Anda di halaman 1dari 20

Hak-hak atas

tanah
&
pendaftaran tanah
KELOMPOK 5
Annisa Fitri Zalvia (2110112217)
Dzikri aziz rahaman (2110112194)
Rayhaan Muhammad Dzakiy (2110112200)
Nurul Qariati Fadila (2110113022)
Popy Friday Afni (2110112220)
Muhammad Fariq Eldi (2110112209)
Hak-hak atas tanah:
1. hak membuka tanah
2. hak memungut hasil hutan
3. hak-hak lain yang akan ditetapkan
dengan UU serta hak yang sifatnya
sementara (Pasal 53 UUPA)
Pasal 46 UUPA
• Hak membuka tanah dan hak memungut hasil hutan adalah
hak-hak dalam hukum adat yang menyangkut tanah. 
• Hak-hak ini perlu diatur dengan PP demi kepentingan
umum yang lebih luas
• Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan hanya
dapat dipunyai oleh warga-negara Indonesia dan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
• Dengan mempergunakan hak memungut hasil hutan secara
sah tidak dengan sendirinya diperoleh hak milik atas tanah
itu.
HAK-HAK YANG SIFATNYA
SEMENTARA
(PASAL 53 UUPA)
 Hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf h, ialah
hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian diatur untuk
membatasi sifat-sifatnya yang bertentangan dengan undang-undang ini dan hak-hak tersebut
diusahakan hapusnya di dalam waktu yang singkat.

 Macam-macam haknya disebutkan dalam Pasal 53 UUPA, meliputi Hak Gadai, Hak Usaha Bagi
Hasil, Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.

 Hak-hak atas tanah ini diatur dalam UUPA dan diberi sifat sementara, dalam waktu yang singkat
diusahakan akan dihapus karena mengandung sifat-sifat pemerasan dan bertentangan dengan jiwa
UUPA. Supriadi menyebutkan bahwa hak-hak atas tanah ini adalah hak atas tanah bersifat
sekunder yaitu hak-hak atas tanah yang bersifat sementara.
1. Hak Gadai (gadai tanah)

Hak Gadai adalah hubungan hukum antara seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain,
yang telah menerima uanag gadai dari padanya. Urip Santoso bberpendapat hak gadai
adalah penyerahan sebidang tanah milik seseorang kepada orang lain untuk sementara
waktu yang sekaligus diikuti dengan pembayaran sejumlah uang oleh pihak lain secara
tunai sebgai uang gadai dengan ketentuan bahwa pemilik tanah baru memperoleh tanahnya
kembali apabila melakukan penebusan dengan sejumlah uang yang sama.

D a l a m H a k G a d a i ( G a d a i Ta n a h ) t e r d a p a t 2 p i h a k , y a i t u p i h a k p e m i l i k t a n a h p e r t a n i a n
yang disebut pemberi gadai dan pihak yang menyerahkan uang kepada pemberi gadai
disebut penerime (pemegang) gadai. Umumnya pemberi gadai berasal dari golongan
masyarakt yang berpenghasilan rendah, sebaliknya penerima gadai berasal dari golongan
masyarakat kaya.

Hak gadai (gadai tanah) dalam hukum adat harus dilakukan di hadapan kepala desa atau
k e p a l a a d a t s e l a k u k e p a l a m a s y a r a k a t . N a m u n , d a l a m p r a k t i k n y a , H a k G a d a i ( G a d a i Ta n a h )
umumnya dilakukan tanpa sepengetahuan Kepala Desa atau kepala adat. Hak Gadai hanya
dilakukan oleh pemilik tanah dan pihak yang memberikan uang gadai dan dilakukan dengan
tidak tertulis.
Jangka waktu hak gadai
1. Hak Gadai (Gadai Tanah) 2. Gadai tanah yang lamanya
yang lamanya tidak ditentukan
ditentukan .
Dalam hal ini pemilik tanah baru dapat menebus
Dalam hal ini maka pemilik tanah tanahnya jika jangka waktu yang diperjanjikan
dalam hak gadai berakhir.apabila dalam batas
tidak boleh melakukan penebusan wakt yang tela ditentukan pemilik tanah tidak
sewaktu-waktu. Misalnya, sekarang dapat menebusnya, maka pemegang gadai tidak
digadai, 1 atau 2 bulan kemudian bisa memkasa pemilik tanah untuk menebus
ditebus. Penebusan baru bisa tanahnya dan kalau pemegang gadai tetap
dilakukan jika pemegang gadai memaksa menjual lelang tanah yang digadaikan
minimal telah melakukan sekali tersebut, maka pemilik tanah dapat menggugat
masa panen. pemegang gadai kecuali pemilik tanah
mengizinkan untuk menjual tanah tersebut.
Ciri-ciri dan sifat Hak Gadai
1. Hak Gadai (Gadai Tanah) jangka waktunya terbatas. Artinya, pada suatu waktu akan
hapus. Hak Gadai berakhir kalau dilakukan penebusan oleh orang yang mengadaikan.
2. Hak gadai (Gadai Tanah) tidak berakhir dengan meninggalnya pemegang gadai. Karna
jika pemegang gadai meninggal, maka hak tersebut berpindah ke ahli waris.
3. Hak Gadai (Gada Tanah) dapat dibebani dengan hak-hak tanh yang lain. Pemegang
gadai berwenang untuk menyewakan atau menghasilkan yanahnya kepada pihak lain
(pihak ketiga atau bisa pihak peilik tanah itu sendiri).
4. Hak Gadai (Gadai Tanah) dengan persetujuan pemilik tanahnya dapat dialihkan kepada
pihak ketiga dalam arti bahwa hubungan gadai yang semula menjadi putus dan
digantikan dengan hubungan gadai baru antara pemilik dengan pihak ketiga itu.
5. Hak Gadai (Gadai Tanah) tidak menjadi hapus jika hak atas tanahnya dialihhkan pada
pihak lain.
6. Selama Hak Gadai (Gadai Tanah) berlangsung aka atas persetujuan kedua belah pihak
uang gadainya dapat ditambah.
7. Sebagai lembaga, Hak Gadai (Gadai Tanah) pada waktunya akan dihapus.
1. Telah dilakukan penebusan oleh pemilik
tanah (pemberi gadai)
2. Hak gadai sudah berlangsung 7 tahu atau
Faktor-faktor lebih
3. Adanya puutusan pengadilan yang
hapusnya menyatakan bahwa pemegang gadai
menjadi pemilik atas tanah yang
hak gadai digadaikan karena pemilik tanah tidak
dapat menebus dalam jangka waktu yang
disepakati oleh kedua belah pihak dalam
gadai tanah.
4. Tanahnya dicabut untuk kepentingan
umum.
5. Tanahnya musnah
2. Hak Usaha Bagi Hasil

• Dalam hukum positif, Hak Usaha Bagi Hasil terdapat dalam Pasal 1 huruf c UU No. 2/1960 tentang perjanjian bagi
hasil, yaitu perjanjian dengan nama apapun juga yang diadakan antara pemilik tanah pada suatu pihak dan seseorang
atau badan hukum pada pihak lain yang dalam UU ini disebut penggarap berdasarkan perjanjian mana penggarap
diperkenan oleh pemilik tersebut untuk menyelanggarakan usaha pertanian di atas tanah pemilih dengan pembagian
hasilnya antara kedua belah pihak.

• Hak Usaha Bagi Hasil adalah perjanjian antara pemilik tanah dengan penggarap untuk dapat mengerjakan atau
mengusahakan tanah milik orang lain dengan memberikan sebagian tertentu dari jumlah hasil tanah tersebut kepada
pemiliknya menurut perjanjian. Misalnya masing-masing mendapatkan seperdua (maro) atau penggarap
mendapatkan sepertiga bagian. Sedangkan, pemilik tanah mendapatkan 2/3 (mertelu).

• Hak Usaha Bagi Hasil awalnya berasal dari hukum adat yang disebut hak menggarap yaitu hak seseorang untuk
mengusahakan usaha pertanian di atas tanah milik orang lain dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi antara
kedua pihak. Menurut hukum adat imbangan pembagian hasilnya ditetapkan atas pesetujuan kedua belah pihak,
yang umunya tidak menguntungkan pihak penggarap. Yang mana pada akhirnya praktek perjanjian bagi hasil
mengandung unsur pemerasan yaitu pembagin tidak seimbang karena piak penggarapa sering dirugikan. Atas dasar
itulah dikeluarkan UU Nomor 2 Tahun 1960 Tentang perjanjian bagi hasil yang bertujuan untuk menghilangkan sifat
pemerasan dari perjanjian tersebut.
Sifat dan ciri-ciri hak usaha bagi Jangka waktu perjanjian bagi
hasil (Boedi Harsono) hasil (UU No. 2/1960)
1. perjanjian bagi hasil jangka waktu terbatas
1. Jangka waktu perjanjian bagi hasil untuk tanah sawah
2. perjanjian bagi hasil tidak dapat dialihkan
sekurang-kurangnya 3 tahun dan untuk tanah kering
kepada pihak lain tanpa izin dari pemilik sekurang-kurangnya 5 tahun.
tanah 2. Perjanjian tidak terputus karena pemindahan hak milik.
3. perjanjian bagi hasil tidak hapus dengan 3. Jika penggarap meninggal dunia, maka perjanjian bagi
berpindahnya hak milik atas tanah yang hasil itu dilanjutkan oleh ahli warisnya dengan hak dan
kewajiban yang sama
bersangkutan kepada pihak lain.
4. Pemutusan perjanjian bagi hasil sebelum berakhirnya
4. perjanjian bagi hasil tidak hapus jika jangka waktu perjanjian hanya dimungkinkan apabila
penggarap meninggal dunia, tetapi hak itu jika ada persetujuan kedua belah pihak yang
hapus jika pemilik tanahnya meninggal bersangkutan dan hal itu dilaporkan kepada kepala
dunia. desa.
5. perjanjian bagi hasil didaftar menurut
Sedangkan menurut hukum adat jangka waktu hak usaha
peraturan khusus (di Kantor Kepala Desa) bagi hasil hanya berlaku satu tahun dan dapat diperpanjang,
6. sebagai lembaga, perjanjian bagi hasil paa akan tetapi perpanjangan jangka waktunya tergantung
waktunya akan dihapus kesediaan pemilik tanah, sehingga bagi penggarap tidak ada
jaminan untuk menggarap dalam waktu yang layak.
Pemilik tanah dapa menunut Kewajiban penggarap Faktor penyebab hapusnya perjanjian bagi
pemutusan hubungan bagi hasil hasil
jika kepentingannya dirugikan
yaitu
1. Penggarap tidak 1. Mengusahakan tanah 1. Jangka waktunya berakhir
mengusahakan tanah tersebut dengan baik 2. Atas persetujuan kedua belah pihak,
sebagaimana mestinya. 2. Menyerahkan bagian pperjanjian bagi hasil diakhiri.
2. Penggarap tidak memenuhi hasil tanah yang 3. Pemilik tanah meningal dunia.
kewajiban memberikan menjadi hak milik tanah. 4. Adanya pelanggaran oleh penggarap
sebagian dari hasil tanah 3. Memenuhi beban-beban terhadap larangan dalam perjanjian bagi
kepada pemiiknya yang enjai hasil.
3. Penggarap tidak memenuhi tangunggannya 5. Tanahnya musnah
beban-beban yang menjadi 4. Menyerahkan kembali
tanggungan. tanah garapan kepada
4. Penggarap tanpa izin pemilik pemiliknya dalam
tanah menyerahkan keadaan baik setelah
penguasaan tanahnya pada berkahir jangka waktu
pihak lain perjanjian bagi hasil.

sedangkan kewajiban pemilik tanah adalah menyerahkan tanah garapan kepada penggarap dan
membayar pajak atas tanah garapan bersangkutan.
3. Hak Sewa Atas Tanah Pertanian
• Hak Sewa Atas Tanah Pertanian adalah suatu perbuatan hukum dalam bentuk penyerahan penguasaan tanah pertanian
oleh pemilik tanah pertanian kepada pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan sejumlah uang sebagai sewa yang
ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak.
• Terjadinya hak sewa atas tanah pertanian adalah seseorang yang memiliki tanah pertanian karena membutuhkan
sejumla uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia menyrahkan tanahnya dalam bentuk sewa dala jangka
waktu tertentu kepada pihak lain (penyewa).
• Ciri-ciri hak sewa atas tanah:
1. Tujuan penggunaan tanah yang disewakan iu sifatnya sementara angka waktunya
2. Umunya hak sewa bersifat pribadi dan tidak diperbolehkan untuk dialikan kepada pihak lain ataupun untuk
menyerahkan tanahnya kepada pihak ketiga dalam hubungn sewa dengan pihak penyewa (onderverhuur), tanpa izin
dari pemilik tanah
3. Swa menyewa dapat diadakan dengan ketentuan bahwa jika penyewa meninggal dunia hubungan swa menyewanya
menjadi putus
4. Hubungan sewa menyewa tidak putus dengan dialihkannya hak milik yang bersangkitan kepada pihak lain.
5. Hak sewa tidak dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan
6. Hak sewa dapat dilepaskan oleh pihak yang menyewa
7. Hak sewa tidak termasuk golongan hak-hak yang didaftar menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
(sekarang PP No. 24/1997).
Faktor 1
Jangka waktunya berakhir

penyebab 2
Hak sewanya dialihkan pada pihak lain
tanpa persetujuan dari pemilik tanah

hapusnya
kecuali hal itu diperkenankan oleh pemilik
tanah

3 Hak sewanya dilepaskan oleh pemilik


hak sewa tanah secara sukarela

tanah 4 Hak atas tanah tersebut dicabut untuk


kepentingan umum

ppertanian 5
Tanahnya musnah
4. Hak Menumpang

• Hak menumpang adalah hak yang memberi wewenang pada seseorang untuk mendirikan dan menempati rumah di
atas tanah perkarangan milik orang. Hak menumpang ini banyak dijumpai dalam lembaga adat yang biasanya dikenal
“numpang sari” artinya pendatang baru di suatu desa karena tidak mempunyai tempat tinggal diperkenanankan
mendirikan bangunan di atas tanah milik orang lain.

• Ciri-ciri hak menumpang:


1. Tidak mempunyai jangka waktu, oleh karena itu sewaktu-waktu dapat dihentikan.
2. Hubungan hukumnya lemah, sewaktu-waktu dapat diputuskan oleh pemilik tananh jika ia memerlukan tanah tersebut
3. Pemegang hak menumpang tidak wajib membayar sesuatu kepada pemilik tanah.
4. Hanya dapat terjadi pada tanah perkarangan untuk bangunan
5. Tidak wajib didaftarkan di kantor pertanahan
6. Bersifat turun temurun artinya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya
7. Tidak dapat dialihkan kepada orang lain selain ahli warisnya.

• Faktor-faktor sebab hapusnya hak menumpang:


a. Pemilik tanah swaktu-waktu dapat mengakiri hubungan hukum antara pemegang hak menumpang dengan tanah yang bersangkutan
b. Hak milik atas tanah yang bersangkutan dicabut untuk kepentingan umum
c. Pemegang hak menumpang melepasan secara sukarela hak menumpang
d. Tanahnya musnah
PENDAFTARAN TANAH

Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan
teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian
serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah
ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya (Pasal 1 angka 1 PP 24/1997) 
LATAR BELAKANG PENDAFTARAN TANAH
tanah merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup semua makhuk hidup di bumi.
Arti penting pendaftaran tanah

Tanah merupakan bagian yang penting karena manusia hidup di atas tanah dan
menggunakan tanah untuk memenuhi kebutuhan .besarnya kebutuhan manusia
atas tanah menyebabkan setiap pemilik hak atas tanah harus mendaftarkan tanhh
miliknya agar dapat terhindar berbagai masalah salah satunya dalam hal
kepemilikan tanah.
Kegiatan pendaftaran tanah ini harus dilakukan karena dalam menghadapi
suatu peristiwa yang berhubungan dengan tanah, seperti jual beli tanah tentunya
hatus ada bukti kepemilikan. Selain itu pendaftaran hak atas tanah dianggap
sangat penting, sebab untuk menjamin kepastia hukum kepada pemegang atau
pemilik tanah sehingga itu bisa menimbulkan rasa aman atas tanah yang mereka
kuasai. Dan tentunya pendaftran tanah penting dalam mencegah hal-hal atau
gangguan dari pihak yang tidak berkepentingan atau pihak-pihak yang tidak
berhak.
TUJUAN PENDAFTARAN TANAH
1. Memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang
hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang
terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang
hak yang bersangkutan.
2. Menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah.
3. Terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai