Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR

Sekolah : SMP Dharma Pertiwi Depok


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semeste : IX/1
r Materi Pokok : Teks Cerpen
Waktu : 2 x 30 menit

I. TINJAUAN UMUM
A. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar (KD)
3.5 Mengidentifikasi unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek yang
dibaca atau didengar

4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang


mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar

B. INDIKATOR PERCAPAIAN KOMPETENSI

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


3.5.1 Mendata unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek yang dibaca atau
didengarMengidentifikasi
3.5.2 Menjelaskan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari
teks cerita pendek (cerpen)

4.5.1 Menjelaskan ciri-ciri cerpen


4.5.2 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang
mendukung dari teks cerita pendek yang dibaca atau didengarModel teks narasi (cerpen)
C. Materi Persyaratan
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, peserta didik mampu:
a. Menjelaskan pengertian teks cerpen
b. Menemukan unsur-unsur cerpen
c. Menguraikan unsur-unsur cerpen secara benar
d. Menulis Kembali teks berita menggunakan basa sendiri

D. PETUNJUK BAGI PESERTA DIDIK UNTUK MEMPELAJARI BAHAN AJAR


1 Dalam bahan ajar ini terdapat materi tentang pengertian teks cerpen dan unsur-
unsur teks cerpen
2 Bahan ajar ini bertujuan untuk memudahkan kalian mengikuti pembelajaran KD
3.5 Mengidentifikasi unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek
yang dibaca atau didengar

3 Bacalah dengan cermat apa yang menjadi capaian pembelajaran dan sub capaian
pembelajaran.
4 Dengarkan dengan penuh konsentrasi sehingga mampu menemukan pokok
informasi dalam berita
5 Mencatat pokok-pokok informasi dalam teks cerpen.
6 Merekam dengan alat bantu, misalnya kamera, videoa, tape recorder, dan ponsel
pintar.
7 Lakukan review materi secara umum dengan cara membaca kembali catatan
pokok-pokok informasi dalam teks cerpen.
8 Bacalah dan pelajarilah sumber-sumber lain yang relevan. Saudara dapat
menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk internet!
9 Mantapkanlah pemahaman Saudara melalui tes sumatif yang tersedia dalam
modul ini dengan baik. Kemudian, nilai sendiri tingkat pencapaian Saudara
dengan membandingkan jawaban yang telah Saudara buat dengan kunci
jawaban tes sumatif yang terdapat diakhir modul!
10 Diskusikanlah apa yang telah dipelajari, termasuk hal-hal yang dianggap masih
sulit, dengan teman-teman Saudara!Kerjakan setiap tugas (soal latihan) untuk
mengetahui seberapa besar pemahaman yang diserap telah dimiliki terhadap
materi kegiatan belajar ini.
II. PEDAHULUAN
A. Manfaat Bahan Ajar Ini bagi Peserta Didik

1. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan lebih menarik dan mengesankan;


Peserta didik juga tidak akan bosan karena adanya bahan ajar sehingga ada waktu
untuk tidak sekedar mendengarkan penjelasan dari pendidik.
2. Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri
dengan bimbingan berbagai petunjuk bahan ajar dari pendidik; Mereka bisa
memilih waktu yang nyaman bagi mereka untuk belajar. Selain itu juga dengan
banyaknya aktifitas tentu akan membantu mereka dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi
yang harus dikuasainya

B. Tujuan Pembe;ajaran
1 Peserta didik mengerti dan paham tentang teks cerpen
2 Peserta didik mampu menemukan unsur-unsur teks cerpen yang bisa
dikaitkan dalam kehidupan peserta didik
3 Peserta didik mampu menguraikan unsur-unsur yang terdapat dalam teks cerpen
4 Peserta didik mampu membuat ringkasan mengenai isi dari teks cerpen.
III. PENYAJIAN
Perhatikan cerpen dibawah ini!

Tiga Tetes Air Mata Guruku


Cerpen Karangan:  Dian Kalila Sumbogo
Kategori:  Cerpen Nasihat,  Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 16 June 2020

Hai, namaku Mawarrasia Ragini Gayatri biasa dipanggil Ragini. Aku termasuk pandai di kelas. Suatu hari,
kelasku mendapat jadwal menjadi petugas upacara.

“Yang saya sebutkan namanya besok Sabtu dan Minggu latihan ya!” perintah Pak Edo, wali kelasku.
“Mawarrasia Ragini Gayatri, Farah Putri, Darsya Fitri Kaylila Aminah, Fatimah Zahra Rahmatullah, Descha
Andrea Fadhilah, Varos Aditya Putra Gunawan, Xavani Astyo Yudistiro, Sarah Sinta Putri, Muhammad Firos
Abdul Rahman, Resya Ronaldo, Rosiana Raqueila, Caca Rahma Azhari, Lani Kamiela Indah. Sisanya nyanyi”
kata Pak Edo.

Keesokan harinya kami latihan. Xavani si bandel di kelas selalu membuat kami salah tingkah dan tertawa.
Sudah beberapa kali kami salah dan itu membuat kami tertawa. Hahaha…

Tiba-tiba Pak Fajar wakil kepala sekolah datang dan menegur kami.
“Mengapa kalian seperti itu? Seharusnya, kalian latihan dengan serius! Para pahlawan kita berjuang dan
memerdekakan Indonesia. Kalian harusnya menghargainya. Upacara bendera harus dilakukan dengan baik
untuk mengenang jasa pahlawan. Jika kalian seperti itu, kalian sama saja tidak menghargainya!” tegur Pak
Fajar. Aku melihat Pak Fajar menangis. Ya, tapi hanya tiga tetes air matanya. Lalu, ia menyeka air matanya
dengan sapu tangan yang ia punya. Kemudian, ia pergi. Dengan teguran dari Pak Fajar yang begitu keras
kami langsung berlatih dengan serius.

“Farah, aku belum pernah melihat Pak Fajar menegur siswanya sekeras itu. Lagipula, Pak Fajar terkenal di
sekolah dengan keramahan dan kelembutannya. Aneh? Sampai-sampai tadi Pak Fajar menangis” kataku.
“Nggak tahu” jawab Farah.

Tibalah hari upacara. Kami melakukannya dengan baik. Kemarin aku yang terbalik memasang bendera
sekarang tidak lagi. Walau begitu, jantungku berdebar sangat-sangat cepat dan keras. Bahkan, bisa terdengar
oleh Farah yang berada di sampingku.

Akhirnya, upacara selesai dengan sempurna. Aku lega sekali. Aku melonjak kegirangan. Aku lihat Pak Fajar
menangis. Aku segera mendekatinya dan memberinya tisu yang aku letakkan di kantong bajuku.

Lagi-lagi Pak Fajar menangis dengan tiga tetesan. Aku langsung mengajak Pak Fajar duduk.
“Bapak, kenapa bapak menangis? Dan tangisan Pak Fajar hanya 3 tetesan, apakah ada sesuatu?” tanyaku.
“Entah mengapa dari umur 6 tahun aku selalu menangis hanya 3 tetesan aku tak pernah tahu. Kemarin, aku
menangis karena, aku teringat oleh kakakku. Dia salah satu pahlawan kita. Dia lama tiada. Aku bangga sekali
padanya. Barang-barang kenangan darinya aku simpan dan sekarang pun masih ada. Seperti tombak dan
lainnya. Kata kakek aku harus bisa membuat orang menghargai jasa para pahlawan. Semua orang adalah
pahlawan. Apapun profesinya entah itu guru, dokter, dan lainnya” begitulah kira-kira jawaban dari Pak Fajar.
Ia kembali menangis dan hanya tiga tetes.
“Aku senang kalian bisa menghargai jasa pahlawan kita” ujar Pak Fajar.
Karena, dipuji seperti itu aku dan teman-temanku merasa sangat bangga.

Berawal dari sulit menjadi mudah dan kebahagiaan. Aku akan terus berusaha menerapkan apa yang
dikatakan dan yang dipesan dari Pak Fajar. Aku akan berusaha menerapkan ini juga pada penerus generasi
muda sekarang maupun selanjutnya. Semoga saja semua orang sadar akan hal ini.
Pengertian Teks Cerpen

Secara umum pengertian cerpen adalah sebuah karangan pendek yang mengisahkan seorang
tokoh dengan sebuah masalah beserta penyelesaiannya. Sesuai namanya, cerpen haruslah
pendek dan ringkas sehingga diberi nama cerita pendek. Kurang lebih cerpen harus kurang dari 10
ribu kata, jika lebih maka sudah termasuk kategori novel.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerpen cer·pen/ /cerpén/ n akronim cerita pendek.
Menurut Sumardjo, pengertian cerpen adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah
satu fisiknya dalam objek terkecil. Maksud pendek yang dimaksud Sumardjo bukan masalah
jumlah lembarannya, tetapi lebih menekankan pada panjang halaman dan ruang lingkupnya.

Ciri-ciri teks cerpen

 Ceritanya fiktif atau rekaan.

 Fokus pada satu aspek cerita.

 Mengungkapkan masalah yang penting saja.

 Menyajikan peristiwa dengan cermat dan jelas.

 Ceritanya pendek atau singkat.

 Menggunakan bahasa yang tajam, sugestif, dan provokatif atau menarik perhatian.
Perhatikan teks berita di bawah ini!

Lukisan Kasih Sayang

Pak Saiful, seorang pelukis ternama, mempunyai seorang pelayan yang setia. Namanya
Mumu. Biasanya setiap pagi Mumu membawakan perlengkapan melukis Pak Saiful,
misalnya kanvas, cat minyak, dan kuas. Ia juga membawakan tikar kecil, air minum, dan
makanan.
Pak Saiful selalu melukis di tempat yang indah sekaligus mengerikan. Tempatnya di
bawah sebatang pohon besar. Di sekitarnya terdapat rumput hijau dan bunga-bunga liar
berwarna putih dan kuning. Kupu-kupu dan capung berkeliaran bebas di antara bunga-
bunga itu. 
Kira-kira 15 meter ke arah selatan dari pohon itu terdapat sebuah rawa kecil yang
permukaannya ditutupi oleh daun-daun teratai. Bunga-bunga teratai yang berwarna merah
jambu menghiasi permukaan rawa itu. Namun, lumpur rawa itu selalu menelan benda apa
saja yang terjatuh ke dalamnya, termasuk manusia. Suatu hari Pak Saiful baru saja
menyelesaikan lukisannya yang sangat indah. Lukisan seorang anak kecil yang sedang
menggendong dan membelai anjing kecil berbulu coklat. Siapa pun yang melihat lukisan
itu pasti merasa tersentuh. Anak itu menyayangi anjingnya dan anjing kecil itu pun
terlihat senang dalam pelukan si anak.
“Mumu, coba ke sini dan lihat lukisanku!” kata Pak Saiful bangga.
“Luar biasa, Pak, sangat indah! Pasti laku dengan harga mahal,” ujar Mumu.
Kemudian Mumu kembali ke bawah pohon dan menyiapkan makanan dan minuman.
Sementara itu Pak Saiful mundur beberapa langkah untuk memandang lukisannya lagi.
Oh, semakin jauh jaraknya, lukisan itu semakin indah terlihat. Pak Saiful mundur
beberapa langkah lagi dan memandang lukisannya kembali. Rupanya ia tak sadar bahwa
ia tepat berada di tepi rawa.
Sementara itu Mumu melihat majikannya yang sudah berada di tepi rawa. Alangkah
berbahayanya. Bila Pak Saiful mundur selangkah lagi, pasti ia terjatuh ke dalam rawa.
Mumu mendekati lukisan di bawah pohon dan mengangkat lukisan itu dari tempatnya.
Pak Saiful berlari ke dekat pohon dan berkata dengan marah, “Apa-apaan kamu ini, Mu.
Berani-beraninya kamu mau merusak lukisanku, atau mau mencurinya?!”
“Maaf, Pak, maksud saya…!” jawab Mumu.
Namun Pak Saiful tidak mau mendengar penjelasan Mumu.
“Pergi kau dari sini. Aku tidak memerlukan pelayan yang kurang ajar!” seru Pak  Saiful
dengan wajah merah padam.
Terpaksa Mumu pergi. Pak Saiful membereskan alat-alatnya dan membawa
perlengkapannya pulang. Uuuh, rupanya berat juga.
Esok paginya Pak Saiful membawa lagi lukisannya ke bawah pohon besar. Karena belum
puas memandang, hari ini ia akan memandang sepuas-puasnya tanpa diganggu oleh
Mumu.
Mula-mula Pak Saiful memandang lukisannya dari dekat, kemudian ia memperpanjang
jaraknya. Akhirnya ia sudah mendekati tepi rawa. Ia tak tahu di balik pohon besar ada
sepasang mata mengawasinya.
“Karya hebat. Aku sendiri pun hampir meneteskan air mata memandang lukisan itu.
Orang akan tergugah untuk menyayangi binatang. Dan mereka akan berpikir bahwa kasih
sayang itu sesuatu yang amat penting dan berharga!” pikir Pak Saiful. Tanpa sadar Pak
Saiful mundur lagi dan… oooh… ia terperosok ke dalam rawa.
“Tolooong… tolooong!” jerit Pak Saiful dengan panik. Ia sadar bahwa dirinya akan
terhisap ke dalam lumpur rawa dan maut akan segera menjemputnya. Saat itulah Mumu
muncul sambil membawa tambang. Ia sudah mengikatkan tambang di sebuah pohon besar
dekat rawa.
“Pegang tambang ini, Pak!” kata Mumu sambil mengulurkan tambang. Lalu Mumu cepat-
cepat menarik tambang sekuat tenaga, menarik Pak Saiful dari rawa. Keringat bercucuran
di wajah Mumu, namun akhirnya ia berhasil menyeret majikannya keluar dari rawa.
Begitu tiba di rerumputan, Pak Saiful pingsan.

Ketika sadar, ia sudah berada di rumahnya dalam keadaan bersih, Mumu sudah mengurus
segala sesuatunya dengan baik.
“Terima kasih, Mumu, kamu menyelamatkan nyawaku!” kata Pak Saiful. “Maafkan aku!”
“Tidak apa-apa, Pak. Saya senang Bapak selamat. Saya mengangkat lukisan Bapak
kemarin karena saya ingin menarik perhatian Bapak. Bapak sudah berada di tepi rawa
waktu itu. Saya kuatir Bapak akan jatuh. Tadi saya berjaga-jaga dan menyiapkan tambang
karena saya kuatir Bapak asyik memandang lukisan dan terperosok ke dalam rawa!” kata
Mumu.
Mumu, si pelayan setia mendapat hadiah dan kembali bekerja pada Pak Saiful. Kasih
sayang seorang anak pada anjingnya, kasih sayang seorang pelayan pada majikannya
membuat Pak Saiful makin menyadari arti kasih sayang. Dan sebagai rasa syukur, Pak
Saiful memberikan hasil penjualan lukisan itu pada panti asuhan.
Setelah membaca dan mengamati teks yang diberi garis bawah pada teks berita di atas,
apa yang kalian dapat setelah membaca teks cerpen tersebut? Apakah kamu bisa
menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam teks cerpen? Silahkan diskusikan dengan
kelompok kalian setelah itu identifikasi unsur teks cerpen yang disimak dengan LKPD yang
telah diberikan melalui google classroom. LKPD berisi pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan berita, antara lain : unsur-unsur cerpen.

Unsur-unsur Teks Cerpen

1. Tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita.

2. Penokohan,merupakan pemberian sifat pada tokoh yang


adadalamcerita.Terdapat dua metode untuk mengidentifikasi watak dari seorang
tokoh yaitu dengan cara metode analitik (secara langsung) dan metode dramatik
(secara tidak langsung).

3. Alur (plot), merupakan rangkaian kejadian dalam suatu cerita. Terdapat 3 alur
yang kita kenal yaitu alur maju, mundur, campuran.

4. Setting atau Latar, sebagai tempat peristiwa, waktu dan suasana yang
digambarkan dalam sebuah cerita.

5. Sudut Pandang, sebagai posisi pengarang dalam cerita.

6. Gaya Bahasa, merupakan cara untuk menggambarkan sebuah kata atau


kalimat dalam cerita supaya lebih indah dan bermakna.

7. Amanat, biasanya berisi pesan yang bisa kita ambil dari cerita tersebutJadi,
berita adalah laporan atau informasi yang didalamnya memuat kejadian atau
peristiwa yang aktual (informasi terkini yang sedang terjadi) dan factual
(berdasarkan fakta yang sebenarnya).
Kesimpulan Isi teks cerpen

Simpulan adalah kata-kata akhir dari suatu uraian. Simpulan teks cerpen harus memuat unsur-
unsur dengan rumusan lebih ringkas. Jadi, simpulan iteks cerpen harus memanfaatkan ringkasan
yang telah dibuat sebelumnya terhadap pokok-pokok informasi. Langkah-langkah menyimpulkan
teks cerpen sebagai berikut :

Membaca keseluruhan cerpen dengan cermat dan teliti

Catatlah informasi penting yang dibahas dalam setiap paragraf

Menentukan kalimat utama atau ide pokok dalam setiap paragaraf

Menulis kembali informasi penting dan ide pokok dengan kalimat sendiri yang sederhana

Menarik kesimpulan berdasarkan kalimat ringkasan yang telah dicatat


IV. LATIHAN
Perhatikan teks cerpen di bawah ini!

Kucing yang Selalu Lapar


Oleh: Lena D.
"Mengapa kucing mencuri?" tanya Kiki dalam hati. Gadis kecil itu merenung di tepi jendela
sambil mendengarkan keributan yang sedang terjadi di sebelah rumahnya.
Kiki sudah dapat menduga siapa yang menjadi sumber keributan itu. Pasti kucing itu! Benar
saja! Seekor kucing kecil dengan tangkas meloncat ke pagar tembok yang memisahkan
rumah Kiki dengan rumah Tante Sali. Mata kucing itu dengan liar memperhatikan
sekitarnya. Ekornya berkali-kali dikibaskan ke udara.
Rangkaian Peristiwa:
"Hai...." sapa Kiki. "Mencuri lagi, ya!" Kucing itu hanya menggeram. Matanya nanar
waspada. Tiba-tiba saja ia melompat turun. Lalu menghilang.
"Kucing sialan!" Tante Sali muncul dari balik pagar. Napasnya memburu.
Sebelah tangannya membawa sapu, sebelah lagi berkacak pinggang. "Sialan kucing itu!"
"Mencuri apa dia, Tante?" tanya Kiki.
"Oh...." Tante yang gemuk itu menoleh. Senyumnya mengembang melihat Kiki. "Tidak, tidak
mencuri apa-apa! Tidak berhasil dia! Tapi tiap hari diintip-intip, kan, menyebalkan, Ki!"
"Oh.... Tidak berhasil!" Kiki meniru. "Kenapa kucing mencuri, Tante?"
“Tentu saja karena ia lapar!" jawab Tante Sali.
"Kasih saja kucing itu makan, Tante, biar tidak mencuri lagi!" usul Kiki dengan polosnya.
"Enak saja!" Tante Sali merengut. la jadi nampak lucu sekali. Dagunya yang gemuk berlipat-
lipat. "Memangnya kucing siapa dia?!"
Kucing siapa? Kiki tertegun. Dalam benak gadis kecil itu tak terbayang pemilik kucing yang
selalu membuat ulah itu. Kalau tidak berhasil mencuri di tempat Tante Sali, pasti ia
beroperasi di rumah sebelah lagi.
"Punya siapa, Tante?" tanya Kiki cepat-cepat sebelum Tante Sali berlalu.
"Tidak tahu. Kucing liar mungkin," jawab Tante Sali sambil membalikkan badan.
Namun, kemudian dia berbalik lagi. Lalu menjulurkan kepalanya melewati pagar.
"Kiki," panggilnya. "Kenapa tidak main ke rumah Tante? Ayo, anak manis, kok tahan
sendirian di rumah! Molly belakangan ini kesepian tidak ketemu Kiki," kata Tante Sali.
Kiki menggeleng. Lalu menutup jendela cepat-cepat sebelum tante yang gemuk itu
mendesaknya bermain ke situ.
Rupanya Tante Sali tidak tahu bahwa Kiki lagi marah pada Molly, anjingnya itu. Kiki sebal
Molly mau seenaknya saja. Kalau ia lagi ingin main, Kiki dikejar-kejarnya. Coba kalau lagi
malas, Molly tidak memperdulikannya! Lebih baik bermain dengan si Putih saja! gerutu Kiki
dalam hati. Si Putih...
"Ngeong... Ngeong...." Terdengar suara kucing. Kiki segera berlari ke luar.
Beberapa anak laki-laki sedang menghajar si Putih di rumah sebelah. Ada yang menendang,
memukul pakai sapu, dan menarik-narik ekornya. Kucing itu hanya bisa mengeong-ngeong
kesakitan. Beberapa kali ia mencoba melarikan diri, tapi tertangkap kembali.
Tante Sali menyaksikan itu dengan senang sekali. Bahkan ia menyemangati anak-anak itu.
Sedangkan Kiki yang berdiri di sebelahnya berurai air mata. Hatinya yang polos dan lembut
tak bisa menerima tindakan semena-mena itu.
Ketika Ibu pulang dari bekerja, Kiki mengadu sambil terisak-isak. Ibu menenangkan anak
satu-satunya itu dan berjanji.
"Kalau Nyonya masak daging, nanti Ibu bawa tulang-tulangnya pulang. Untuk kucing pencuri
itu. Biar ia tidak lapar. Biar tidak mencuri lagi," kata Ibu.
Ibu bekerja jadi pembantu di rumah Nyonya Maria. Sejak masih gadis Ibu sudah bekerja di
sana. Ibu berhenti bekerja ketika menikah dengan bapak Kiki. Setelah suaminya meninggal,
Ibu bekerja kembali di sana.
Ketika tahu Ibu sering membawa pulang tulang-tulang ikan untuk kucing, Nyonya Maria
malah memberi daging untuk Kiki. Nyonya Maria maklum keluarga kecil itu tentu jarang
makan daging.
"Wah, daging, Bu!" seru Kiki ketika melihat apa yang dibawa ibunya pulang. "Untuk si
Putih?"
"Ini gulai. Untuk Kiki saja," kata Ibu. "Tulang-tulangnya baru kasih si Putih."
"Nyonya Maria baik sekali ya, Bu. Kalau sudah besar, Kiki mau bekerja di sana juga," kata
Kiki. Ia makan dengan lahapnya sambil tak lupa bercerita tentang si Putih.
Si Putih, kucing pencuri itu, kini menjadi sahabat Kiki. Mulanya memang sulit untuk
mendekati Putih. Kucing itu selalu curiga dan waspada. la pasti lari bila didekati. Hanya bila
lapar saja, ia mencari Kiki. Karena ia tahu Kiki menyediakan tulang untuknya.
Namun, lama-lama kucing itu menyukai Kiki juga. Kiki satu-satunya manusia yang berlaku
hangat dan manis padanya. Kini Putih berubah menjadi kucing yang bersih dan manis. Ia
tidak lagi kumal, liar, dan sumber keributan. Sampai-sampai Tante Sali pangling melihatnya.
"Astaga... Ki, ini kan kucing jahat itu!" serunya terbengong-bengong. "Sudah lama ia tak
mencuri lagi!"
"Soalnya Putih tak lapar lagi, Tante," sahut Kiki. "Kiki memberinya makan."
"Ih, baik begitu, Ki!"
"Kata Ibu, kucing juga mengerti bila disayang. Kalau Kiki mau baik dan sayang pada Putih,
pasti Putih juga baik dan jinak."
Lama Tante Sali termangu. Ia merasa disindir. la malu sekali. Bagaimana mungkin, selama ini
ia bisa bersikap begitu kasar terhadap seekor kucing kecil yang kelaparan?
Identifikasi unsur yang terdapat dalam
teks cerpen
I. SUMBER REFERENSI

Tim Edukatif. 2016. Mahir Berbahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta :Erlangga. Nurhadi, Giri Indra
Kharisma, dan Maifan Tri Setiawan. 2020. PiawanBerbahasa Indonesia 2. Jakarta : Erlangga.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-cerpen/
https://kbbi.web.id/cerpen
https://deepublishstore.com/pengertiancerpen/#:~:text=Menurut%20Sumardjo%2C
%20pengertian%20cerpen%20adalah,panjang%20halaman%20dan%20ruang%20lingkupna.
https://kumparan.com/berita-update/cara-membuat-kesimpulan-cerpen-dengan-mudah-
1vz9RntTQg

Anda mungkin juga menyukai