Anda di halaman 1dari 19

KEPOLISIAN DAERAH BENGKULU

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKRA TK. III BENGKULU

LAPORAN STUDY BANDING


DI RUMKIT HASANUDDIN DAMRAH TK III BENGKULU SELATAN
Tanggal 05 September 2018

BENGKULU, SEPTEMBER 2018

11
KEPOLISIAN DAERAH BENGKULU
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU

LAPORAN STUDY BANDING DALAM RANGKA PERSIAPAN AKREDITASI


DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA HASANUDDIN DAMRAH BENGKULU SELATAN
TANGGAL 05 SEPTEMBER 2018

 
1. PENDAHULUAN
Akreditasi Rumah Sakit merupakan upaya peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit yang dilakukan dengan membangun system dan budaya mutu.
Didalam mencapai mutu tersebut, maka upaya peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit disusun berupa kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut struktur, proses dan output/outcome secara objektif, sistematik dan
berlanjut, memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan. Melalui
akreditasi rumah sakit diharapkan akan membangun system dan
mengintegrasikan budaya mutu ke dalam pelayanan rumah sakit dan akan
menghasilkan kinerja yang berlandaskan standar pelayanan dan standar profesi
sehingga para pelaku  pelayanan  akan  merasa  aman dan  nyaman
dalam melaksanakan tugas - tugasnya  dan  penerima pelayanan akan merasa
puas karena pelayanan yang diberikan telah memenuhi standard dan
keinginannya.
Akreditasi rumah sakit versi SNARS lebih dititikberatkan pada
implementasi di rumah sakit, yang dilakukan dengan cara wawancara kepada
pasien dan atau keluarganya, serta kepada pimpinan rumah sakit dan atau staf
rumah sakit, On-site, observasi terhadap kegiatan pelayanan, maupun
melihat bukti secarafisik, baik berupa dokumen maupun fasilitas
rumahsakit.Implementasit tersebut, tentunya harus didasarkan pada regulasi
yang telah ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit (Kepala/Direktur RS).
Untuk mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan
adanya kerja sama antar semua pihak di rumah sakit. Semua staf rumah sakit,
mulai dari pimpinan puncak sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat
yang sama dalam mewujudkannya. Pimpinan puncak hingga ke staf lapisan
bawah harus memiliki pemahaman yang sama mengenai alasan
dilaksanakannya akreditasi. Jangan sampai ada pihak yang menganggap bahwa

22
akreditasi ini akan menjadi beban yang menambah-nambah kerjaan mereka
karena harus bekerja sesuai standar-standar akreditasi. Sejatinya, standar-
standar yang dijadikan komponen penilaian dalam survey akreditasi adalah
untuk dipenuhi dan diimplementasikan dalam jangka panjang bukan hanya pada
saat survey akreditasi. Dengan adanya kerjasama dan semangat yang sama
tinggi dari semua pihak di rumah sakit, bukan hal mustahil akan terciptanya
layanan kesehatan berkualitas tinggi yang langgeng bagi masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam rangka mempersiapkan akreditasi
Rumah Sakit Bhayangkara TK III Bengkulu maka rumah sakit mengirim
beberapa personil rumah sakit untuk study banding ke rumah sakit yang telah
terakreditasi agar dapat membuka wawasan dan memberikan gambaran
pelaksanaan akreditasi rumah sakit untuk dapat dijadikan referensi dan
diterapkan di Rumah sakit Bhayangkara TK III Polda Bengkulu yang sedang
dalam persiapan Akreditasi versi SNARS 2018.

II. MAKSUD DAN TUJUAN.


Maksud laporan ini dibuat adalah sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan Study Banding akreditasi di Rumkit Hasanuddin Damrah Bengkulu
Selatan. Adapun tujuannya adalah memberikan masukan kepada Pimpinan
dalam menentukan kebijakan lebih lanjut.

III. DASAR
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ;
3. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada JKN ;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit ;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan ;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi
Rumah sakit.

33
8. DIPA RS. Bhayangkara TK III Polda Bengkulu TA.2018;
9. Rencana Kerja RS. Bhayangkara TK III Polda Bengkulu TA.2018.
10. Surat Perintah Karumkit nomor : Sprin / 61 / III /KEP/2018 / Rumkit, tentang
Tim Pokja Akreditasi.
11. Surat Perintah Karumkit nomor : Sprin / 340 / VIII / HUK.6.6/2018 / Rumkit,
tentang Penunjukan Peserta Kegiatan Study banding pengambilan Soft Copy
akreditasi di Rumkit Hasanuddin Damrah Bengkulu Selatan.

IV. PESERTA

Peserta study Banding dari Rumah Sakit Bhayangkara TK III Polda


Bengkulu berjumlah 37 orang, daftar terlampir.

V. ANGGARAN/ BIAYA

Biaya study banding ini bersumber dari dana BLU Rumah sakit Anggaran yang
digunakan untuk kegiatan Workshop SNARS Edisi I berasal dari DIPA
Bhayangkara TK III Polda Bengkulu Tahun Anggaran 2018.
Rincian anggaran sebagai berikut :
NO RINCIAN BIAYA KET
1 2 3 4
1 Registrasi Rp. 3.700.000,-
@Rp. 100.000,- x 37 org
2 Akomodasi Transportasi Rp. 2.000.000,-
3 Soft Copy
@ Rp.1. 600.000,- x 15 Pokja Rp. 24.000.000,-
4 Konsumsi
a. Makan Pagi @ Rp. 15.000,- x 40 org Rp. 600.000,-
b. Makan Siang @ Rp. 50.000,- x 74 org Rp. 3.700.000,-
c. Makan Malam @ Rp. 50.000,- x 37 org Rp. 1.497.000,-
5 Plakat Rp. 300.000,-
Total Rp. 35.797.000

44
VI. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan yang dilaksanakan selama study banding meliputi :


a. Ramah Tamah
Pada hari Rabu tanggal 05 September 2018 pukul 10.00 wib s.d 11.00
wib peserta study Banding disambut di Rumkit Hasanuddin Damrah
Bengkulu Selatan oleh Direktur Kombespol dr. Herry Permana bersama staf
Rumah sakit.
b. Pendalaman dan pembekalan berkas Administrasi
Pukul 11.00 wib s.d 15.00 wib kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan
pendalaman dan pembekalan berkas akreditasi dengan masing-masing
pokja akreditasi Rumkit Hasanuddin Damrah Bengkulu Selatan ke seluruh
anggota pokja Rumkit Bhayangkara TK III Bengkulu.
Kegiatan dilaksanakan di ruang aula gedung lantai 2 dengan
didampingi oleh ibu Harmani,SST,M.Kes Kepala TU serta dr. Debby Kabid
Pelayanan Rumkit Hasanuddin Damrah. Tim Pokja Akreditasi Rumkit
Hasanuddin Damrah membantu mengarahkan tentang bentuk Regulasi
kebijakan, prosedur (SPO), pedoman, panduan, peraturan Direktur rumah
sakit, keputusan Direktur rumah sakit dan atau program.

VII. HASIL YANG DICAPAI

Adapun hasil yang dicapai selama study banding adalah Peserta


mendapatkan gambaran dan pembekalan tentang pelaksanaan akreditasi di
lapangan dan beberapa point penting yang dapat dijadikan referensi untuk
dipedomani dan diterapkan di RS Bhayangkara TK III Bengkulu antara lain
sebagai berikut :

1) SASARAN KESELAMATAN PASIEN ( SKP ) 


 Prosedur RS dlm mengidentifikasi pasien :
a. Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas
pasien.
b. Ada 2 cara identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL
LAHIR yang di sesuaikan dengan tanda pengenal resmi

55
c. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di UGD, ICU dan Kamar Operasi dengan
tetap memperhatikan data pada gelang identitas pasien.

 Gelang identitas
a. Pasien laki-laki : BIRU
b. Pasien perempuan : MERAH MUDA
c. Gelang pasien risiko jatuh : KUNING
d. Gelang Alergi : MERAH

 Verifikasi identitas pasien


a. Saat pemberian obat,
b. Saat pemberian transfusi darah,
c. Saat pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi.
d. Saat dilakukan tindakan medis

 Cara komunikasi yang efektif di rumah sakit


Rumah sakit menggunakan tehnik SBAR (Situation-Background-
Assesment-Recommendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
a. Situation : kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
b. Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini.
c. Assesment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
d. Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.
Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari
komunikasi lisan dengan catat, baca kembali dan konfirmasi
ulang (CABAK) terhadap perintah yang diberikan.
Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi tanggung
jawab dokter ruangan yang bertugas.

66
 Yang termasuk obat – obat high alert medication di rumah sakit :
1.   Elektrolit pekat : KCI, MgS04, Natrium Bikarbonat, NaCl > 0.9%
2.   NORUM ( Nama Obat Rupa Ucapan Mirip ) / LASA (Look Alike Sound
Alike)
 Pengelolaan high alert medication :
a. Penyimpangan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan
diberipenandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “
High Alert “
b. NaCl > 0,9% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali di
Unit Perawatan Intensif (ICU).
c. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus
memastikan bahwa elektrolit pekat disimpan dilokasi dengan akses
terbatas bagi petugas yang diberi wewenang.
d. Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker warna merah
bertuliskan “ High Alert “ dan khusus untuk elektrolit pekat, harus
ditempelkan stiker yang dituliskan “ Elektrolit pekat, harus diencerkan
sebelum diberikan “.

2) HAK PASIEN DAN KELUARGA ( HPK )


 Prosedur pemberian informasi dan edukasi kepada pasien &
keluarga:
Pemberian informasi dan edukasi diberikan sesuai kebutuhan, dan
diberikan oleh petugas dengan kompetensi yang sesuai (PANITIA PKRS)
– SPO Pemberian informasi dan edukasi
prosedur pemberian informed consent kepada pasien & keluarga,
Siapa yang memberikan
 Apa saja yang diinformasikan?
Informed Consent melalui suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan
dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam
bahasa yang dipahami pasien.
( SPO Pemberian Informed Consent )
Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan
darah atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang
berisiko tinggi.
77
 Siapa yang memberikan informed consent?
Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan
atau keluarga setelah mendapat penjelasanyang cukup tentang hal-hal
yang berkaitan dengan tindakan tersebut dari
Dokter Penanggungjawab Pasien(DPJP).
Informed consent menginformasikan tentang : diagnosis (WD & DD),
dasar diagnosis, tindakan kedokteran, indikasi tindakan, tata cara,
tujuan, risiko, komplikasi, prognosis, alternatif & risiko.
 RS menyediakan pelayanan kerohanian
Ada pely.Kerohanian rutin dan atas permintaan (Formulir permintaan
pelayanan kerohanian).
perawat akan menghubung petugas terkait sesuai daftar yang ada.
(-SPO Pelayanan Kerohanian)
 SPO Perlindungan Kebutuhan Privasi Pasien,
 SPO Perlindungan Barang Milik Pasien,
 SPO Penolakan Tindakan atau Pengobatan, Form DNR.

3) PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA ( PPK /MKE )


diberikan oleh petugas yang berkompeten dan dikoordinasi oleh Panitia
PKRS.
( SPO Pemberian informasi atau edukasi )
Ada bahan materi yang diberikan kepada pasien dan atau keluarga
Ada dokumen pemberian edukasi berupa formulir pemberian edukasi yang
ditandatangani oleh pemberi edukasi dan penerima edukasi.

4) PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ( PMKP )


Insiden meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera
(KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kondisi Potensial Cedera (KPC) dan
Kejadian Sentinel.
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang
salah.

88
Kejadian sentinel :
Contoh bunuh diri, Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi,
Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan
orang tuanya.
Pelaporan insiden tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam

5) MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS ( MDGS/ PROGNAS )


 Rumah sakit melaksanakan program
PONEK ( Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif ) untuk menurunkan angka kematian bayi dan
meningkatkan kesehatan ibu.
 Rumah sakit membentuk Tim/Panitia PONEK untuk menjalankan program
PONEK RS.
 Rumah sakit melaksanakan penanggulangan TB sesuai dengan pedoman
strategi DOTS (Direct ObserveTherapy Shortcourse), membentuk
Tim/Panitia TB DOTS untuk menjalankan program, TB DOTS RS.

6) AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN ( APK/ARK )


 Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien
dapat dilayani oleh RS.
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.( SPO Skrining Pasien)
 SPO Penerimaan Pasien Rawat Inap,
 SPO Penerimaan Pasien Rawat Jalan
Rumah sakit melaksanakan proses triase berbasis bukti untuk
memprioritaskan pasien sesuai dengan kegawatannya
 SPO Transfer Pasien Intra Rumah Sakit
 Prosedur pemulangan pasien
Dalam 48 jam setelah pasien masuk, perawat akan membuat
discharge planning pasien yang mencakup beberapa topik dan kriteria
tentang bagaimana pasien akan dirawat setelah pulang. Hal ini
didokumentasikan di formulir pengkajian awal keperawatan rawat inap.

99
7) ASSESMEN PASIEN ( AP )

Prosedur pengkajian status gizi pasien di rumah sakit


Status gizi dinilai dengan menggunakan
criteria MUST ( Malnutrition Universal Screening Tool ) untuk
mengidentifikasi dan menatalaksana Pasien dewasa yang mengalami gizi
buruk, kurang gizi atau obesitas.

9) PELAYANAN PASIEN ( PP/ PAP )

 Prosedur penyimpanan, penyajian dan pendistribusian makanan kepada


pasien:
Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko
kontaminasi dan pembusukan.
Makanan didistribusi secara tepat waktu dan memenuhi permintaan.
SPO Penyimpanan, Penyajian dan Pendistribusian Makanan
 Persiapan Pasien Terminal
Rumah sakit memahami kebutuhan pasien yang unik pada akhir
kehidupan.
SPO Pelayanan Pasien Terminal
 Rumah sakit harus memiliki Chlinical Pathway sesuai dengn SMF yang ada
di Rumah Sakit, proses penyusunannya juga harus terdokumentasi

10) MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT ( MPO/ PKPO )

 Kebijakan penyimpanan elektrolit pekat di RS:


Obat-obatan high alert (Kalium klorida 7,46% dalam ampul dan Natrium
klorida 3% dalam kolf) hanya disimpan di ruang rawat intensif (ICU,
NICU,HCU) ( di tempat yang ditandai dengan stiker merah). Obat high alert
tersebut diberistiker “high alert” berwarna merah dan khusus untuk larutan
elektrolit pekat juga diberi penandaan stiker yang bertuliskan“ elektrolit
pekat, harus diencerkan sebelum diberikan!”.

 Prosedur pengelolaan obat emergensi di rumah sakit


Obat emergensi disimpan dalam troli/kit/lemari emergensi terkunci, diperiksa,
dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera jika jenis dan jumlahnya

10
10
sudah tidak sesuai lagi dengan daftar yang ditempel/digantung
ditroli/kit/lemari emergensi.Perbekalan farmasi dan penguncian troli tersebut
dikontrol oleh farmasi.
Troli akan dibuka 3 bulan sekali untuk dilakukan pemeriksaan kesesuaian
perbekalan farmasi dengan daftar, ketepatan penyimpanan dan tanggal
kadaluwarsa.

 Alur pelaporan insiden apabila terjadi Medication error


Baik dokter maupun perawat yang menemukan terjadinya medication error
boleh melaporkan kejadian tersebut.( -SPO Pelaporan Insiden )
Kebijakan RS tentang persyaratan Resep yang lengkap
Untuk obat2 jenis narkotik harus didimpan dalam lemari berkunci dan
kuncinya harus ditanam.

 Persyaratan Resep yang lengkap


Resep harus memenuhi kelengkapan:
a. Nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien (jika tidak dapat
mengingat tanggal lahir, no rekam medik dan berat badan pasien
(untuk pasien anak)
b. Nama dokter, tanggal penulisan resep dan ruang pelayanan
c. Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar
resep manual
d. Menuliskan tanda R/ pada setiap sediaan. Untuk nama obat tunggal
ditulis dengan nama generik. Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama
dalam Formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat.
(contoh: injeksi, tablet, kapsul, salep), serta kekuatannya (contoh: 500 mg,
1 gram)

11) MKI/ MIRM


 RS telah mensosialisasikan standarisasisingkatan dan symbol yang
boleh digunakan dalam pelayanan
 Rumah sakit mengembangkan suatu kebijakan bahwa yang diberikan
kewenangan mengakses rekam medis klinis pasien adalah para praktisi
kesehatan yang memberikan layanan kepada pasien tersebut.
11
11
12) KPS /KKS
 Uraian jabatan staf bersifat personal tergantung pada jabatan yang dimiliki.
Secara umum uraian jabatan tersebut terdiri dari nama, jabatan, misi
organisasi, misi jabatan, hasil kerja, bahan kerja, perangkat kerja, sifat
jabatan, pelaksanaan tugas (uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang)
 Uraian jabatan ini disimpan oleh bagian administrasi di masing-masing
departemen/divisi/unit tempat bertugas dan salinannya harus dimiliki
olehsetiap staf medis yang bersangkutan
 CV lengkap seluruh personil Rumah Sakit.

13) PPI
 Pemilahan sampah medis dan non Medis / benda tajam /cair :
Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit telah
menetapkan Pemisahan sampah medis dan non medis. Sampah medis
dibuang di tempat sampah medis berkantung plastic kuning Sampah non
medis dibuang di tempat sampah non medis berkantung plastikhitam
Sampah benda tajam dan Jarum dibuang di tempa sampah khusus yang
tidak dapat tembus (puncture proof) dan tidak direuse yaitu safety box.
Limbah cair dibuang di wastafel atau kloset.
 Pemisahan Pasien infeksius dan non infeksius:
Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit telah
menetapkan Pemisahan pasien infeksius dan non infeksius sesuai dengan
SPO perawatan pasien di ruang isolasi infeksi. Pasien ditempatkan sesuai
dengan sumber infeksi, apakah lewat kontak, airborne, dan droplet.
 Untuk unit khusus lantai peenel dan tidak boleh ada lekukan/ sudut tajam
 Hexos pain untuk ruang Isolasi letaknya dibawah ketinggian 10-15 cm dari
lantai.
 Setiap ruangan perawatan harus ada wastafel dilengkapi dengan APD
 Ruang Isolasi harus ada ruang transit dilengkapi dengan handraft dan APD

14) MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN ( MFK )


 Sosialisasikan Prosedur penggunaan APAR (alat pemadam api ringan)
a) Tarik keluar segel pengaman handle picu
12
12
b) Angkat nozel ke area bebas
c) Tekan handle picu sedikit sampai gas CO2 / powder keluar
d) Bawa APAR ke titik api
e) Arahkan nozel ke titik api dan tekan handle picu
f) Jarak APAR dengan titik api : 2 meter
 Bagaimana Jalur Evakuasi di RS:
Sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan dan petunjuk dari Tim MFK.
Tiap ruangan wajib dilengkapi dengan APAR, SOP penggunaan, Alarm
kebakaran dan jadwal petugas jika terjadi kebakaran,
 Jalur Ram di RS harus diberi karpet karet untuk mencegah KTD
BEBERAPA ITEM PENTING LAINNYA :
 Persyaratan kelayakan umum Survey
Akreditasi
1. Rumah sakit berlokasi di wilayah Indonesia
2. Rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus untuk semua kelas
rumah sakit
3. Izin operasional rumah sakit masih berlaku
4. Direktur/Kepala rumah Sakit adalah tenaga medis (dokter atau dokter gigi)
5. Rumah sakit beroperasi penuh (full operation) dengan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat secara paripurna
selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
6. Rumah sakit mempunyai izin Instalasi Pengelolaaan Limbah Cair (IPLC)
yang masih berlaku.
7. Rumah sakit mempunyai izin pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun yang masih berlaku
8. Semua tenaga medis pemberi asuhan di rumah sakit telah mempunyai
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP)
9. Rumah sakit melaksanakan atau bersedia melaksanakan kewajiban
dalam meningkatkan mutu asuhan dan keselamatan pasien.

 Cara pengajuan survei akreditasi


1. Rumah sakit mengajukan permohonan survei akreditasi yang dikirim
melalui email ke survei@kars.or.id atau secara online melalui website :
www.kars.or.id paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan

13
13
yang diajukan oleh rumah sakit.
2. Surat permohonan survei dilampiri dengan kelengkapan sebagai berikut :
a) Aplikasi survei yang sudah diisi dan ditandatangani oleh
Direktur/Kepala rumah sakit.
b) Hasil self asessment terakhir, dengan skor minimal 80 %
c) Izin operasional yang masih berlaku
d) Ijazah dokter atau dokter gigi dari Direktur/Kepala
rumah sakit.
e) Surat pernyataan Direktur/Kepala rumah sakit yang berisi:
 Tidak keberatan memberikan akses rekam medis kepada
surveior
 Tidak meninggalkan rumah sakit selama kegiatan survei
berlangsung
 Semua tenaga medis sudah mempunyai STR dan SIP.
f) Daftar tenaga medis yang dilengkapi dengan nomer Surat Tanda
Registrasi
g) (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) dan masa berlakunya
h) Surat izin pengelolaan air limbah (IPLC) yang masih berlaku

VIII. FAKTOR PENUNJANG DAN PENGHAMBAT


A. Faktor Penunjang
a. Motivasi dan dukungan yang besar baik moril maupun materiil dari
Karumkit Bhayangkara Bhayangkara TK III Polda Bengkulu.
b. Sambutan dan dukungan dari Direktur Rumkit Hasanuddin Damrah
Bengkulu Selatan beserta staf yang sangat aktif dan menerima
dengan tangan terbuka.
c. Peserta berperan aktif selama kegiatan study banding.
B. Hambatan
Alokasi waktu yang singkat sementara materi dan pendalaman yang
begitu padat.

IX. KESIMPULAN

14
14
Setelah dilaksanakan study banding seluruh tim poksa akreditasi harus
segera mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk survey akreditasi,
semoga hasil yang didapat dapat dijadikan pedoman dan referensi di Rumah
sakit Bhayangkara TK III Bengkulu yang sedang dalam persiapan Akreditasi
versi SNARS 2018.

X. PENUTUP
Demikian laporan ini kami buat sebagai pertanggungjawaban dalam
mengikuti kegiatan study banding di RS. Hasanuddin Damrah Bengkulu
Selatan, dengan harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan Pimpinan
untuk menentukan kebijaksanaan lebih lanjut.

Bengkulu, 06 Sepember 2018


KETUA POKJA AKREDITASI

dr. AMINUDDIN EFFENDI,Sp.An.,M.Kes


KOMISARIS POLISI NRP. 75061113

15
15
DOKUMENTASI STUDY BANDING AKREDITASI
DI RUMAH SAKIT HASANUDDIN DAMRAH BENGKULU SELATAN
TANGGAL 05 SEPTEMBER 2018

16
16
17
17
18
18
19
19

Anda mungkin juga menyukai