Anda di halaman 1dari 2

Subjek dan objek penyelesaian sengketa :

Subjek :
1. Manusia
Manusia mempunyai hak dan mampu menjalankan hak yang dijamin oleh hukum
yang berlalu. Menikmati hak-hak kewarganegaraaan tidaklah bergantung pada hak-
hak kenegaraan (pasal 1 KUHPer). Seorang anak yang ada di dalam kandungan
seorang perempuan, diangggap sebagai telah lahir bilamana kepentingan si anak
menghendakinya, dan apabila si anak itu mati sewaktu dilahirkan, dianggap ia tidak
pernah ada ( pasal 2 KUHPerdata).

2. Badan hukum (Recht Persoon)


Dari segi kewenangan hukum yang diberikan :

 Badan hukum publik


Badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah, diberi wewenang menurut hukum
publik, missal departemen pemerintah, lembaga negara, dll.

 Badan hukum privat


Badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah atau swasta, diberi kewenangan
menurut hukum perdata dengan beragam tujuan.
Berdasarkan eksistensinya :
 Publik : Dibentuk oleh pemerintah (contoh : BUMN, BUMD, Perum)
 Privat : Diakui oleh pemerintah (contoh : Perseroan Terbatas (PT), Koperasi)
 Bersifat ideal dan/atau untuk tujuan tertentu (contoh : Yayasan, dan sebagainya)

Objek :

Objek didefiniskan sebagai benda, baik berupa tanah maupun sumber daya alam
lainnya, yang dimanfaatkan dan diperebutkan oleh para pelaku. Objek sengketa selalu
berkembang. Jika dimasa lalu objek sengketa merupakan sesuatu yang sangat konkrit dan
kasat mata, maka saat ini makin banyak objek sengketa yang abstrak dan terlihat langsung.
Kalau dulu contoh sengketa seperti perebutan lahan, sekarang sudah masuk ke dalam
perebutan uadra bersih, keanekaragaman hayati, dan berbagai hal lain yang belum diketahui
fungsi dan kegunaannya.
Contohnya adalah Departemen Kehutanan (sekarang Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan) yang menguasai kawasan hutan dengan dasar legitimasi pernyataan dalam
undang-undang atau aturan tertentu, Pemerintah Daerah menguasai wilayahnya karena
diberikan mandat oleh undang-undang, demikian juga suatu perusahaan menguasai suatu
wilayah karena diberikan ijin oleh otoritas pemberi ijin, masyarakat menguasai wilayah
tertentu karena sejak lahir atau semenjak nenek moyang mereka tinggal disitu, sebelum ada
orang lain yang menghakimi. Mungkin pula ada warga pendatang yang membeli tanah dari
seseorang yang mengaku memilikinya, atau anggota kelompok masyarakat tertentu (mungkin
kelompok perempuan) mengakui penguasannya atas wilayah tersebut karena selama ini
menanami, merawat dan mengatur (mengelola) wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai