Anda di halaman 1dari 13

CONTOH SKENARIO PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA

disusun oleh:

Agita Firda Romadhona Febrian 2001220081


Amalia Firdausa 2001220071
Ayu Kumala Dewi 2001220004
Heltia Laresti 2001220075
Khairunnissah 2001220070
Nawang Sistiani 2001220096
Putri Sanda Safitri 2001220005

PPG PRAJABATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
CONTOH SKENARIO PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA

Nama Penyusun PPL PPG Prajabatan SMPN 7 Jakarta


Asal Universitas Negeri Jakarta
Tahun Penyusunan 2022
Kelas VII
Jenjang Sekolah SMP
Alokasi waktu 4 X pertemuan

Fase Capaian Pembelajaran Fase D


Domain CP Berbicara dan Mempresentasikan
Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu menyampaikan gagasan,
pikiran, pandangan, arahan, atau pesan untuk
tujuan untuk pengajuan usul, pemecahan
masalah, dan pemberian solusi secara lisan dalam
bentuk monolog dan dialog logis, kritis, dan
kreatif.
Indikator 1. Mempresentasikan teks cerita fantasi secara
lisan dalam bentuk monolog, dialog logis,
kritis, dan kreatif.

2. Mempresentasikan teks cerita fantasi secara


kritis.

3. Mempresentasikan teks cerita fantasi


menggunakan ungkapan sesuai dengan norma
kesopanan dalam berkomunikasi.

Konsep Utama Menceritakan kembali teks cerita fantasi


Pengetahuan/Keterampilan Prasyarat  Membaca pemahaman
 Mempresentasikan hasil bacaan
Profil Pelajar 1. Gotong royong, Sarana media gambar cetak
Pancasila peserta didik Prasarana
secara
berkelompok
mengungkapkan
gagasan sesuai
dengan teks cerita
fantasi yang telah
dibuat.
2. Kreatif, yang
ditunjukkan
melalui
menuliskan
tanggapan dalam
bentuk teks
tanggapan berupa
resensi.
Skenario Belajar

Persiapan

Pengalaman yang diperoleh siswa membangun motivasi melalui pengondisian diri.


(1) Guru mengondisikan kelas dengan memberikan salam dan mengisi kehadiran siswa.
(2) Guru memberikan apersepsi yang dapat membangkitkan kesiapan dan motivasi siswa untuk
memperoleh pengetahuan.
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Kegiatan Inti

Pengalaman menentukan pilihan dilakukan secara kelompok. Tujuan pemberian


pengalaman ini untuk mengenali metakognisi.
(1) Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membagi kelompok menjadi 5 kelompok.
Satu kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
(2) Guru mempersiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
(3) Guru menempelkan gambar di papan atau menayangkan gambbar melalui OHP
(4) Guru memberikan arahan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan gambar yang
disajikan dengan seksama.
(5) Guru mengarahkan siswa untuk menuliskan sebuah cerita imajinatif berdasarkan gambar
yang telah disajikan pada sebuah kertas.
(6) Selanjutnya, siswa secara berkelompok menceritakan teks cerita fantasi yang telah ditulis.
Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan dari hasil pemaparan kelompok di
depan kelas.
(7) Guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
(8) Guru memberi kesimpulan dan melakukan refleksi
(9) Model yang digunakan dalam menceritakan kembali teks cerita fantasi adalah model
examples non-examples
Evaluasi

1. Intstrumen Authentic Assessment


a. Lafal
b. Tata bahasa
c. Kosa kata
d. Kefasihan
e. Sikap
2. Penilaian

Tabel Penilaian Berbicara


No Aspek yang dinilai Skor Kriteria
Kesukaran ucapan besar sekali, sehingga
1 bicaranya benar-benar tidak dipahami.

Ucapannya susah sekali dipahami, sehingga

2 sering diminta untuk mengulangi yang


dikatakannya.

Melafalkan dengan sulit (karena kesulitan dalam


1 Lafal melafalkan, memaksa orang harus mendengarkan
3 dengan teliti ucapannya) dan sekali-kali timbul
salah pengertian.

4 Ucapannya dapat dipahami

Tekanan ucapannya baku (tidak terdengar bahasa


5 asing/daerah).

Banyak sekali kesalahan tata bahasa dan

2 Tata bahasa 1 susunan katanya, sehingga pembicaraannya


benar-benar tidak dapat dipahami
Kesalahan tata bahasa dan susunan kata
menyebabkan pembicaraannya sukar dipahami,
2 sehinnga ia harus sering mengubah bentuk
ungkapan/ kalimat.

Sering membuat kesalahan tata bahasa dan

3 susunan kata, sehingga sewaktu-waktu


mengaburkan arti

Sedikit sekali membuat kesalahan tata

4 bahasa/susunan kata, tetapi tidak mengaburkan


arti.

Tidak membuat kesalahan tata bahasa atau


5 susunan kata.

Kata yang digunakan sangat terbatas, sehingga


1 percakapannya hampir tidak mungkin dilakukan.

Salah menggunakan kata dan sangat terbatas kata

2 yang digunakan, menyebabkan pembicaraanya


sukar sekali dipahami.

3 Kosa kata Sering menggunakan kata yang salah/tidak tepat,


3 sehingga percakapannya terbatas.

Kadang-kadang menggunakan kata yang tidak

4 tepat atau mengelompokkan kembali kata-kata


itu karena penggunaannya tidak tepat.

5 Banyak menggunakan kata dan ungkapan.

Pembicaran berhati-hati dan pendek-pendek,


4 Kefasihan 1 sehingga menyebabkan percakapan.
Sering agak ragu-ragu, dalam berbicara, sehingga

2 sering terpaksa berdiam diri karena penguasaan


bahasanya terbatas.

Kecepatan dan kelancaran berbicara banyak


3 dipengaruhi oleh kesulitan-kesulitan bahasa

Kecepatan berbicara sedikit


4
dipengaruhi oleh kesulitan berbicara.
5 Pembicaraannya lancar sekali.
Tidak mampu berbicara dihadapan teman-
1
temannya.
2 Perlu bujukan agar mau berbicara

Pada saat berbicara sering melirik kanan kiri


5 Sikap 3
seolah meminta bantuan pada temannya

4 Kurang percaya diri tetapi bersemangat.


Percaya diri dan bersemangat dalam proses
5
pembelajaran.
Penilaian Data

Sesuai dengan data yang dikumpulkan, selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif. Untuk analisa secara kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata
dan presentase. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang diperoleh melalui
observasi siswa dalam melakukan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan
media berupa gambar dan model Example non Example dengan langka reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penerapan model ini adalah:
a. Reduksi Data
Meredukai data berarti merangkum data yang jumlahnya cukup banyak, memilih
hal-hal yang pokok dan memfokuskan hal-hal yang penting. Untuk menganalisis
peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model Example non
Example dalam Penerapan model ini adalah menggunakan analisis deskriptif dari data
kuantitatif. Siswa dikatakan tuntas belajar jika siswa tersebut telah memenuhi nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) keterampilanberbicara.
1) Mengubah skor menjadi nilai siswa
Penerapan model ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu
teknik pengolahan data dengan cara mendeskripsikan hasil data kualitatif yang
meliputi hasil diskusi siswa sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan
menggunakan statistik dalam bentuk perhitungan rata-rata (mean) dengan rumus:

Keterangan:
= Rata-rata (Mean)x =
Nilai
f = Frekuensi
Σf = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi dan nilaiΣf =
jumlah frekuensi.32
b. Data display (penyajian data)
Penyajian data dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara
kategori dan sebagainya.
Sedangkan analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang
terjadi pada setiap siklus dengan melakukan Penerapan model secara verbal (aktifitas
yang teramati) Di atas menunjukkan siklus format tes kemampuan berbicara siswa dengan
menggunakan model Example non Example, jika pada tahap siklus I dalam kategori tuntas
hanya sebesar 70% dan sebanyak 30% berada dalam kategori tidak tuntas. Hal ini berarti
bahwa masih perlu perbaikan maka dilanjutkan pada tahap siklus II sampai mencapai
kategori tuntas.
Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan model ini diterapkan beberapa indikator
keberhasilan, yaitu :
1. Terdapat peningkatan persentase aktifitas belajar yang menerapkan model Example non
Example . peningkatan persentase aktifitas belajar siswa dapat dilihat selama proses
pembelajaran berlangsung.
2. Terdapat respons positif dari siswa setelah di terapkan model Example nonExample dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Terdapat peningkatan persentase belajar siswa yang diukur dengan menggunakan
kriteria ketuntasan minimal (KKM 70). Siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai
nilai ketuntasan berbicara.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai