Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun,
sehingga Pedoman Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit Kelas D Pratama ini dapat selesai disusun.
Buku Pedoman ini merupakan pedoman dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan dan perlindungan terhadap keselamatan pasien di Rumah
Sakit Kelas D Pratama.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Pedoman Upaya Peningkatan Mutu dan keselamatan Pasien
di Rumah Sakit Kelas D Pratama.
Dr.KARTIKA ARSAH
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
a. LatarBelakang ........................................................................ 8
9
b. Tujuan ...................................................................................
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN 10
MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT .................................................
BAB III KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU 15
PELAYANAN RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA.......
a. Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum 15
Daerah Lubuk
18
Sikaping ..............................................................
b. Upaya peningkatan mutu pelayanan 21
Rumah Sakit Kelas D Pratama ............................. 21
BAB IV KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN 22
22
PASIEN RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA..............
22
a. Pengorganisasian ....................................................... 24
. 24
25
b. Sistem Manajemen Data ...........................................................
26
c. Pelatihan PMKP ........................................................................ 26
d. Pemilihan Area Prioritas ........................................................... 27
e. Pengukuran Mutu ....................................................................
f. Evaluasi Pelayanan Kedokteran ................................................ 33
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Pengertian
1. Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa
pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a) Mutu merupakan perwujudan atau gambaran hasil yang
mempertemukan kebutuhan dari pelanggan dan oleh karena itu
memberikan kepuasan (Juran, 1988).
b) Mutu merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa
dari pemasaran rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan yang
membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan-
harapan pelanggan. (Feigenbaum, 1996).
c) Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
d) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan
(commitment) yang selalu dicurahkan pada pekerjaan.
e) Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Sebagai pedoman pelaksanaan upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di Rumah Sakit Kelas D Pratama.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman bagi Komite PMKP Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara
jelas.
2. Sebagai pedoman pelaksanaan sistem monitoring pelayanan
rumah sakit melalui indikator mutu pelayanan di rumah sakit.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
meliputi:
5. Batasan Operasional
a. Indikator Mutu
Indikator Mutu adalah suatu cara untuk menilai penampilan
suatu kegiatan yang berkaitan dengan mutu, dengan menggunakan
instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk
menganalisis suatu perubahan. Menurut WHO Indikator adalah variabel
untuk mengukur perubahan.
1.
2.
3.
4.
4.1.
1. Penyusunan Indikator mutu terdiri dari :
Usulan dari unit Rumah Sakit
Pemilihan indikator mutu dan di susulkan ke Kepala RS
Penetapan kebijakan tentang Indikator mutu
Pelaksanaan sesuai kebijakan, pedoman, pedoman, spo
tentang indikator mutu
2. Jenis Indikator Mutu
Indikator Klinis
Indikator Manajerial
Indikator Keselamatan pasien di Rumah Sakit
3. Kamus Profil Indikator Mutu
Adalah kumpulan profil yang ada di dalam indikator mutu yang
mana sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan. Kamus
profil indikator ini berisi poin-poin indikator mutu dari tiap-tiap
unit di mana di dalam nya mencakup :
Judul indikator.
Dasar pemikiran.
Dimensi mutu.
Tujuan.
Definisi operasional.
Jenis indikator.
Satuan pengukuran.
Numerator (pembilang).
Denominator (penyebut).
Target.
Kriteria inklusi dan eksklusi.
Formula.
Metode pengumpulan data.
Sumber data.
Instrumen pengambilan data.
Populasi/sampel (besar sampel dan cara pengambilan
sampel).
Periode pengumpulan data.
Periode analisis dan pelaporan data.
Penyajian data.
Penanggung jawab.
6. Landasan Hukum
1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran
4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/ VII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
251/MENKES/SK/VII/2012 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
6) Keputusan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 436/SK/VI/1993 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis
7) Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 417/Menkes/Per/II/2011 tentang
KomisiAkreditasi Rumah Sakit
8) Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran
9) Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 129/MENKES/PER/VII/2009
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
10) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. Distribusi Ketenagaan
Kualifikasi
Nama Jabatan Waktu Kerja Jml SDM
Formal & Informal
Ketua komite PMKP Berijazah S1
1 Shif 1
Kedokteran
Sekretaris Komite Berijazah minimal
1 Shift 1
PMKP DIII
Tim Peningkatan Berijazah minimal 1 shift
1
Mutu DIII
Tim Manajemen Berijazah minimal
1 Shift 1
Resiko DIII
Tim Keselamatan Berijazah minimal
1 shift 1
Pasien DIII
Penanggung jawab Berijazah minimal
1 Shift
mutu unit DIII
Staf Pengumpul Berijazah minimal 3 shift Sesuai
data (PIC) DIII jadwal dinas unit
Validator data Berijazah minimal 3 shift Sesuai
DIII jadwal dinas unit
Jumlah 28 Orang
3. Pengaturan Jaga
Komite PMKP bekerja dengan sistem jaga satu shift masuk pkl 07.30
Wib s/d 14.30 Wib dan pada tanggal merah Libur. Untuk penanggung
jawab di setiap mutu unit bagian bekerja sesuai dengan jadwal kerja unit.
BAB III
TATA LAKSANA
KETUA
SEKTRETARIS
PENGUMPUL VALIDATOR
DATA (PIC ) DATA
Direksi
Panitia Seksi
ULP Unit
Komite Mutu& Manajemen Risiko
Instalasi
SPI
Komite KSM
Tim
A. Pelayanan Administrasi
1. Penata Laksana
a. Ketua Komite PMKP
b. Sekretaris PMKP
c. Sub Komite mutu
d. Pengumpul Data (PIC)
e. Validator Data
f. Penanggung jawab Mutu Unit
2. Perangkat Kerja
a. Program Kerja
b. Pedoman peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
c. Pedoman Pelayanan Unit Kerja
d. SPO (Standar Prosedur Operasional)
e. PPK dan / atau Clinikal Phatway
f. Uraian Tugas
3. Tata Laksana Pelayanan
a. Mengembangkan program mutu Rumah Sakit
b. Menyusun Kebijakan dan prosedur terkait dengan
program mutu
25
c. Menyusun berbagai indikator mutu dan Profil indikator
mutu
d. Melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait dengan
program mutu
e. Bekerjasama dengan diklat RS untuk melakukan
pelatihan mutu RS
f. Melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan
dan penilaian tentang terapan program mutu
g. Melakukan evaluasi kepuasan pasien secara terus
menerus
h. Memberi umpan balik kepada unit-unit
i. Membuat laporan kegiatan kepada Kepala Rumah Sakit
Kelas D Pratama
j. Melengkapi administrasi dalam setiap kegiatan upaya
peningkatan mutu.
27
untuk dilakukan perbaikan melalui PDSA.
9. Monitoring pelaksanaan PDSA dilaksanakan oleh kepala
unit kerja yang dibantu oleh PIC Mutu.
D. Sosialisasi Mutu
28
4. Apabila hasil evaluasi sasaran mutu mencapai target maka
Sub Komite Mutu memberikan surat rekomendasi untuk
peningkatan target pencapaian sasaran mutu yang telah
disetujui oleh direksi. Kemudian dilakukan pengukuran
sasaran mutu seperti prosedur sebelumnya.
5. Apabila target pencapaian tidak terpenuhi, maka Sub
Komite Mutu memberikan surat rekomendasi yang telah
disetujui oleh direksi untuk melakukan pengukuran ulang.
Setelah tiga bulan pengukuran target tetap tidak tercapai
maka Sub Komite Mutu memberikan surat rekomendasi
yang telah disetujui oleh direksi kepada bagian/unit terkait
untuk menurunkan target sasaran mutu dan membuat
rancangan ulang sasaran mutu.
29
pekerjaan inti melalui orang lain (definisi menurut Mary Parker
Follet). Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisiensi berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal
dan target.
30
Sasaran II :Komunikasi Efektif SBAR
Membuat kebijakan bahwa perawat melakukan teknik
komunikasi efektif SBAR.
Membuat kebijakan bahwa perawat melakukan proses
komunikasi efektif SBAR saat melapor kepada dokter.
Membuat pedoman Komunikasi Efektif SBAR.
Membuat SPO komunikasi efektif SBAR.
Mensosialisasikan SPO komunikasi efektif SBAR.
Memantau Pelaksanaan komunikasi efektif SBAR.
Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaanya.
31
Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien
Operasi
a. Verifikasi Penandaan Pra Bedah
Membuat kebijakan tentang Verifikasi Penandaan Pra
Bedah
Membuat pedoman verifikasi penandaan Pra bedah
Membuat SPO verifikasi penandaan Pra bedah
Mensosialisasikan SPOverifikasi penandaan Pra bedah
Memantau Pelaksanaan verifikasi penandaan Pra bedah
Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaanya
b. Mengisi dan Melakukan Daftar Tilik Keselamatan Pasien
Perioperatif
Membuat kebijakan tentang daftar tilik keselamatan
pasien perioperative
Membuat pedoman daftar tilik keselamatan pasien
perioperative
Membuat SPO daftar tilik keselamatan pasien perioperatif
Mensosialisasikan SPOdaftar tilik keselamatan pasien
perioperatif
Memantau Pelaksanaan daftar tilik keselamatan pasien
perioperatif
Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya
Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan ‘Mencuci tangan’
Membuat kebijakan tentang cuci tangan menggunakan
hand scub dan sabun dengan air mengalir
Membuat pedoman cuci tangan menggunakan hand scub
dan sabun dengan air mengalir
Membuat SPO cuci tangan menggunakan hand scub dan
sabun dengan air mengalir
Mensosialisasikan SPO cuci tangan menggunakan hand
scub dan sabun dengan air mengalir
32
Memantau Pelaksanaan cuci tangan menggunakan hand
scub dan sabun dengan air mengalir
Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya
Sasaran VI :Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Membuat kebijakan tentang pengurangan risiko pasien
jatuh pada anak dan orang dewasa
Membuat pedoman pengurangan risiko pasien jatuh pada
anak dan orang dewasa
Membuat SPO pengurangan risiko pasien jatuh pada anak
dan orang dewasa
Mensosialisasikan SPOpengurangan risiko pasien jatuh
pada anak dan orang dewasa
Memantau Pelaksanaan pengurangan risiko pasien jatuh
pada anak dan orang dewasa
Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaanya tentang
pengurangan risiko pasien jatuh pada anak dan orang
dewasa
33
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
1. Defenisi
Insiden Keselamatan Pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan / berpotensi mengakibatkan harm (penyakit,cedera cacat,
kematian dll) yang seharusnya tidak terjadi.
Laporan insiden keselamatan pasien (intemal) adalah pelaporan secara
tertulis setiap IKP yang terjadi pada pasien kepada Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (PMKP) menggunakan blanko laporan yang
berlaku di Rumah Sakit Kelas D Pratama.
Laporan insiden keselamatan pasien (ekstemal) adalah pelaporan secara
tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Pusat setiap ada KTD atau
KNC yang terjadi pada pasien setelah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi
dan solusinya.
2. Tujuan Pelaporan
Tujuan pelaporan insiden keselamatan pasien adalah :
1. Mendapatkan data untuk memetakan masalah - masalah yang
berkaitan dengan keselamatan pasien
2. Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah-langkah agar
KTD yang serupa tidak terulang kembali
3. Sebagai dasar analisis untuk mendesain ulang suatu sistem asuhan
pelayanan pasien menjadi lebih aman
4. Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTD dan KNC)
5. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
34
3. Ruang lingkup pelaporan insiden keselamatan pasien
a. Pembuatan Laporan Insiden Keselamatan Pasien
Insiden keselamatan pasien yang dilaporkan adalah semua insiden yang
berkaitan dengan keselamatan pasien baik telah terjadi, nyaris terjadi, atau yang
potensial beresiko pada keselamatan pasien.
Laporan dibuat oleh staf rumah sakit yang pertama kali menemukan
kejadian atau yang terlibat dalam insiden tersebut. Laporan IKP sebaiknya
diketahui oleh atasan langsung (kepala bagian/unit) agar dapat dilakukan
perbaikan sistem pelayanan di bagian/unit tersebut. Walaupun demikian,
pemberitahuan kepada kepala unit tidak boleh menyebabkan penundaan dalam
pembuatan laporan IKP. Anggota tim keselamatan pasien tingkat unit wajib
membantu pelaksanaan teknis pembuatan insiden laporan keselamatan pasien
di bagian/unit kerjanya.
Laporan insiden keselamatan pasien secara internal dilakukan dengan
mengisi lembar laporan IKP yang berlaku di Rumah Sakit Kelas D Pratama dan
dikirimkan ke Komite Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (PMKP)
Rumah Sakit Kelas D Pratama (terlampir).
Laporan insiden keselamatan pasien secara eksternal dilakukan oleh
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) Rumah Sakit Kelas D Pratama
dengan mengisi lembar laporan IKP.
Contoh-contoh kejadian yang dilaporkan sebagai insiden keselamatan pasien
kepada Komite Keselamatan Pasien:
35
tetapi diketahui sebelum obat diberikan kepada pasien sehingga
obat tidak digunakan oleh pasien
Kesalahan yang berkaitan dengan pemeriksaan penunjang
(persiapan pemeriksaan, proses pemeriksaan, pembacaan dan
penulisan hasil) yang diketahui sebelum hasil pemeriksaan
digunakan untuk pengambilan keputusan/ tindakan klinis
Kejadian pasien terpeleset, tergelincir, dan hampir jatuh.
Kesalahan yang berkaitan dengan kegagalan melakukan proses
identifikasi pasien, kesalahan dalam pembuatan gelang identitas dll
Kesalahan yang berkaitan dengan transfusi darah yang diketahui
sebelum kantong darah digunakan oleh pasien meliputi pelabelan
kantong darah (golongan darah, hasil uji saring, hasil uji
compatibility)
36
Kesalahan terapi dan asuhan (medis, keperawatan, gizi, fisioterapi,
farmasi) yang tidak layak yang tidak menimbulkan cedera pada
pasien
37
Kegagalan alat (alat medis dan non medis) yang menyebabkan
pasien cedera
5) Kejadian Sentinel
Kesalahan terapi (prosedur medis, bedah, terapi profilaktik) dan
asuhan medis yang tidak layak dan menimbulkan cedera
irreversible dan kematian pada pasien
Kesalahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, gizi,
rehabilitasi medik, farmasi) yang menimbulkan cedera irreversible
dan kematian pada pasien
Kesalahan obat (medication error) yang terjadi pada proses
pengadaan, penyimpanan, distribusi, dispensing, permintaan,
peresepan, persiapan pemberian, pemantauan sehingga pasien
mengalami cedera irreversible dan kematian
Kesalahan dalam pemeriksaan penunjang (proses persiapan,
pelaksanaan, pembacaan, dan penulisan hasil) yang sudah terjadi
pada pasien atau telah digunakan untuk pengarnbilan keputusan
klinis yang berakibat pasien mengalami cedera irreversible dan
kematian
Kejadian pasien jatuh yang mengakibatkan pasien mengalami
cedera irreversible dan kematian
Kesalahan dalam proses mengidentifikasi pasien sehingga pasien
mendapatkan obat/makanan/pemeriksaan/terapi/ yang tidak
diperuntukkan bagi pasien tersebut dan menyebabkan pasien
mengalami cedera irreversible dan kematian
Kesalahan transfusi darah yang berkaitan dengan pelabelan
kantong darah dan uji (golongan darah, uji saring, hasil uji
compatible); proses persiapan, pemberian, dan pemantauan
pemasangan transfusi yang menyebabkan pasien mengalami cedera
irreversible dan kematian
38
Kesalahan diagnosis (tidak menerapkan pemeriksaan yang
seharusnya, menggunakan pemeriksaan yang sudah tidak dipakai,
tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau pemantauan) dan
menyebabkan pasien mengalami cedera irreversible dan kematian
Kegagalan alat (medis dan non medis) yang menyebabkan cedera
irreversible dan kematian pada pasien
39
1) Alur Pelaporan Laporan Insiden Keselamatan Pasien
Alur Pelaporan IKP adalah sebagai berikut :
1. Apabila terjadi suatu insiden keselamatan pasien di rumah sakit,
wajib segera ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi
dampak/akibat yang tidak diharapkan
2. Setelah ditindak lanjuti, segera dibuat laporan IKP oleh personel
yang mengetahui adanya IKP atau personel yang mengetahui adanya
IKP dan bila perlu dibantu oleh tim keselamatan pasien tingkat
bagian.
3. Pelaporan IKP dilaporkan dengan mengisi lembar Laporan lnsiden
Keselamatan Pasien yang berlaku di Rumah Sakit Kelas D Pratama
dan diserahkan kepada Komite PMKP.
4. Bagian/unit mencatat kejadian IKP di buku pencatatan IKP masing-
masing.
5. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap
diberikan kepada Komite PMKP dalam waktu :
1 x 24 jam untuk kejadian yang merupakan kejadian sentinel
(berdampak kematian atau kehilangan fungsi mayor secara
permanen). Apabila pelaporan secara tertulis belum siap,
pelaporan KTD dapat disampaikan secara lisan terlebih dahulu.
2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak klinik konsekuensi
keparahan tidak signifikan, minor, dan moderat.
6. Komite PMKP menerima laporan insiden keselamatan pasien,
mengklarifikasi laporan IKP kepada bagian/unit.
7. Komite keselamatan pasien melakukan penilaian ulang tingkat risiko
yaitu dengan melalakukan penilaian sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
40
7.
Dampak klinis
Dampak klinis yang terjadi pada pasien mernpunyai klasifikasi
sesuai tabel 1.
Frekuensi
Frekuensi adalah penilaian seberapa sering kejadian yang sejalis
terjadi.
Klasifikasi frekuensi dapat dilihat pada tabel 2.
41
8. Matriks tingkat risiko adalah cara penilaian tingkat risiko dengan
menggunakan data dampak klinis/konsekuensi/keparahan dan
fiekuensi. Matriks tingkat risiko dapat dilihat pada tabel 3.
42
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bila insiden keselamatan pasian mempunyai tingkat risiko
ekstrim maka petugas keselamatan pasien melaporkan insiden
keselamatan pasien tersebut dalam waktu 1 x 24 jam kepada
Kepala.
Bila insiden keselamatan pasien mempunyai tingkat risiko
ekstrim dan tinggi maka petugas Komite PMKP mengadakan
rapat untuk melakukan RCA sesuai prosedur RCA. RCA
diselesaikan dalam waktu maksimal 45 hari setelah terjadi IKP.
Hasil RCA dilaporkan dengan menggunakan format RCA yang
berlaku di Rumah Sakit Kelas D Pratama.
Bila insiden keselamatan pasien munpunyai tingkat risiko
moderat dan rendah maka Komite PMKP melakukan konfirmasi
kepada bagian/unit terkait insiden tersebut agar melakukan
investigasi sederhana sesuai prosedur investigasi sederhana. Bila
tingkat risiko rendah, investigasi sederhana dilakukan selama 1
minggu dan bila tingkat risiko moderat, investigasi sederhana
dilakukan selama 2 minggu. Hasil investigasi sederhana
dilaporkan dengan menggunakan format Klarifikasi Sederhana
Insiden Keselamatan Pasien yang berlaku di Rumah Sakit Kelas
D Pratama.
10. Komite keselamatan pasien membuat nomor registrasi,
menentukan tipe insiden dan subtipe insiden, memasukkan data
secara komputerisasi, dan menyimpan dalam arsip
43
ALUR PELAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN INTERNAL
RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA
1.
Tim patient safety tk. Bagian membuat laporan KTD/Nearmiss dan
melaporkan dalam waktu 1x24 jam ke KPRS
Lengkapi Laporan Kejadian
2.
Komite Keselamatan Pasien
- Menerima laporan KTD yang lengkap diisi
- Menganalisis laporan dan melakukan grading ulang
44
45
4. Dilaksanakan tindak lanjut untuk memperbaiki sistem atau sebagai
proses
pembelajaran sehingga mencegah IKP terulang
Langkah-langkah investigasi sederhana :
1. Mengidentifikasi insiden keselamatan pasien yang akan diinvestigasi
2. Mengumpulkan data dengan cara melihat dokumen, wawancara, dan
observasi
3. Membuat kronologi kejadian secara singkat
4. Melahirkan analisis kejadian dengan menggunakan fish bone (analisis
tulang ikan)
5. Mendiskusikan penyebab kontribusi insiden keselamatan pasien
6. Membuat rekomendasi yang dapat dilakanakan unhrk mencegah
berulangnya insiden keselamatan pasien yang sama yang langsung dapat
dilakukan di bagian/unit tersebut
3) RCA
Insiden keselamatan pasien dengan tingkat risiko tinggi dan ekstrim perlu
dilakukan analisis akar masalahnya atau root cause analysis (RCA).
BAB V
MANAJEMEN RISIKO
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko dilakukan oleh seluruh unit / instalasi di Rumah
Sakit Kelas D Pratama. Aspek yang dinilai meliputi :
1. Operasional/kegiatan unit sehari-hari
2. Finansial
3. Sumber daya manusia
4. Strategik
5. Hukum/Regulasi
47
6. Teknologi
Setelah tahap penilaian resiko, maka tahap berikutnya adalah
menyusun prioritas risiko dengan menggunakan alat bantu risk matrix
grading. Dilakukan pendekatan dengan menentukan prioritas resiko
pada proses-proses resiko tinggi, mengutamakan keselamatan pasien
dan staf untuk kemudian secara proaktif melakukan analisis resiko.
beberapa metode untuk melakukan analisis risiko secara proaktif yaitu :
1. Failure mode effect analysis (analisis modus kegagalan dan
dampaknya /FMEA/ AMKD)
2. Analisis kerentanan terhadap bahaya/hazard vulnerability
analysis (HVA)
3. Infection control risk assessment (pengkajian risiko pengendalian
infeksi/ICRA).
Rumah sakit mengintegrasikan hasil analisis metode-metode
tersebut dalam program manajemen risiko rumah sakit. Pimpinan
rumah sakit akan mendesain ulang proses berisiko tinggi yang telah di
analisis secara proaktif dengan melakukan tindakan untuk mengurangi
risiko dalam proses tersebut. Proses analisis risiko proaktif ini
dilaksanakan minimal sekali dalam setahun dan didokumentasikan
pelaksanaannya
BAB VI
ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)
1. Definisi
a. Analisa akar masalah/root cause analysis adalah:
- Metoda evaluasi terstruktur untuk identifikasi akar masalah dari
kejadian yang tak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali
- Metode proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kejadian yang tidak
diharapkan (KTD)
48
- Proses RCA merupakan gambaran kritis dari sistem manajemen safety
dan quality, karena dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan untuk hal-
hal yang beresiko tinggi, antara lain :
a. Apa yang terjadi ( actual )
b. Apa yang harusnya terjadi ( Kebijakan )
c. Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegahnya
agar tidak terjadi kembali (Tindakan /outcome )
d. Bagaimana kita dapat mengetahui, bahwa tindakan kita dapat
meningkatkan keselamatan? ( ukuran ).
b. Penyebab langsung (immediate / direct cause / Proximate cause
Penyebab yang langsung berhubungan dengan insiden / dampak terhada
pasien atau kejadian-kejadian termasuk kondisi yang terjadi / sebelum
terjadi suatu dampak yang tidak diharapkan / KTD, yang secara
langsung menyebabkan kejadian tersebut.
c. Akar masalah (root cause)
Penyebab yang melatar belakangi penyebab langsung (underlying cause
atau satu dari multi faktor ( kejadian, kondisi, faktor organisasi ) yang
berkontribusi menyebabkan penyebab langsung dan jika dieliminasi
ataudimodifikasi akan mencegah KTD.
d. Faktor kontributor
Faktor kontributor adalah faktor yang melatarbelakangi terjadinya
insiden.
2. Tujuan
a. Sebagai pedoman ketika mendapatkan suatu kejadian yang tidak
diharapkan
b. Sebagai bahan untuk melakukan analisa penyebab suatu kejadian
49
harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu. Dan untuk
melakukan investigasi harus mengindentifikasi tipe insiden dan sub tipe
insiden, serta faktor kontributor.
2) Menentukan tim investigator
Perlu orang yg expert untuk melakukan investigasi suatu insiden serius.
(Terlatih dengan AAM) Idealnya Tim terdiri dari 3-4 orang.
Penting mengidentifiktikasi anggota tim dengan keterampilan berbeda
dan komit terhadap waktu investigasi. Untuk insiden serius Tim
investigasi dapat dibebas tugaskan dari pekerjaan rutinnya agar dapat
fokus pada investigasi insiden dan analisis.
Tim ideal untuk investigasi insiden serius / Sentinel Event dapat terdiri
dari:
Org yg expert dalam investigasi insiden dan analisis
External expert, (mis. seorang yg tidak berlatar blkg medis)
Senior Management expert (mis: Kepala Seksi Medis & Keperawatan)
Senior Clinical expertise (contoh: Komite Medis atau Komite
keperawatan)
Seseorang yang mengetahui unit atau departeman dengan baik, walau
orang tersebut tidak langsung terlibat insiden.
3) Pengumpulan Data
1. Observasi langsung
Kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan, posisi, hal-hal yg
berhubungaan dengan insiden
Observasi langsung:
Difoto
Buat gambaran layout (Sketch the layout)
Where the people and equipment (Dimana orang dan alat)
Do a reconstruction(Lakukan rekonstruksi )“The way we do things
around here”
50
2. Dokumentasi
Semua bukti yang berhubungan dengan insiden sebaiknya dikumpulkan
sesegera mungkin.
Semua catatan medis (mis : catatan keperawatan, medis dll)
Hasil pemeriksaan, dokumentasi dan formulir mengenai insiden
(Incident Report)
Kebijakan & Prosedur (SOP)
Integrated care pathway yg berhubunggan
Pernyataan-pernyataan dan observasi
Lakukan interview dengan siapa saja yang terlibat ini
Bukti fisik ( contoh: tata ruang bangsal, dll)
Daftar staf yg terlibat
Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi insiden
(contoh : pergantian jaga, ada tidaknya staf yang terlatih,dll ) Untuk
mengetahui apa yang terjadi sesuai data, observasi dan inspeksi.
3. Interviews
Untuk mengetahui kejadian secara langsung untuk pengecekan pada
hasil observasi dan data dokumentasi
52
Beberapa orang lebih suka pada pemetaan kasus karena lebih
fleksibel dan dinamis.
4. Time Person Grids
Memungkinkan untuk melacak gerak / kehadiran orang sebelum dan
sesudah insiden.
Alat pemetaan tabular yang dapat memmbantu pencatatan pergerakan
orang (staf, dokter, pengunjung, pasien dll) sebelum, selama dan
sesudah kejadian. Membantu investigator mengetahui keberadaan
seseorang pada saat kejadian / insiden.
a. Kapan menggunakan Time Person Grid ?
Jika dalam suatu Insiden terdapat keterlibatan banyak orang dalam
kejadian tersebut dan Investigator ingin memastikan keberadaan
mereka dalam insiden Berguna pada keadaan jangka pendek. Dapat
dipetakan ke dalam garis waktu sehingga dapat dipakai untuk
mengetahui kerangka waktu spesifik yang lebih detil
b. Bagaimana melengkapi Time Person Grid?
Buatlah tabel yang berisi beberapa baris dan kolom. Dari tabel
tersebut, kolom sebelah kiri berisi daftar staf yang terlibat. Kolom
berikutnya berisi perjalanan waktu (jam, menit) pada baris atasnya.
Kemudian pada baris dibawah waktu berisi keterangan tempat atau
kegiatan staf yang terlibat.
Nilai positif:
Dapat digunakan pada waktu yang pendek. Dapat mengidentifikasi
keberadaan seseorang dan adanya celah informasi. Pemetaan dapat
dalam bentuk garis waktu yang efektif
Nilai negatif:
Hanya dapat digunakan pada waktu yang pendek.
Orang tidak dapat selalu mengingat waktu dimana ia berada.
Terfokus pada individu
53
Suatu insiden bisa terdiri dari beberapa CMP. Identifikasi CMP untuk
mengetahui serangkaian kejadian yang mengakibatkan insiden.
a. Prinsip dasar CMP :
Pelayanan yang menyimpang dari standar pelayanan yg ditetapkan
Penyimpangan memberikan dampak langsung atau tak langsung
pada adverse event.
b. Adverse event yang berdampak pada pasien baik langsung / tidak
langsung
Mis.
Kegagalan dalam observasi / tindakkan
Penanganan yang tidak tepat
Tidak mencari bantuan saat dibutuhkan
Kesalahan dalam menggunakan peralatan
Tidak mengikuti SOP
Beberapa tehnik / instrumen untuk mengungkapkan CMP :
Brainstorming, Brainwriting, NGT
6) Analisis Informasi
Tools untuk Identifikasi Prooximate & Underlying Cause
a. 5 Why
b. Change Analysis
c. Barrier Analyysis
d. Fish bone
e. Flow chart
f. Cause and Effect analysis
1. 5 why
Dikenal juga sebagai why- why chart (Ammerman, 1998), lebih
difokuskan pada pendalaman AAM / RCA sehingga investigator yang
menggunakan teknik ini dapat mencari penyebab insiden
keselamatan pasien lebih mendalam
Tujuan : Untuk secara konstan bertanya mengapa? Melalui lapisan
penyebab sehingga mengarah ke akar permasalahan dari problem
yang teridentifikasi.
54
Kapan menggunakan teknik ini?
Untuk menanyakan setiap penyebab masalah yang teridentifikasi dan
untuk mengidentifikasi : Gejala (Symptom), Proximate cause Faktor-
faktor yang berpengaruh (an influencing factor) atau Akar masalah
(root cause). Untuk melanjutkan pencarian akar masalah yang
sebenarnya,meskipun telah diketahui kemuungkinan penyebab.
2. Analisis perubahan / change analysis
Dikembangkan oleh Kepnev Treque (1976) Digunakan untuk proses
yang tidak bekerja sesuai rencana.
Apa dan mengapa berubah ??
Metode sederhana yg dapat membantu membandikan proses yg
berjalan efektif atau gagal.
3. Analisis komparativ
Apa yang berubah sehingga mmenimbulkan kejadian / event. Mencari
dampak dari perubahhan (potential dan aktual)
Kapan digunakan ?
Bila suatu sistem / tugas yg awalnya berjalan efektif kemudian terjadi
kegagalan / terdapat sesuatu yg menyebabkan perubahan situasi
Mencurigai suatu perubahaan yg menyebabkan ketidaksesuaian atau
kerusakan latat.
Langgkah-langkah Analisis Perubahaan :
- Pelajari Prosedur normal : Apa yg seharusnya dilakukan (Kolom
1)
- Petakan Alur insiden yg terjadi, bandingkan dgn Langkah 11
(Kolom)
- Bandingkan 2 proses apakah ada perbedaan, Apa sebagai
masalah? Catat pada kolom yg telah disediakann (Kolom 3)
- Catat akar masalah untuk perbaikan yang akan dimasukkan
dalam rekomendasi
4. Analisis penghalang / barrier analysis
Penghalang atau kontrol untuk mencegah terjadinya bahaya. Analisa
penghalang didesain untuk mengidentifikasi:
Penghalang mana yang seharusnya untuk mencegah insiden
55
Mengapa penghalang gagal ?
Penghalang apa yang dapat digunakan untuk mencegah insiden
terulang kembali ?
Ada 4 tipe “barrier” ;
a. Physical barier : mis. Bar code
b. Natural barrier : mis Dx MBO o/ 2 ddr & tunggu 6 jam
Vincristin & MTX tdk diberikan dlm hari yg sama dan org yg
sama
c. Human action barrier : pengecekan “ mark site”
d. Administrative barrier : SOP, Supervisi & training, pengecekan
obat org diberikan paraf
56
Lampiran 1 Formulir Laporan IKP
LAPORAN
INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA
PASIEN
Nama :
…………………………………………………………………………………
No MR : .........................................
Ruangan : ......................................
57
Umur * : � 0-1 bulan �> 1 bulan – 1 tahun
�> 1 tahun – 5 tahun �> 5 tahun – 15 tahun
�> 15 tahun – 30 tahun �> 30 tahun – 65 tahun
�> 65 tahun
Jenis kelamin : � Laki-laki �
Perempuan
Penanggung biaya
pasien
� Pribadi � Asuransi Swasta
� ASKES Pemerintah � Perusahaan*
� JAMKESMAS � JAMKESDA
Tanggal Masuk RS
: ...........................................................
Jam : ……………………………………………………………
II. RINCIAN
KEJADIAN
1.Tanggal dan Waktu
Tanggal : .............................................................................
Jam : ……………………………………………………………………..
2.Insiden : ................................................................
........
3.Kronologis
Insiden
..................................................................................................................
.............................
..................................................................................................................
.............................
..................................................................................................................
.............................
4.Jenis Insiden* :
�Kejadian Nyaris Cedera / KNC
(Near miss)
�KejadianTidakcedera / KTC (No
Harm)
� Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
59
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS.
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ............................................................................................
(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
61
LAMPIRAN 2 Format RCA
RCA…………………..
LANGKAH 1 DAN 2 IDENTIFIKASI INSIDEN DAN TENTUKAN TIM
INSIDEN :
TIM :
Ketua :
Sekretaris :
Anggota : 1.
2.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili? YA TIDAK
Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuannya berbeda? YA TIDAK
Siapa yang menjadi notulen?
52
LANGKAH 3 KUMPULAN DATA DAN INFORMASI
Observasi langsung :
Dokumentasi :
1.
2.
Interview (Dokter, staf yang terlibat)
Perawat dan dokter jaga IGD
53
LANGKAH 4 PETAKAN TABULAR TIMELINE
FORM TABULAR TIMELINE
Waktu/
Kejadian
Kejadian
Informasi
tambahan
Good Pritice
54
Masalah
Pelayanan
55
LANGKAH 6 ANALISA INFORMASI
FORM TEKNIK (5) MENGAPA
MASALAH
56
FORM ANALISIS PERUBAHAN
Prosedur yang sesuai Prosedur yang tidak dilakukan saat Apakah terdapat bukti perubahan
SPO insiden dalam proses
57
Apakah penghalang pada Apakah penghalang Apakah penghalang gagal?Apa
masalah ini dilakukan dampaknya?
58
BAB VII
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)
3. Definisi
Pada saat ini pencegahan kesalahan medis belum menjadi
fokus utama untuk asuhan pasien di rumah sakit. Sebagian besar
sistem pelayanan kesehatan tidak didesain untuk mencegah
terjadinya error.
Definisi dari FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) adalah :
1. Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan
mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi.
2. Proses proaktif dimana kesalahan dapat dicegah dan
diprediksi.
3. Mengantisipasi kesalahan dan meminimalkan dampak
buruk.
Secara umum definisinya adalah : metode perbaikan kinerja
dengan mengidentifikasi dan mencegah Potensi Kegagalan
sebelum terjadi. Hal tersebut didesain untuk meningkatkan
keselamatan pasien.
4. Ruang Lingkup
1. Memilih proses yang beresiko tinggi dan membentuk tim.
2. Membuat diagram proses.
3. Bertukar pikiran tentang modus kegagalan dan menetapkan
dampaknya.
4. Memprioritaskan modus kegagalan.
5. Identifikasi akar masalah.
6. Redesain proses
7. Analisis dan uji prose baru
8. Implementasi dan monitor perbaikan proses
59
5. Tata Laksana
Tata laksana Analisis Modus Kegagalan & Dampak ( Failure
Mode Effect and Analysis / FMEA ) ada 8 tahap yaitu :
I. Tahap 1 Pilih proses yang beresiko tinggi dan Membentuk
Tim
A. Pilih proses yang beresiko tinggi
1. Proses yang beresiko tinggi meliputi :
a. Proses baru
Misalnya : staf mengoperasikan alat / instrumen
medis yang baru
b. Proses yang sedang berjalan
Misalnya : proses pengadaan, penyimpanan &
distribusi tabung gas medis (O2, N2O)
c. Proses klinis
Misalnya : proses pengambilan darah di laboratorium
d. Proses non klinis
Misalnya : mengkomunikasikan hasil laborat ke dokter
atau identifikasi pasien yang beresiko jatuh
2. Proses yang beresiko tinggi biasanya memiliki satu atau
lebih karakteristik
a. Variabel individu :
Pasien : tingkat keparahan penyakit, keinginan
pribadi pasien, proses pengobatan
Pemberi layanan : tingkat ketrampilan, cara
pendekatan dalam pelaksanaan tugas
b. Kompleksitas :
Proses dalam layanan kedokteran sangat
kompleks, terdiri puluhan langkah. Semakin
60
banyak langkah dalam suatu proses, semakin
tinggi probabilitas terjadinya kesalahan.
Teori Donald Berwick bahwa :
Bila proses terdiri dari 1 langkah, kemunginan
salah 1%
Bila proses 25 langkah, kemungkinan salah 22%
Bila proses 100 langkah, kemungkinan salah
63%
c. Tidak standar
Proses dilakukan menurut persepsi pemberi pelayanan
berdasarkan kebiasaan atau prosedur yang sudah
ketinggalan jaman.
61
e. Proses yang sangat tegantung pada intervensi petugas
Ketergantungan yang tinggi akan intervensi
seseorang dalam proses dapat menimbulkan
variasi kesalahan. Misal : penulisan resep dengan
singkatan dapat menimbulkan Medication error.
Sangat tergantung pada pendidikan dan pelatihan
yang memadai sesuai dengan tugas dan fungsinya.
f. Kultur garis komando ( Hierarchical culture )
Suatu proses akan menghadapi resiko kegagalan lebih
tinggi dalam unit kerja dengan budaya hirarki
dibandingkan dengan unit kerja yang budayanya
berorientasi tim. Hal ini karena :
Staf enggan berkomunikasi & berkolaborasi satu
dengan yang lain.
Perawat enggan bertanya kepada dokter atau
petugas farmasi tentang medikasi, dosis serta
elemen perawatan lainnya.
g. Keterbatasan waktu
Proses yang memiliki keterbatasan waktu cenderung
meningkatkan resiko kegagalan.
3. Pertimbangkan :
a. Yang paling tinggi potensi resikonya
b. Yang paling “saling berkaitan” dengan proses lain
c. Ketertarikan orang untuk memperbaiki
B. Membentuk tim
1. Komposisi tim
a. Multidisiplin dan multi personal
Berbagai macam profesi yang terkait dilibatkan
menjadi anggota tim
62
Beberapa karakter seperti : orang yang memiliki
kewenangan memutuskan, orang yang penting
untuk penerapan perubahan yang mungkin
diperlukan, pemimpin yang memiliki pengetahuan-
dipercaya-dihormati, orang dengan pengetahuan
yang sesuai
b. Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8
orang)
2. Pembagian peran tim
a. Team leader
Pemimpin yang memiliki pengetahuan, dipercaya
dan dihormati
Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
Orang yang memiliki ‘critical thinking’ saat
perubahan akan dilaksanakan.
b. Fasilitator
Fungsi fasilitator bisa dirangkap oleh team leader.
Orang yang ditunjuk sebagai fasilitator bukan
berasal dari area yang dianalisis.
Memandu tim dalam proses diskusi.
Memilah temuan atau masukan yang tidak
penting.
Memastikan bahwa anggota tim menyelesaikan
setiap langkah dan mendokumentasikan hasil.
Mengarahkan tim untuk fokus pada masalah yang
sedang dibicarakan.
Anggota tim merasa nyaman dengan adanya
fasilitator.
c. Expert
63
Petugas yang menguasai dan ahli dalam Seksi
yang dianalisis.
Dengan keahliannya diharapkan memberikan
masukan berupa perubahan proses.
d. Perwakilan dari disiplin ilmu terkait
e. Notulen
Bertanggung jawab mencatat dan membagikan
notulen.
Fungsi notulen bisa dirangkap oleh anggota secara
bergantian. Fungsi notulis dapat menghambat
kemampuannya dalam mengemukakan pendapat,
sehingga perlu bergantian.
Membuat dokumentasi
64
65
Tool ini sangat mendasar yang sebaiknya digunakan
pada langkah awal karena dapat memberikan
pandangan yang jelas tentang proses.
Tim sebaiknya memulai dengan Process Map level tinggi
(5-12 langkah). Kemudian memilih proses yang
mempunyai masalah yang paling besar.
Contoh :
Detaile
Process Map paling umum digunakan
High-Level
Process Map tercepat, paling sederhana dan detil
66
High low (Top - down)
Menambahkan pada kedalaman pada high-- level
Process Map, namun tanpa mapping yang detil.
67
1. Failure Mode
Jenis potensi kegagalan dalam proses untuk memenuhi
persyaratan atau tujuan proses.
Berasal dari proses yang tidak sempurna.
Menyebabkan dampak.
Contoh : tidak berfungsi, fungsi menurun, fungsi
menyimpang, jatuh, salah identifikasi dll.
2. Efek
Akibat dari kegagalan, yang mengganggu / merugikan.
Dirasakan pasien
Contoh : keterlambatan penanganan, kematian, cacat,
kerusakan jaringan, tidak dapat diperbaiki, melanggar
ketentuan, kerugian finansial.
NO Sub Proses Failure Mode Effect
Change dan slip dan Dampak pada pasien ; salah
etiket berbeda resep obat, salah harga, terapi
irasional
Dampak pada pengunjung ; -
Dampak pada staf ; komplain
Print change pasien, sanksi atasan
1
slip dan etiket Peralatan / fasilitas ; -
Change slip dan Dampak pada pasien : salah
etiket buram minum obat
Dampak pada pengunjung : -
Dampak pada staf : komplain
dari pasien
68
Kemampuan deteksi dari sistem yang ada menggunakan
tabel Detection.
69
Akan mengakibatkan cedera serius pada
4 Cedera berat orang & menyebabkan dampak serius
pada proses
Sangat berbahaya : kegagalan akan
Bencana, cacat
menyebabkan kematian pada orang yang
5 seumur hidup / dilayani & menyebabkan dampak serius
meninggal pada proses
b. Occurance
Contoh skala 1 – 10
KEMUNGKINA
DESKRIPSI DEFINISI
N
1 dalam Tidak ada / sedikit diketahui
Sangat jarang & 10.000 terjadinya, sangat tidak
1 hampir tidak ada mungkin kondisi akan pernah
terjadi
1 dalam 5.000 Mungkin, tapi tidak diketahui
Kemungkinan datanya, kondisi terjadi dalam
2 rendah kasus terisolasi, tetapi
kemungkinannya rendah
1 dalam 200 Didokumentasikan, tetapi
Kemungkinan jarang, kondisi tersebut
3 moderat memiliki kemungkinan cukup
besar terjadi
1 dalam 100 Didokumentasikan & sering,
Kemungkinan kondisi tersebut terjadi sangat
4 tinggi teratur dan / selama jangka
waktu yang wajar.
1 dalam 20 Didokumentasikan, hampir
pasti, kondisi tersebut pasti
5 Yakin terjadi akan terjadi selama periode
panjang yang spesifik untuk
langkah / hubungan tertentu
6 Selalu terjadi 1 dalam 10
c. Detection
Menggunakan skala 1 – 10
KEMUNGKINA
DESKRIPSI DEFINISI
N
10 dari 10 Hampir selalu terdeteksi
1 Pasti terdeteksi
dengan segera
Kemungkinan 7 dari 10 Mungkin terdeteksi
2 rendah
Kemungkinan 5 dari 10 Kemungkinan sedang
3 moderat terdeteksi
70
Kemungkinan 2 dari 10 Tidak akan terdeteksi dengan
4 tinggi mudah
Hampir pasti tidak 0 dari 10 Tidak mungkin terdeteksi
5 terdeteks tanpa upaya serius
Tidak ada upaya Tidak ada mekanisme deteksi
6 deteks atau proses baru
71
Tabel RPN dan Criticality
Sub Proses Failure Mode Potential
NO Effect S O D RPN
Print Charge Slip Cause
Dampak pada
pasien : salah
obat, salah
harga, terapi
irasional
Dampak pada
Change slip & pengunjung : - Petugas
Change slip
1 etiket berbeda salah 9 3 7 189
& etiket
dengan resep Dampak pada input
staf : komplain
pasien, sanksi
atasan
Peralatan /
fasilitas : -
72
Dampak pada
pengunjung : -
hampir
Dampak pada habis
staf : komplain
dari pasien
73
Tujuannya : untuk menampilkan gambaran yang jelas
dari beberapa hubungan sebab akibat antara hasil dan
faktor yang mempengaruhi.
Menggunakan 5 faktor yaitu = 5 M + 1 E
1 Tulang mencakup “Why” sebanyak 5 kali.
74
75
VI. Langkah 6. Redesain Proses
Hal yg perlu dilakukan adalah :
1. Lakukan studi literatur untuk mengumpulkan informasi
dari literatur ilmiah.
2. Belajar dari rumah sakit lain dalam mengatasi masalah
untuk problem yang sama.
3. Berkomitmen untuk mencapai berubahan baru dalam
cara pandang baru.
Strategi Redesain :
1. Desain atau desain ulang proses untuk eleminasi peluang
terjadinya kegagalan (mencegah terjadinya kegagalan).
2. Mencegah kegagalan sampai ke pasien dg meningkatkan
deteksi kegagalan.
3. Fokus pada mitigasi dampak kesalahan yang sampai ke
pasien.
76
d. Pengamatan di lapangan
e. Diskusi kelompok terfokus (FGD)
f. Kehadiran pada program pendidikan
g. Evaluasi kompetensi
77
1) Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan
akan di :
Kontrol
Eliminasi
Terima
2) Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus
kegagalan yang akan dieliminasi atau dikontrol
3) Identifikasi ukuran outcome yang digunakan untuk
analisa dan uji re-desain proses
4) Identifikasi penanggung jawab dan deadline / target
waktu untuk melaksanakan tindakan tersebut
5) Tentukan apakah perlu dukungan Kepala atau tidak
untuk menjalankan proses baru tersebut.
6) Lakukan pengukuran S, O dan D kembali setelah tindak
lanjut dilakukan.
7) Hitung kembali nilai RPN baru.
8) Jika nilai RPN sudah mencapai target maka cari kembali
nilai RPN yang masih diatas target
6. Dokumentasi
Dokumentasi dalam buku pedoman ini adalah :
Menuliskan semua langkah dalam bentuk form yang tersedia
sebagai berikut :
78
79
LANGKAH 3B GAMBARKAN ALUR SUB PROSES
Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih
A B C D E
F
Dampak pada
pengunjung :
Dampak pada
staf :
Peralatan /
fasilitas :
Dampak pada
pasien :
Dampak pada
pengunjung :
Dampak pada
staf :
80
1) Pengorganisasian tim kerja
2) Mekanisme kerja yaitu langkah-langkah dalam proses
AMKD / FMEA.
3) Prosedur yang dilaksanakan, mengunakan :
SPO Pelayanan / Peralatan Medis yang diperlukan
SPO Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD)
Surat Keputusan penetapan orang-orang yang terlibat
Surat tugas petugas yang terlibat tim
4) Laporan AMKD yang telah dibuat untuk satu analisis
5) Salinan Kebijakan Kepala terkait tindak lanjut yang
diusulkan oleh tim
81
BAB VIII
MANAJEMEN DATA
Rumah sakit mempunyai regulasi sistem manajemen data
program PMKP yang terintegrasi. Rumah sakit memberikan akses
sistem informasi manajemen yang terintegrasi untuk proses
kegiatan audit mutu dan keselamatan pasien.
Data yang terintegrasi dalam akses sistem informasi manajemen
Rumah sakit meliputi:
1) Rumah sakit mempunyai manajemen data yang
didukung dengan teknologi informasi yang dimulai dari
pengumpulan data, pelaporan, analisis, validasi serta
publikasi data internal maupun eksternal sesuai dengan
ketetapan Rumah sakit
2) Data meliputi dari indikator mutu unit dan indikator
mutu prioritas Rumah sakit
3) Pelaporan insiden keselamatan pasien
4) Data hasil pengukuran budaya keselamatan
5) Integrasi seluruh data meliputi:
a. Pengumpulan
b. Pelaporan
c. Analisis
d. Validasi dan
e. Publikasi indikator mutu.
82
praktik profesional, serta program mutu dan keselamatan pasien
secara menyeluruh
Kumpulan data dan informasi disampaikan kepada badan di
luar rumah sakit sesuai dengan peraturan dan perundangan-
undangan. Rumah sakit berkontribusi terhadap database ekternal
dengan menjamin keamanan dan kerahasiaan.
1. Pengumpulan Data
83
2. Analisis Data
84
7) Komite PMKP atau bentuk organisasi lainnya telah
mengumpulkan dan menganalisis data program PMKP
prioritas.
8) Ada bukti Kepala rumah sakit telah menindaklanjuti
hasil analisis data
9) Ada bukti program PMKP prioritas telah menghasilkan
perbaikan di rumah sakit secara keseluruhan.
10) Ada bukti program PMKP prioritas telah menghasilkan
efisiensi penggunaan sumber daya.
3. Validasi Data
85
c. Membandingkan data asli dengan data yang
dikumpulkan ulang
d. Menghitung keakuratan dengan membagi jumlah
elemen data yang ditemukan dengan total jumlah
data elemen dikalikan 100.
e. Jika elemen data yang ditemukan tidak sama
dengan alasan maka dilakukan koreksi.
5. Rumah sakit melakukan validasi data yang akan
dipublikasikan di web site atau media lainnya
termasuk kerahasiaan pasien dan keakuratan sesuai
regulasi.
6. Rumah sakit telah melakukan perbaikan berdasarkan
hasil validasi data
4. Publikasi
86
BAB IX
PENGENDALIAN KUALITAS PELAYANAN
87
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang
harus dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran
perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang
diproduksi. Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya
adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
menciptakan kepuasan pelanggan (quality of customer’s
satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di
Rumah Sakit Kelas D Pratama.
88
tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas
dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan
yang bersifat emosional. Selain itu, untuk memudahkan
identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai patokan
perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar
pelayanan.
89
Plan Do Study
Action
Follow-up
Corrective
Action
Improvement
Gambar 4.3. Relationship Between Control and Improvement Under P-D-C-A Cycle
(1) Plan
Actionn Menentukan
(6) Tujuan dan sasaran
Mengambil (2)
Menetapkan
tindakan Metode untuk
yang tepat Mencapai tujuan
Menyelenggarakan
(5) Pendidikan dan
latihan
Memeriksa akibat
Study (4)
pelaksanaan (3)
Melaksanakan
pekerjaan Do
90
Keenam langkah P-D-S-A yang terdapat dalam gambar 4 di
atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
91
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
92
penyebab yang telah mengakibatkan penyimpangan merupakan
konsepsi yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan.
93
BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
94
BAB XI
PENUTUP
95