi CSSD
Sarana fisik dan peralatan dipusat sterilisasi sangat
mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan di pusat sterilisasi rumah
sakit. Dalam merencanakan sarana fisik, dan peralatannya, sebaiknya
melibatkan staf pusat sterilisasi. Mengingat pusat sterilisasi merupakan
jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi adalah
menerima alat/bahan medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk
kemudian di proses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan
selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan
kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu
diperhatikan :

13
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Bangunan instalasi pusat sterilisasi.


Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan
kebutuhan bangunan pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana
pelayanan dimasa datang dan didesain menurut tipe/kapasitas rumah
sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit :
1. Lokasi Instalasi pusat sterilisasi.
Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan
ruangan pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah sakit.
Penetapan/pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja
dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan
meminimumkan risiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi
lalulintas transportasi alat steril. Untuk rumah sakit yang berukuran
kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat/di wilayah kamar
operasi sesuai fungsinya
2. Pembagian dan persyaratan ruang sterilisasi
Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang
bersih dan ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk
menghindari (terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang
bersih. Selain itu pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerja
Ruang pusat slerilisasi dibagi atas 5 ruang yaitu :
a. Ruang dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor,
dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekonlaminasi harus
direncanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi
proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-
benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun, dan hal-hal
berbahaya lainnya.
1. Lokasi ruang dekontaminasi harus :
a. Terletak,diluar lalu-lintas utama rumah sakit.
14
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

b. Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah


dari area disebelahnya, dengan ijin masuk terbatas.
c. Dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya
sehingga benda-benda kotor langsung datang/masiik ke ruang
dekontaminasi. Benda-benda kotor tersebut kemudian
dibersihkan dan/atau didisinfeksi sebelum dipindahkan ke
area yang bersih atau ke area proses sterilisasi.
d. Disediakan peralatan yang memadai dari segi disain, ukuran,
dan tipenya untuk pembersihan dan/atau disinfeksi alat-alat
kesehatan.
2. Hal - Hal yang harus diperhatikan pada ruang dekontaminasi
sebagai berikut :
a. Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa
mikroorganisme dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga
dapat meningkatkan bioburden dan mengkontaminasi alat-
alat kesehatan yang sudah didekontaminasi, alat-alat yang
siap disterilkan, dan bahkan yang sudah disterilkan.
Karenanya, sistem ventilasi harus didisain sedemikian rupa
sehingga udara di ruang dekontaminasi harus :
a. Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang
mernpunyai filter.
b. Diganti 10 kali dalam 1 jam
c. Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara
ruangan lainnya.
d. Pada ruang dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan
kipas angin.
b. Suhu dan kelembaban

15
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden


lingkungan dan juga kenyamanan pekerja di ruang
dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang
direkomendasikan adalah :
a. Suhu udara anlara 18°C - 22°C
b. Kelembaban udara antara 35% - 75%
c. Kebersihan
Debu serangga, dan vermin adalah pembawa
mikroorganisme, sehingga kebersihan ruang dekontaminasi
sangatlah penting. Alat-alat pembersih harus sesuai dengan
bahan-bahan pembersihnya. Harus ada peraturan tertulis
mengenai prosedur pengumpulan sampah dan
transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik yang
dapat maupun yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan
juga yang berbahaya. Secara umum, praktek kebersihan
sebaiknya mencakup :
a. Setidaknya sekali sehari di pel atau di vacum basah.
b. Setidaknya sekali sehari membersihkan dan
mendisinfeksi sink/tempat mencuci, meja kerja, dan
peralatan.
c. Langsung membersihkan dan mendisinfeksi
tumpahan darah dengan disinfektan yang terdaftar
menurut peraturan yang ada,
d. Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan,
dinding, langit-langit, ventilasi AC, dan fixture lainnya
(lampu, sprinkler, ducting, kipas exhaust, dan sebagainya)
e. Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga,
tikus, dan sebagainya)

16
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

f. Setidaknya sekali sehari sampah dibuang, dan lain-lain


kotor diganti.
g. Pemisahan sampah infectious dan non Infectious
d. Ruang pengemasan alat.
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat unluk
alat bongkar pasang maupun pengemasan dan penyimpanan
barang bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat
penyimpanan barang tertutup.
e. Ruang "prosesing" linen.
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan linen", dilipat dan
dikemas untuk persiapan sterilisasi. Pada daerah ini
sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan barang tertutup.
Selain linen, pada ruang ini juga dilakukan pula persiapan
untuk bahan seperti kain kasa, kapas, cotton swabs dan lain-
lain.
f. Ruang sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses slerilisasi alat/bahan.
Untuk sterilisasi Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang
khusus yang terpisah dan dilengkapi dengan exhaust.
g. Ruang penyimpanan barang steril.
Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang
sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu,
maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang
penyimpanan. Di ruang ini penerangan harus memadai, suhu
antara 18 - 22 ° C dan kelembaban 35 — 75 %, ventilasi
menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi filtrasi
particular antara 90 - 95 % (untuk particular berukuran 0,5
mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang
halus, kuat sehingga mudah dibersihkan, item steril disimpan
17
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

pada jarak 39 — 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari


langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan,
serta alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran
pipa lainnya.
Akses ke ruang penyimpanan steril, dilakukan oleh
petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit
menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh dari
lalu lintas utama dan jendela serta pintu sesedikit mungkin
dan terisolasi (sealed).

18
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata laksana Pelayanan Sterilisasi.


Instalasi pusat slerilisasi melayani semua unit di rumah sakit yang
membutuhkan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pusat
sterilisasi selalu berhubungan dengan :
a. Bagian Loundry (pencucian linen di laundry)
b. Instalasi pemeliharaan sarana (uap, pemeliharaan peralatan)
c. Instalasi farmasi (indikator, disinfectan, dan suplai perbekalan medis)
d. Sanitasi (suplai air, uji mikrobiologi)
e. PPI (Pencegahan Pengendalian Infeksius)
f. Perlengkapan (penyediaan linen, plester, suplai perbekalan non medis)
g. Perawatan (rawat inap, OK, unit khusus, dll)
B. Tatalaksana pelayanan penyediaan barang steril terdiri dari :
1. Perencanaan dan penerimaan barang
a. Linen
b. Instrumen / Alat
c. BHP (Sarung tangan dan bahan habis pakai)
2. Pencucian
a. Linen - dilakukan di bagian Laundry
b. Instrumen
c. BHP (Sarung tangan dan bahan habis pakai)
3. Setting
a. Set Instrument
b. Set Linen
4. Pengemasan dan pemberian tanda
a. Linen
b. Instrumen
19
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

d. BHP (Sarung tangan dan bahan habis pakai)


5. Proses sterilisasi
a. Linen Instrumen
b. Sarung tangan, bahan plastik dan sebagainya.
6. Penyimpanan dan distribusi
Penyimpanan dan distribusi Disesuaikan dengan tanggal kadaluarsa,
disesuaikan dan ditempatkan pada rak sesuai ruang yang membutuhkan dan
harus memantau kualitas sterilisasi yang meliputi :
a. Pemantauan proses sterilisasi : indikator fisika, kimia dan biologi
b. Pemantauan hasil sterilisasi : sterilisasi dengan tes mikrobiologi
7. Pencatatan dan pelaporan (Dokumentasi)
C. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan.
Tujuan dibuatnya alur sebagai berikut:
a. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
b. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
c. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
d. Memudahkan dalam pemantauan.
1. Alur kerja yang dilakukan di CSSD adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan alat dari pengguna (user).
b. Diserahkan CSSD melalui bagian penerimaan alat kotor.
c. Pengecekan/ seleksi dan dicatat.
d. Perendaman
e. Pencucian dan dekontaminasi
f. Pengeringan
g. Pengesetan
h. Pengemasan
i. Labeling
j. Proses sterilisasi
20
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

k. Gudang simpan steril


l. Distribusi
D. Tahap-tahap sterilisasi alat/bahan medik
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan
benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya
bagi kehidupan, sehingga aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan
dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang
bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses
dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisma pada alat-alat kesehatan tersebut.
2. Menangani, Mengumpulkan, dan Transportasi Benda-benda Kotor
Peralatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah
terkontaminasi, harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke Ruang
Dekontaminasi sedemikian rupa sehingga menghindari kontaminasi
terhadap pasien, pekerja, dan fasilitas lainnya.
Oleh karena hal ini harus ditetapkan sehingga :
a. Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah/buangan di tempat
pemakaian (point of use) oleh pekerja yang mengetahui potensi
terjadinya infeksi dari benda-benda tersebut
b. Benda-benda tajam dopisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang
baik
c. Kain-kain pakai ulang dtempatkan di tempat kain kotor dan
dikembalikan ke laundry
d. Peralatan yang terkontaminasi langsung dibungkus dan dibawa ke ruang
dekontaminasi
e. Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik tertutup
dan tahan bocor, kantong tertutup, atau container untuk menghindari
tumpahan atau penguapan dan dibawa sesegera mungkin setelah
21
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

digunakan ke ruang dekontaminasi dengan kereta tertutup. Setiap


kontainer diberi label utnuk memudahkan poses, peralatan harus dijaga
kelembabannya supaya kotoran tidak mengering yang mana akan sukar
dibersihakan
f. Semua cairan yang terkontamisasi dimasukan kedalam kontainer yang
tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet atau sink sebelum
membawa peralatan yang kotor
g. Peralatan / equipment yang sudah dipakai ditutup dan diabawa denag
kereta tertutup
h. Alat-alat yang terkontaminasi dipisahkan secara fisik dari alat-alat yang
bersih
i. Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka yang dikembalikan ke
ruang dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum
didistrubusikan kembali
j. Juka dipelukan, pekerja yang menangani, mengumpulkan dan
membawa alat-alat harus memakai pelindung untuk mencegah kontak
dengan darahdan cairan tubuh lainnya
3. Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang di tempat
pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan rumah sakit yang
mengacu pada peraturan pemerintah.
4. Mencuci / Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum
didisenfeksi atau disterilkan.
5. Menangani Alat-alat yang Terkontaminasi di Point Of Use
Pembersihan alat-alat pakai ulang yang terkontaminasi harus dimulai
sesegera mungkin setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai pembersihan dan
mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus :
a. Langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi
22
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

b. Dibersihkan dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaiansesuai


prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari cipratan,
tumpahan, atau penguapan sampai dibawa ke ruang dekontminasi.
6. Menangani Alat-alat Yang Terkontaminasi di Ruang Dekontaminasi
Untuk memulai pembersihan alat-alat harus :
a. Dibongkar (disassembled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan dibuka
semua sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih
b. Dosortir berdasarkan metode pembersihan
c. Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap ataupun EO, karena baik uap
maupun EO tidak dapat meresap dan membunuh mikroorganisme. Jika alat-
alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih dulu. Alat-alat ini tidak boleh
diproses dalam load yang sama seperti yang akan masuk ke terminal
sterilisasi. Aerasi yang baik dari alat-alat yang didekontaminasi dengan EO
juga harus terjadi sebelumnya.
7. Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)
Supaya efektif, baha pencuci harus membantu menghilangkan residu dan
kotoran organic tanpa merusak alat. Bahan pencuci harus:
a. Sesuai dengan bahan, alat dan metoda mencuci yang dipilih :
b. Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang
dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran
yang ada. Pada umumnya, protein lebih mudah dihilangkan dengan detergen
yang bersifat basa. Garam mineral Iebih mudah dihilangkan dengan
detergen asam, Pemilihan bahan pencuci dan metode mencuci harus
ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika tidak, kerusakan pada a!at atau
alat pencuci bisa lerjadi.
c. Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada kandungan
kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam mineral sedikit,
gunakan sedikit detergen, dan gunakan lebih banyak detergen jika
kandungan garam mineral pada air Iebih banyak.
23
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

d. Pertimbangkan untuk menggunakan enzym pelarut protein untuk mencuci


alat-alat yang memiliki lumens atau sambungan.
e. Digunakan sesuai petunjuk produsen dan sesuai dengan bahan alat

8. Metode Merendam/Membilas
bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan
dan hampir semua partikel yang lidak kelihatan, dan menyiapkan permukaan
dari semua alat-alat agar aman untuk proses disinfeksi dan sterilisasi, Mencuci
dapat dilakukan secara manual atau mekanikal atau kombinasi keduanya.
Kerenanya, untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta
keamanan pekerja, alat-alat harus :
a. Dibongkar (disassemble) jika dirakit Iebih dari satu komponen dan semua
sambungan harus dibuka uniuk memastikan seluruh permukaan alat tercuci
bersih.
b. Dimulai dengan merendam dalam air dingin (20 - 43°C) dan/atau dalam
produk enzim yang dapat melepaskan darah dan zat-zal protein lainnya
untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga membantu
menghilangkan protein.
c. Atau dapat juga dimulai dengan membilas dengan air keran yang mengalir
deras dalam suhu 20 - 43°C untuk melepaskan partikel-partikel kotoran.
9. Mencuci Secara Manual
Beberapa macam alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci
secara manual setelah direndam. Pada proses ini, alat atau instrumen harus :
a. Dicuci di dalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tenggelam/terendam.
b. Dicuci menurut aturan dari produsen jika alat tidak dapat
tenggelam/terendam.
c. Dicuci dengan alat anti-gores untuk mencegah kerusakan pada alat. Alat-
alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan
24
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

sikat dengan diameter yang tepat. Ingat bahwa sikat ini harus didisinfeksi
atau disterilkan setiap hari.
d. Dibilas dengan air keran yang mengalir deras dengan suhu 50 - 65°C untuk
menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi
atau air suling.
e. Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan dulu sebelum dilubrikasi,
didisinfeksi atau disterilkan.
10. Mencuci secara makanis.
Menggunakan mesin cuci dapat meningkatkan produktivitas, lebih bersih, dan
lebih aman bagi pekerja. Mesin cuci dapat dipilih sesuai kebutuhan :
a. Pembersih ultrasonic melepaskan semua kotoran dari seluruh permukaan
alat-alat dan instrumen. Mesin ini tidak didisain untuk membunuh
mikroorganisme, tapi dapat mencuci bersih.
b. Ada dua tipe mesin cuci : (1) untuk melepaskan mikroorganisme
dengan mencuci bersih, dan (2) menghancurkan mikroorganisme
tertentu dengan berbagai variasi suhu.
c. Alat-alat pembersih juga harus dicuci secara rutin.
d. Penggunaan detergen dan zat pembersih lainnya harus sesuai
dengan rekomendasi produsen.
11. Disinfeksi Kimia
Memilih zat disinfeksi harus ditentukan berdasarkan pemakaian alat dan
level, disinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut. Untuk
menghancurkan mikroorganisma, disinfektan, dalam konsentrasi tertentu, harus
kontak langsung dengan permukaan alat dalam waktu yang cukup lama untuk
terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan men-deaktivasi sel-sel patogen.
Kerenanya, sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk menghacurkan
mikroorganisme pada alat ayng belum dibersihkan.
12. Memilih Prosedur

25
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Tingkat disinfeksi yang diperlukan suatu alat tergantung pada resiko


infeksi sehubungan dengan penggunaan alat tersebut. Karenanya,
memilih metode dekontaminasi didasarkan pada tingkat daya bunuh (aklivitas
germicidal) yang diperlukan, yailu tingkat tinggi, menengah, atau tingkat
rendah.
13. Memilih Disinfektan
Zat disinfektan diklasifikasikan menurut aktivitas germicidal-nya.
Disinfektan tingkat rendah menghancurkan hampir semua bakteri vegetatif
(bukan spora atau tubercule bacili), beberapa jamur, dan virus lipophilic.
Disinfektan menengah menghancurkan hampir semua bakleri vegetatif (bukan
spora), tubercule bacili, jamur, virus-virus hydrophilic dan lipophilic,
Disinfektan tingkat tinggi menghancurkan semua bakteri vegelalif, beberapa
spora, tubercule bacili, virus-virus hydrophilic dan lipophilic. Jika digunakan
dalam waktu yang lebih lama, disinfektan tingkat tinggi dapat menghancurkan
semua spora bakteri dan dapat dianggap sebagai sterilan. Kerenanya, memilih
disinfektan harus berdasarkan aktivitas germicidal-nya yang sesuai dengan
penggunaan alat tersebut. (Lihat Lampiran 4)
14. Penggunaan Disinfektan
Harus sesuai label dan instruksi produsen.
a. Pelajari bagaimana mengaktivasi produk, berapa lama afektifitasnya, dan
apakah bisa dipakai ulang (reusable).
b. Pelajari, sesuaikan dengan rekomendasi dari produsen alat yang akan
didisinfeksi, alat-alat apa saja yang sesuai dengan zat tersebut dan dapat
diproses dengan aman,
c. Pelajari mikroorganisma apa saja yang dapat dibunuh oleh zat tersebut dan
berapa lama waktu serta suhu yang diperlukan untuk membunuh
mikroorganisma tersebut.
d. Pelajari bagaimana menggunakan produk tersebut dengan aman. Hindari
kontak langsung dengan produk, baik dalam bentuk cairan atau bubuk,
26
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

dengan kulit, membran mucdus, dan mata. Pakailah pelindung seperti


sarung tangan, gogle atau penutup wajah, dan gaun atau apron lengan
panjang yang tahan cairan. Ruangan harus berventilasi baik. Tutuplah
produk setiap waktu. Memanaskan produk dapat meningkatkan evaporasi
dan gas beracun.
e. Pelajari bagaimana menggunakan produk secara efektif. Alat-alat
harus dibersihkan dulu untuk mengurangi bioburden dan dikeringkan agar
cairan disinfektan dapat berkontak Iangsung dengan seluruh permukaan
alat. Zat-zat organik yang tertinggal pada alat dapat melindungi
mikroorganisma atau membuat disinfektan tidak aktif. Detergen yang
tertinggal dapat mempengaruhi PH dlsinfeklan sehingga mengurangi
efektivitasnya. Air yang tertinggal akan membuat disinfektan lebih
cair sehingga efektivitasnya berkurang. Alat-alat harus dibilas dengan
baik dengan air yang steril dan dikeringkan dengan kompresor udara khusus
untuk medis sebelum disimpan dan dipakai.
f. Pelajari bagaimana penyimpanan dan membuang limbah cair, produsen
harus menyiapkan material safety data sheet bila diperlukan.
15. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud di sini termasuk semua material yang tersedia
untuk fasilitas kesehatan yang didisain untuk membungkus, mengemas, dan
menampung alat-alat yang pakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan, dan
pemakaian. Tujuan pengamasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan
efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama CSSD.
1. Prinsip-prinsip Pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan :
a. Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan
kemasan dan isinya.
b. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.

27
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan


kontaminasi.
2. Persyaratan Bahan Pengemas:
a. Dapat Menahan Mikroorganisma dan Bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas
dan melindungi isinya yang sudah steril, dari sumber-sumber kontaminasi
mikroba mulai dari saat kemasan dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai
kemasan dibuka untuk dipakai. Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya
tidak berbulu, juga dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap
(air atau cairan lainnya).
b. Kuat dan Tahan Lama
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama
proses sterilisasi dan penangannya. Harus tahan sobekan dan tusukan,
tidak boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama
penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh
berkerut, berlubang jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama lain jika
ditumpuk, dan segel tidak boleh terlepas
c. Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus
sesuai dengan ukuran dan bentuk alal yang akan dikemas, dan harus
membungkus alat rapat-rapat.
d. Tidak mengandung racun
Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna
yang bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja,
atau yang luntur jika terkena sterilan. Sebaliknya, bahan-bahan pakai
ulang yang sudah dilaundry atau kotak kontainer pakai ulang harus bebas
dari detergen bahan pernutih, atau bahan kimia lainnya yang dapat
bereaksi dengan uap sehingga menyebabkan perubahan warna pada

28
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

instrumen atau menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam


kemasan.
e. Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga
sterilitas. Pembungkus datar dapal disegel dengan indikalor tape atau
diikat dengan tali kain. Kantong terbuat dari plastik, kombinasi plastik &
kertas, atau kertas saja harus disegel dengan segel panas atau tape.
Kantong bersegel harus disegel sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer
sterilisasi biasanya disegel dengan pengunci tahan hancur. Saat membuka
kemasan, semua metode segel harus rusak dan tidak dapat dipakai lagi
untuk menghindari kesalahan.
f. Membuka dengan Mudah
Bahan kemasan harus mudah dibuka dengan resiko kontaminasi
yang minimum, misalnya karena alat terjatuh, dan memungkin
perpindahan alat secara aseptik ke .area yang steril. Kadang kala
pembungkus datar dipakai sebagai duk. Jika demikian, bahan yang dipakai
harus rnempunyai ukuran yang cukup besar untuk menutupi area operasi
(drape), harus fleksibel dan menggantung dengan baik dan tidak boleh
menggulung seliingga menyebabkan kontaminasi pada isinya.
g. Masa Kadaluarsa
Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa
kadaluarsanya. Karena pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak bergantung
pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut
16. Prosedur dan Langkah-langkah Pengemasan
1. Prosedur pengemasan harus mencakup :
a. Nama alat-alat yang akan dikemas
b. Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat,
2. sesuai instruksi produsen dan spesifikasinya
a. Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai.
29
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

b. Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas


c. Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
d. Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia external dan internal,
sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi
e. Metoda atau teknik mengemas
f. Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
g. Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan
h. Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot, tanggal,
dan identifikasi pekerja yang menyiapkan
i. Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
j. Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan, dan
3. penanganan setelah proses sterilisasi
a. Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap
debu, uap, vermin, dsb.
b. Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk distribusi ke
tempat pemakaian
c. Informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan
kontaminasi, misalnya prosedur yang tepat untuk penyimpanan dan
penanganan kemasan steril, inspeksi segel, dan metode yang tepat untuk
membuka alat-alat steril
17. Metoda Sterilisasi
1. Sterilisasi Panas Kering
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi
panas, dimana panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar dari alat yang
disterilkan lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu
untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk alat-
alat atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau
untuk peralalan terbuat dan kaca.

30
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi


melalui mekanisme oksidasi sampai terjadinya koagulasi protein sel.
Sterilisasi panas kering memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu
yang lebih tinggi dan terjadi pada oven konveksi panas kering.
Pada dasarnya ada dua jenis oven konveksi panas kering, yaitu oven
konveksi panas-kering dan oven konveksi mekanis. Pada oven konveksi
panas-kering distribusi suhu tidak merata sementara pada oven konveksi
mekanis distribusi suhu lebih merata karena adanya bantuan blower.
1. Siklus kerja dari mesin sterilisasi panas kering meliputi :
a. Pemanasan – udara panas dihasilkan melalui mekanisme listrik dan
disirkulasikan pada chamber
b. Periode plateau (sterilisasi) dimulai ketika sensor mendeteksi
tercapainya suhu proses sterilisasi pada chamber
c. Pada saat seluruh chamber memiliki suhu yang sama maka
berakhirlah fase equilibrium dan damulai fase "holding time" atau
sterilisasi
d. Pendinginan chamber, dilakukan dengan mengsirkulasikan udara
dindin dan terfiltrasi ke dalam chamber
2. Keuntungan dari sterilisasi panas kering antara lain :
a. Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus
steam seperti serbuk kering dan bahan minyak
b. Tidak memiliki sifat korosif pada logam
c. Melalui mekanisme konduksi dapat mencapai seluruh permukaan alat
yang tidak dapat dibongkar pasang
3. Disamping keuntungan, ada pula kelemahannya yaitu :
a. Penetrasi terhadap material/bahan berjalan sangat lambat dan tidak
merata
b. Diperlukan waktu pemaparan panas yang lama untuk mencapai
kondisi steril
31
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

c. Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet dan beberapa bahan kain.
4. Ketentuan mesin sterilisasi panas-kering.
Beberapa hal berkaitan dengan mesin sterilisasi panas kering yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Mesin sterilisasi panas kering tidak boleh digunakan sebagai mesin
pengering.
b. Kontrol proses secara otomatis sangat diharapkan.
c. Titik pemasukan termokopel harus tersedia.
d. Harus tersedia termometer untuk mengindikasikan suhu yang sudah
dicapai disertai pencatat suhu.
e. Harus tersedia mekanisme pemutus suhu berlebih (overheat cut-off)
pada semua mesin sterilisasi panas kering.
f. Beberapa feature mesin yang cukup penting meliputi:
a. Timer proses yang dapat diatur (0-6 jam)
b. Termostat pengontrol suhu, dapat diatur antar 140°C - 180°C
c. Indikalor apabila lerjacli kcgagalan proses.
g. Memasukkan Barang pada Mesin Sterlisasi Panas-Kering. Sebelum
memasukkan barang ke dalam chamber, chamber harus di panaskan
terlebih dahulu sampai kurang lebih 160° C. Antara satu barang
dengan barang lainnya harus tersedia ruangan untuk mempermudah
sirkulasi udara sehingga kontak termal dapat berlangsung dengan baik
dan setiap item barang tidak menyentuh dinding chamber mesin.
2. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
1. Metode strilisasi Etilen Oksida
Metode sterilisasi Etilen Oksida merupakan metode sterilisasi suhu
rendah, Etilen oksida membunuh mikroorganisme dengan cara bereaksi
terhadap DNA mikroorganisme melalui mekanisme alkilasi. Untuk
pemakaian pada fasilitas kesehatan Etilen Oksida biasa digunakan dalam
bentuk wadah kecil dan berkonsentrasi 100%. Etilen Oksida hanya
32
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

digunakan untuk sterilisasi alat yang tidak dapat disterilkan dengan


metode sterilisasi uap. Empat elemen esensial yang perlu diperhatikan
pada sterilisasi EtO adalah ;
a. Konsentrasi gas tidak kurang dari 400 mg/liter.
b. Suhu, tidak kurang dari 36° C (siklus dingin), dan tidak lebih dari 60° C
(sikius hangat).
c. Kelembaban relatif antara 40% - 100%.
d. Waktu, berkorelasi langsung dengan suhu dan konsentrasi gas, makin
tinggi suhu dan konsenirasi gas, waktu proses sterilisasi makin cepat.
2. Memasukkan Barang pada Mesin Sterilisasi Etilen Oksida (EtO).
Apabila memungkinkan alat-alat dengan waktu aerasi yang sama
sebaiknya disterilkan bersamaan, Apabila aerasi dilakukan secara terpisah
dan bukan merupakan bagian dari siklus sterilisasi maka alat/barang dapat
dipindahkan ke mesin aerasi dengan menggunakan wadah dari logam
karena logam tidak menyerap EtO. Kemasan harus ditempatkan dalam
chamber dalam keadaan tidak terlalu padat dan tidak menyentuh Dinding
Chamber.
3. Mengeluarkan Barang dari Mesin Sterilisasi Etilen Oksida (EtO).
Potensi pemaparan gas EtO pada pelugas kesehatan dapal
diminimalisir secara signifikan apabila prosedur pengeluaran barang
diikuti dengan seksama.Mesin Sterilisasi Etilen Oksida (EtO) dengan
Pengtiras Udara (Purge). Barang dapat segera dikeluarkan untuk kemudian
di aerasi. Pada kondisi ini konsentrasi EtO berada pada titik minimum.
Beberapa hal harus diperhatikan :
a. Jangan sekali-kali membuka pintu mesin Sterilisasi EtO pada saat fase
pemaparan gas. Mesin EtO modern biasanya dilengkapi mekanisme
pengamanan untuk mencegah terbukanya pintu saat fase pemaparan
gas.

33
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

b. Jangan membuka pintu mesin apabila sistem exhaust tidak berfungsi


dengan optimal.
4. Aerasi mesin Sterilisasi EtO.
Tergantung jenis mesin yang digunakan proses aerasi dapat
dilakukan pada mesin atau harus dilakukan secara terpisah. Proses aerasi
yang dilakukan pada mesin Sterilisasi akan bermanfaat karena kontak
dengan EtO diminimalisir.
5. Transfer Barang Untuk Aerasi.
Harus dilakukan sesegera mungkin tanpa menunda-nunda. Barang-
barang harus tetap berada dalam wadah secara utuh pada saat transfer
(tidak dipindahkan satu per satu) dan alat transport sebaiknya ditarik dan
bukan didorong pada saat menuju mesin aerator.
6. Pertimbangan Keamanan.
EtO merupakan gas toxic sehingga perhatian pada keselamatan kerja
harus diutamakan. Permissible Exposure Level (PEL) untuk EtO. PEL
untuk EtO adalah 1 ppm per 8 jam. Perhitungannya dilakukan dengan
menggunakan Time Weighed Average (TWA) dengan rumus :
8 jam TWA = (C1 x T1) + (C2XT2) + ……
T Total
C = Konsentrasi EtO yang terhisap pada waktu kontak
T = waktu/lamanya kontak
T Total = jumlah waktu total kontak dengan EtO
Konsentrasi segera yang membahayakan Kehidupan dan Kesehatan (ILDH
= Immediate Dangerous to Life and Health). Konsentrasi Segera yang
Membahayakan Kehidupan dan Kesehatan untuk Etilen Oksida (EtO)
adalah 800 ppm.
7. Meminimalisir pemaparan EtO pada petugas kesehatan dengan :

34
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

a. Gunakan mesin sterilisasi dengan sistem siklus purge (pengurasan)


yang akan mengevakuasi residu gas secara konlir.u sampai pintu mesin
terbuka.
b. Menggunakan sislem exhaust yang khusus sehingga gas dapat
dikeluarkan ke bagian luar gedung.
c. Menggunakan wadah sterilisasi dari logam sehingga penanganan
langsung barang atau item dapat dihindarkan.
d. Pastikan personal yang bertugas mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang sterilisasi EtO dan kewaspadaan keamanannya.
3. Sterilisasi Uap
Salah satu upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit
adalah melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi
yang paling efisien dan paling efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap
dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel
protein secara ireversibel. Untuk dapat menghasilkan barang yang steril
maka perlakuan pre-sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang baik,
pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan ) perlu
diperhalikan. Jadi kesempurnaan proses sterilisasi uap terganlung pada
proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum slerilisasi melalui
pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya dekontaminasi sebelum
digunakan.
1. Mesin Sterillsasi Uap
Pada dasarnya ada dua jenis mesin sterilisasi uap :
1. Mesin sterilisasi uap tipe gravitasi, dimana udara dikeluarkan dari
chamber berdasarkan gravitasi.
2. Mesin sterilisasi tipe prevakum, dimana udara dikeluarkan dari
chamber oleh suatu pompa vakum. Pada proses sterilisasi mengunakan
sistem prevakum biasanya waktu sterilisasi dapat berlangsung lebih

35
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

cepat karena efikasi dan kecepatan pengeluaran udara berlangsung


lebih baik
2. Kualitas Uap
Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan
proses sterilisasi. Apabila uap terlalu kering atau basah kemampuan
penetrasinya akan terganggu. Kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi
kekeringan 97% (pada skala 0 - 100%, 0 menunjukkan kandungan air
yang sangat tinggi sementara 100% menunjukkan uap sama sekali tidak
rnengandung air).
3. Tekanan Supply Uap
Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit
sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin.
4. Memasukkan Barang pada Mesin.
Penataan barang di dalam mesin sterilisasi ikut menentukan
keberhasilan proses sterilisasi. Penataan barang yang benar akan
memudahkan proses pengosongan udara dari chamber, memudahkan
steam untuk berpenetrasi ke dalam kemasan dan akan mencegah
tebentuknya kondensat berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya
kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal
untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan
pengosongan udara. Pengisian chamber mesin dengan barang sebaiknya
memanfaatkan 75 % dari kapasitas chamber.
5. Mengeluarkan barang dari mesin sterilisasi uap
Isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin sterilisasi sampai
semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril sudah mengalami
proses pendinginan. Pemaksaan pendinginan baik dengan kipas atau
blower AC tidak diperkenankan. Barang-barang yang sedang mengalami
pendinginan harus ditempatkan pada daerah yang tidak terlalu ramai
dengan berbagai aktivitas kegiatan lain. Untuk mencegah masuknya
36
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

lembab (dapat membawa mikroorganisme) ke dalam kemasan, barang-


barang steril hanya boleh ditangani setelah mengalami pendinginan secara
sempurna. Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak boleh
diletakkan pada permukaan Iogam karena akan terjadi proses kondensasi
pada barang sehingga terjadi rekontaminasi. Load berisi barang steril harus
disimpan dalam rak kawat sampai dingin.
4. Sterilisasi Menggunukan Plasma
Plasma secara umum didefinisikan sebagai gas terdiri dari elektron,
ion-ion, maupun partikel-partikel neutral. Halilintar merupakan contoh
plasma yang terjadi di alam. Plasma buatan dapat terjadi padu suhu tinggi
maupun suhu rendah (spt, Lampu Neon). Gas plasma suhu rendah terjadi
apabila dalam keadaan deep-vacuum gas tertentu distimulasi dengan
frekuensi-radio atau energi gelombang mikro sehingga terbentuk plasma.
Plasma dari beberapa gas seperti argon, nitrogen dan oksigen
menunjukkan aktivitas sporisidal.
Pada plasma yang terbentuk dari hidrogen peroksida, proses
pembentukan plasma mengalami dua fase yaitu fase difusi hidrogen
peroksida dan fase plasma. Pembentukan plasma dimulai setelah
pemvakuman chamber, uap hidrogen peroksida yang dihasilkan dari
larutan 58% hidrogen peroksida masuk ke dalam chamber melalui
mekanisme difusi. Alat/bahan yang akan disterilkan kemudian terpaparkan
oleh uap hidrogen peroksida selama 5O menit pada konsentrasi 6 mg/I.
Hidrogen peroksida yang pada dasarnya mempunyai aktivitas mematikan
mikroorganisnie, pada pembentukan plasma berfungsi sebagai prekursor
pembentukan radikal bebas dan spesies aktif lainnya yang
mematikan mikroorganisme, Fase plasma ini berlangsung selama
15 menit pada 400 watt. Setelah fase plasma selesai setiap spesies reaktif
akan bergabung kembali membentuk scnyawa stabil berupa air dan
oksigen.
37
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Aktivitas mematikan mikroorganisme hidrogen peroksida belum


diketahui secara pasti, namun pada proses pembentukan plasma terbentuk
spesies reaktif seperti radikal bebas, radiasi UV, maupun hidrogen
peroksida itu sendiri yang mempunyai kemampuan menginaktivasi
mikroorganisme.
Memasukan barang pada mesin sterilisasi plasma. Perlu
diperhatikan secara baik agar barang-barang yang akan disterilkan benar-
benar dalam keadaan kering dan tidak dapat digunakan pada bahan
kertas/selulosa karena hidrogen peroksida akan terserap kuat. Jenis
kemasan yang dapat digunakan sangat terbatas yaitu dari bahan Tyvek.
Isi/kemasan yang akan disterilkan tidak boleh mengenai dinding chamber.
Metode Sterilisasi plasma tidak dapat digunakan untuk mensterilkan alat
dengan lumen berdiameter kurang dari 6 mm ataupun untuk alat dengan
panjang lebih dari 31 cm, tidak dapat digunakan untuk mensterilkan lumen
dengan ujung tak berlubang.
Konsentrasi Segera yang Membahayakan Kehidupan dan
Kesehatan (ILDH = Immediate Dangerous to Life and Health) .
Konsentrasi Segera yang Membahayakan Kehidupan dan Kesehatan untuk
hidrogen peroksida (H2O2) adalah 75 ppm.
Sterilisasi Suhu Rendah Uap- Formaldehid
Sifat bakterisidal gas formaldehid telah dikenal sejak lama, gas ini bekerja
membunuh mikroorganisme melalui mekanisme alkilasi . Formal dehid
telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, rnaupun
instrumen-instrumen. Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal)
tidak dapat digunakan untuk Sterilisasi alat rentan panas, khususnya
dengan lumen kecil, karena daya penetrasinya yang lemah serta aktivitas
sporisidalnya yang sangat namun demikian apabila dikombinasikan
dengan steam dibawah tekanan atmosfir, daya penetrasinya meningkat
sehingga sterilisasi dapat dicapai dengan lebih cepat.
38
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Gas formaldehid dan cairan formalin mempunyai bau yang tajam


dan dapat mengiritasi mata, saluran pernafasan dan kulit. Juga dilaporkan
bersifat mutagenik walaupun bukti-bukti masih sedikit pada manusia. Oleh
karenanya formalin harus ditangani dengan hati-hati dan sarung tangan
harus dipakai untuk melindungi pemaparan terhadap kulit. Formaldehid
dapat terdeteksi pada konsentrasi 0.5 ppm sehingga pemaparan pada
konsentrasi lebih tinggi yang membahayakan dapat dihindari. Apabila
pemaparan terjadi bilas dengan air mengalir. Tingkat konsentrasi
formaldehid di udara tidak boleh melebihi 2 ppm dalam selang waktu 10
menit. Untuk pemaparan jangka panjang batasannya adalah 2 ppm selama
8 jam.
a. Siklus Kerja Mesin Sterilisasi Uap-Formaldehid
Siklus kerja khas dari mesin sterilisasi tipe ini dapat dibagi menjadi
beberapa tahap meliputi :
a. Pemanasan : jalankan mesin dengan siklus terpendek satu kali
sebelum melakukan siklus yang diinginkan untuk mencegah
terjadinya kondensasi berlebihan.
b. Loading/Memulai : mesin diisi peralatan yang akan disterilkan lalu
siklus dimulai.
c. Pre-vakum : pre-vakum dilakukan dibawah 50 rnbar. Proses ini
akan menghilangkan udara dari chamber dan isi chamber.
d. Pemberian uap awal : Dilakukan untuk pemanasan awal mesin
sementara pompa vakum terus berjalan
e. Pulsing : tahap ini dibagi menjadi empat yaitu : a) pemberian steam
secara kontinyu sampai suhu 73C dicapni dalam chamber ; b)
pompa vakum dijalankan dibawah 50 mbar ; c) pemaparan
formaldehid sehingga diperoleh konsentrasi 15 mg/m3 ; d) fase
kesetimbangan gas

39
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

f. Pemberian uap akhir : pemberian steam dan penarikan vakum


dapat dilakukan secara berulang untuk menghilangkan
formaldehid.
g. Untuk menghilangkan sisa-sisa akhir dari formaldehid udara
dihembuskan ke dalam chamber diikuti dengan periode proses
vakum. Proses ini dapat dilakukan secara berulang-ulang.
b. Pengujian Alat Sterllisasi
Sebelum mesin sterllisasi dapat digunakan secara rutin rnaka haras
dilakukan pengujian terlebih dahulu sesuai dengan prosedur pada masing-
masing autoclave atau sesuai dengan mesin sterilisasi yang digunakan.
Alasan : kerja mesin sterilisasi tidak hanya tergantung pada disain mesinnya
saja tapi juga tergantung pada elemen pendukung lainnya seperti generator
uap dan distribusi uap, sistem kelistrikan dan sistem mekanik lainnya.
Kompatibilitas mesin sterilisasi dengan sistem penunjang lainnya.

40
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan


Pengertian :
Prosedur penyediaan alat kesehatan habis pakai adalah permintaan alat
kesehatan yang pemakaianya tidak mendapat ganti dari Instalasi Farmasi. Agar
ketersediaan alat atau bahan selalu tersedia maka dijadwal pada hari tertentu
untuk meminta persediaan ke Instalasi Farmasi atau Gudang dengan prosedur
sebagai berikut :
1. Petugas Instalasi membuat SPB (surat permintaan barang) ke bagian
pengadaan.
2. Kepala Instalasi menanda tangani SPB tersebut.
3. Kemudian di catat di buku register SPB, dan SPB di berikan ke bagian
pengadaan barang, dan tinggal menunggu proses realisasi barang.
4. Petugas Instalasi saling mengecek barang yang sudah terealisasi dengan
menandatangani pada buku ekspedisi SPB, petugas instalasi tanda tangan
pada kolom unit peminta sedangkan pengadaan tandatangan pada kolom
penyerahan.
5. Petugas Instalasi mencatat pada barang pada buku inventaris.
B. Perencanaan Peralatan
1. Pengertian :
Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai kebutuhan
saat itu sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti
2. Tujuan : perencanaan pengadaan atau peremajaan peralatan adalah agar
peralatan digunakan siap pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat
mengikuti perkembangan teknologi kedokteran sehingga menunjang
kelancaran pelayanan. Jadual kegiatan dilakukan dalam setiap tahun dan
disampaikan dalam Rencana Anggaran Belanja Rumah Sakit.
41
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

3. Prosedur :
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah
tidak dapat dipakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukan
dalam rencana anggaran rutin.
2. Pembelian peralatan sepengatahuan Kepala Bidang Penunjang Medis dan
Kepala Bidang Keperawatan dengan mengajukan permintaan
penggantian peralatan ke Tim Pengadaan Barang Rumah Sakit, disertai
perkiraan biaya.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap
tahun sesuai jadwal kepada tim pengadaan rumah sakit disertai perkiraan
biaya.
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
5. Bila terealisasi kepala Instalasi menerima alat dan menandatangni buku
penerimaan barangserta berita acara penerimaan dari tim penerima
barang dan mencatat dalam buku iventaris
C. Inventaris Peralatan Di Ruang Sterilisasi Di Rumah Sakit Universitas Mataram
1. Instrumen, Alat, Zat Kimia dan Peralatan medik maupun non medik di
Ruang Isntalasi CSSD Rumah Sakit Universitas Mataram Tahun 2019
a. Peralatan BHP ( Bahan Habis Pakai )
NO Nama BHP ( Bahan Habis Pakai ) Ket
1 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 5cm
2 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 7,5cm
3 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 10cm
4 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 15cm
5 Pouches Sterilization Ukuran

42
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

100m x 20cm
6 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 25cm
7 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 30cm
8 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 40cm
9 Indikator Tape
10 Indikator Bowie Dick
11 Indikator Strip

b. Peralatan Steril CSSD


NO Nama Alat Medik Ket
1 Mesin Continuous Sealer / Paching Sealer Tdk Ada
2 Troli Non Infeksius Tdk Ada
3 Troli Infeksius Tdk Ada
4 Lemari Penyimpanan Alat/Instrumen/Linen Steril Tdk Ada
5 Meja Packing Tdk Ada
6 Pengukur Suhu Ruangan Tdk Ada
7 Gun Labeler Tdk Ada
8 MESIN RO Tdk Ada

c. Bahan / zat kimia


NO Nama Bahan Kimia Ket
1 Detergen
2 Desinfectan
3 Larutan Clorin 0,5
4 Air deionisasi
5 Kapas, kasa

43
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

6 Bahan monitor
7 Pembersih lantai, sink, dinding/ruangan.
d. Ruangan CSSD
NO Alat Ruangan Ket
1 Komputer
2 Telpon
3 Pinter
4 Meja Komputer
5 Meja Loket Penerimaan/Loket dan Kursi
6 Rak Sepatu/Sendal Slop
7 Meja dan Kursi Pendistribusian Petugas
8 Lemari Loket Petugas
9 Rak Sepatu/Sendal Slop
10 APD Ruang CSSD
11 Sepatu BOT
12 Baju/Jas Ruang Dekontaminasi,Packing Pouches
dan Steril

44
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian.
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. Tujuan.
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ).
C. Standar Keselamatan Pasien.
a. Hak Pasien.
b. Mendidik Pasien dan Keluarga.
c. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan.
d. Penggunaan Metoda-Metoda Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan
Evaluasi
D. Program Peningkatan Keselamatan Pasien
e. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
f. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
g. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai
Keselamatan Pasien

45
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

E. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) / Adverse Event.


suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya
atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
1. KTC yang tidak dapat dicegah / Unpreventable Adverse Event.
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir
2. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) / Near Miss.
suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission )
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ),
yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
a. Karena “ keberuntungan”
b. Karena “ pencegahan ”
c. Karena “ peringanan ”
3. Kesalahan Medis / Medical Errors.
kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

46
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan.
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman
penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak
menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang
memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS
terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk
menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi
dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di
Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas
memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan
prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.
Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan

47
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya


infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan


melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara
terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab
itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya
dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan.
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien
Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah
terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit
sehubungan dengan alat-alat/instrumen yang digunakan. Melakukan
proses dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan, sterilisasi, dan
penanganan barang steril secara aseptik dan benar sesuai dengan SOP
yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah
terjadinya kecelakaan/ luka pada pasien. Pasien penerima barang yang
belum diuji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami
komplikasi maupun penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau
on-steril (seperti instrumen bedah) apabila digunakan pada pasien dapat
menimbulkan infeksi nosokomial.

48
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

D. Saran tindakan aman


1. Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan
dari CSSD sesuai dengan petunjuk pabrik dan SOP di CSSD.
2. Pastlkan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari
pengotor, kerusakan, atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi
penggunaan barang/ alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup
pada saat transportasi menuju daerah dekontaminasi.
4. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses
sterilisasi mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja
secara baik.
5. Pastikan bahwa semua komponen instrumen berada dalam keadaan
lengkap, dan berfungsi secara normal.
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual
selama siklus berlangsung melalui pengujian indikator kimia,
biologis dan pengujian deteksi udara dalam chamber (sistem mesin
sterilisasi uap pre-vakum).
E. Penanganan Zat - Zat Kimia Di Cssd
Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu diperhatikan
mengingat banyak zat kimia yang digunakan di CSSD bersifat toksik.
Apabila penganannya tidak dilakukan dengan baik maka dapat
membahayakan banyak petugas CSSD itu sendiri maupun pasien.
1. Macam – Macam Zat Kimia
a. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau isopropil alkohol (60-90%)
digunakan sebagai disinfektan Intermediat dengan kemampuan
bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal.
1) Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

49
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,


ventilasi dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.
2) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9 %
perlahan selama 15-20 menit.
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10
menit.
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera
kirim/konsul ke dokter mata
3) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
a. Bawa pasien segara ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
b. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat.
Umumnya digunakan sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan
yang mengandung formaldehid dan methanol dengan kadar
bervariasi (biasanya antara 12-15%).
1) Bahaya terhadap kesehatan
Dosistoksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5
g/kg. BB Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm
lakrimasi, 10 ppm lakrimasi berat,10-20 ppm susah bernafas,
batuk, terasa panas pada hidung dan tenggorokan, 50- 100 ppm
iritasi akut saluran pernafasan

50
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

Lamba : Sensitisasi dermatitis Kronik : Karsinogenik,


gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita, percikan
larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat s/d
menetap, kornea buram dan buta Jika tertelan: Menyebabkan luka
korosif mukosa gastrointestinal disertai mual, muntah, perdarahan
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme
Kontak kulit : Iritasi pada kulit Kontak mata : iritasi dan
lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea buram
dan buta
2) Tindakan pertolongan
1) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.
3) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
lakukan irigasi dengan sejumlah air bersipat atau NaCl 0,9 %
perlahan selama 15-20 menit.
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera
kirim/konsul ke dokter mata
4) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
a. Bawa pasien segara ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan.
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi
atau muntahan dan buanglah dalam wadah /plastik tertutup

51
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung


diri seperti sarung tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
5) Tindakan pertolongan pada pemaparan gastro intestinal
Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan
berikut :
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat
mungkin untuk pengenceran.
b. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk
anak-anak maksimal 100 ml.
c. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-
aktif
d. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang
lembut da dipertimbangkan setelah pengenceran dan
pemeriksaan endoskopi.
c. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam
proses sterilisasi kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia
organik terutama dalam pembuatan etilen glikol, fungisida, dan
fumigan bahan makanan dan tekstil.
1) Bahaya utama terhadap kesehatan
a. Inhalasi : Pemaparan jangka pendek : iritasi, daya cium
menurun, dispnea, nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk,
gangguan keseimbangan tubuh, sianosis, kongesti paru-paru,
kejang dan gangguan kesuburan. Pemaparan jangka panjang :
potensial dapat menyebabkan kanker
b. Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek : reaksi alergi,
kulit terasa panas, melepuh, frostbite.

52
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

c. Kontak mata : Pemaparan jangka pendek : terasa panas,


frostbite, mata berair. Pemaparan jangka panjang : dapat
menimbulkan katarak
d. Tertelan : Pemaparan jangka pendek : terasa panas terbakar,
sakit tenggorokan, mual, muntah, frostbite, diare, nyeri perut,
nyeri dada, nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang : kerusakan hati, potensial
karsinogen
2) Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.
3) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9 %
perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mala
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera
kirim/konsul ke dokter mata
4) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
a. Bawa pasien segara ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi
atau muntahan dan buanglah dalam wadah /plastik tertulup

53
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat lindung diri


seperti sarung tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
5) Tindakan pertolongan pernaparan gastrointestinal
a. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)
b. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan
c. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-
100gr dan anak-anak 15-30 gr.
Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr
karbon aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa : 10 gr tiap 20
menit, Anak-anak 5 gr tiap 20 menit.
d. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam
karbolat, hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbol kreolin, likresol.
Lisol banyak digunakan sebagai disinfektan rumah tangga untuk
membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau
busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptik
dengan konsentrasi antara 1-2%. LDL oral pada manusia adalah 140
mg/kg.
1) Bahaya utama pada kesehatan
a. Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan
berulang atau berat :kemerahan, gatal dan luka bakar
b. Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat
mengalami dermatitis kontak
c. Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna
putih, edema palpebra, dan iritis.
d. Efek sistemik : nyeri kepala, nausea, diare, lemah,
pusing, dispnea, penglihatan kabur, nyeri abdomen, muntah dan
rash, Jika konsentrasi fenol > 5% dapat menyebabkan luka bakar
pada rnulut dan esophangus.

54
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

e. Efek pada sistem kardiovaskuler : hipotensi dan syok


f. Efek pada genial : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri
g. Efek pada pernafasan : depresi pernafasan dan gagal nafas
2) Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi dengan oksigen lembab 100%, dan
penatalaksanaan sirkulasi.
3) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan
irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9 % perlahan
selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul
ke dokter mata
4) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
a. Bawa pasien segara ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahan dan buanglah dalam wadah /plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat lindung diri
seperti sarung tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
5) Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal

55
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali
minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan
pemeriksaan endoskopi
d. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya
mengandung bahan aktif Natrium hipoklorit (NaOCl) 5-10 %. Selain
digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai disinfektan . Pada
konsentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya
karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat
dan gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru.
1) Bahaya utama terhadap kesehatan
a. Inhalasi : Bila terhirup, tenggorokan akan terasa sakit, iritasi
saluran pernafasan, batuk, sesak nafas, dan edema paru-paru
b. Kontak kulit : Terjadi pemerahan kulit, terasa perih, iritasi lokal
dan erupsi
c. Kontak mata : Pemerahan mata, korosif, perih, penglihatan jadi
kabur
d. Tertelan : Pada konsentrasi zat 3-5% mulut dan tenggorokan terasa
terbakar, iritasi mulut dan faring, edema faring dan laring serta
mual, muntah. Pada konsentrasi lebih pekat nyeri menelan,
salivasi, rasa sakit parah pada tenggorokan, dada dan perut.
2) Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

56
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas ventilasi


dan oksigenasi dengan oksigen lembab 100%, dan penatalaksanaan
sirkulasi.
3) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan
irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9 % perlahan selama
15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke
dokter mata
4) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
a. Bawa pasien segara ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal
10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas
secara perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahan dan buanglah dalam wadah /plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat lindung diri seperti
sarung tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
5) Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali
minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif

57
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan


fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan
pemeriksaan endoskopi
d. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antasid

58
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Kontrol Kualitas Sterlisasi


Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk
bahan/alat steril, namun bukan berarti sekedar menghasilkan bahan/alat
yang steril begiut saja. Sterilan harus ada jaminan mutu. Untuk
menjamin mutu tersebut dibutuhkan mekanisme dan pengawasan yang
ketat. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam control kualitas
tersebut adalah :
1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan
2. Data mesin sterilisasi
3. Tanggal steril dan kadaluarsa
4. Pemberian indikator steril internal dan eksternal
B. Jenis-Jenis Indikator
1. Indikator Mekanik
Indikator mekanik adalah bagian dari instrument mesin sterilisasi
seperti table dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan
apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik
2. Indikator Kimia
Indikator kimia adalah indicator yang menandai terjadinya paparan
pada obyek yang disterilkan. Hal ini ditandai dengan adanya
perubahan warna. Indikator kimia diproduksi dalam bentuk strip, tape
atau kartu serta sensitive terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi.
3. Indikator Biologi
Indikator biologi adalah sediaan yang berisi populasi mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa
parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi
tertentu. Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan
mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang non patogenik dan

59
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila selama proses


sterilisasi spora tersebut terbunuh, maka dapat diasumsikan
mikroorganisme yang lainnya juga ikut terbunuh.
C. Klasifikasi Indikator Kimia
Berdasarkan International Organization for Standardization (ISO),
indicator kimia dibagi menjadi 6 kelas terpisah
1. Kelas 1 : Indikator eksternal dan internal
Indikator eksternal berbentuk tape dan digunakan dibagian luar
kemasan. Indikator ini memberikan informasi bahwa bagian luar
kemasan benda yang disterilkan telah melewati proses sterilisasi
dengan ditandai perubahan warna pada indikator eksternal. Indikator
ini tidak membuktikan bahan/alat telah steril namun sangat
bermanfaat karena dapat meberikan bukti visual benda yang sudah
melewati proses sterilisasi sehingga user dapat membedakan antara
benda yang sudah dan belum disterilisasi. Indikator internal berbentuk
strip dan pemakaiannya diletakkan dalam kemasan. Indikator internal
memberikan informasi bahwa benda dalam kemasan telah melewati
proses sterilisasi. Informasi diketahui dengan adanya perubahan
warna indikator. Indikator internal berfungsi sebagai pemberi
informasi bahwa sterilan telah berpenetrasi kedalam kemasan
bahan/alat yang disterilkan.
2. Kelas 2 : Bowei and Dick Test
Tidak seperti indikator kimia lainnya, indikator jenis ini digunakan
untuk efisiensi pompa vakum pada alat sterilisasi serta untuk
mengetahui adanya
kebocoran udara dalam ruang sterilisasi. Oleh karenanya indikator ini
hanya digunakan pada metode sterilisasi uap panas yang
menggunakan system vakum. Jadi indikator ini sama sekali bukan
untuk mengetahui apakah kondisi steril telah tercapai.

60
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

3. Kelas 3 : Single parameter indicator


Indikator ini berupa tabung temperature berisi bahan kimia yang
akan meleleh dan berubah warna bila temperature yang sesuai telah
tercapai. Indikator ini hanya digunakan pada metode sterilisasi uap
panas atau panas kering.
4. Kelas 4 : Multi parameter indicator
Pada indikator multi parameter terdapat sejenis tinta yang akan
berubha warna bila terpapar pada kombinasi parameter sterilisasi
yang tepat. Indikator ini memberikan respon terhadap semua
parameter sterilisasi asalkan pada temperature spesifik tertentu yang
tertera pada indikator.
5. Kelas 5 : Integrator
Indikator ini memberikan respon terhadap semua parameter
sterilisasi panda range temperature tertentu, misalnya 104 0C – 120 C
untuk sterilisasi uap panas.
6. Kelas 6 : Emuglator
Cara kerjanya berdasarkan siklus sterilisasi spesifik. Indikator akan
bereaksi apabila 95% dari siklus sterilisasi telah tercapai.
D. Penentuan Masa Kadaluarsa (Self Life) Produk Steril pada Instalasi
Pusat Sterilisasi. Bertahun-tahun masalah Self Life menjadi perdebatan
dikalangan para ahli akhirnya banyak rumah sakit yang mengambil
kebijakan Self life barang steril selama 3 (tiga) hari, ada pula yang tujuh
hari, 1 (satu) bulan bahkan satu tahun. Namun menurut CDC yang telah
melakukan studi pada tahun 1971 dan 1973 merekomendasikan :
a. Barang steril dengan kemasan kain rangkap dua masa self life nya 3
(tiga) bulan.
b. Barang steril yang terhindar dari debu self life bisa sampa 9 bulan.
Namun ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dari
rekomendasi CDC diatas dikarenakan masa self life tidak ditentukan
oleh kemasan semata namun juga termasuk kejadian yang dialami

61
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

bahan/alat steril dan lama transportasi bahan/alat steril dari mesin


sterilisator ke ruang penyimpanan. Semakin pendek transportasi
bahan/alat steril semakin kecil kemungkinan terkontaminasi ulang dan
semakin panjang masa self life nya. Oleh karenanya perlu diadakan
pengujian kultur hasil sterilisasi untuk mengetahui masa kadaluarsa
dari produk steril Instalasi Pusat Sterilisasi. Adapun mekanisme
pengujian bisa dilakukan secara mandiri oleh pihak rumah sakit atau
menggunakan jasa laboratorium dari luar rumah sakit dengan
mengikuti alur pengujian yang telah ditentukan.

62
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Pelayanan Kerja di Ruang Instalasi CSSD ini dibuat


untuk dilaksanakan, untuk menjamin terlaksananya pencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Universitas Mataram karena Sterilisasi
merupakan salah satu bagian dari pencegahan infeksi nosokomial, saat ini
infeksi nosokomial merupakan persoalan serius bagi rumah sakit dan bagi
pasien. Dimana dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung
kematian pasien. Memang beberapa kejadian menunjukkan bahwa infeksi
nosokomial tidak menyebabkan kematian, namun menyebabkan pasien dirawat
lebih lama sehingga harus mengeluarkan biaya lebih banyak.
Oleh karena itu pelayanan sterilisasi sangat dibutuhkan dan berperan
dalam menekan kejadian infeksi nosokomial. Dengan adanya pedoman ini
diharapkan personel di CSSD dapat bekerja secara profesional, karena di dalam
pedoman ini terdapat ketentuan – ketentuan pelayanan sterilisasi. Selain itu
personel di CSSD hendaknya selalu mengasah diri dan mau berkembang dengan
mengikuti pelatihan – pelatihan sehingga tidak ketinggalan perkembangan ilmu
pengetahuan tentang CSSD.

63
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT

Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, No. Telepon : 081775165995

Website: www.rs.unram.ac.id Email: rsum@unram.ac.id

64

Anda mungkin juga menyukai