MATARAM
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
2
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Ditetapkan di Mataram
Pada tanggal 03 Januari 2022
Direktur Rumah Sakit Universitas Mataram
3
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
DAFTAR ISI
4
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan
untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora
dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah
rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi. Pusat Sterilisasi sangat
bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur
penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga,
pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain – lain. Selain itu perlu juga
dibuat standar dan pedoman sehingga tidak terjadi gangguan pada proses dan
hasil sterilisasi.
B. Tujuan Pedoman.
Tujuan Umum : untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan
guna menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
Tujuan Khusus :
6
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
8
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
10
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
C. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan tenaga kerja di unit Instalasi CSSD Rumah Sakit
Universitas Mataram berdasarkan shift. Tenaga kerja di unit Instalasi CSSD
saat ini berjumlah 5 Orang. Yang memegang tanggung jawab sebagai
berikut :
a. Kepala Unit : 1 Orang
b. Penanggung Jawab Dekontaminasi : 1 Orang
c. Penanggung Jawab Sterilisasi : 1 Orang
d. Penanggung Jawab Pemeliharaan Sarana dan Alat : 1 Orang
e. Penanggung Jawab Logiatik : 1 Orang
Tenaga kerja di unit Rawat Inap ini berkerja dengan jadwal
sebagai berikut :
a. Kepala Unit : Senin s.d Kamis dimulai pukul 07.30-14.00
Setiap Jumat dimulai pukul 07.30-11.30
Setiap Sabtu dimulai pukul 07.30-12.30
b. Penanggung Jawab Dekontaminasi : Senin s.d Minggu jam kerja sesuai
dengan shift pagi dan sore
c. Penanggung Jawab Sterilisasi : Senin s.d Minggu jam kerja
sesuai dengan shift pagi dan sore
d. Penanggung Jawab Pemeliharaan Sarana dan Alat : Senin s.d Minggu
jam kerja sesuai dengan shift pagi dan sore
e. Penanggung Jawab Logistik : Senin s.d Minggu jam kerja sesuai
dengan shift pagi dan sore
D. Pengaturan Jaga
Rumah Sakit Universitas Mataram merupakan Rumah Sakit yang
beroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani masyarakat umum.
11
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
Karyawan bekerja secara shift dengan waktu kerja yang di atur secara
mandiri oleh unit kerja Instalasi CSSD .
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
a. Batas keterlambatan karyawan maksimal 15 menit dari dimulainya
jadwal shift.
b. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberikan, maka
karyawan tersebut akan mendapat evaluasi kedisiplinan dari atasan
langsung.
c. Apabila terjadi keterlambatan secara terus menerus, akan diberikan
surat peringatan.
d. Izin meninggalkan dinas maksimal 3 jam dalam 1 hari kerja atas
persetujuan Kepala Unit
Pengaturan tenaga kerja di Instalasi CSSD ,berdasarkan shift di bawah ini :
a. Kepala Unit
Senin – Sabtu : 07.30 – 14.00
b. Karyawan Shift
Senin – Minggu : Shift Pagi : 07.30 – 14.00
Shift Siang : 14.00 – 21.00
12
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
1. Standar Pelayanan Minimal di Instalasi CSSD
Sarana fisik dan peralatan dipusat sterilisasi sangat
mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan di pusat sterilisasi rumah
sakit. Dalam merencanakan sarana fisik, dan peralatannya, sebaiknya
melibatkan staf pusat sterilisasi. Mengingat pusat sterilisasi merupakan
jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi adalah
menerima alat/bahan medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk
kemudian di proses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan
selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan
kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu
diperhatikan :
13
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
15
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
16
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
18
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
8. Metode Merendam/Membilas
bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan
dan hampir semua partikel yang lidak kelihatan, dan menyiapkan permukaan
dari semua alat-alat agar aman untuk proses disinfeksi dan sterilisasi, Mencuci
dapat dilakukan secara manual atau mekanikal atau kombinasi keduanya.
Kerenanya, untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta
keamanan pekerja, alat-alat harus :
a. Dibongkar (disassemble) jika dirakit Iebih dari satu komponen dan semua
sambungan harus dibuka uniuk memastikan seluruh permukaan alat tercuci
bersih.
b. Dimulai dengan merendam dalam air dingin (20 - 43°C) dan/atau dalam
produk enzim yang dapat melepaskan darah dan zat-zal protein lainnya
untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga membantu
menghilangkan protein.
c. Atau dapat juga dimulai dengan membilas dengan air keran yang mengalir
deras dalam suhu 20 - 43°C untuk melepaskan partikel-partikel kotoran.
9. Mencuci Secara Manual
Beberapa macam alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci
secara manual setelah direndam. Pada proses ini, alat atau instrumen harus :
a. Dicuci di dalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tenggelam/terendam.
b. Dicuci menurut aturan dari produsen jika alat tidak dapat
tenggelam/terendam.
c. Dicuci dengan alat anti-gores untuk mencegah kerusakan pada alat. Alat-
alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan
24
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
sikat dengan diameter yang tepat. Ingat bahwa sikat ini harus didisinfeksi
atau disterilkan setiap hari.
d. Dibilas dengan air keran yang mengalir deras dengan suhu 50 - 65°C untuk
menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi
atau air suling.
e. Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan dulu sebelum dilubrikasi,
didisinfeksi atau disterilkan.
10. Mencuci secara makanis.
Menggunakan mesin cuci dapat meningkatkan produktivitas, lebih bersih, dan
lebih aman bagi pekerja. Mesin cuci dapat dipilih sesuai kebutuhan :
a. Pembersih ultrasonic melepaskan semua kotoran dari seluruh permukaan
alat-alat dan instrumen. Mesin ini tidak didisain untuk membunuh
mikroorganisme, tapi dapat mencuci bersih.
b. Ada dua tipe mesin cuci : (1) untuk melepaskan mikroorganisme
dengan mencuci bersih, dan (2) menghancurkan mikroorganisme
tertentu dengan berbagai variasi suhu.
c. Alat-alat pembersih juga harus dicuci secara rutin.
d. Penggunaan detergen dan zat pembersih lainnya harus sesuai
dengan rekomendasi produsen.
11. Disinfeksi Kimia
Memilih zat disinfeksi harus ditentukan berdasarkan pemakaian alat dan
level, disinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut. Untuk
menghancurkan mikroorganisma, disinfektan, dalam konsentrasi tertentu, harus
kontak langsung dengan permukaan alat dalam waktu yang cukup lama untuk
terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan men-deaktivasi sel-sel patogen.
Kerenanya, sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk menghacurkan
mikroorganisme pada alat ayng belum dibersihkan.
12. Memilih Prosedur
25
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
27
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
28
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
30
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
c. Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet dan beberapa bahan kain.
4. Ketentuan mesin sterilisasi panas-kering.
Beberapa hal berkaitan dengan mesin sterilisasi panas kering yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Mesin sterilisasi panas kering tidak boleh digunakan sebagai mesin
pengering.
b. Kontrol proses secara otomatis sangat diharapkan.
c. Titik pemasukan termokopel harus tersedia.
d. Harus tersedia termometer untuk mengindikasikan suhu yang sudah
dicapai disertai pencatat suhu.
e. Harus tersedia mekanisme pemutus suhu berlebih (overheat cut-off)
pada semua mesin sterilisasi panas kering.
f. Beberapa feature mesin yang cukup penting meliputi:
a. Timer proses yang dapat diatur (0-6 jam)
b. Termostat pengontrol suhu, dapat diatur antar 140°C - 180°C
c. Indikalor apabila lerjacli kcgagalan proses.
g. Memasukkan Barang pada Mesin Sterlisasi Panas-Kering. Sebelum
memasukkan barang ke dalam chamber, chamber harus di panaskan
terlebih dahulu sampai kurang lebih 160° C. Antara satu barang
dengan barang lainnya harus tersedia ruangan untuk mempermudah
sirkulasi udara sehingga kontak termal dapat berlangsung dengan baik
dan setiap item barang tidak menyentuh dinding chamber mesin.
2. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
1. Metode strilisasi Etilen Oksida
Metode sterilisasi Etilen Oksida merupakan metode sterilisasi suhu
rendah, Etilen oksida membunuh mikroorganisme dengan cara bereaksi
terhadap DNA mikroorganisme melalui mekanisme alkilasi. Untuk
pemakaian pada fasilitas kesehatan Etilen Oksida biasa digunakan dalam
bentuk wadah kecil dan berkonsentrasi 100%. Etilen Oksida hanya
32
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
33
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
34
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
35
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
39
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
40
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB V
LOGISTIK
3. Prosedur :
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah
tidak dapat dipakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukan
dalam rencana anggaran rutin.
2. Pembelian peralatan sepengatahuan Kepala Bidang Penunjang Medis dan
Kepala Bidang Keperawatan dengan mengajukan permintaan
penggantian peralatan ke Tim Pengadaan Barang Rumah Sakit, disertai
perkiraan biaya.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap
tahun sesuai jadwal kepada tim pengadaan rumah sakit disertai perkiraan
biaya.
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
5. Bila terealisasi kepala Instalasi menerima alat dan menandatangni buku
penerimaan barangserta berita acara penerimaan dari tim penerima
barang dan mencatat dalam buku iventaris
C. Inventaris Peralatan Di Ruang Sterilisasi Di Rumah Sakit Universitas Mataram
1. Instrumen, Alat, Zat Kimia dan Peralatan medik maupun non medik di
Ruang Isntalasi CSSD Rumah Sakit Universitas Mataram Tahun 2019
a. Peralatan BHP ( Bahan Habis Pakai )
NO Nama BHP ( Bahan Habis Pakai ) Ket
1 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 5cm
2 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 7,5cm
3 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 10cm
4 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 15cm
5 Pouches Sterilization Ukuran
42
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
100m x 20cm
6 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 25cm
7 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 30cm
8 Pouches Sterilization Ukuran
100m x 40cm
9 Indikator Tape
10 Indikator Bowie Dick
11 Indikator Strip
43
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
6 Bahan monitor
7 Pembersih lantai, sink, dinding/ruangan.
d. Ruangan CSSD
NO Alat Ruangan Ket
1 Komputer
2 Telpon
3 Pinter
4 Meja Komputer
5 Meja Loket Penerimaan/Loket dan Kursi
6 Rak Sepatu/Sendal Slop
7 Meja dan Kursi Pendistribusian Petugas
8 Lemari Loket Petugas
9 Rak Sepatu/Sendal Slop
10 APD Ruang CSSD
11 Sepatu BOT
12 Baju/Jas Ruang Dekontaminasi,Packing Pouches
dan Steril
44
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian.
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. Tujuan.
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ).
C. Standar Keselamatan Pasien.
a. Hak Pasien.
b. Mendidik Pasien dan Keluarga.
c. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan.
d. Penggunaan Metoda-Metoda Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan
Evaluasi
D. Program Peningkatan Keselamatan Pasien
e. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
f. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
g. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai
Keselamatan Pasien
45
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
46
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan.
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman
penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak
menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang
memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS
terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk
menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi
dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di
Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas
memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan
prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.
Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
47
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
48
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
49
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
50
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
51
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
52
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
53
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
54
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
55
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali
minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan
pemeriksaan endoskopi
d. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya
mengandung bahan aktif Natrium hipoklorit (NaOCl) 5-10 %. Selain
digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai disinfektan . Pada
konsentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya
karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat
dan gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru.
1) Bahaya utama terhadap kesehatan
a. Inhalasi : Bila terhirup, tenggorokan akan terasa sakit, iritasi
saluran pernafasan, batuk, sesak nafas, dan edema paru-paru
b. Kontak kulit : Terjadi pemerahan kulit, terasa perih, iritasi lokal
dan erupsi
c. Kontak mata : Pemerahan mata, korosif, perih, penglihatan jadi
kabur
d. Tertelan : Pada konsentrasi zat 3-5% mulut dan tenggorokan terasa
terbakar, iritasi mulut dan faring, edema faring dan laring serta
mual, muntah. Pada konsentrasi lebih pekat nyeri menelan,
salivasi, rasa sakit parah pada tenggorokan, dada dan perut.
2) Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
56
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
57
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
58
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
59
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
60
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
61
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
62
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
BAB IX
PENUTUP
63
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
64