Anda di halaman 1dari 337

PENGARUH METODE BUZZ GROUP DISCUSSION DENGAN

PERMAINAN ROLET TERHADAP KEMAMPUAN


KERJASAMA DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN
MASALAH PADA MATA PELAJARAN IPS
(Quasi Eksperimen pada Siswa di Kelas VIII SMP Islam Al-Hikmah)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Syifana Lomi Ning Tyas
NIM: 11140150000070

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Syifana Lomi Ning Tyas (11140150000070). Pengaruh Metode Buzz Group


Discussion dengan Permainan Rolet terhadap Kemampuan Kerjasama dan
Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran IPS (Quasi
Eksperimen pada Siswa di Kelas VIII SMP Islam Al-Hikmah). Skripsi
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode buzz group discussion
terhadap kemampuan kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah pada mata
pelajaran IPS kelas VIII SMP Islam Al-Hikmah. Metode buzz group discussion
dengan permainan rolet adalah metode pembelajaran diskusi yang dikombinasikan
dengan media pembelaran rolet bertujuan untuk melatih siswa dalam berdiskusi,
bertukar pendapat dengan teman sekelompoknya, mengemukakan ide-ide terkait
materi diskusi dan membuat pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan.
Metode penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen terdiri dari kelas kontrol dan
kelas eksperimen yang ditentukan berdasarkan purposive sampling yaitu
berdasarkan pertimbangan tertentu. Kelas VIII-2 sebagai kelas eksperimen
mendapat perlakuan metode buzz group discussion dengan permainan rolet dan
kelas VIII-1 tidak mendapat perlakuan metode buzz group discussion dengan
permainan rolet. Instrumen pada penelitian ini adalah lembar observasi dan tes.
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji parametrik dengan uji independent sample
t-test diperoleh taraf signifikasi .000<0,05 yang berarti memenuhi kriteria
pengujian yaitu ((Sig.(2-tailed))<0,05 yaitu 0,000<0,05 maka HO ditolak dan H1
diterima berarti terdapat perbedaan kemampuan kerjasama antara dua kelompok
yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-
rata post-test kemampuan kerjasama sebesar 89 dan kelas kontrol memperoleh nilai
77. Pengujian hipotesis dengan uji T-test independent sample diperoleh nilai t
sebesar 4.172 dengan nilai taraf signifikasi (Sig) sebesar 0,000< 0,05 yang berarti
memenuhi kriteria pengujian yaitu ((Sig.(2-tailed))<0,05 yaitu 0,000<0,05 maka
HO ditolak dan H1 diterima berarti terdapat perbedaan kemampuan memecahkan
masalah antara dua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas
eksperimen memperoleh nilai rata-rata post-test kemampuan memecahkan masalah
sebesar 85 dan kelas kontrol memperoleh nilai 75. Dengan demikian hal ini
menunjukkan bahwa metode buzz group discussion dengan permainan rolet
berpengaruh terhadap kemampuan kerjasama dan kemampuan memecahkan
masalah siswa kelas VIII SMP Islam Al-Hikmah.

Kata Kunci : Kerjasama, Memecahkan Masalah, Metode buzz group discussion,


permainan rolet, pembelajaran IPS

i
ABSTRACT

Syifana Lomi Ning Tyas (111401500000070). The Influence of Buzz Group


Discussion Method with the Roulette Games concern to Cooperation Ability
and the Ability of Problem Student Solving in Social Studies Subjects (Quasi
Experiments on Students in Class VIII of Al-Hikmah Islamic Secondary
School). Thesis Social Sciences Study Program in Syarif Hidayatullah Islamic
University Jakarta, 2018.
This study aims to determine the effect of the buzz group discussion method on the
ability of collaboration and problem solving skills in social studies subjects in the
eighth grade of Al-Hikmah Islamic Middle School. The buzz group discussion
method with roulette game is a discussion learning method combined with roulette
defending media aimed at training students in discussions, exchanging opinions
with friends in a group, expressing ideas related to discussion material and making
learning active and enjoyable. This research method uses Quasi Experiment
consisting of control class and experimental class which is determined based on
purposive sampling which is based on certain considerations. Class VIII-2 as an
experimental class received the treatment of the buzz group discussion method with
the game of roulette and class VIII-1 did not receive the treatment of the buzz group
discussion method with the game of roulette. The instruments in this study were
observation and test sheets.
Based on the results of the study using parametric tests with independent sample t-
test test obtained a significance level of .000 <0.05, which means that it fulfill the
testing criteria, that is ((Sig. (2-tailed)) <0.05, which is 0.000 <0.05, then H0
rejected and H1 accepted means that there is a difference in the ability of
collaboration between two groups, that is the control class and the experimental
class. The experimental class obtained the average post-test ability of the
collaboration ability of 89 and the control class obtained a value of 77. Hypothesis
testing with independent sample T-test was obtained t value of 4.172 with a
significance level (Sig) of 0.000 <0.05, which means that its fulfill the testing
criteria, that is ((Sig. (2-tailed)) <0.05, which is 0.000 <0.05, 𝐻0 is rejected and
H1 is accepted means there are differences in problem solving skills between two
groups, that is the control class and the experimental class. The experimental class
obtains an average score of post-test problem solving ability of 85 and the control
class obtains a value of 75. There for, it shows that the buzz group discussion
method with the game of roulette have an affects the ability of cooperation and
problem-solving ability of grade eight students of Al-Hikmah Islamic Secondary
School.
Keywords: Cooperation Ability, Problem Solving Ability, Buzz group discussion
method with roulette game, social studies learning.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan


rahmat, hidayah, serta kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya.
Proposal Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk Skripsi juga sebagai
bekal wawasan ilmu kependidikan bagi penulis untuk dapat meningkatkan sikap
keprofesionalan seorang guru kelak. Selama proses penulisan dan penyelesaian
skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami. Proposal Skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya bimbingan,
dukungan, doa, bantuan, dan kerjasama dari dengan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA beserta staf dan jajarannya.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr.Iwan Purwanto, M.Ag. dan jajaran dosen IPS lainnya
.
3. Seketaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Syaripulloh, M.Si
4. Bapak Dr.Muhammad Arif, M.Pd selaku dosen pembimbing satu dan Ibu Cut
Dhien Nourwahida, MA selaku dosen pembimbing dua yang telah meluangkan
waktu selama proses pembuatan skripsi.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Orangtua yang saya sayangi dan selalu mendoakan dan memotivasi saya dalam
mengerjakan skripsi.
7. Teman seperjuangan yang selalu memotivasi dan membantu dalam proses
mengerjakan skripsi yaitu Dinan,Sifa, Ulfah,Vira, dan Munawaroh.

iii
8. Teman seperjuangan yang selau memotivasi peneliti untuk mengerjakan
skripsi yaitu Hera, Febri, Hana, Rani, Nisa, Erna, Faristin, dan Mardini.
9. Sahabat yang selalu memotivasi dan mendoakan saya agar cepat lulus yaitu
Radika, Arti, Tiwi, dan Hafizah.
10. Teman-teman mahasiswa Ilmu Pengetahuan Soisla konsentrasi Ekonomi yang
serlalu berbagi ilmu dalam proses pembuatan skripsi.
11. Ibu Nur Srimasrifah S.Pd selaku observer yang membantu peneliti dalam
peneitian.
12. Ibu Anah Dian Khayani, selaku kepala sekolah SMP Islam Al-Hikmah yang
membantu perizinan di sekolah.

Untaian doa yang tiada hentinya penulis panjatkan kehadirat Illahi rabbi,
semoga keberkahan, kesehatan, kelancaran selalu menyertai semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis. Aamiin.

Jakarta, 8 Oktober 2018

Syifana Lomi Ning Tyas

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 4
D. Rumusan Masalah ................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Deskripsi Teori ...................................................................... 8
1. Belajar
a. Pengertian Belajar ....................................................... 8
b. Teori Belajar................................................................ 9
2. Metode Pembelajaran ........................................................ 11
a. Pengertian Metode Pembelajaran ................................ 11
b. Macam-Macam Metode Pembelajaran ....................... 12
3. Media Pembelajaran .......................................................... 13
a. Pengertian Media Pembelajaran .................................. 14
b. Macam-Macam Media Pembelajaran ......................... 15
4. Metode Buzz Group Discussion ........................................ 16

v
a. Pengertian Metode Buzz Group Discussion ................ 16
b. Langkah-Langkah Metode Buzz Group Discussion .... 19
c. Tujuan Pembelajaran Metode Buzz Group Discussion. 20
d. Keunggulan dan kelamahan Metode Buzz Group
Discussion ................................................................... 21
5. Permainan Rolet ................................................................ 22
a. Pengertian Permainan Rolet ........................................ 22
b. Sejarah Permainan Rolet ............................................. 23
c. Aturan Permainan Rolet .............................................. 24
6. Kemampuan Kerjasama Siswa.......................................... 25
a. Pengertian Kemampuan Kerjasama Siswa ................. 25
b. Faktor yang mensukseskan kerjasama ........................ 29
c. Indikator dalam kerjasama .......................................... 31
7. Kemampuan Pemecahan Masalah .................................... 32
a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah ............ 32
b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Pemecahan
Masalah ....................................................................... 36
c. Manfaat Pembelajaran Pemecahan Masalah ............... 38
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Pemecahan Masalah.. 40
e. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah ............... 44
f. Keunggulan Pembelajaran Pemecahan Masalah ......... 45
g. Kelemahan Pembelajaran Pemecahan Masalah .......... 47
8. Hakikat Pembelajaran IPS ................................................ 48
a. Pengertian IPS ............................................................. 48
b. Karakteristik Pembelajaran IPS .................................. 52
c. Tujuan Pembelajaran IPS ............................................ 53
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 56
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 59
D. Hipotesis Penelitian ............................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 61
B. Metodologi Penelitian ......................................................... 61

vi
C. Populasi dan Sampel ............................................................ 62
D. Variabel Penelitian ............................................................... 63
E. Teknik Pengumpulam Data .................................................. 66
F. Instrumen Penelitian.............................................................. 68
G. Uji Coba Instrumen ............................................................... 75
H. Teknik Analisis Data ............................................................. 78
I. Hipotesis Statistik ................................................................ 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................... 83
1. Profil Sekolah SMP Islam Al-Hikmah............................ 83
B. Deskripsi Data ...................................................................... 91
C. Uji Coba Instrumen .............................................................. 93
1. Uji Validitas .................................................................... 93
2. Uji Reabiitas .................................................................... 94
D. Teknik Analisis Data ............................................................ 96
1. Uji Prasyarat Analisis...................................................... 96
a. Uji Normalitas ............................................................ 96
b. Uji Homogenitas ........................................................ 102
2. Pengujian Hipotesis......................................................... 104
a. Uji T-test Independent Samples ................................. 104
E. Pembahasan .......................................................................... 106
F. Keterbatasan Masalah .......................................................... 123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 124
B. Implikasi .................................................................................. 125
C. Saran ........................................................................................ 125
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 126
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 132

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator dalam Kerjasama ........................................................ 31


Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah .............................. 44
Tabel 2.4 Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 56
Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Penelitian .............................. 61
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Kerjasama di
Kelas Eksperimen ....................................................................... 69
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Observasi Instrumen Kemampuan Kerjasama di
Kelas Kontrol .............................................................................. 71
Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi Kegiatan Pembelajaran IPS yang ditinjau
dari Kegiatan Guru di Kelas Eksperimen ................................... 73
Tabel 3.5 Kisi-kis Instrumen Kegiatan Pembelajaran IPS yang
ditimjau dari Kegiatan Guru di Kelas Kontrol............................ 74
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Memecahkan Masalah ........... 74
Tabel 4.1 Data Guru, Staff, Karyawan SMP Islam Al-Hikmah ................. 89
Tabel 4.2 Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Memecahkan Masalah ..... 93
Tabel 4.3 Uji Reabilitas soal Tes Kemampuan Memecahkan Masalah ...... 95
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Pretest Kerjasama Siswa di Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ................................................................ 96
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Memecahkan
Masalah Siswa di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimn ............. 99
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data Pre-test Kerjasama Siswa di Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................................. 102
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Pre-test Kemampuan Memecahkan
Masalah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............... 103
Tabel 4.8 Uji T-test Paired Samples data Pre-test dan Post-test
Kemampuan Kerjasama Siswa Kelas Eksperimen ..................... 104
Tabel 4.9 Uji T-test Paired Samples Data Pre-test dan Post-test
Kemampuan Memecahkan Masalah di Kelas Eksperimen......... 105
Tabel 4.10 Ketentuan Nilai Kerjasama di Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ................................................................................. 106

viii
Tabel 4.11 Nilai Rata-rata Pre-test Kerjasama di Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ....................................................................... 107
Tabel 4.12 Rata-rata pre-test Kemampuan Kerjasama Kelas Eksperimen .. .. 110
Tabel 4.13 Nilai Rata-rata pre-test Kerjasama di Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ....................................................................... 114
Tabel 4.14 Nilai Rata-rata Pre-test Kemampuan Memecahkan Masalah
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ......................................... 119

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ........................................................... 59


Gambar 3.1 Variabel Penelitian ....................................................................... 65
Gambar 4.1 Peta Dena Sekolah Lokasi SMP Islam Al- Hikmah ................... 87
Gambar 4.2 Grafik Data Pre-test Kerjasama Siswa di Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ....................................................................... 96
Gambar 4.3 Grafik Data Pre-test Kemampuan Memecahkan Masalah
Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................ 100
Gambar 4.4 Kerjasama Siswa Pada Pertemuan Ketiga di Kelas Eksperimen 115
Gambar 4.5 LKK Pertemuan Ketiga Kelas Eksperimen ................................ 120

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi ............................................................................. 132


Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi........................................................... 135
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................ 136
Lampiran 4 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ....................... 137
Lampiran 5 RPP Kelas Eksperimen ............................................................. 138
Lampiran 6 RPP Kelas Kontrol ................................................................... 170
Lampiran 7 Kisi-kis Instrumen dan Lembar Observasi Kerjasama
di Kelas Kontrol dan Eksperimen............................................. 201
Lampiran 8 Lembar Penilaian Kerjasama Siswa Kelas Eksperimen .......... 212
Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen dan Lembar Observasi Kerjasama
di Kelas Kontrol dan Eksperimen............................................. 214
Lampiran 10 Lembar Penilaian Kerjasama Siswa Kelas Kontrol ................. 224
Lampiran 11 Kegiatan Proses Pembelajaran IPS ditinjau dari Guru di Kelas
Eksperimen dan Kontrol .......................................................... 226
Lampiran 12 Hasil Pre-test dan Post-test Kerjasama di Kelas Kontrol ...... 250
Lampiran 13 Hasil Pre-test dan Post-test Kerjasama di Eksperimen ......... 251
Lampiran 14 Hasil Pre-test dan Post-test Memecahkan Masalah di Kelas
Kontrol ..................................................................................... 252
Lampiran 15 Hasil Pre-test dan Post-test Memecahkan Masalah di Kelas
Eksperimen .............................................................................. 253
Lampiran 16 Hasil Lembar Penilaian Kerjasama Pre-test di Kelas
Kontrol ...................................................................................... 254
Lampiran 17 Hasil Lembar Penilaian Kerjasama Pre-test di Kelas
Eksperimen .............................................................................. 257
Lampiran 18 Hasil Kegiatan Proses Pembelajaran IPS di Kelas Kontrol ..... 261
Lampiran 19 Hasil Kegiatan Proses Pembelajaran IPS di Kelas
Eksperimen .............................................................................. 270
Lampiran 20 Hasil Uji Validitas .................................................................... 280
Lampiran 21 Hasil Uji Reabilitas................................................................... 282

xi
Lampiran 22 Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Kemanpuan Kerjasama
Siswa ........................................................................................ 283
Lampiran 23 Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan
Memecahkan Masalah ............................................................. 286
Lampiran 24 Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Kemampuan
Kerjasama dan Memecahkan Masalah ................................... 289
Lampiran 25 Hasil Uji T-test Paired Samples Kemampuan
Kerjasama di Kelas Eksperimen .............................................. 290
Lampiran 26 Hasil Uji T-test Paired Samples Kemampuan
Memecahkan Masalah di Kelas Kontrol .................................. 291
Lampiran 27 Kartu Soal Pertemuan Pertama, Kedua, dan Ketiga ................ 292
Lampiran 28 Soal Pre-test dan Post-test Memecahkan Masalah………….. 301
Lampiran 29 Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test Memecahkan
Masalah..................................................................................... 303
Lampiran 30 Uji Referensi ............................................................................. 319

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha pembelajaran yang dilakukan untuk
membentuk manusia menjadi lebih baik. Pada zaman era globalisasi, seorang
pendidik dituntut menjadi kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar
di kelas. Oleh karena itu, Seorang pendidik yang baik dan professional adalah
pendidik yang berusaha mengembangkan strategi-strategi, model dan metode
pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi aktif dan tidak membosankan.
Pendidikan nasional menurut UU.No 23 tahun 2003 pasal 3 ayat 1 adalah :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis secara bertanggung jawab.1

Pendidikan menurut undang-undang tersebut adalah rumusan dalam


mengembangkan kemampuan manusia di Indonesia yang berkualitas dalam
segi keilmuan dan segi akhlak. Tetapi kenyataannya pendidikan di Indonesia
belum memenuhi kriteria sesuai UU No.23 tahun 2003. Pendidikan di
Indonesia kurang memuaskan dikarenakan beberapa faktor yaitu guru belum
sepenuhnya mengembangkan keterampilan dalam mengajar, guru belum
sepenuhnya mengajarkan dan mensosialisasikan pendidikan karakter kepada
siswa, guru belum sepenuhnya melakukan pembelajaran aktif di kelas, dan
guru belum sepenuhnya memberikan latihan-latihan soal kepada siswa, dan
pembelajaran di kelas cenderung masih menggunakan metode konvensional.
Guru cenderung menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran yang
banyak muatan materi, salah satu contohnya adalah mata pelajaran IPS.

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan
Nasional, h.3

1
2

IPS merupakan mata pelajaran terpadu yang terintegrasi dari mata


pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. Muatan materi IPS yang
sangat padat membuat siswa malas belajar dan merasa bosan karena banyak
materi yang harus dihafalkan. Hal ini mengakibatkan siswa kesulitan dalam
memahami muatan materi pada mata pelajaran IPS. Proses pembelajaran mata
pelajaran IPS di kelas masih kurang maksimal karena guru cenderung
menjelaskan materi pembelajaran IPS secara kontekstual dan metode yang
digunakan dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode
konvensional. Hal ini mengakibatkan siswa cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran IPS.
Guru belum sepenuhnya memberikan proses pembelajaran yang
membuat siswa aktif, seperti berdiskusi dalam kelompok. Namun
kenyataannya, pembelajaran berbasis kelompok belum sepenuhnya dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran IPS. Hal ini menyebabkan minimnya sikap
kerjasama antarsiswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Guru juga belum
sepenuhnya memberikan soal-soal latihan yang membuat siswa berpikir secara
kritis dan analisis, sehinnga menyebabkan siswa masih minim kemampuannya
dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan proses pembelajaran IPS di kelas
VIII SMP Islam Al-Hikmah pada hari Rabu tanggal 15 Agustus 2018, proses
pembelajaran IPS di kelas lebih dominan menggunakan metode ceramah
dibandingkan metode pembelajaran kelompok. Metode ceramah tidak dapat
dihilangkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru memberikan latihan soal
analisis kepada siswa hanya beberapakali pada proses pembelajaran.
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih kurang. Hal ini
dibuktikan sebagian siswa memiliki nilai ulangan mata pelajaran IPS dibawah
KKM. Kerjasama antarsiswa juga masih rendah karena proses pembelajaran
dikelas cenderung menggunakan metode ceramah dan strategi teacher center.
Pembelajaran berbasis kelompok pernah dilakukan oleh guru tetapi
tidak dominan dilakukan setiap hari dalam proses kegiatan pembelajaran. Hal
ini membuat sikap siswa lebih cenderung pasif di kelas karena pembelajaran
3

lebih cenderung teacher center. Muatan materi IPS yang padat dan banyak
membuat siswa cenderung jenuh dan bosan. Dalam hal ini Pembelajaran
berbasis kelompok merupakan alternatif untuk membuat siswa menjadi aktif
dan dapat mengembangkan pengetahuan siswa, meningkatkan kerjasama
dalam mengerjakan tugas kelompok dalam proses pembelajaran dan
memberikan pemikiran kritis siswa dalam memecahakan masalah yang
diberikan Salah satu metode pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam
belajar adalah metode buzz group discussion.
Metode pembelajaran buzz group discussion adalah metode
pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan
masalah yang dilakukan melalui diskusi di dalam kelompok-kelompok kecil
(3-4 orang). Kelompok-kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam
waktu singkat tentang bagian-bagian khusus dari masalah yang dihadapi oleh
kelompok besar.2
Metode pembelajaran buzz group discussion sebagai alternatif
pembelajaran aktif yang relevan untuk pembelajaran IPS. Metode
pembelajaran buzz group discussion juga merupakan metode diskusi kelompok
yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam berdiskusi, berpendapat, dan
bertanya di dalam kelas. Pemberian metode pembelajaran lebih baiknya
dipadukan dengan pemberian media pembelajaran sesuai kebuutuhan.
Pemberian media pembelajaran yang baik yaitu media pembelajaran yang
dapat menunjang proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik dan
kondusif. Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan adanya media
pembelajaran rolet yang akan dikombinasikan dengan metode pembelajaran
buzz group discussion.
Metode pembelajaran buzz group discussion adalah metode diskusi
biasa, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengembangkan model buzz
group discussion dengan menambahkan media pembelajaran permainan rolet.

2
Gede Surjana, Nyoman Garminah, Luh Putu Putrini Mahadewi, “ Pengaruh Teknik Buzz
Group terhadap Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa IPS SD”, Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan PGSD, Vol.2 No.1, 2014, h. 4
4

Rolet adalah Rolet adalah permainan yang menggunakan peluru-peluru kecil


diatas papan bulat yang berputar disertai dengan angka-angka atau gambar-
gambar. Di dalam penelitian ini, peneliti akan membuat rolet yang berkaitan
dengan materi pembelajaran IPS yaitu tentang konflik dan integrasi. Dengan
adanya permainan rolet didalam metode buzz group discussion akan membuat
suanasa proses pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan.
Berdasarkan Permasalahan diatas terkait dengan pembelajaran IPS,
maka peneliti tertarik untuk meneliti judul “ Pengaruh Metode Buzz Group
Discussion dengan Permainan Rolet terhadap Kemampuan Kerjasama dan
Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII
di SMP Islam Al-Hikmah”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, terdapat
beberapa permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPS sebagai berikut :
1. Siswa di SMP Islam Al-Hikmah kesulitan memahami materi IPS.
2. Siswa di SMP Islam Al-Hikmah merasa bosan dan malas belajar materi
IPS.
3. Proses pembelajaran IPS di SMP Islam Al-Hikmah masih kurang
maksimal.
4. Siswa di SMP Islam Al-Hikmah cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran.
5. Kemampuan Kerjasama siswa di SMP Islam Al-Hikmah dalam
mengerjakan tugas kelompok masih kurang.
6. Kemampuan siswa di SMP Islam Al-Hikmah dalam memecahkan masalah
masih kurang.
5

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka
penelitian ini difokuskan pada :
1. Kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas masih kurang.
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih rendah.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh metode buzz group discussion dengan permainan
rolet terhadap kerjasama siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP
Islam Al-Hikmah ?
2. Bagaimanakah pengaruh metode buzz group discussion dengan permainan
rolet terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa pada mata
pelajaran IPS kelas VIII di SMP Islam Al-Hikmah?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
yaitu :
1. Mengetahui pengaruh metode buzz group discussion dengan permainan
rolet terhadap kemampuan kerjasama siswa pada mata pelajaran IPS kelas
VIII di SMP Islam Al-Hikmah.
2. Mengetahui pengaruh metode buzz group discussion dengan permainan
rolet terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa pada mata
pelajaran IPS kelas VIII di SMP Islam Al-Hikmah.
6

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat secara :
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian penelitian
yang relevan bagi para peneliti yang lain, baik yang berkaitan dengan
penelitian lanjutan atau pengembangan maupun penelitian sejenis yang
bersifat memperluas sebagai pelengkap kajian pustaka.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran IPS, yaitu :
a. Bagi Siswa
1) Siswa dapat berlatih bekerjasama dengan baik dengan kelompoknya
maupun kelompok lain.
2) Siswa dapat berlatih dalam memecahkan suatu permasalahan.
3) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih variatif dan
menyenangkan sehingga membuat siswa menjadi aktif dalam proses
pembelajaran IPS.
b. Bagi Guru
1) Guru mendapat alternatif metode pembelajaran yang baru untuk
meningkatkan kemampuan kerjasama dan memecahkan masalah
siswa dalam pembelajran IPS.
2) Guru membuat proses pembelajaran IPS menjadi aktif dan tidak
membosankan.
c. Bagi Lembaga Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Di
samping itu, sebagai wacana untuk memberikan motivasi kepada
pendidik yang mengajar pada mata pelajaran IPS maupun bidang studi
lainnya untuk memberikan dan mengembangkan metode pembelajaran
menjadi efektif dan inovatif.
7

d. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa diberikan tambahan pengetahuan tentang pembelajaran
IPS dengan menggunakan metode buzz group discussion.
2) Mahasiswa dapat menerapkan semua ilmu baik ilmu sosial maupun
agama yang telah diperoleh di kampus pada dunia pendidikan
(sekolah).
BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIIKIR

A. Deskripsi Teoritik
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Gagne berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
suatu individu ataupun kelompok berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman yang diperolehnya. Belajar adalah suatu proses seseorang
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku. Belajar merupakan memodifikasi tingkah laku melalui
adanya pengalaman. Belajar merupakan suatu kegiatan untuk mencapai
suatu hasil dan tujuan yang diinginkan. Belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku seseorang dalam kebiasaan, sikap, keterampilan
dan pengetahuan melalui adanya interaksi dengan lingkungannya.
Menurut W.S.Winkel berpendapat bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang terjadi karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya dan dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.3 Belajar
merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkaitan dengan tujuan
dan adanya bahan acuan interaksi baik yang bersifat eksplisit maupun
implisit. Belajar merupakan proses suatu kegiatan yang pada pelajar dan
peran pendidik hanya sebagai fasilitator. 4
Dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku seseorang dari interaksi dengan lingkungannya yang dapat
mengubah sikap, pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sehingga
memungkinkan seseorang mengalami perubahan yang relatif lebih baik
dalam hal berpikir dan bertindak.

3
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2013), h.4
4
Endang Komara, Belajar dan Pembelajaran Interaktif, (Bandung : PT Refika Aditama,
2016), h.4

8
9

b. Teori Belajar
Teori-teori belajar terdiri atas toeri belajar humanistik, teori
belajar behavioristik, teori pembelajaran konstruktivisme dan teori
belajar kognitif. Penjelasan mengenai macam-macam teori belajar yaitu:
1) Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan
tingkah laku manusia sebagai hasil dari suatu pengalaman. Teori ini
menekankan pada terbentuknya perilaku sebagai hasil belajar.
Teori belajar behaviorisme menurut Harley dan Davis
mengemukakan adanya prinsip-prinsip dalam teori behaviorisme
yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan yaitu :
a) Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran di kelas.
b) Materi pelajaran diatur berdasarkan urutan materi yang logis
sehingga siswa mudah mempelajarinya.
c) Guru memberikan umpan balik ketika siswa merespon terkait
materi pembelajaran yang dijelaskan.
d) Siswa yang memberikan respon harus diberikan penguatan
yang positif.
2) Teori belajar kognitif adalah sebuah teori perubahan persepsi dan
pemahaman. Teori belajar kognitif lebih menekankan kepada
proses belajar dari pada hasil belajar. Teori belajar kognitif
menurut Bruner mengemukakan proses pembelajaran akan
berjalan dengan baik apabila siswa diberikan kesempatan untuk
mempelajari suatu konsep dan teori secara nyata dan berdasarkan
kebenaran umum.
3) Teori belajar konstruktivisme adalah teori yang memberikan
keaktifan siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan, dan hal lain yang dapat mengembangkan dirinya.
Menurut Driver dan Bell mengemukakan terdapat karakteristik
dalam teori belajar konstruktivistik yaitu :
a) Siswa tidak dipandang pasif dalam proses pembelajaran.
10

b) Guru mengoptimalkan adanya keterlibatan siswa dalam


proses pembelajaran.
c) Guru memberikan transfer Pengetahuan kepada siswa secara
maksimal.
d) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan
melibatkan pengaturan situasi di kelas.
e) Kurikulum merupakan suatu seperangkat pembelajaran yang
dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
4) Teori belajar humanistik adalah sebuah teori yang lebih
menekankan pada sisi perkembangan manusia. teori ini melihat
bahwa manusia dapat membangun dirinya untuk melakukan hal-
hal yang positif. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan
pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
sikap dan kepribadian. Menurut Habernas mengelompokkan tipe
belajar yang dipengaruhi oleh interaksi baik dilingkungan
maupun sesame manusia berdasarkan teori humanistik yaitu :
a) Belajar teknis yaitu siswa belajar dan berinteraksi dengan
alam sekelilingnya.
b) Belajar praktis yaitu siswa belajar berinteraksi dengan orang
lain yang ada disekelilingnya.
c) Belajar emansipatoris yaitu siswa berusaha mencapai suatu
pemahaman,kesadaran tentang perubahan kebiasaan atau
budaya dari suatu lingkungan.5

5
Muhammad, Thobroni, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ar-ruzz Media, 2017,
Cet.2), h.55-139
11

2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara menyusun materi-materi
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan
memberikan pengalaman belajar kepada siswa.6 Metode mengajar
adalah teknik penyampaian yang telah disesuaikan berdasarkan tujuan
dan materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru.7 Metode
merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang
telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada suatu perencanaan untuk
mencapai sesuatu.8
Menurut Abdurrahman Ginting berpendapat bahwa metode
pembelajaran adalah cara yang khas yang dilakukan oleh guru untuk
memanfaatkan prinsip dasar pendidikan agar terjadi proses
pembelajaran untuk siswa. Metode pembelajaran juga dapat diartikan
teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan
materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau
secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh murid dengan baik.9
Dapat disimpulkan metode pembelajaran adalah metode
pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi
antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode
pembelajaran. Metode pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu
cara untuk memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.

6
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2009), h.139
7
Opcit, h.36
8
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2013), h.205
9
Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora, 2008),
h.42
12

b. Macam-Macam Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran dapat menunjang proses
pembelajaran dikelas dan dapat mencapai tujuan pendidikan.
Berikut ini macam-macam metode pembelajaran yang dapat
diterapkan di sekolah yaitu :
1) Metode pembelajaran proyek adalah cara atau teknik yang
berbasis suatu masalah dalam proses pembelajarannya dan
dibahas dari berbagai segi untuk dapat memperoleh
pemecahannya secara keseluruhan.
2) Metode pembelajaran eksperimen adalah cara atau teknik dalam
proses pembelajaran yang mengharuskan siswa melakukan
percobaan sendiri, membuktikan atau mengamati suatu objek,
menganalisis dan menarik kesimpulan terhadap objek yang
diamati.
3) Metode Tugas dan Resitasi adalah adalah cara atau teknik guru
memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan dalam proses
pembelajaran. Metode tugas diberikan karena muatan materi
pelajaran yang banyak tetapi alokasi waktu dalam proses
pembelajaran mempunyai waktu sedikit.
4) Metode pembelajaran diskusi adalah cara atau teknik guru
dalam proses pembelajaran memberikan suatu masalah kepada
siswa berupa pertanyaan atau pernyataan yang menuntut siswa
memecahkan masalah tersebut dengan melakukan kegiatan
penyampaian pendapat didalam kelompok.
5) Metode pembelajaran Sosiodrama adalah cara atau teknik guru
dalam proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk bermain
peran tentang masalah sosial yang ada di lingkungan
masyarakat.
6) Metode pembelajaran demonstrasi adalah cara atau teknik guru
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda
tertentu yang sedang di pelajari dengan lisan.
13

7) Metode pembelajaran problem solving adalah cara atau teknik


mengajar guru yang menuntut siswa memecahkan suatu
masalah berupa soal yang diberikan oleh guru, siswa harus
mengidentifikasi masalah, mencari data atau informasi yang
berkaitan dengan masalah yang diberikan, siswa mencari
solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut dan siswa
menarik kesimpulan dari masalh tersebut.
8) Metode pembelajaran karyawisata adalah cara atau teknik
mengajar guru yang mengajak siswa ke luar lingkungan
sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek lain yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
9) Metode pembelajaran tanya jawab adalah cara atau teknik
mengajar guru memberikan pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa, siswa juga dapat bertanya kepada guru terkait
materi pembelajaran.
10) Metode pembelajaran latihan adalah cara atau teknik mengajar
guru dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang
dapat meningkatkan keterampilan dan ketangkasan.
11) Metode pembelajaran ceramah adalah cara atau teknik
mengajar guru memberikan penjelasan atau memberikan
penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh
seorang fasilitataor) tentang suatu materi pembelajaran.
tertentu. Tujuannya agar siswa mengetahui dan memahami
materi pembelajaran tertentu dengan jalan menyimak dan
mendengarkan.10

10
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta,2013), h.83-97
14

3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran berasal dari bahasa latin yaitu “media”
dalam bentuk jamak dari kata “medium”yang berarti perantara atau
pengantar, jadi pengertian media pembelajaran adalah alat penyalur
informasi dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran juga
dapat diartikan sebagai alat bantu yang menjadi sumber belajar yang
memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan.11
Gagne berpendapat bahwa pengertian media pembelajaran
adalah berbagai macam jenis komponen yang terdapat di lingkungan
pendidikan yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. Gerlach &
Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Briggs berpendapat bahwa media
merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya
terjadi proses belajar.12 Media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru kepada
siswa. 13
Dapat disimpulkan pengertian media pembelajaran adalah
alat untuk menyampaikan pesan yang dijadikan sebagai sumber
belajar yang dapat menunjang kegiatan proses pembelajaran di kelas
dan dapat memotivasi belajar siswa. Media pembelajaran yang
menarik dan inovatif akan membuat siswa termotivasi dalam
pembelajaran dan kegiatan proses pembelajaran di kelas akan
terlihat menyenangkan.

11
Ibid,h.120
12
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali pers, 2011), h.3
13
Doni Juni Priansa, Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran, (Bandung:CV Pustaka
Setia,2017),h.160
15

b. Macam-Macam Media Pembelajaran


Media pembelajaran merupakan suatu alat penunjang untuk
tercapainya kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah macam-
macam media pembelajaran yang dapat digunakan pada saat proses
pembelajaran di kelas yaitu :
1) Media Pembelajaran Berdasarkan Jenisnya
Media pembelajaran berdasarkan jenisnya dibagi menjadi
tiga yaitu :
a) Media auditif adalah media pembelajaran yang hanya
mengandalkan kemampuan suara seperti radio, piringan
hitam, dan tape recorder.
b) Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini menampilkan gambar, foto,
video, dan film yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
c) Media Audiovisual adalah media yang unsur suara dan unsur
gambar. media ini dibagi menjadi dua yaitu audiovisual diam
dan audiovisual gerak. Audiovisual diam yaitu media yang
menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai,
film rangkai suara, dan cetak suara. Audiovisual gerak yaitu
media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar
yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
2) Media Pembelajaran Berdasarkan Daya Liput
Media pembelajaran berdasarkan daya liputnya dibagi
menjadi tiga yaitu :
a) Media dengan daya liput luas dan serentak yaitu media
yang penggunaannya tidak terbatas oleh ruang dan tempat
seperti radio dan televisi
b) Media daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat yaitu
media yang penggunaannya membutuhkan ruang khusus
seperti film, second slide, dan film rangkai.
16

c) Media untuk pengajaran individual yaitu media yang


penggunaannya hanya untuk seorang diri, contoh media ini
yaitu modul pengajaran melalui komputer.
3) Media Pembelajaran berdasarkan bahan pembuatannya
Media pembelajaran berdasarkan bahan pembuatannya
dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Media sederhana yaitu media yang bahan dasarnya mudah
diperoleh,harganya terjangkau,penggunaan medianya
tidak sulit,dan cara pembuatannya mudah.
b) Media kompleks yaitu media yang bahan dan alat
pembuatannya sulit diperoleh, mahal harganya,dan sulit
membuatnya.14

4. Metode Pembelajaran Buzz Group Discussion


a. Pengertian Metode Pembelajaran Buzz Group Discussion
“ Buzz Group Discussion adalah satu kelompok besar dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari 3-5 orang. Dalam
pembelajaran buzz group, tempat duduk siswa disusun
berhadapan agar memudahkan siswa dalam berdiskusi dan
bertukar pendapat dengan temannya. Teknik diskusi dalam
pembelajaran buzz group dilakukan ditengah atau diakhir
pelajaran untuk memperjelas materi pelajaran dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan ketika terjadi diskusi. Pembelajaran
buzz group dilakukan untuk membandingkan informasi yang
diperoleh dari masing-masing siswa. Siswa dapat memperbaiki
informasi yang diperoleh ketika terjadi kesalahan atau
kekeliruan.”15

Buzz Group Discussion merupakan teknik diskusi kelompok


kecil yang terdiri dari 3-5 orang dan dalam pembelajaran buzz group
Discussion, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan
siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran

14
Logcit, h.124-126
15
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Rosdakarya, 2006), h.20-21
17

buzz group discussion juga dapat melatih siswa dalam bekerjasama


dalam kelompok dan melatih siswa dalam mengumpulkan dan
mengolah informasi untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh
guru.
“Buzz Group Discussion (Teknik Diskusi Kelompok Buzz)
adalah teknik yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
pemecahan masalah yang dilakukan melalui diskusi di dalam
kelompok-kelompok kecil (3-5 orang). Kelompok-kelompok
kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam waktu singkat
tentang bagian-bagian khusus dari masalah yang dihadapi oleh
kelompok besar. Melalui diskusi tersebut, siswa akan saling
membantu sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih
menyenangkan.Teknik pembelajaran ini akanmengaktifkan
siswa, menggali kreatifitas siswa baik secara kognitif, afektif
maupun psikomotor. Melalui teknik ini siswa juga diharapkan
bisa lebih menghargai orang lain yang ada di sekitarnya. Dengan
demikian, Teknik Buzz Group Discussion (Teknik Kelompok
Buzz) tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
khususnya dalam mata pelajaran IPS.”16

Buzz Group Discussion adalah teknik diskusi yang terdiri dari


3-5 orang dan merupakan diskusi kelompok kecil lebih menekankan
untuk siswa belajar untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh
guru. Teknik buzz group discusssion juga dapat meningkatkan daya
kognitif siswa terutama dalam pelajaran IPS. Didalam pelajaran IPS
siswa akan dapat belajar menganalisis suatu masalah dan belajar untuk
menyelesaikan masalah. Pembelajaran IPS dengan menggunakan
teknikbuzz group discussion dapat membuat siswa antusias dalam
belajar, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Majid dalam jurnal Penerapan Metode Buzz Group Discussion
pada Mata Kuliah Struktur Aljabar untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa menyatakan bahwa metode buzz group discussion adalah

16
Gede Surjana, Nyoman Garminah, Luh Putu Putrini Mahadewi, “ Pengaruh Teknik Buzz
Group terhadap Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa IPS SD”, Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan PGSD, Vol.2 No.1, 2014, h. 4
18

metode yang efektif dan menyenangkan adalah metode buzz group


discussion. Discussion adalah proses pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.17
Ikromah dalam jurnal Penerapan Metode Group Discussion
pada Mata Kuliah Struktur Aljabar untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Mahasiswa menyatakan bahwa metode buzz group
discussion adalah metode yang efektif dan menyenangkan
adalah.Metode ini dapat membantu mahasiswa untuk
bisamenyampaikan gagasan atau pendapat didalam kelompok,
menumbuhkan suasanaakrab dan menyenangkan, mendorong
tiapanggota untuk berpartisipasi dalam diskusi.

Menurut Ausabel, metode pembelajaran buzz group discussion


atau pembelajaran kelompok sangat berpengaruh untuk metode
pemecahan masalah dan dapat meningkatkan kerjasama siswa. Dalam
pembelajaran pemecahan masalah siswa berbagi peran atau tugas
dalam kelompoknya untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh
guru. Proses pemecahan masalah melibatkan kerjasama siswa dalam
kelompok dan juga adanya interaksi siswa dan guru dalam proses
pemecahan masalah.18
Menurut Isjoni, metode pemebelajaran buzz group discussion
atau pembelajaran berkelompok dapat meningkatkan keterampilan
kerjasama siswa dalam proses memecahkan masalah. Siswa belajar
bekerjasama dalam kelompoknya untuk mendiskusikan masalah yang
diberikan oleh guru.
Dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran buzz group
discussion adalah metode diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
orang siswa. Metode pembelajaran buzz group bertujuan untuk melatih
siswa dalam berdiskusi, bertukar pendapat dengan teman
sekelompoknya, mengemukakan ide-ide terkait materi diskusi. Metode
pembelajaran buzz group dapat menciptakan suasana pembelajaran

17
Hairus Saleh, “Penerapan Metode Group Discussion pada Mata Kuliah Struktur Aljabar
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa”, Jurnal Matematika, Vol III, 2016. h.70
18
Ibid, h.71
19

aktif dan menyenangkan. Metode buzz group discussion dapat


meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam proses pemecahan
masalah pada mata pelajaran IPS.

b. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Buzz Group Discussion


Langkah-langkah metode pembelajaran buzz group discussion
yaitu :
1) Guru sebagai pemimpin di kelas mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Memberikan penjelasan terkait isu masalah untuk dijadikan topik
diskusi.
b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 3-5 orang.
c) Guru memilih ketua kelompok, juru bicara dan notulen atau
sekertaris dari masing-masing kelompok.
d) Guru memberikan batas waktu untuk siswa berdiskusi yaitu 5-15
menit.
e) Guru melakukan kegiatan kontrolling kepada masing-masing
kelompok untuk memantau sejauh mana kegiatan diskusi berjalan
dan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mamahami isu
masalah yang diberikan oleh guru.
f) Guru memberikan peringatan sisa waktu pada setiap kelompok.
g) Guru mempersilahkan perwakilan setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
h) Setiap kelompok harus memberikan komentar terkait hasil
diskusi yang dipresentasikan kelompok lain.
i) Guru merangkangkum atau menyimpulkan hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
j) Guru melakukan evaluasi terhadap kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan dari masing-masing kelompok.
2) Anggota kelompok mempunyai tugas yaitu :
20

a) Merumuskan dan menganalisis isu masalah yang menjadi topik


diskusi.
b) Memberikan ide-ide dan informasi untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan oleh guru.
c) Menampung ide-ide dan informasi dari hasil pemikiran anggota-
anggota sekelompoknya.
d) Menjadi pendengar yang baik, ketika anggota kelompoknya
mengemukakan pendapatnya terkait materi diskusi.
e) Menyimpulkan jawaban hasil diskusi yang dianggap relevan
dengan topik masalah yang diberikan oleh guru.
3) Penulis atau notulen mempunyai tugas yaitu :
a) Menuliskan hasil pemikiran yang dikemukakan oleh anggota
sekelompoknya.
b) Merangkum dan menyimpulkan hasil pemikiran yang
dikemukakan oleh anggota sekelompoknya.
c) Melaporkan hasil diskusi kepada guru.19

c. Tujuan Pembelajaran Buzz Group Discussion


Tujuan pembelajaran buzz group discussion yaitu :
1) Menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
2) Melatih siswa dalam mengemukakan pendapat didalam forum
diskusi.
3) Mengembangkan pengetahuan siswa dalam menganalisis masalah
yang diberikan oleh guru.
4) Menumbukan antusiasme dan motivasi siswa dalam mencari
informasi yang berkaitan dengan topik diskusi.20

19
Eva Hestiana Febrianti, “Penerapan Metode Buzz Group dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Persamaan Linear Satu Variabel (SPLDV) dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
(PTLSV) Bagi Siswa Kelas VIIA SMPN 3 Kaloran Temanggung Semester dua Tahun ajaran
2015/2016, Jurnal Pendidikan Matematika, 2016, h.8-9
20
Muhammad Saleh Azis, “Penerapan Metode Buzz Group untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Mahasiswa”, Jurnal Matematika, Vol.3, No.2, 2016, h.70
21

d. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Buzz Group


Discussion
Keunggulan metode pembelajaran buzz group discussion yaitu:
1) Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
2) Menumbuhkan sikap kerjasama antarkelompok.
3) Memudahkan siswa berkomunikasi dan menyampaikan pendapat.
4) Membantu siswa berpikir kritis.
5) Mengembangkan pengetahuan baru untuk merumuskan masalah
yang menjadi topik diskusi.
6) Menumbuhkan sikap menghargai pendapat orang lain.
7) Mengembangkan motivasi dan antusiasme siswa dalam belajar.
8) Menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan
pendapat di dalam forum diskusi.
9) Menumbuhkan sikap bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
oleh guru.21

Kelemahan metode pembelajaran buzz group discussion yaitu :


1) Metode ini akan memakan waktu yang lama.
2) Metode ini tidak akan berhasil apabila anggota dari setiap
kelompok tidak tahu tentang tugas atau peran yang diberikan oleh
guru.
3) Metode pembelajaran buzz group seperti metode diskusi pada
umumnya, metode ini akan lebih menarik apabila ditambahkan
media pembelajaran yang unik.22

21
Logcit, h.72
22
Ibid,h.73
22

5. Permainan Rolet
a. Pengertian Permainan Rolet
Rolet adalah permainan yang menggunakan peluru-peluru kecil
diatas papan bulat yang berputar disertai dengan angka-angka atau
gambar-gambar. Pengertian lain dari rolet adalah alat dengan sebuah
roda yang dilengkapi dengan baris-baris yang berputar disertai dengan
angka dan warna.23Rolet menurut Riwayadi adalah permainan yang
menggunakan peluru-peluru kecil yang dilemparkan diatas papan bulat
yang berputar yang bertuliskan angka-angka (gambar-gambar).24
Permainan roulette adalah sebuah permainan casino yang
berasal dari bahasa Perancis yang berarti roda kecil. Dalam permainan
ini pemain akan memasang taruhan mereka untuk satu angka atau
banyak angka, ataupun tipe taruhan yang lain. Untuk menentukan angka
dan nomor pemenang, roda akan diputar dan bola dilempar
kedalamnya. Saat bola sudah menetap dalam satu angka, maka angka
dan warna tersebut yang dijadikan penentu kemenangan. Jika bola
terlempar dari roda, maka akan dilakukan pemutaran kembali. 25
Dapat disimpulkan permainan rolet adalah permainan roda putar
berwarna yang didalamnya terdapat gambar dan angka. Permainan rolet
dikembangkan sebagai media pembelajaran untuk peserta didik
diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan didalam kelas. Permainan rolet yang digunakan untuk
peserta didik dimodifikasi sesuai kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan guru dikelas dan tidak menggunakan unsur taruhan atau judi
sehinggan permainan rolet aman digunakan untuk pembelajaran siswa
di kelas. Dengan adanya permainan rolet diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas.

23
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa
Dapartemen Pendidikan Nasional, 2008), h.1217
24
Karmila, “Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini Melalui Permainan Rolet
Kata di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Kubang Agam”, Jurnal Pesona PAUD, Vol.1, 2012, h.4
25
Sejarah dan Pengertian Permainan Roulette, 2017, (https: //www.metropoliscasino.com
indonesian/roulette.html)
23

b. Sejarah Permainan Rolet


Permainan roulette pertamakali ditemukan pada abad ke-18 di
negara Prancis. Permainan rolet ditemukan oleh tokoh yang bernama
Blaise Pascal. Blaise Pascal adalah oramg yang berperan dalam
membuat aturan permainan dalam rolet. Penemuan permainan rolet
merupakan penemuan yang tidak sengaja ditemukan oleh Blaise Pascal
saat melakukan penelitian pada tahun 1972 tentang perpetual motion
machine yanga artinya mesin yang bergerak terus menerus. Permainan
rolet sering dimainkan oleh para bangsawan di Paris. Permainan rolet
pernah masuk dalam novel Perancis yang berjudul berjudulLa Roulette,
ou le Jour oleh Jaques Lablee. Novel yang terbit pada tahun 1796 di
negara Perancis berjudul La Roulette, ou le Jour menceritakan tentang
permainan roda roulete.
Permainan rolet terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Perkembangan permainan rolet dimulai dari penambahan angka nol.
Penambahan angka nol dalam permainan rolet dicetuskan oleh ,
Francoise dan Louis Blanc. Franc merupakan adik kandung dari Blaise
pascal, Franc juga mempunyai ketertarikan dalam permainan rolet
sehingga akhirnya sampai mencetuskan ide untuk penambahan angka
nol didalam permainan roulette. Permainan roulette memiliki 36 angka
yaitu angka 1 sampai 36. Penambahan angka nol bertujuan untuk
mengurangi persentasi kekalahan dari pihak bank. Penambahan angka
nol dalam roulette juga membuat para pemain roulette semakin antusias
untuk bermain karena mereka beranggapan permaiannya menjadi lebih
menarik dan menyenangkan ketika ada penambahan angka nol.
Roulette mempunyai roda yang berfungsi untuk memutar roulette.
Roda roulette digunakan dalam casino (judi) di Paris pada tahun 1790.
Roda roulette memiliki 2 varian warna yaitu warna merah, hitam, dan
hijau. Roda roulette yang berwarna merah untuk angka 0 (nol), warna
24

hitam untuk angka 00, dan warna hijau dipilih untuk angka 0 dan 00
pada tahun 1800.
Pada tahun 1843,di negara Jerman dua tokoh Perancis
mengenalkan permainan roulette dengan satu angka saja yaitu angka 0
(nol). Permainan roulette di Jerman dan di Perancis sangat berbeda,
padahal permainan roulette yang ada di negara Jerman disosialisasikan
oleh dua tokoh Perancis. Hal ini membuat para casino lebih memilih
menggunakan aturan permainan roulette yang ada di negara Perancis
karena dianggap lebih mengguntungkan. Permainan roulette sering
dimainkan oleh para bangsawan dikarenakan para bangsawan
mempunyai modal yang besar untuk bermain roulette. Permainan
roulette merupakan salah satu permainan yang mewah dan berkelas
karena mayoritas para pemainnya adalah para bangsawan. Permainan
roulette makin berkembang dan banyak negara-negara yang
menyediakan meja roulette dengan desain yang mewah.”26

c. Aturan Permainan Rolet


Roulette sendiri memiliki dua jenis, Roulette Amerika dan
Roulette Eropa. Perbedaan mendasarnya ialah angka 0. Di mana pada
Roulette Amerika slot angkanya ada 38 (terdiri dari angka 1-36 dan
angka 0 tunggal serta angka nol ganda). Sedangkan Roulette Eropa
memiliki 37 slot angka (terdiri dari angka 1-36 dan satu angka 0
tunggal). Cara bermainnya ialah diawali dengan para pemain yang
masing-masing akan diberi koin (chips) berbeda untuk membedakan
satu sama lain agar tidak membingungkan. Setelah itu, koin tersebut
nantinya akan digunakan sebagai alat untuk taruhan. Semua koin yang
dijadikan untuk taruhan dimasukkan ke dalam meja permainan,
kemudian rolet diputar.27

26
Ibid, p.5
27
Cara Bermain Rolet, 7 September 2017, (http:/// /www.slideshare.net/AngelUriel9/
sejarah-dan-pengertian-permainan-roulette)
25

Media Pembelajaran rolet digunakan didalam kelas untuk


menunjang kegiatan pembelajaran. Aturan permainan rolet yang akan
digunakan didalam kelas yaitu:
1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang
beranggotakan 4-5 orang.
2) Setiap perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memutar
rolet yang sudah disiapkan oleh guru.
3) Setiap kelompok mempunyai kesempatan untuk memutar rolet tiga
kali dan mendapat kartu soal dari rolet yang sudah diputarkan oleh
siswa.
4) Setiap kelompok harus menjawab soal sesuai kartu soal yang
didapat. Kelompok yang jawabannya tepat dan cepat mengerjakan
soal akan mendapatkan poin nilai yang diberikan oleh guru.

6. Kemampuan Kerjasama Siswa


a. Pengertian Kemampuan Kerjasama Siswa
“Menurut Zainuddin, kerjasama adalah kepedulian satu orang
atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin
dalam suatu kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan
prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang
mengatur. Menurut Pamudji, kerjasama adalah
mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi
secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama.”28

Kerjasama merupakan suatu sikap peduli terhadap seseorang


yang dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari dengan adanya
aturan untuk membuat kerjasama seseorang dapat terjalin dengan baik.
Dalam pembelajaran kerjasama adalah salah satu hal yang sangat
dibtuhkan oleh siswa dan guru. Kerjasama dapat menumbuhkan
interaksi antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Kerjasama

28
Selpiyanti Nasia, Bonifasius Saneba dan Hasdin, “Meningkatkan Kerjasama Siswa pada
Pembelajaran PKN Melalui Value Clarification Technique (VCT) di Kelas IV GKLB Sabang”,
Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol.2, 2014, h.65
26

tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin


dicapai.
Menurut Landberge, kerjasama atau belajar bersama adalah
proses berkelompok yang terjalin dengan anggota anggota kelompok
yang ditentukan oleh guru, di dalam pembelajaran kelompok anggota
kelompok memberikan sikap saling mendukung dan saling
mengandalkan satu sama lain untuk mencapai hasil atau tujuan yang
diinginkan. Kerjasama dalam kelompok dapat mempengaruhi sikap
anggota kelompok satu sama lain.
Maka ada suatu cara agar kerjasama dapat berjalan dengan baik
yaitu : a) Setiap anggota kelompok harus membangun tujuan yang igin
dicapai bersama;b)Setiap anggota kelompok menyumbangkan ide
untuk meyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru;c)Setiap
anggota kelompok harus berpartisipasi dan berkontribusi dalam
menentukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan
oleh guru;d)Setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung
jawab dengan tugasnya masing-masing;d)Setiap anggota kelompok
harus bergantung satu sama lain agar tujuan dapat tercapai.29
Kerjasama atau belajar bersama di dalam pembelajaran
kelompok, masing masing anggota kelompok harus mempunyai sikap
saling mendukung artinya siswa harus mendukung anggota
kelompoknya yang yang pasif dalam berdiskusi untuk aktif dalam
berdiskusi. Setiap anggota kelompok juga harus mempunyai sikap
saling mengandalkan satu sama lain yaitu setiap anggota kelompok
harus percaya akan kemampuan masing-masing. Dalam hal ini anggota
kelompok harus memberikan arahan dan pemahaman yang lebih untuk
anggota kelompok yang kurang mengerti dalam mengerjakan tugasnya
sesuai tugas yang diberikan, setiap anggota kelompok harus

29
Elsje Theodora Maasawet, “Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Belajar Biologi
Melalui Penerapan Strategi Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VII SMP Negeri VI Kota
Samarinda Tahun Pelajaran 2010/2011, Jurnal Pendidikan Biologi, 2011, h.2
27

merencanakan tujuan yang akan dicapai sesuai kesepakatan bersama,


setiap anggota kelompok berperan aktif untuk menyumbangkan ide
atau pemikirannya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan
oleh guru, setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab
masing-masing sesuai dengan pembagian tugas yang telah disepakati
bersama, dan setiap anggota kelompok harus mempunyai rasa saling
bergantung satu sama lain untuk dapat menyelesaikan permasalahan
yang diberikan oleh guru. Apabila semua aspek kerjasama bisa
direalisasikan dalam kelompok, maka setiap kelompok dapat mencapai
tujuan bersama.
Kerjasama menurut Zatman adalah siswa yang bersama-sama
bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab,
yang terbentuk dikalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada
tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual. Kerjasama
antar siswa dalam kegatan belajar menurut Harmin yang dikutip oleh
Isjoni yaitu dapat memberikan berbagai pengalaman. Siswa lebih
banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan
pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik.30
Kerjasama merupakan suatu interaksi yang dilakukan oleh
siswa dalam pembelajaran kelompok yang dapat menimbulkan rasa
kepedulian, rasa bergantung satu sama lain, menimbukan rasa
persahabatan yang akrab yang akan berpengaruh pada sikap masing-
masing anggota kelompok. Kerjasama dapat memberikan berbagai
pengalaman yang akan diperoleh siswa. Di dalam kerjasama siswa akan
belajar untuk berinteraksi dengan teman sekelompoknya, belajar untuk
berbicara di depan umum atau di forum diskusi, menimbulkan sikap
inisiatif siswa dalam menentukan pilihan untuk menyelesaikan
masalah.

30
Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung : Alfabeta,
2016), h.24
28

Menurut Isjoni, pembelajaran harus menekankan pada


kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
Pembelajaran yang menekankan pada kerjasama dapat menanamkan
keterampilan siswa antara lain yaitu menghargai pendapat orang lain,
mendorong berpartisipasi, mendorong untuk bertanya, berani bertanya,
dan mengambil giliran untuk berbagi tugas.31
Kerjasama dalam kelompok adalah rasa kepedulian antara
satu pihak dengan pihak lainnya yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari dari berbagai aspek kegiatan yang dapat menguntungkan
pihak satu dengan pihak lain dengan adanya prinsip kepercayaan, saling
menghargai, dan adanya suatu aturan yang dapat mengatur kegiatan
tersebut. Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakam kegiatan
pembelajaran yang lebih menekankan kepada sumbangan ide atau
pemikiran siswa pada masing-masing anggota kelompok untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Kerjasama tidak dapat dipisahkan dalam kehidupn manusia.
Kerjasama dengan orang lain merupakan hal yang dibutuhkan dalam
aspek sosial di masyarakat. Kerjasama merupakan suatu sikap yang
harus dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupan di masyarakat.
Keteranpilan dalam bekerjasama sangat berperan penting bagi siswa
untuk belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sekelompoknya untuk mencapai tujuan bersama.32
Bekerjasama adalah suatu kegiatan yang dapat diselesaikan
apabila terjalin dengan adanya interaksi antara dua orang atau lebih
sesuai dengan adanya pembagian tugas atau peran masing-masing yang
disepakati bersama oleh para anggota kelompok dengan jangka waktu
sudah ditentukan.33 Kerjasama adalah Interaksu yang dilakukan oleh

31
Ibid, h.44
32
Dewi Anjani, Sucita, Maridi, “Profil Keterampilan Kerjasama dalam Kelompok Siswa
Kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta pada Materi Sistem Peredaran Darah”, Jurnal Seminar
Pendidikan Sains II UKSW, 2017, h. 93-94
33
A.M. Mangunhardjana, Pendidikan Karakter Tujuan, Bahan, Metode, dan Modelnya,
(Yogyakarta : Grahatama Semesta, 2016), h.93
29

dua orang atau lebih untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivas
bersama-sama yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu.34
Dapat disimpulkan pengertian kerjasama siswa adalah kegiatan
dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
untuk melaksanakan pembagian tugas yang diberikan oleh guru untuk
mencapai tujuan bersama. Dengan adanya kerjasama, memudahkan
siswa dalam mengerjakan tugas berkelompok yang diberikan oleh guru.
Kerjasama dapat menumbuhkan sikap bertanggung jawab pada siswa
atas tugas yang diberikan masing-masing, dapat menumbuhkan sikap
saling percaya antaranggota kelompok, dapat menumbuhkan sikap
saling menghargai dalam menyumbangkan ide atau pemikiran untuk
menyelesaikan masalah, menumbukan sikap percaya diri siswa untuk
berbicara mengemukakan pendapat dalam berdiskusi, dan dapat
menumbuhkan sikap inisiatif siswa dalam menentukan pilihan atau
solusi untuk menyelesaikan masalah.

b. Faktor yang dapat mensukseskan adanya Kerjasama


Menurut Isjoni, faktor yang dapat mensukseskan adanya
kerjasamayaitu :
1) Adanya rasa saling memiliki diantara sesama anggota kelompok.
Kerjasama dalam kelompok secara alamiah akan menumbuhkan
rasa saling memiliki atau saling membutuhkan dan saling membantu
satu sama lain untuk menyelesaikan lembar soal atau permasalahan
yang diberikan oleh guru.
2) Menciptakan rasa kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Kerjasama dalam kelompok dapat menumbuhkan rasa kebersamaan
sesama anggota kelompok. Rasa kebersamaan itu tumbuh
dikarenakan adanya tujuan bersama yang hendak dicapai.

34
Dyah Puspitasari, Endang Fitriyah Mannan dan Nove E.Variant Anna, “Kerjasama dan
Jaringan Perpustakaan antara Indonesia-Malaysia”, Jurnal Pendidikan Perpustakaan, Vol.1, 2014,
h.4
30

3) Adanya rasa kesatuan yang terjalin diantara sesama anggota


kelompok.
Kerjasama dalam kelompok dapat menumbuhkan semangat
kesatuan sesama anggota kelompok. Rasa kesatuan tumbuh secara
alamiah untuk mencapai tujuan bersama.
4) Adanya kesepakatan diantara anggota kelompok mengenai
pembagian tugas yang terorganisir.
Kerjasama dalam kelompok juga ada unsur kesepakatan yang
ditentukan oleh masing-masing anggota kelompok. Kesepakatan
tersebut biasanya berupa pembagian tugas dalam menyelesaikan
lembar soal yang akan didiskusikan. Pembagian tugas artinya sama
seperti pemberian jabatan yang akan disepakati oleh setiap anggota
kelompok seperti Ketua kelompok (bertugas untuk mengkoordinir
jalannya diskusi kelompok), Sekertaris (bertugas untuk mencatat
hasil diskusi kelompok), dan Juru bicara (bertugas untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok).
5) Adanya dukungan berupa motivasi dari sesama anggota kelompok.
Pemberian motivasi atau dukungan didalam kelompok juga sangat
berperan penting untuk mensukseskan kerjasama siswa didalam
kelompok. Pemberian motivasi biasanya dilakukan oleh siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir yang lebih unggul dibandingkan
teman sekelompoknya dengan cara memberi penjelasan kepada
teman sekelompoknya yang belum paham. Membantu temannya
untuk aktif dalam berdiskusi.35

35
Ibid, h. 65
31

c. Indikator dalam Kerjasama


Menurut Isjoni Indikator kerjasama siswa terbagi menjadi 5
aspek yaitu :
Tabel 2.1
Indikator dalam Kerjasama
No Indikator
1. Kontribusi setiap anggota kelompok.
Kontribusi setiap anggota kelompok mempunyai peranan
penting untuk mengukur suatu keberhasilan kerjasama yang
dilakukan oleh setiap kelompok. Kontribusi dalam kerjasama
adalah setiap anggota kelompok harus ikutserta mengambil
peran atau tugas untuk mencapai tujuan bersama.
2. Tanggung jawab setiap anggota untuk menyelesaikan tugas.
Tanggung jawab setiap anggota diperlukan dalam kerjasama
kelompok. Tanggung jawab dalam kelompok yaitu setiap
anggota kelompok menjalankan tugas yang diberikan oleh guru
3. Penyamaan pendapat seluruh anggota.
Penyamaan pendapat seuruh anggota diperlukan dalam
kerjasama dalam kelompok. Penyamaan pendapat seluruh
anggota dalam kerja kelompok yaitu setiap anggota kelompok
dapat menghormati pendapat orang lain, ikut berpartisipasi
dalam menyampaikan pendapat, dan menyetujui jawaban yang
telah disepakati bersama.
4. Sikap saling membantu sesama anggota kelompok.
Sikap saling membantu sesama anggota kelompok yaitu setiap
anggota kelompok membantu menjelaskan kepada teman
sekelompoknya apabila anggota kelompoknya belum mengerti
tentang soal yang didiskusikan.
5. Adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses
satu sama lain diantara anggota.
Adanya interaksi tatap muka dalam kelompok yaitu setiap
anggota kelompok duduk berhadapan dan saling berinteraksi
satu sama lain untuk mendiskusikan masalah atau soal yang
diberikan oleh guru.36

36
Yufi Nurfitasari, Kartika Chrysti Suryandari, dan Suhartono, “Analisis Kemampuan
Kerjasama dalam Pembelajaran IPA (Studi Deskriptif pada Siswa kelas V SD Negeri 4 Kutosari)”,
Jurnal Inovasi Pendidikan, 2017, h. 162
32

7. Kemampuan Memecahkan Masalah


a. Pengertian Kemampuan Memecahkan Masalah
Kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan siswa
untuk menyelesaikan masalah.Masalah dapat diartikan sebagai suatu
kondisi atau situasi yang dialami oleh individu maupun kelompok yang
dapat mengundang keraguan atau kesulitan yang harus
diselesaikan.Menurut Krulik dan Rudnik, masalah adalah suatu kondisi
yang sulit yang dialami oleh individu maupun kelompok untuk mencari
solusi penyelesaian dari masalah tersebut tetapi individu maupun
kelompok belum mengetahui solusi untuk memecahkan masalah
tersebut. Pemecahan masalah adalah cara atau proses untuk
memecahkan masalah. Menurut Gagne, pembelajaran pemecahan
masalah adalah proses untuk memahami masalah dengan cara
menemukan masalah berkaitan dengan konsep yang sudah dipelajari
oleh siswa untuk diaplikasikan atau diterapkan untuk memperoleh
solusi untuk menyelesaikan masalah.37
Dapat disimpulkan, kemampuan memecahkan masalah adalah
kemampuan siswa dalam memahami masalah yang dihadapinya dan
berusaha untuk mencari cara untuk menyelesaikan masalah. Masalah
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, setiap ada manusia
pasti ada masa-masa yang sulit yang dihadapi oleh manusia dan tidak
tahu cara menyelesaikannya, hal ini akan menimbulkan suata keraguan
yang memicu adanya masalah. Masalah bisa terjadi pada individu
maupun kelompok, tetapi secara realitanya banyak individu maupun
kelompok belum mengetahui cara yang tepat untuk memecahkan atau
menyelesaikan masalah. Pembelajaran pemecahan masalah adalah
pembelajaran untuk siswa disekolah agar siswa dapat memahami
masalah yang diberikan oleh guru dan mengaitkan dengan konsep atau

37
Ibid, h.227
33

teori yang sudah dipelajari oleh siswa untuk memecahkan atau


menyelesaikan suatu masalah.
Menurut Robert L.Solso, pemecahan masalah adalah suatu ide
atau pemikiran yang sudah dirumuskan untuk menemukan solusi atau
jalan keluar untuk menyelesaikan masalah secara spesifik. Sedangkan
Siwono berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi masalah yang
jawabannya belum jelas. Penggunan metode pemecahan masalah untuk
kegiatan pembelajaran merupakan metode yang efektif untuk melatih
siswa untuk mengatasi masalah.38
Dapat disimpulkan, pemecahan masalah adalah suatu pemikiran
atau gagasan ide yang dirumuskan untuk menemukan solusi atau cara
yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Pemecahan masalah juga
dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk menemukan cara atau solusi untuk menyelesaikan
masalah yang sulit untuk menemukan jawabannya. Penggunaan metode
pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
merupakan metode yang efektif yang dapat meningkatkan kognitif
siswa dalam menganalisis masalah dan berpikir kritis terhadap masalah
yang dihadapi untuk menemukan cara untuk memecahkan masalah.
Penyelesaian masalah adalah proses pemikiran dan mencari
jalan keluar dari masalah tersebut.39 Pemecahan masalah adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang dipercaya sebagai vehicle
(kendaraan/alat) untuk menghubungkan higher order thinking skills.
Melalui proses problem solving, para siswa akan mampu menjadi
pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu
menjadi seorang:

38
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), h.61
39
Muhammad, Thobroni, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ar-ruzz Media, 2017,
Cet.2), h.274
34

1) Eksplorer-mencari penemuan baru.


2) Inventor-mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru yang
inovatif.
3) Desain mengkreasi rencana dan model terbaru.
4) Pengambil keputusan-berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang
bijaksana.
5) Komunikatif-mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar
pendapat dan berinteraksi.40
Dapat disimpulkan, penyelesaian masalah atau pemecahan
masalah adalah proses pemikiran untuk merumuskan gagasan ide dalam
mencari cara untuk menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan
masalah. Pemecahan masalah merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang dapat membuat siswa mampu memiliki keahlian
dalam berpikir handal untuk memecahkan suatu masalah. Dengan
adanya proses pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan
kognitif siswa menjadi :
1) Siswa dapat melakukan penemuan baru artinya menemukan masalah
baru untuk uji dan diselesaikan.
2) Siswa dapat mengembangkan ide atau pemikirannya untuk
merumuskan pengujian yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
3) Siswa dapat membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.
4) Siswa dapat membuat keputusan dan menetapkan solusi yang tepat
untuk menyelesaikan masalah.
5) Siswa dapat belajar mengemukakan pendapat dengan teman
sekelompoknya.
Menurut Gulo, Problem Solving adalah metode yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan
pada terselesaikannya suatu masalah dengan cara menalar. Problem

40
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima,
2009),h.49
35

Solving atau pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode


mengajar, tapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam
metode Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya
yang dimulai dengan mencari data sampai kepada penarikan
kesimpulan.41
Dapat disimpulkan, kemampuan pemecahan masalah (problem
solving) adalah suatu metode yang menekankan kepada siswa untuk
berpikir secara kritis dan analisis untuk menyelesaikan atau
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Pemecahan masalah
(problem solving) merupakan bukan hanya metode mengajar yang
dilakukan oleh guru tetapi merupakan metode yang dapat
mengembangkan daya nalar siswa untuk menemukan solusi atau cara
dan menerik kesimpulan dari permasalahan yang diberikan oleh guru.
Polya menyatakan dalamjurnal Fetri Suliastianingsih, Edy
Yusmin, dan Agung Hartoyo yang berjudul Kemampuan Problem
Solving dalam Materi Bangun Datar Ditinjau dari Tingkat Berpikir
Geometri Van Hille , pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan
keluar dari kesulitan guna mencapai suatu tujuan tidak begitu mudah
segera dapat dicapai.42 Polya juga menyatakan dalam jurnal Ayu
Yarmani yang berjudul Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri Kota 1 Jambi,
pemecahan masalah adalah salah satu aspek berfikir tingkat tinggi
sebagai proses menerima masalah dan berusaha menyelesaikan
masalah tersebut. Selain itu, pemecahan masalah merupakan suatu
aktivitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi
dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki. Dalam
kondisi seperti ini pemecahan masalah dikatakan sebagai target belajar,

41
Ruskandi, Kanda dan Hendra, “Penerapan Metode Problem Solving untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, Jurnal
Pendidikan ke-SD-an, Vol.No.10, 2016, h.67
42
Fetri Sulistianingsih, Edy Yusmin, dan Agung Hartoyo, “Kemampuan Problem Solving
dalam Materi Bangun Datar Ditinjau dari Tingkat Berpikir Geometri Van Hille”, Jurnal Pendidikan,
h.1, 2017
36

siswa harus mampu memecahkan masalah yang terkait dengan dunia


nyata.43
Dapat disimpulkan pengertian kemampuan memecahkan adalah
suatu cara atau strategi untuk mencari solusi penyelesaian dari suatu
kendala atau masalah yang dihadapkan oleh individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan yang ingin dapat dicapai. Bagi siswa,
pemecahan masalah harus dipelajari agar siswa bisa mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, dapat mengidentifikasi masalah, dapat
mengeksplorasi informasi dari suatu masalah, mencari generalisasi dari
suatu masalah, menguji keakuratan solusi dari suatu masalah dan
melakukan penyelesaian dari suatu masalah.

b. Karakteristik Pembelajaran berbasis Pemecahan Masalah


1) Pembelajaran dimulai dengan mengangkat suatu permasalahan atau
satu pertanyaan yang nantinya menjadi vocal point untuk keperluan
usaha-usaha peserta didik.
2) Peserta didik memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki
masalah-masalah dan memburu pertanyaan-pertanyaan. Tanggung
jawab sangat penting, baik secara intruksional maupun
motivasional, karena peserta didik dalam pelajaran-pelajaran
berbasis masalah secara literal melakukan learning by doing.
3) Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai
fasilitator. Guru secara aktif menyebarkan informasi, pembelajaran
berbasis masalah justru mengharuskan guru untuk lebih membantu
secara tidak langsung dengan mengemukakan masalah atau
pertanyaan-pertanyaan yang probing dan bermanfaat.44
Menurut Polya dalam jurnal I Nyoman Murdiana yang
berjudulPembelajaran Pemecahan Masalah, ada dua macam masalah

43
Ayu Yarmani, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas XI
MIPA SMA Negeri Kota 1 Jambi”, Jurnal Ilmiah Didakya, 2017, h.15
44
Dindin Ridwanuddin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), h.56
37

pembelajaran yang menjadi karateristik dalam pembelajaran Problem


solvingyaitu masalah untuk menemukan dan masalah untuk
membuktikan. Masalah untuk menemukan dapat berupa teoritis atau
praktis, abstrak atau kongkrit atau berupa teka-teki. Sedangkan masalah
untuk membuktikan adalah masalah yang menuntut pembuktian bahwa
suatu pernyataan (teorema) adalah benar atau salah, tidak kedua-
duanya. Masalah jenis ini terdiri dua bagian utama, yaitu (1) bagian
hipotesis dan (2) bagian konklusi (kesimpulan).45 Jadi peserta didik
dalam pembelajaran pemecahan masalah diharapkan dapat menemukan
dan membuktikan masalah tersebut dengan mencari berbagai alternatif
jawaban untuk dijadikan hipotesis (jawaban sementara) . Pada tahap
selanjutnya siswa memilih jawaban yang tepat dan kemudian
menyimpulkan masalah tersebut.
Dapat disimpulkan karakteristik pembelajaran berbasis
pemecahan masalah yaitu pembelajaran yang dapat mengembangkan
cara berpikir siswa dimulai dengan mengangkat suatu permasalahan
atau pertanyaan yang membuat siswa bertugas untuk mengambil
keputusan atau menyimpulkan permasalahan tersebut. Dalam
mengambil sebuah keputusan atau menyimpulkan masalah, siswa
terlebih dahulu harus menyelidiki, mencari informasi, dan
mengidentifikasi dari permasalahan tersebut. Kemampuan dalam
mengambil suatu keputusan melibatkan siswa untuk berpikir kritis.
Ketika siswa berpikir untuk mengambil suatu keputusan dari
permasalahan atau pertanyaan, guru hanya berperan sebagai fasilitator
yang bertugas untuk membantu siswa dalam mengidentifikasi masalah
dan memberikan informasi apabila siswa kurang memahami pertanyaan
atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Apabila siswa sudah
menemukan inti dari suatu masalah yang ada, maka siswa dapat
menyelesaikan masalah tersebut.

45
I Nyoman Murdiana, Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran
Matematika, “Jurnal Pendidikan Matematika”, Vol.4, 2015, h.3
38

c. Manfaat Pembelajaran Pemecahan Masalah


Beberapa manfaat khusus pembelajaran pemecahan masalah
adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan sikap keterampilan peserta didik dalam
memecahkan masalah serta dalam mengambil keputusan secara
objektif dan mandiri.Pembelajaran pemecahan masalah secara tidak
langsung dapat mengembangkan sikap keterampilansiswa
yaitumengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah. Kompenen berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah ada empat yaitu siswa dapat menemukan
masalah, menganalisis masalah, mengumpulkan fakta dan data
dalam membuat rencana penyelesaian masalah, dan menarik
kesimpulan atau keputusan dari masalah tersebut. Proses
pembelajaran pemecahan masalah dapat membuat siswa menjadi
aktif dalam belajar dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir
siswa secara mandiri dalam menyelesaikan masalah. Siswa
mempunyai peran sebagai pemecah masalah dituntut untuk
menganalisis dan menyelesaikan masalah. Apabila siswa sudah
menemukan solusi atau penyelesaian dari masalah, siswa dapat
mengambil keputusan secara akurat dan benar.
2) Mengembangkan kemampuan berpikir para peserta didik dan
anggapan bahwa kemampuan berpikir akan lahir apabila
pengetahuan semakin bertambah. Pembelajaran pemecahan masalah
dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Dalam memecahkan suatu
masalah siswa dapat mengeksplorasi pengetahuannya yaitu dalam
mencari data-data atau fakta yang relevan dan peserta didik mampu
menghubungkan pengetahuan yang lama dan baru sehingga
pengetahuannya bertambah yang digunakan untuk mencari strategi
yang tepat dalam menyelesaikan suatu masalah.
39

3) Melalui inkuiri atau pemecahan masalah, kemampuan berpikir


tersebut mampu diproses dalam situasi atau keadaan yang benar-
benar dihayati, diminati peserta didik, dan digunakan dalam berbagai
ragam alternatif. Pembelajaran pemecahan masalah melalui inkuiri
siswa dituntut untuk mencari jawaban berdasarkan alternatif yang
tersedia yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Situasi ini
membuat siswa harus memahami masalah yang ada agar dapat
mengembangkan alternatif yang ada. pengumpalan data akan
disesuaikan dengan alternatif yang dianggap relevan untuk
menyelesaikan masalah.
4) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan
cara berpikir objektif-mandiri, krisis-analisis, baik secara individual
maupun kelompok. Pembelajaran pemecahkan masalah dapat
mengembangkan sikap siswa menjadi antusias dalam belajar yaitu
dengan tingkat keingintahuan siswa akan informasi yang dapat
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Siswa akan
berusaha bertanya kepada guru untuk memberikan bimbingan dalam
memecahkan masalah dan siswa akan berusaha berpikir kritis dan
menganalisis masalah secara mandiri untuk menemukan jawaban
atau solusi masalah tersebut. Dalam proses pemecahan masalah
dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Apabila
proses pemecahan masalah dilakukan secara berkelompok, siswa
akan melakukan diskusi untuk bertukar pendapat. Diskusi ini
dilakukan untuk menemukan penyelesaian masalah. Siswa harus
menyelesaikan masalah secara relevan dan benar.46

46
Doni Juni Priansa, Pengenbangan Strategi dan Model Pembelajaran (Pengembangan
Strategi dan Model Pembelajaran, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2017), h.229
40

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Pemecahan Masalah


Ada beberapa strategi pemecahan masalah yang dikemukakan
oleh beberapa ahli pembelajaran. Menurut Krulik dan Rudnick (1996)
mengemukakan lima langkah sebagai pemamdu, yaitu :
1) Read the problem (Membaca masalah) yaitu menentukan apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan. Siswa harus terlebih dahulu
membaca permasalahan yang ada untuk mengetahui dan
merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalah, siswa akan
menuliskan berbagai pendapat mereka untuk menentukan berbagai
macam rumusan yang tepat dari masalah yang bersangkutan.
2) Explore (Menggali masalah) yaitu menentukan apa yang dapat
membantu (gambar/diagram/tabel) dalam penyelesaian masalah.
Dalam menggali masalah, siswa harus menggunakan
pengetahuannya dalam melakukan pengumpulan data dan mencari
informasi baik itu berupa gambar, diagram, dan tabel yang relevan
untuk menyelesaikan masalah.
3) Select a strategy (Memilih strategi) yaitu melihat pola-pola,
membuat perkiraan, mereduksi hal-hal yang tidak terkait langsung
atau menyederhanakan masalah. Dalam memilih strategi untuk
pemecahan masalah, siswa harus merumuskan hipotesis atau
jawaban sementara untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi. Penyusunan hipotesis membuat siswa berpikir kritis dalam
merumuskan jawaban berdasarkan alternatif yang ada. Perumusan
hipotesis ini digunakan sebagai dasar pembuatan strategi untuk
menyelesaikan masalah.
4) Solve the problem (Memecahkan masalah) yaitu melaksanakan
strategi yang telah dipilih melalui pelaksanaan langkah-langkah atau
prosedur yang rinci dan sistematis. Dalam proses memecahkan
masalah, siswa memilih strategi yang tepat dan menyimpulkan
alternatif yang ada untuk menyelesaikan masalah. Strategi yang
41

dipilih oleh siswa harus relevan dengan konteks permasalahan yang


dihadapi.
5) Look (Melihat ke belakang) yaitu mengecek penyelesaian, apakah
penyelesaiannya sudah logis atau belum. Dalam tahap ini, siswa
harus melakukan pengecekan atau pengujian tentang solusi yang
digunakan untuk memecahkan masalah. Solusi yang digunakan
harus logis, jelas, dan relevan terhadap permasalahan yang
dihadapi.47
Menurut Hamid Hasan langkah-langkah pemecahan masalah
terdiri atas lima langkah yaitu :
1) Identifikasi masalah
Tahap identifikasi masalah yaitu tahap mengetahui,
memahami dan merumuskan masalah yang ada. Dalam tahap ini,
siswa harus mengetahui dan memahami masalah yang harus
dipecahkan. Tahap ini membuat siswa berpikir kritis untuk
menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah
tersebut. Tahap selanjutnya siswa akan merumuskan masalah dalam
bentuk hipotesis atau jawaban sementara untuk rencana dalam
menyelesaikan masalah.
2) Pengembangan alternatif.
Tahap pengembangan alternatif yaitu tahap mengembangkan
alternatif yang ada dan relevan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Dalam tahap ini siswa dapat mengembangkan dan
memilih alternatif yang sesuai dengan masalah yang ada.
3) Pengumpulan data untuk menguji alternatif.
Tahap pengumpulan data yaitu tahap mengumpulkan
informasi, fakta baik itu berupa tabel ataupun grafik yang dapat
mendukung proses pemecahan masalah. Dalam tahap ini, siswa
harus mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk

47
Nyoman Murdiana, Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika,
Aksioma Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.4, No.1, 2015, h.4
42

dikelompokkan sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang


ada.
4) Pengujian alternatif.
Tahap pengujian alternatif yaitu tahap menentukan alternatif
yang relevan dengan masalah yang ada. Pada tahap ini, siswa akan
menentukan alternatif yang dianggap sesuai dengan masalah yang
ada.
5) Pengambilan keputusan.
Tahap pengambilan keputusan yaitu tahap siswa untuk
melakukan pengujian hipotesis dengan alternatif yang sudah
ditentukan. Dalam tahap ini, siswa bisa mengetahui kesesuaian
hipotesis dan alternatif yang dipilih dapat memecahkan masalah
yang ada atau tidak. Dalam tahap ini akan terjadinya pemecahan
masalah yang akan disimpulkan oleh siswa. 48
Menurut Polya dalam Jurnal Hikmah Maghfiratun Nisa, Cholis
Sa’dijah, dan Abd Qohar yang berjudul Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa SMK Bergaya Kognitif Field Dependent,
langkah-langkah dalam pembelajaran pemecahan masalah yaitu :
1) Memahami Masalah (Understanding the problem)
Pada tahap memahami masalah, siswa diharapakan
memahami soal atau masalah yang diberikan oleh guru dengan
membaca soal secara berulang-ulang agar dapat memahami
informasi dari masalah atau soal tersebut. Siswa yang dapat
memahami masalah atau soal yaitu siswa yang dapat mengerti,
paham dan dapat menuliskanapa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dalam soal.
2) Menyusun Rencana (devising a plan)
Pada tahap menyusun rencana, siswa diharapkan dapat
memikirkan dan menuliskan langkah-langkah atau strategi untuk

48
Etin Solihatin, Strategi Pembelajaran PPKN, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), h. 91
43

memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Siswa harus


memikirkan dan menuliskan teori-teori yang relevan dengan
masalah yang ditanyakan.
3) Melaksanakan Rencana (Carrying out the plan)
Pada tahap malaksanakan rencana, siswa diharapkan dapat
melaksanakan rencana penyelesaian berdasarkan strategi yang telah
dipilih sebelumnya. Siswa harus menyelesaikan soal atau masalah
berdasarkan teori-teori yang telah dipilih oleh siswa.
4) Memeriksa hasil yang diperoleh (looking back)
Pada tahap memeriksa hasil yang diperoleh, siswa
diharapkan dapat memeriksa jawaban yang telah dikerjakan oleh
siswa. Jawaban tersebut harus sesuai dengan strategi yang digunakan
dan jawaban tersebut harus tepat. Kalau siswa sudah yakin dengan
jawabannya, siswa kemudian membuat kesimpulan akhir.49
e. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Berikut ini merupakan indikator kemampuan pemecahan
masalah menurut Polya :50
Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
No Indikator
1. Siswa dapat mengidentifikasi kecukupan data untuk
menyelesaikan masalah.
2. Siswa dapat menetapkan langkah-langkah penyelesaian dan
pemilihan konsep untuk menyelesaikan masalah.
3. Siswa dapat menjalankan penyelesaian berdasarkan langkah-
langkah yang telah dibuat.
4. Siswa memeriksa kembali dengan teliti langkah-langkah
pemecahan yang dilakukannya.

49
Hikmah Maghfiratun Nisa, Cholis Sa’dijah, dan Abd Qohar, “Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa SMK Bergaya Kognitif Field Dependent”, Jurnal FKIP UNS, 2016,
h.231
50
Logcit, h.235
44

Berdasarkan indikator pemecahan masalah menurut Polya,


dapat dirumuskan indikator kemampuan pemecahan masalah adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.3 Lanjutan
No Indikator
1. Siswa dapat mengidentifikasi informasi yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal.
2. Siswa dapat menjelaskan masalah sesuai dengan kalimat sendiri
3. Siswa harus menyederhanakan masalah
4. Siswa harus mencari dan mengurutkan informasi untuk
menyelesaikan masalah.
5. Siswa membuat hipotesis untuk menyelesaikan masalah.
6. Siswa melakukan penyelidikin dengan data dan informasi yang
diperoleh
7. Siswa membuat alternatif pemecahan masalah
8. Siswa melakukan pengujian alternatif solusi untuk pemecahan
masalah
9. Siswa memeriksa kembali kesesuaian semua informasi dan
jawaban yang telah dituliskan.
10. Siswa membuat kesimpulan berdasarkan masalah yang diberikan
oleh guru.51

Indikator ini digunakan sebagai acuan dalam menilai


kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Pemecahan
masalah dalam penelitian ini menggunakan soal-soal IPS yang akan
membuat siswa dapat menganalisis dan mengidentifikasi soal-soal IPS
tersebut. Dengan adanya pembelajaran pemecahan masalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam hal analisis,
meningkatkan pengetahuan siswa, dan dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah.

51
Hesti Cahyani dan Ririn Wahyu Setyawati, Pentingnya Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul Menghadapi MEA,
“Seminar Nasional Matematika X Universitas Semarang 2016, 2016, h.156
45

f. Keunggulan Pembelajaran Pemecahan Masalah


Pembelajaran pemecahan masalah memiliki beberapa
keunggulan yaitu :
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.Pada proses ini, siswa dapat
mengembangkan pemikirannya untuk lebih memahami masalah
sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan mengingat
isi pelajaran yang diberikan oleh guru.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik.
Pada proses ini, siswa akan merasa termovitasi dalam memecahkan
masalah yang ada. Siswa akan mengeksplor pengetahuannya dalam
proses pemecahan masalah.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
peserta didik.
Pada proses ini, siswa akan aktif bertanya ketika kurang memahami
masalah yang ada. Siswa juga akan mengembangkan pemikiran dan
pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah yang ada. Siswa juga
bisa berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Pada tahap ini terjadi dua strategi
pembelajaran yaitu teacher center dan student center yang dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik di dalam kelas.
4) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
Pada proses ini, siswa akan mengembangkan pengetahuan yang
lama dan yang baru untuk memahami masalah real yang ada
dikehidupan nyata.
5) Pemecahan masalah dapat untuk mengembangkan pengetahuan
barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
dilakukan.
46

Pada proses ini,menumbuhkan sikap tanggung jawab siswa dalam


belajarnya yaitu dengan cara siswa akan lebih banyak membaca
materi pelajaran terkait dengan masalah yang bersangkutan, hal ini
akan mengakibatkan terjadi perkembangan pengetahuan baru yang
diperoleh siswa untuk memecahkan masalah.
6) Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana
pembelajaran aktif dan menyenangkan.
Pada proses ini, pembelajaran dikelas menjadi aktif karena siswa
tidak hanya mendengarkan instruksi atau ceramah dari guru tetapi
siswa berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Siswa juga melakukan kegiatan diskusi untuk
mengemukakan pendapatnya dalam proses pemecahan masalah.
7) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka
guna beradaptasi dengan pengetahuan yang baru.
Pada proses ini, siswa akanmengembangkan pengetahuannya,
keterampilan berpikir, dan juga meningkatkan komunikasi antar
siswa untuk memecahkan masalah yang ada.
8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
Pada proses ini, siswa akan menggunakan pengetahuan yang mereka
miliki di kehidupan nyata. Pembelajaran pemecahan masalah yang
diberikan oleh guru mengaitkan materi pembelajaran dengan
kehidupan nyata yang ada dimasyarakat sehingga siswa dapat
mengaplikasikan pengetahuannya lebih mendalam untuk
memecahkan masalah.
9) Pembelajaran pemecahan masalah dapat mengembangkan konsep
belajar siswa secara terus menerus.
Pada proses ini, Pembelajaran pemecahan masalah dapat
meningkatkan belajar siswa secara berkala karena siswa bukan
47

hanya dituntut memecahkan masalah saja. Siswa juga dituntut untuk


berpikir kritis, mengembangkan pengetahuannya, dan memahami isi
materi pelajaran yang terkait dengan masalah yang ada. Tahap-tahap
tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan konsep segi
kognitif siswa dalam belajar.52
g. Kelemahan Pembelajaran Pemecahan Masalah
Pembelajaran pemecahan masalah selain mempunyai
keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan yaitu :
1) Ketidakpercayaan diri siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
Faktor yang mempengaruhi ketidakpercayaan diri siswa
dalam menyelesaikan masalah yaitu: pertama, sikap labil siswa
dalam merumuskan masalah, hal ini disebabkan karena siswa kurang
yakin dengan jawaban yang dipilih. Kedua, Siswa kurang
memahami masalah yang bersangkutan sehingga tidak percaya diri
dalam menyelesaikan masalah tersebut. Ketiga, Tingkat kesulitan
masalah yang terlalu rumit membuat siswa tidak percaya diri dalam
menyelesaikan suatu masalah.
2) Kurangnya pengetahuan siswa menyebabkan rendahnya minat
siswa dalam memecahkan suatu masalah.
Faktor yang mempengaruhi kurangnya pengetahuan siswa
dan menyebabkan rendahnya minat siswa dalam memecahkan suatu
masalah yaitu: Pertama, siswa siswa kurang membaca materi yang
berkaitan dengan masalah yang diberikan oleh guru. Kedua, Siswa
kurang terlatih dalam proses berpikir kritis. Ketiga, rendahnya
informasi yang diterima oleh siswa berkaitan dengan masalah yang
dihadapi.
3) Proses pelaksanaan pembelajaran masalah yang cukup lama.
Kelemahan pembelajaran pemecahan masalah yaitu waktu
pelaksanaannya cukup lama karena siswa berpikir dan berdiskusi

52
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2013), Cet.2, h.142
48

untuk menemukan solusi dari penyelesaian masalah menempuh


waktu yang lama.53

8. Hakikat Pembelajaran IPS


a. Pengertian IPS
IPS merupakan suatu bidang dalam pengajaran yang ada di
sekolah mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sosial siswa untuk memberikan pengalaman belajar
yang ditata untuk studi keilmuan sosial.54Istilah Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) adalah nama mata pelajaran di jenjang sekolah dan di
perguruan tinggi nama mata pelajaran IPS lebih identik dengan istilah
“Social Studies” terutama di negara-negara barat seperti Australia dan
Amerika Serikat.
IPS lebih dikenal dengan “Social Studies” merupakan hasil dari
kesepakatan dari para ahli yang ada di seluruh negara. Dalam bahasa
Indonesia, “Social Studies” berarti Pendidikan Sosial dan lebih
disempurnakan lagi oleh para ahli di Indonesia dengan nama Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Pembelajaran IPS untuk di jenjeng SD, SMP,
dan SMA berbeda program pembelajarannya.Perbedaan program
pembelajarann IPS setiap jenjang dikarenakan terdapat perbedaan
pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang di sekolah.55
Dapat disimpulkan, IPS merupakan suatu bidang pengajaran
yang mempelajari sosiologi, geografi, ekonomi, damn sejarah yang
mempunyai tujuan untuk mengambangkan ranah kognitif siswa, ranah
sikap siswa, dan ranah keterampilan sosial siswa dan pembelajaran IPS
yang dilakukan oleh guru di sekolah dapat memberikan pengalaman
belajar siswa dalam kehidupan sosialnya.Istilah Ilmu Pengetahuan

53
Ibid, h. 143
54
Huriah Rachman, Pengembangan Profesi Pendidikan IPS, (Bandung : Alfabeta, 2014),
h. 52
55
H.Sapriya, Suliaswati, Sadjaruddin Nurdin, Konsep Dasar IPS,(Bandung:UPI Press,
2008), h.3
49

Sosial (IPS) merupakan istilah untuk mata pelajaran yang mempelajari


studi sosial yang ada di masyarakat. Nama IPS di negara lain lebih
dikenal dengan nama“Social Studies” terutama di negara Australia dan
Amerika Serikat.
Pemberian nama“Social Studies” merupakan hasil kesepakatan
dari para ahli yang ada diseluruh dunia. Para ahli di Indonesia
mermuskan “Social Studies” menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).Program pembelajaran IPS setiap jenjang berbeda dikarenakan
perbedaan pendekatan yang diterapkan oleh masing-masing sekolah
berbeda.Di jenjang SD, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran
terpadu dan tingkat pembelajarannya yang diajarkan masih dasar.Di
jenjang SMP, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran terpadu
dan materinnya lebih kompleks dan padat dibandingkan pada jenjang
SD dan tingkat pembelajarannya yang diajarkan sudah menengah.Di
jenjang SMA mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang
muatan materinya terpisah-pisah yang berdiri sendiri keilmuannya
seperti sosiologi, ekonomi, geografi, dan sejarah dan muatan materinya
lebih kompleks dan padat dibandingkan di jenjang SD dan SMP.
Definisi social studies adalah mata pelajaran yang merupakan
bagian dari kurikulum di sekolah dasar dan menengah yang dapat
membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dam nilai
yang diperlukan dalam kehidupan di masyarakat. Pengertian IPS di
negara lain lebih cenderung dikenal dengan nama studi sosial yang
merupakan mata pelajaran gabungan yang terdiri dari disiplin ilmu-
ilmu sosial, temuan temuan baru yang berupa pengetahuan yang berasal
dari kehidupan sosial di masyarakat, proses atau cara yang dilakukan
oleh ilmuwan sosial untuk merumuskan pengetahuan sosial.
Social studies adalah program studi yang disajikan untuk
berbagai jenjang yaitu Jenjang sekolah dasar dan menengah. social
studies dalam perguruan tinggi pembelajaran dengan bidang keilmuan
yang terpisah dan lebih kompleks dibandingkan pada jenjang sekolah
50

dasar dan menengah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


mempunyai karakteristik bersifat dinamis yang artinya
pembelajarannya selalu mengalami perkembangan sesuai kondisi yang
ada di masyarakat.Di Amerika Serikat pada tahun 1978, the National
Council for the Social Studies (NCSS) merupakan salah satu organisasi
pendidikan studi sosial yang handal dan professional yang dapat
merumuskan berbagai program muatan materi yang terdapat dari
disiplin ilmu sosial seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi,
Kewarganegaraan dan semua kombinasi mata pelajaran yang
berhubungan dengan kehidupan sosial di masyarakat.56
Dapat disimpulkan, pembelajaran social studies adalah
pembelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang ada di
masyarakat yang kurikulumnya terdapat pada jenjang sekolah dasar dan
menengah.Pembelajaran social studies atau IPS merupakan
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang dapat diterapkan di
kehidupan sosial masyarakat.Program pengajaran IPS di bidang
perkuliahan materinya lebih kompleks dan terpisah-pisah.Program
pengajaran IPS yang ada di bidang perkuliahan biasanya hanya
mahasiswa yang jurusan IPS yang dapat mempelajari materi IPS di
jenjang perkuliahan. Pembelajaran IPS merupakan bidang keilmuan
sosial yang bersifat dinamis yaitu pembelajarannya akan selalu
berkembang sesuai kehidupan sosial di masyarakat. Di Amerika Serikat
pada tahun 1978 organisasi ahli pendidikan NCSS merumuskan
berbagai programa muatan materi yang sudah diterapkan dan diajarkan
kepada siswa untuk meningkatkan kognitif siswa.
IPS merupakan mata pelajaran yang ada di kurikulum di
sekolah.Studi sosial (social studies) berbeda dengan ilmu sosial.Studi
sosial bukan hanya mempelajari bidang akademis saja melainkan

56
Ibid, h.4
51

mempelajari gejala dan masalah sosial yang ada di


masyarakat.Pendekatan yang digunakan dalam studi sosial yaitu
pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan terpadu.Dengan
demikian bentuk dari studi sosial lebih banyak menunjukkan sebagai
program studi gabungan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.Social
Studies di Australia memberikan istilah kata ‘environment’ yang berarti
lingkungan yang baik untuk berinteraksi antarindividu dalam
kehidupan di masyarakat.Disiplin ilmu yang dikembangkan di negara
Australia memiliki persamaan dengan Social Studies yang mengacu
pada disiplin-disiplin ilmu sosial.57Dapat disimpulkan, IPS merupakan
mata pelajaran yang ada pada krikulum di jenjang sekolah dasar dan
menengah.Studi sosial mempunyai fokus materinya pada bidang
akademis saja dan lebih mempelajari gejala dan masalah sosial yang
ada di masyarakat.Studi sosial juga merupakan studi gabungan yang
berasala dari berbagai disiplin ilmu sosial.
Social studies atau Ilmu Pengetahuan sosial adalah ilmu-ilmu
sosial yang muatan materinya disederhanakan untuk tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran disekolah dasar dan menengah.IPS
merupakan ilmu sosial yang muatan materinya mengkaji tentang
berbagai disiplin ilmu sosial seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi.
Soisologi, Antropologi, Psikologi sosial, Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu
Hukum, dan ilmu-ilmu sosial lainnya dijadikan bahan buku bagi
pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan
menengah.58
Menurut Muhammad Nu’man Somantri pengertian pendidikan
IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara
dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Menurut A.

57
Ibid, h.5
58
Abu Ahmadi, , Ilmu-Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.3
52

Kosasih pengertian IPS merupakan Ilmu pengetahuan yang


memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial
dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan
didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat
persekolahan.59
Dapat disimpulkan, IPS adalah suatu bidang studi yang
mengkaji tentang ilmu-ilmu sosial seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi,
Sosiologi yang dijadikan kurikulum persekolahan tingkat dasar dan
menengah untuk mengembangkan ramah kognif, ranah sikap, dan
keterampilan sosial dalam kehidupan di masyarakat dan mengarahkan
siswa menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi, bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

b. Karakteristik Pembelajaran IPS


Menurut A,Kokasih pembelajaran IPS memiliki karakteriktik
sebagai berikut :
1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau
sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
2) Penelahaan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang
disiplin ilmu saja, melainkan bersifat kompherensif (meluas/ dari
berbagai ilmu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara
terintegrasi secara terpadu) digunakan untuk menelaah satu
masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini disebut juga sebagai
pendekatan integrated, juga menggunakan pendekatan broadfield,
dan multiple resources (banyak sumber).
3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar
siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis.
4) Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/
menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan

59
H. Sapriya, H. Dadamg, Iim Siti Mastiyoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS,
(Bandung: UPI Press, 2006), h.7
53

lainnya dengan kehidupan nyata dimasyarakat, pengalaman,


permasalahan, kebutuhan, dan memproyeksikannya kepada
kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun
budayanya.
5) IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat
labil (mudah berubah) sehingga titik berat pembelajaran terjadinya
proses internalisasi secara baik dan aktif pada diri siswa agar siswa
memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan
kehidupan nyata pada masyarakatnya.
6) IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan
antarmanusia yang bersifat keterampilannya.
7) Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga
nilai dan keterampilannya.
8) Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui
program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat
siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan
kehidupannya.
9) Dalam pengembangan Program Pembelajaran senantiasa
melaksanakan prinsip-prinsip karakteristik (prinsip dasar) dan
pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri utama IPS.60

c. Tujuan Pembelajaran IPS


Setiap pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan adanya tujuan pembelajaran dapat
dijadikan sebagai arah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
proses belajar mengajar.
Kurikulum 2006 menjelaskan bahwa pembelajaran IPS
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

60
Ibid, h.8
54

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan


masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.61
“The Social Science Education Frame Work for California
School” dalam Kosasih Djahiri mengemukakan lima tujuan pokok
pembelajaran IPS yaitu :
1) Membina siswa agar mampu mengembangkan
pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep
ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/kompherensif
dari berbagai cabang ilmu sosial.
2) Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekkan
keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara
pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.
3) Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai, dan
menghayati adanya kenakeragaman dan kesamaan kultural maupun
individual.
4) Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai
kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan dan
menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya.
5) Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga
negara.62

61
diakses pada 23/12/2017, pukul 12.26 (http://digilib.unila.ac.id/368/7/Bab%202.pdf)
62
H. Sapriya, op.cit,h.13
55

Tujuan Pembelajaran IPS di SMP/MTs yaitu sebagai berikut :


1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetesi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal,
nasional dan global.63
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan IPS bertujuan membekali siswa agar memiliki
kemampuan berpikir secara logis dan rasional, memiliki jiwa sosial
yang mengedepankan nilai-nilai sosial dalam membuat keputusan,
memecahkan masalah dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bernegara di lingkungan masyarakat, bangsa dan dunia. IPS juga
bertujuan membentuk warga negara yang baik, memiliki kemampuan
berkomunikasi, dapat bekerjasama sekaligus berkompetisi, mempunyai
keterampilan yang berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain,
serta menjadi manusia yang taat pada agama yang dianutnya.

63
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2009), h.201
56

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Tabel 2.4
Hasil Penelitian yang Relevan

No Judul Hasil Perbedaan


1. Fitria Maryanah (2014) . Tujuan dari penelitian ini Variabel kedua
dengan judul skripsi yakni untuk meningkatkan yaitu menggunakan
Penerapan Metode Buzz kerjasama, keaktifan, dan hasil keaktifan siswa.
Group untuk belajar siswa dengan Metode
Meningkatkan Kerjasama penerapan metode penelitiannya juga
dan Keaktifan Siswa pembelajaran buzz discussion berbeda.Metode
dalam Pembelajaran IPS group. penelitian yang
Kelas VII C SMP Negeri Metode penelitian yang digunakan oleh
1 Manisrenggo digunakan adalah Penelitian Fitria Maryanah
Kabupaten Klaten64 Tindakan Kelas dengan desain menggunakan
tindakan model Kemmis & Mc Penelitian Tindakan
Taggart. Model yang Kelas.
dikemukakan oleh Kemmis & Sedangkan peneliti
Mc Taggart terdiri dari empat menggunakan
komponen, yaitu: metode penelitian
perencanaan, tindakan, kuasi eksperimen.
observasi dan refleksi. Sedangakan
Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang
tersebut mengungkapkan akan dilakukan
bahwa penerapan metode peneliti, variabel
pembelajaran buzz discussion keduanya yaitu
group dapat meningkatkan kemampuan
kerjasama, keaktifan, dan pemecahan masalah
hasil belajar siswa pada mata siswa.
pelajaran IPS.

64
Fitria Maryanah,Skripsi Penerapan Metode Buzz Group untuk Meningkatkan Kerjasama
dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo Kabupaten
Klaten,(Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), h.2
57

Tabel 2.4
Hasil Penelitian yang Relevan (Lanjutan)

2. Hairus Saleh (2016) Tujuan penelitian ini untuk Perbedaan pertama


dengan judul jurnal mendeskripsikan peningkatan terletak pada
Penerapan Metode Buzz hasil belajar siswa dan respon variabel terikat
Group Discussion pada mahasiswa melalui penerapan yaitu berjudul hasi
Matakuliah Struktur metode buzz group discussion belajar dan
Aljabar untuk pada matakuliah struktur perbedaan kedua
Meningkatkan Hasil aljabar semester genap tahun terletak pada
65
Belajar Mahasiswa. akademik 2015/2016. Metode metode penelitian
penelitian yang digunakan yaitu menggunakan
yaitu penelitian tindakan penelitian tindakan
kelas. Berdasarkan hasil kelas.
penelitian diperoleh bahwa
metode buzz group sangat
mempengaruhi hasil belajar
siswa pada matakuliah
struktur aljabar.
3. Anisur Rafiq (2013) Tujuan penelitian ini untuk Perbedaan pertama
dengan judul skripsi mengetahui efektifitas terletak pada mata
Penerapan Metode penerapan metode diskusi tipe pelajaran dan
Diskusi Tipe Buzz Buzz Group pada materi virus variabel Y1 dan Y2.
GroupPada Materi Virus untuk meningkatkan prestasi Perbedaan kedua
untuk Meningkatkan belajar dan keaktifan siswa terletak di metode
Prestasi Belajar dan kelas X-B MA Bustanul Ulum penelitian yang
Keaktifan Siswa Kelas X- Pagerharjo Kecamatan menggunakan
B MA Bustanul Ulum Wedarijiksa Pati tahun ajaran penelitian tindakan
Pagerharjo Kecamatan 2012/2013. Metode penelitian kelas.
Wedarijaksa Pati Tahun yang digunakan adalah
Ajaran 2012/2013.66 Penelitian Tindakan Kelas.
Berdasarkan hasil penelitian
mengungkapkan bahwa
penggunaan metode diskusi
tipe Buzz Group dapat
meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa kelas X-B
MA Bustanul Ulum
Pagerharjo.

65
Hairus Saleh, jurnal Penerapan Metode Buzz Group Discussion pada Matakuliah
Struktur Aljabar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa,(Madura: Universitas Madura,
2016), h.69
66
Anisur Rafiq, Skripsi Penerapan Metode Diskusi Tipe Buzz Group Pada Materi Virus
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas X-B MA Bustanul Ulum
Pagerharjo Kecamatan Wedarijaksa Pati Tahun Ajaran 2012/2013, (Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta), h.2
58

Tabel 2.4
Hasil Penelitian yang Relevan (Lanjutan)

4. Musni Firda Wenita Tujuan penelitian ini adalah Perbedaanya


(2012) dengan judul untuk mengembangan terletak dari judul
jurnal pengenalan huruf hijaiyah penelitian dan
Upaya Pengenalan Huruf yang dilakukan melalui metode
Hijaiyah Melalui Papan kegiatan bermain sambil penelitiannya.
rolet Huruf Hijaiyah di belajar dan belajar seraya Persamaannya
Raudhatul Athfal bermain dengan permainan terlaetak pada
67
Salimpat. rolet. variabel X yaitu
Sampel yang digunakan tentang permainan
adalah anak PAUD Raudhatul rolet.
Athfal Salimpat di Kecamatan
Lembah Gumanti Kabupaten
Solok.
Metode penelitian menggunan
penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan hasil analisis data
yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat diambil
kesimpulan permainan papan
rolet huruf hijaiyah menjadi
salah satu alternatif untuk
meningkatkan pengenalan
huruf hijaiyah anak usia 5 - 6
tahun di Taman Kanak -
Kanak Raudhatul Athfal
Salimpat Kecamatan Lembah
Gumanti Kabupaten Solok.
Melalui permainan papan rolet
huruf hijaiyah dapat
mengembangkan bahasa arab
anak, kerjasama, dan tolong
menolong, bertanggung
jawab, saling menghargai dan
sportifitas tinggi.

67
Musni Firda Wenita, Jurnal Upaya Pengenalan Huruf Hijaiyah Melalui Papan rolet Huruf
Hijaiyah di Raudhatul Athfal Salimpat, (Padang : Universitas Padang), h.11-13
59

C. Kerangka Berpikir

Siswa mengalami Siswa merasa bosan Proses pembelajaran Siswa cenderung


kesulitan memahami
D. dan malas belajar di kelas masih kurang pasif dalam kegiatan
materi IPS materi IPS maksimal pembelajaran

Kerjasama dalam Siswa cenderung Kemampuan siswa Metode pembelajaran


mengerjakan tugas kesulitan saat dalam yang digunakan oleh
kelompok masih memahami memecahkan
E. guru tidak variatif
kurang soal/permasalahan masalah masih
F. rendah

Penerapan metode pembelajaran Buzz Group


Discussiondengan permainan rolet.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Seorang guru harus mempunyai inovasi dalam mengembangkan setiap


proses pembelajaran. Apabila guru mengembangkan proses belajar yang
kreatif dan inovatif dapat menciptakan kegiatan belajar yang maksimal dan
dapat memacu motivasi belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang
dapat memacu motivasi belajar siswa adalah metode pembelajaran buzz group
discussion. Metode pembelajaran buzz group discussion adalah metode yang
membagi kelompok besar menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang
untuk berdiskusi dengan bertukar pikiran sehingga dapat memperoleh suatu
kesimpulan mengenai suatu permasalahan.
60

Di dalam metode pembelajaran ini siswa dituntut bekerjasama dalam


kelompok untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam soal yang
dibagikan oleh guru. Metode pembelajaran buzz group discussion dipilih untuk
mata pelajaran IPS, agar proses pembelajaran IPS tidak membosankan karena
materi IPS yang sangat padat dan cenderung guru mengajarkan materi IPS
dengan metode ceramah. Dengan adanya metode pembelajaran buzz group
discussion siswa diharapkan menjadi siswa yang aktif dan kritis dalam proses
pembelajaran. Metode buzz group discussion adalah metode diskusi biasa,
peneliti ingin menambahkan media pembelajaran papan rolet untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan alur berpikir, sebagai upaya untuk
menemukan jawaban dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis
sebagai jawaban sementara dari masalah yang telah dirumuskan, peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
HO = Tidak terdapat perbedaan kemampuan kerjasama siswa di kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan kerjasama siswa di kelas kontrol
dan kelas eksperimen.
HO = Tidak terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah siswa di
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah siswa di
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Islam Al-Hikmah yang
beralamat terletak di Jalan Cabe V Kubis IV No. 37 A Pondok Cabe Ilir,
Pamulang Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian yakni kurun
waktu 4 bulan terhitung sejak Desember 2017 dilanjutkan di bulan Juli 2018
hingga September 2018. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun
ajaran 2018/2019. Waktu pelaksanaan penelitian disajikan pada tabel 3.1 :
Tabel 3.1
Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Nama Kegiatan Waktu


1. Revisi proposal skripsi Juni 2018
2. Pembuatan instrumen Juli 2018
3. Uji coba instrument Agustus2018
4. Melakukan izin penelitian ke sekolah Agustus 2018
5. Melakukan uji validitas di kelas IX-1 Agustus 2018
5. Melaksanakan pembelajaran IPS di Agustus-September
kelas kontrol dan kelas eksperimen. 2018
6. Memberikan pre-test pada kelas Agustus 2018
kontrol dan kelas eksperimen.
7. Memberikan post-test pada kelas September 2018
kontrol dan kelas eksperimen.
8. Meminta surat keterangan sudah September 2018
melakukan penelitian ke sekolah.
9. Mengolah data dan membuat laporan September 2018.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuasi ekperimen (quasi-experiment) dengan pendekatan
penelitian kuantitatif. Penelitian kuasi eksperimen merupakan metode yang
tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap
variabel dan kondisi-kondisi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen
merupakan penelitian dengan menggunakan kelompok kontrol dan kelompok

61
62

eksperimen yang digunakan sebagai objek yang diteliti. Dalam penelitian ini,
peneliti ikut serta dalam penelitian yaitu dengan cara mengajar di sekolah.
Desain atau rancangan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent
Kontrol Group Design. Nonequivalent Kontrol Group Design yaitu desain
penelitian yang mirip dengan Pre-test Post-test Control Group yaitu kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol diberi pre-test. kemudian kelompok
eksperimen diberikan treatment. Setelahnya maka dilakukan posttest pada
68
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Bedanya pada desain
Nonequivalent Kontrol Group, kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak dipilih secara random.69
Pada pelaksanaannya peneliti mengambil sampel 2 kelas yaitu kelas
VIII-2 SMP Islam Al-Hikmah sebagai kelas eksperimen dimana mendapatkan
perlakuan berupa metode buzz group discussion dengan permainan rolet.
Sedangkan kelas VIII-1 SMP Islam Al-Hikmah sebagai kelas kontrol diberi
perlakuan metode konvensional yaitu diskusi.

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannnya.70 Dalam
penelitian ini, populasi yang diambil sebagai objek penelitian adalah siswa
kelas VIII SMP Islam Al-Hikmah. Populasi yang menjadi objek penelitian
berjumlah 46 siswa dari dua kelas yaitu kelas VIII-1 dan kelas VIII-2.
71
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan sengaja atas

68
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyasturi, Metode Penelitian Kuantitatif untuk
Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial, (Yogyakarta : Gava Media,2017), h. 90
69
Ibid, h.91
70
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2011), h.80
71
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2013), h.174
63

pertimbangan tertentu untuk memudahkan peneliti menjelajahi obyek yang


diteliti.72Purposive sampling juga bisa diartikan sebagai teknik pengambilan
sampel atas dasar tujuan tertentu dan sesuai dengan keinginan peneliti. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 kelompok yaitu :
1. Siswa kelas VIII-1 sebanyak 23 orang sebagai kelas kontrol yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional
yaitu diskusi.
2. Siswa kelas VIII-2 sebanyak 23 orang sebagai kelas eksperimen yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
buzz group discussion.
Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas untuk
membandingkan proses pembelajaran baik yang menggunakan metode
konvensional maupun menggunakan metode buzz group discussion. Pemilihan
sampel untuk menentukan kelas kontrol maupun kelas eksperimen berdasarkan
atas pertimbangan dari guru kelas dan peneliti.

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.73 Variabel yang diteliti
dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Variabel Bebas (independent variabels)
disimbolkan huruf X, dan 2) Variabel Terikat (dependent variabels)
disimbolkan huruf Y. Keterkaitan variabel bebas dengan variabel terikat dapat
dijelaskan bahwa metode pembelajaran buzz group discussion dengan
permainan rolet (𝑋1), terhadap kemampuan kerjasama sebagai variabel
variabel terikat (Y1 ) dan kemampuan memecahkan masalah (Y2 ).

72
Sugiyono, op.cit, h.85
73
Ibid, h.38
64

1. Definisi Konseptual
a) Variabel bebas (X)
Menurut Menurut Isjoni, metode pemebelajaran buzz group
discussion dengan permainan rolet atau pembelajaran berkelompok
dapat meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam proses
memecahkan masalah dengan media pembelajaran rolet sebagai alat
penunjang dalam proses pembelajaran.
b) Variabel terikat (Y1 )
Menurut Isjoni, pembelajaran harus menekankan pada
kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
Pembelajaran yang menekankan pada kerjasama dapat menanamkan
keterampilan siswa antara lain yaitu menghargai pendapat orang lain,
mendorong berpartisipasi, mendorong untuk bertanya, berani bertanya,
dan mengambil giliran untuk berbagi tugas.
c) Variabel terikat (Y2 )
Menurut Polya, pemecahan masalah adalah salah satu aspek
berfikir tingkat tinggi sebagai proses menerima masalah dan berusaha
menyelesaikan masalah tersebut.
2. Definisi Operasional
a) Variabel bebas (X) sebagai faktor yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran
buzz group discussion dengan permainan rolet. Metode pembelajaran
buzz group discussion dengan permainan rolet yaitu metode
pembelajaran teknik diskusi kelompok kecil dengan menggunakan
media pembelajaran berupa rolet. Indikator yang akan diteliti dalam
metode pembelajaran buzz group discussion dengan permainan rolet
yaitu ketercapaian kegiatan pelaksanan pembelajaran dengan
menggunakan metode buzz group discussion dengan permainan rolet.
65

b) Variabel terikat (Y1 )


Variabel terikat sebagai respon terhadap stimulus yang diberikan
oleh prediktor atau faktor lain dari variabel bebas. Indikator kemampuan
kerjasama yang akan diteliti yaitu Tanggung Jawab setiap anggota
dalam menyelesaikan tugas, Kontribusi Setiap anggota kepada
kelompok, Penyamaan Pendapat seluruh anggota, Sikap Saling
membantu sesama anggota kelompok, dan Adanya interaksi tatap muka
yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain diantara anggota
kelompok.
c) Variabel terikat (Y2 )
Variabel terikat sebagai respon terhadap stimulus yang diberikan
oleh prediktor atau faktor lain dari variabel bebas. Indikator kemampuan
memecahkan masalah yang akan diteliti yaitu mengidentifikasi
informasi yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, menjelaskan
masalah sesuai dengan kalimat sendiri, menyederhanakan masalah,
mencari dan mengurutkan informasi untuk menyelesaikan masalah,
membuat hipotesis untuk menyelesaikan masalah, melakukan
penyelidikin dengan data dan informasi yang diperoleh, membuat
alternatif pemecahan masalah, melakukan pengujian alternatif solusi
untuk pemecahan masalah, memeriksa kembali kesesuaian semua
informasi dan jawaban yang telah dituliskan, dan membuat kesimpulan
berdasarkan masalah yang diberikan oleh guru.
Secara umum, variabel penelitian ini ditunjukkan dalam gambar
berikut :

𝐘𝟏
X
𝐘𝟐

Gambar 3.1 Variabel penelitian


66

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu :
1. Observasi
Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi, atau
data melalui media pengamatan.Dalam melakukan observasi ini, peneliti
menggunakan sarana utama indera penglihatan. Melalui pengamatan
indera penglihatan, seorang guru diharuskan melakukan pengamatan
terhadap tindakan dan perilaku responden di kelas atau sekolah. 74
Observasi juga bisa dikatakan sebagai pengumpulan data yang
akurat dengan cara mengamati obyek yang akan diteliti.Didalam
melakukan observasi peneliti harus memiliki pengetahuan terhadap obyek
yang akan diamati, menentukan tujuan dan cara untuk mencatat hasil
observasi. Dalam penelitian ini, dilakukan observasi terhadap proses
pembelajaran IPS dan kemampuan kerjasama siswa di kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan
kerjasama siswa di kelas eksperimen maupun kontrol dan untuk
mengetahui kegiatan proses pembelajaran IPS dengan metode buzz group
discussion. Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam pencatatanya
menggunakan dua alat observasi yaitu :
a. Rating scale
Pencatatan menggunakan rating scale adalah mencatat gejala
atau obyek yang akan dimati menurut tingkatannya. Rating scale
mempunyai tingkatan nilai dari 1-4 untuk menilai obyek yang akan
diamati.Rating Scale digunakan untuk mengamati kerjasama siswa di
kelas konrol dan eksperimen.
b. Check lists
Check lists merupakan salah satu pencatatan dalam mengamati
obyeknya menggunkan tanda ceklis (√) apabila obyek yang diamati
melaksanakan kegiatan sesuai yang penelikti harapkan. Dalam

74
Sukardi, Metode Penelitian Pendekatan Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), h. 50
67

penelitian ini Check lists digunakan untuk megamati kegiatan proses


pembelajaran IPS yang ditinjau dari guru di kelas kontrol dan
eksperimen.75
2. Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau
salah, pertanyaan yang membutuhkan jawaban, pertanyaan yang
harusdiberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan
seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.
Dengan demikian, setiap tes menuntut keharusan adanya respons dari
orang yang dites yang dapat disimpulkan sebagai suatu atribut yang
dimiliki oleh orang tersebut yang sedang dicari informasinya76. Tes juga
didefinisikan sebagai suatu teknik atau cara untuk mengukur kemampuan
siswa dengan adanya pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa untuk mengukur aspek kognitif
siswa.77Tes ini akan diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Siswa akan diberikan tes beupa pre-test dan post-test untuk megukur
kemampuan memecahkan masalah siswa pada mata pelajaran IPS di kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Bentuk soal tes yang akan diberikan kepada
siswa yaitu soal essay.
3. Dokumentasi
Dokumen adalah suatu catatan suatu peristiwa yang berbentuk
tulisan, gambar, ataupun karya-karya monumental dari seseorang.78
Dokumentasi merupakan salah satu pelengkap dari teknik pengumpulan
data observasi dan tes yang akan dilakukan oleh peneliti.Dokumentasi
dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian
berupa, foto-foto yang relevan dengan kegiatan proses belajar IPS, RPP,

75
Zaenal Arrifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, dan Prosedur, (Bumi Siliwangi :
PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.164-165
76
Sudji Munadi, “Analisis Validasi Kualitas Soal Tes Hasil Belajar pada Pelaksanaan
Program Pembelajaran”, Jurnal Cakrawala Pendidikan, No.1, 2011, h.6
77
Opcit, h.118
78
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2011), h.240
68

dan data pretest dan posstest siswa dalam mata pelajan IPS, dan data profil
sekolah.

F. Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi Observasi
Kisi-kisi observasi digunakan sebagai pengamatan untuk
mengukur kemampuan kerjasama siswa dan kegiatan proses pembelajaran
IPS. Kisi-kisi observasi yang digunakan untuk meneliti ada 4 yaitu kisi-
kisi observasi kemampuan kerjasama di kelas eksperimen, kisi-kisi
observasi kemampuan kerjasama di kelas kontrol, kisi-kisi observasi
kegiatan pembelajaran IPS ditinjau dari kegiatan guru di kelas eksperimen,
dan kisi-kisi observasi kegiatan pembelajaran IPS ditinjau dari kegiatan
guru di kelas kontrol. Kisi-kisi observasi kemampuan kersajama
pencatatanya menggunakan rating scale yang bernilai 1-4. Kisi-kisi
observasi kegiatan proses pembelajaran IPS ditinjau dari kegiatan guru di
kelas dalam pencatatannya menggunakan Check lists yang bernilai 1
apabila langkah kegiatan pembelajaran terlaksanakan dan bernilai 0
apabila salah satu langkah kegiatan pembelajaran belum terlaksana.
a. Kisi-Kisi Observasi Kemampuan Kerjasama siswa di Kelas
Eksperimen
Kisi-Kisi observasi kemampuan kerjasama siswa di Kelas
Eksperimen mempunyai lima Indikator yang dijadikan tolak ukur untuk
mengamati siswa dalam bekerjasama didalam kelompok dengan
menggunakan metode buzz group discussion dengan permainan rolet.
Lima indikator kerjasama yang akan diamati oleh peneliti yaitu
tanggung jawab setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas,
kontribusi setiap anggota kelompok, penyamaan pendapat seluruh
anggota kelompok, sikap saling membantu anggota kelompok, dan
adanya interaksi tatap muka antar anggota kelompok. Didalam
indikator tersebut terdapat sepuluh aspek yang diamati oleh peneliti
69

untuk mengamati kemampuan kerjasama siswa di kelas eksperimen


terdapat pada tabel 3.2 yaitu :
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa di Kelas
Eksperimen
Jumlah
Aspek
Aspek Aktifitas Siswa Aktifitas
No Indikator
yang diamati Siswa
yang
diamati
1. Tanggung Jawab setiap Siswa bersedia 4
anggota dalam berdiskusi dengan teman
menyelesaikan tugas sekelompoknya untuk
menjawab soal
Siswa bersedia
mengerjakan tugas sesuai
jabatan masing-masing
yang telah ditentukan
oleh guru.
Siswa menuliskan hasil
diskusi kelompok.
Siswa menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh
guru dengan tepat waktu.
2. Kontribusi Setiap Siswa bersedia 3
anggota kepada bergabung dengan teman
kelompok sekelompoknya.
Siswa bersedia mematuhi
permainan rolet saat
pembelajaran
berlangsung.
Siswa bersedia
memberikan ide atau
pendapat dalam diskusi
kelompok.
3. Penyamaan Pendapat Siswa menghormati 3
seluruh anggota. pendapat dari siswa lain
ketika menyampaikan
pendapatnya.
70

Tabel 3.2 (Lanjutan)


Siswa memberikan
tanggapan dari pendapat
yang disampaikan oleh
siswa lain.
Siswa menerima jawaban
yang telah didiskusikan.
4. Sikap Saling membantu Siswa membantu 2
sesama anggota kelompok menjelaskan kepada
anggota kelompok yang
belum mengerti.
Siswa membantu teman
sekolompoknya untuk
aktif dalam diskusi.
5. Adanya interaksi tatap Siswa duduk saling 1
muka yang dapat berhadapan ketika diskusi
meningkatkan sukses satu berlangsung.
sama lain diantara anggota
kelompok.

jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diperoleh : N= jumlah skor maksimum
x 100

Kriteria penilaian :
85% - 100% = Sangat baik
67% - 84% = Baik
51% - 66 % = Cukup baik
<50% = Kurang baik.

b. Kisi-Kisi Observasi Kemampuan Kerjasama siswa di Kelas


Kontrol
Kisi-kisi observasi kemampuan kerjasama siswa di kelas
kontrol mempunyai lima Indikator yang dijadikan tolak ukur untuk
mengamati siswa dalam bekerjasama di dalam kelompok dengan
metode konvensional. Lima indikator kerjasama yang akan diamati
oleh peneliti yaitu tanggung jawab setiap anggota kelompok dalam
menyelesaikan tugas, kontribusi setiap anggota kelompok, penyamaan
pendapat seluruh anggota kelompok, sikap saling membantu anggota
kelompok, dan adanya interaksi tatap muka antar anggota kelompok. Di
dalam indikator tersebut terdapat sepuluh aspek yang diamati oleh
71

peneliti untuk mengamati kemampuan kerjasama siswa di kelas


kontrol, aspek yang diamati untuk observasi kerjasama di kelas kontrol
dan eksperimen berbeda,, tabel untuk kisi-kisi observasi kemampuan
kerjasama di kelas kontrol yaitu sebagai berikut
Tabel 3.3
Kisi-kisi Observasi Instrumen Kemampuan Kerjasama Siswa di
Kelas Kontrol

Jumlah
Aspek
Aspek Aktifitas Siswa Aktifitas
No Indikator
yang diamati Siswa
yang
diamati
1. Tanggung Jawab setiap Siswa bersedia 4
anggota dalam berdiskusi dengan teman
menyelesaikan tugas sekelompoknya untuk
menjawab soal
Siswa bersedia
mengerjakan tugas sesuai
perintah yang telah
ditentukan oleh guru.
Siswa menuliskan hasil
diskusi kelompok.
Siswa menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh
guru dengan tepat waktu.
2. Kontribusi Setiap Siswa bersedia 3
anggota kepada bergabung dengan teman
kelompok sekelompoknya.
Siswa bersedia mematuhi
aturan yang
diperintahkan oleh guru
saat pembelajaran
berlangsung.
Siswa bersedia
memberikan ide atau
pendapat dalam diskusi
kelompok.
72

Tabel 3.3 (Lanjutan)


3. Penyamaan Pendapat Siswa menghormati 3
seluruh anggota. pendapat dari siswa lain
ketika menyampaikan
pendapatnya.
Siswa memberikan
tanggapan dari pendapat
yang disampaikan oleh
siswa lain.
Siswa menerima jawaban
yang telah didiskusikan.
4. Sikap Saling membantu Siswa membantu 2
sesama anggota kelompok menjelaskan kepada
anggota kelompok yang
belum mengerti.
Siswa membantu teman
sekolompoknya untuk
aktif dalam diskusi.
5. Adanya interaksi tatap Siswa duduk saling 1
muka yang dapat berhadapan ketika diskusi
meningkatkan sukses satu berlangsung.
sama lain diantara anggota
kelompok.

jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diperoleh : N= jumlah skor maksimum
x 100 %

Kriteria penilaian :
85% - 100% = Sangat baik
67% - 84% = Baik
51% - 66 % = Cukup baik
0-50% = Kurang baik.

c. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Pembelajaran IPS ditinjau dari


Kegiatan Guru di Kelas Eksperimen
Kisi-kisi observasi kegiatan pembelajaran IPS ditinjau dari
kegiatan guru di kelas eksperimen, indikatornya mengacu pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di kelas eksperimen. Metode
pembelajaran guru di kelas eksperimen menggunakan buzz group
discussion dengan permainan rolet dan materi yang dijelaskan yaitu
73

konflik dan integrasi sosial. Kisi-kisi observasi kegiatan pembelajaran


di kelas eksperimen mempunyai 27 pernyataan. Kisi-kisi observasi
pembelajaran IPS ditinjau dari kegiatan guru akan diamati oleh guru
mata pelajaran IPS di kelas VIII-1 di SMP Islam Al-Hikmah.
Tabel 3.4
Kisi-kisi observasi kegiatan pembelajaran IPS ditinjau dari
Kegiatan Guru di kelas eksperimen
Indikator Nomor Pernyataan
Kesesuaian dengan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,
rencana pelaksanaan 19,20,21 22,23, 24, 25, 26,27,28
pembelajaran di
kelas eksperimen

d. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Pembelajaran IPS ditinjau dari


Kegiatan Guru di Kelas Kontrol
Kisi-kisi observasi kegiatan pembelajaran IPS ditinjau dari
kegiatan guru di kelas kontrol, indikatornya mengacu pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di kelas kontrol. Metode
pembelajaran guru di kelas eksperimen menggunakan metode
konvensional dan materi yang dijelaskan yaitu konflik dan integrasi
sosial.Kisi-kisi observasi kegiatan pembelajaran dikelas eksperimen
mempunyai 27 pernyataan. Kisi-kisi observasi pembelajaran IPS
ditinjau dari kegiatan guru akan diamati oleh guru mata pelajaran IPS
di kelas VIII-2 di SMP Islamiyah Ciputat.
74

Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Kegiatan Pembelajaran IPS ditinjau dari
Kegiatan Guru di Kelas Kontrol
Indikator Nomor Pernyataan
Kesesuaian dengan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17
rencana pelaksanaan ,18,19,20, 21 22,23, 24, 25, 26,27
pembelajaran di kelas
kontrol

2. Kisi-kisi Soal Tes


Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
memecahkan masalah yaitu dengan menggunkan soal pre-test dan post-
test. Soal pre-test dan post-test berupa soal essay. Soal-soal yang dibuat
untuk pre-test dan post-test sesuai dengan materi pokok yang diajarkan.
Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah konflik dan
integrasi pada mata pelajaran IPS kelas VIII. Pembuatan indikator soal
pretest dan posttest sesuai dengan taksonomi bloom dari C3 (penerapan),
C4 (analisis) dan C5 (sintesis). Adapun kisi-kisi instrument kemampuan
memecahkan masalah seperti terlihat pada tabel 3.6 yaitu:
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Memecahkan Masalah

No Indikator Level Tipe Soal Nomor


Pembelajaran C1 C2 C3 C4 C5 C6 Soal
1. Mengemukakan √ 1 dan 3
pengertian konflik
2. Mengklasifikasikan √ 2
faktor-faktor
penyebab konflik
3. Menganalisis √ 4
akibat terjadinya
konflik.
4. Menganalisis cara √ 5
menangani konflik
75

5. Merumuskan √ 6,7,9 dan


definisi integrasi 10
sosial
6. Menentukan faktor √ 6 dan 8
pendorong
integrasi sosial dan
terbentuknya
integrasi sosial

G. Uji Coba Instrumen


1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang untuk mengukur akurasi butir-
butir pertanyaan didalam instrument. Validnya suatu instrument
dibuktikan dengan adanya uji korelasi antar skor pertanyaan dan skor total
kuesioner. Teknik korelasi yang sering dipakai adalah teknik korelasi
product moment. Ho diterima jika nilai r hitung>r tabel. Uji validas terbagi
menjadi tiga tipe sesuai pengukurannya yaitu validitas isi, validitas
konsep/konstruk, dan validitas kriteria. Hasil uji coba soal akan dianalisis
dengan bantuan software SPSS 21. Uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan uji validitas konstruk dan uji validitas internal. Uji validitas
konstruk yaitu instrument diukur validitasnya berdasarkan pendapat para
ahli yaitu dosen pembimbing. Peneliti juga menggunakan validitas internal
untuk instrument lembar obervasi kerjasama. Dalam validitas internal,
pendapat para ahli yang menentukan instrument valid atau tidak.
Rumus product moment yaitu :
𝑁 ∑ 𝑋 –(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 −(∑ 𝑋2 )} {𝑁 ∑ 𝑌2 −(∑ 𝑌2 )}
2

Keterangan :
N = Jumlah Subjek
X = Variabel pertama
Y = Variabel kedua
XY = Jumlah hasil kali X dan Y
X = Jumlah skor X
76

Y = Jumlah skor Y
𝑋 2 = Jumlah skor kuadrat
𝑌 2 = Jumlah skor kuadrat79
Langkah-langkah Uji validitas dengan menggunakan SPSS yaitu:
a. Klik menu analyze, kemudian pilih menu correlate.
b. Pilih variabel-variabel yang akan diuji validitasnya.
c. Pindahkan variabel-variabel yang akan diuji validitasnya ke bagian
kotak sebelah kanan.
d. Skor item soal akan dikorelasikan dengan jumlah skor masing-masing
responden, maka jumlah skor dengan nama variabel X1 juga harus
dimasukkan ke dalam bagian kotak variables.
e. Pada bagian kotak atau bagian correlation coefficients, klik dan ceklis
kotak bagian Pearson.
f. Pada kotak test of significance dapat dipilih uji dua arah (two-tailed).
g. Klik flac significant correlations
h. Ada kotak dialog bivariate correlation, klik bagian ok.80

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan konsistensi dari suatu
hasil pengukuran. Uji realibilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan
yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jika tidak memenuhi
syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk di uji reabilitas. 81 Uji
realiabilitas pada penelitian ini menggunakan Alfa Cronbach. Alfa
Cronbach adalah koefisien yang menunjukkan seberapa baiknya item
yang positif berkorelasi satu sama lain. Nilai alpha dikatakan realibel

79
. Wiratna dan Poly Endrayanto, Statistik untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha ilmu,
2012), h.177
80
R. Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan program IBM
SPSS Statistics 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h.68-71
81
Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2011),h.248
77

apabila > 0,600. Reabilitas soal pretest dan posstest menggunakan


software SPSS Version 21.
Rumus uji reabilitas yang menggunakan Alfa Cronbach yaitu :82
𝑘 ∑ 𝑎2
𝑟ii = [𝑘−1] [1 − ]
𝑎12

Rumus yang digunakan untuk mencari 𝑎2 yaitu :


(∑ 𝑥2)
∑ 𝑋2−
2 𝑁
𝑎 = 𝑁

𝑟ii = Reabilitas instrument


k = Banyaknya butir pertanyaan
∑ 𝑎2 = Jumlah butir pertanyaan
𝑎12 = Varians total

Langkah-langkah Uji realibilitas dengan menggunakan SPSS


yaitu:
a. Klik analyze, pilih scale.
b. pilih reability analysis
c. pindahkankan data item soal ke kotak sebelah kanan.
d. klik statistics, berikan tanda ceklis pada scale if them correlated,
kemudian klik ok.

82
Logcit, h.186-187
78

H. Teknik Analisis Data


1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah pengujian untuk data yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Ada
beberapa teknik dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara
lain : dengan kertas peluang normal, uji chi-kuadrat, uji Liliefors, dan
teknik Kolmogorov-Sminov, dan SPSS.83
Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan
menggunakan teknik Kolmogorov-Sminov dan Saphiro Wilk. Uji
normalitas menggunakan teknik Kolmogorov-Sminov dan Saphiro
Wilk adalah pengujian data yang disajikan secara individu dan
pengujian normalitas juga dapat menggunakan Q-Q plot yaitu data
dinyatakan berdistribusi normal apabila sebaran data dalam bentuk titik
yang merapat atau berimpit dalam sebuah garis lurus.
Pengujian data yang berdistribusi normal atau tidak berdasarkan
teknik Kolmogorov-Sminov dan Saphiro Wilk yaitu jika taraf
signifikasi (Sig.) yang diperoleh > α = 0,05, maka sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan jika taraf signifikasi (Sig.) yang
diperoleh < α = 0,05, maka sampel bukan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Analisis data untuk uji normalitas menggunakan
aplikasi software SPSS Version 21.
Langkah-langkah Uji normalitas Kolmogorov-Sminov dan
Saphiro-Wilk dengan menggunakan SPSS yaitu :
1) Buka file “metakognisi”
2) Pada menu analyze, kemudian pilih sub menu descriptive statistics,
kemudian klik explore.
3) Masukkan variabel metakognisi pada kotak dependent list,
kemudian pilih plots.

83
Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar, Aplikasi,& Pengembangannya, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group), h.275-276
79

4) Pada descriptive secara otomatis sudah terceklis.


5) Pada boxplot, klik none, selanjutnya klik normality plots with test,
lalu klik continue dan ok.84

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk
melihat adanya perbedaan data dasar (ketidakhomogenan kelompok
yang dibandingkan). Ada beberapa rumus yang digunakan untuk uji
homogenitas yaitu uji Harley, uji Cohran, uji Levene, dan uji Bartlett.
Uji analisis data untuk uji homogenitas menggunakan bantuan aplikasi
software SPSS Version 21. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang
digunakan menggunakan uji Levene. Rumus Uji Levene yaitu :
k
( N  k ) N i ( Z i.  Z ... ) 2
W i 1
k ni
(k  1) ( Z ij  Z i .) 2
i 1 j 1

𝑧𝑖𝑗 = |𝑌𝑖𝑗 − 𝑌̅𝑖 |


Keterangan :
n = Jumlah observasi
k = Jumlah kelompok
𝑌̅𝑖 = Rata-rata dari kelompok ke-i
𝑍𝑖 = Rata-rata kelompok dari z
𝑧𝑖𝑗 = Rata-rata keseluruhan
Jika nilai W<𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜 diterima dan dinyatakan data
sampel atau populasi homogen. Langkah-langkah uji Levene
menggunakan SPSS yaitu sebagai berikut ;
1) Klik variable view, lalu ubah nama variable sesuai kebutuhan
peneliti, setel angka 0 pada kolom decimals.
2) Klik Data View. Ketikkan seluruh data pada kolom.

84
Kadir, Statistik Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dalam Program SPSS,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.156
80

3) Klik analyze, kemudian klik one way anova.


4) Klik variable data pindahkan ke kotak dependent list dan variable
kelas atau kelompok pindahkan ke kotak factor dan kemudian beri
tanda ceklis pada homogeneity of variance test.
5) Klik Continue dan klik ok.
6) Kemudian lihat taraf signifikasi pada tabel test of homogeneity of
variances. Jika taraf signifikasi > 0,05 maka 𝐻𝑜 diterima dan data
dinyatakan homogen.85
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji hipotesis yaitu uji
T-test dan analisis regresi linear.
a. T-test
Uji T-test adalah uji beda yang dilakukan antara dua kelompok
dengan sampel berbeda. Uji T-test ini dilakukan untuk mengetahui
perbedaan rata-rata hitung diantara dua kelompok sampel. T-test dibagi
menjadi dua kategori yaitu : 86
1) Uji beda rata-rata dari kelompok sampel berbeda yang disebut
sampel berbeda disebut sampel bebas (independent sample).
2) Uji beda terhadap rata-rata dari kelompok sampel sama disebut
sampel berhubungan (correlated samples).
Pengujian T-test untuk penelitian ini menggunakan uji T-test
sampel berbeda disebut sebagai sampel bebas (independent sample).
Hasil yang diharapkan peneliti adalah terdapat perbedaan kemampuan
kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Rumus yang digunakan untuk uji T-test
independent samples yaitu:

85
Edi Riadi, Statistik Penelitian, (Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2016), h.135-143
86
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyanti, Metode Penelitian Kuantitatif,
(Jakarta : Gava Media, 2017), h.156
81

̅̅̅̅
𝑋 ̅̅̅̅
1 −𝑋 2
t=
𝑆2 +𝑆2
𝑠 √ 𝑛1 𝑛 2
1 2

Keterangan :
̅̅̅1 = rata-rata sampel kelompok 1
𝑋
̅̅̅2 = rata-rata sampel kelompok 2
𝑋

s = simpangan baku populasi perbedaan rata-rata87

Kriteria pengujian untuk uji T-test independent sampel jika nilai taraf
signifikasi < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima maka terdapat perbedaan
kemampuan kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah di kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tetapi jika nilai taraf signifikasi > 0,05 maka
𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak maka tidak terdapat perbedaan kemampuan
kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah di kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
I. Uji Hipotesis Statistik
1. Perumusan hipotesis pertama
HO = Tidak terdapat perbedaan kemampuan kerjasama dan kemampuan
memecahkan masalah siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan kerjasama dan kemampuan
memecahkan masalah siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen.
HO :𝜇∈ =𝜇𝑘
H 1 : 𝜇∈ ≠ 𝜇𝑘
Keterangan :
𝜇∈ = Rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa di kelas eksperimen
𝜇𝑘 = Rata-rata skor kemampuan kerjasama di kelas kontrol.
2. Perumusan hipotesis kedua

87
Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung : PT Refika Aditama,
2010),h.202
82

HO = Tidak terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah siswa


di kelas kontrol dan kelas eksperimen.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah siswa di
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
HO :𝜇∈ =𝜇𝑘
H 1 : 𝜇∈ ≠ 𝜇𝑘
Keterangan :
𝜇∈ = Rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa di kelas eksperimen.
𝜇𝑘 = Rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa di kelas kontrol.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Profil Sekolah SMP Islam Al-Hikmah
Sekolah SMP Islam Al-Hikmah merupakan Sekolah Menengah
Pertama swasta yang berbasis islam yang berakreditasi A. Sekolah Islam
Al-Hikmah terletak di Jalan Cabe V Kubis IV No. 37 A Pondok Cabe Ilir,
Pamulang Tangerang Selatan. SMP Islam Al-Hikmah di dirikan pada
tanggal 22 November 2007. Status kepemilikan SMP Islam Al-Hikmah
yaitu berbentuk yayasan. Staff dan karyawan yang bekerja di SMP Islam
Al-Hikmah berjumlah 23 orang yang meliputi 16 orang yang bekerja
sebagai guru, 3 orang bekerja sebagai tata usaha, 3 orang bekerja sebagai
petugas kebersihan, dan satu orang bekerja sebagai satpam. Kepala
Sekolah SMP Islam Al-Hikmah bernama Ana Dian Khayani, M.Pd, Wakil
Kurikulum SMP Islam Al-Hikmah bernama Nur Srimasrifah, S.Pd dan
Penanggunng jawab sarana dan prasarana bernama Sholahuddin, S.Pd.I.
Sarana dan prasarana di SMP Islam Al-Hikmah cukup memadai yaitu
seperti terdapat ruang laboratorium, ruang perpustakaan, Lab Komputer
dan ruang kelas. 88
SMP Islam Al-Hikmah menggunakan kurikulum
KEMENDIKBUD RI dan diperkaya dengan muatan kurikulum dalam
bidang keagamaan seperti : Pendidikan agama Islam (aqidah akhlak fiqih,
dan Quran hadist), Bahasa Arab, dan BTQ (Baca Tulis Al-Quran, Tahsin
dan Tahfizh Al-Quran). Kurikulum yang dipakai oleh SMP Islam Al
Hikmah yaitu Kurikulum 2013 revisi 2016 dan KTSP 2006. Kurikulum
2013 revisi 2016 untuk jenjang kelas VII dan VIII. Kurikulum KTSP 2006
untuk jenjang kelas IX. SMP Islam Al-Hikmah mempunyai delapan
kegiatan ekstrakurikuler untuk membangun bakat dan minat siswa di

88
diakses pada tanggal 10 september 2018 pukul 17.27
http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/ff26a8a574b84be2403f#

83
84

sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Islam Al-Hikmah


meliputi :
a. Basket
Jadwal ekstrakurikuler basket setiap hari selasa, pukul 16.00-
17.00. Pelatih ekstrakurikuler basket yaitu Ghamal Dwikana, S.Pd.
Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler basket diharapkan siswa dapat
mengasah bakat mereka dalam bidang olahraga yaitu basket, mengikuti
kompetisi atau turnamen bola basket antar pelajar di tingkat kecamatan,
kabupaten maupun tingkat provinsi. Pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler basket di lapangan sekolah SMP Islam Al-Hikmah.
b. Tahfizh
Jadwal ekstrakurikuler tahfizh setiap hari Senin, pukul 16.00-
17.00. Pelatih ekstrakurikuler tahfiz yaitu Susanto, S.Pd. Kegiatan
ekstrakurikuler tahfizh yaitu hafalan ayat-ayat suci Al-Quran dan
melatih dan mengajarkan siswa dalam membaca Al-Quran yang baik
dan benar. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler tahfizh yaitu membentuk
karakter dan kepribadian islami pada diri siswa, menumbuhkan rasa
cinta siswa kepada Al-Quran, Melatih kemampuan siswa dalam
membaca Al-Quran dan Melatih siswa untuk menghafal 7 Juz Al-
Quran. Kegiatan tahfizh dilaksanakan di Musholla SMP Islam Al-
Hikmah.
c. Tari Saman
Jadwal ekstrakurikuler tari saman setiap hari Sabtu pukul 09.00-
11.00, dan Selasa, pukul 16.00-17.00. Pelatih ekstrakurikuler tari saman
yaitu Bu Cut. Tujuan kegiatan tari saman yaitu melatih minat dan bakat
siswa dalam bidang seni tari daerah dan memumbuhkan rasa cinta siswa
terhadap nilai dan kebudaayan daerah Indonesia, dan dapat mengikuti
kompetisi tari saman antar pelajar di tingkat kecamatan, kabupaten
maupun tingkat provinsi. Kegiatan tari saman dilaksanakan di ruang
kelas lantai 1 yaitu kelas VII-1.
85

d. Marcing Band
Jadwal ekstrakurikuler marcing band setiap hari kamis, pukul
16.00-17.00. Pelatih ekstrakurikuler marcing band yaitu Pak Asep.
Kegiatan ekstrakurikuler marcing band yaitu kegiatan parade musik
yang memainkan jenis lagu mars sekolah, lagu daerah, pop dan jazz.
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler yaitu melatih kreativitas dan bakat
siswa dalam memainkan musik dan dapat mengikuti kompetisi marcing
band antar pelajar di tingkat kecamatan, kabupaten maupun tingkat
provinsi. Kegiatan tari saman dilaksanakan di lapangan sekolah SMP
Islam Al-Hikmah.
e. Memanah
Jadwal ekstrakurikuler memanah setiap hari Jumat pukul 16.00-
17.00. Pelatih ekstrakurikuler yaitu Pak Ubay. Tujuan kegiatan
ekstrakurikuler memanah yaitu melatih siswa untuk konsentrasi, sabar,
mengontrol dirinya untuk tepat memanah sasaran yang ditentukan dan
dapat mengikuti kompetisi olahraga memanah antar pelajar di tingkat
kecamatan, kabupaten maupun tingkat provinsi. Kegiatan olahraga
memanah dilaksanakan di lapangan sekolah SMP Islam Al-Hikmah.
f. Pramuka
Jadwal ekstrakurikuler pramuka setiap hari Rabu, pukul
16.00-17.00. Pelatih ekstrakurikuler pramuka yaitu Pak Emon. Tujuan
kegiatan pramuka yaitu untuk membangun siswa berperilaku mandiri,
setia dan patuh terhadap NKRI, melatih skill atau kemampuan siswa
dalam bidang kepramukaan, dan dapat mengikuti kompetisi pramuka
antar pelajar di tingkat kecamatan, kabupaten maupun tingkat provinsi.
Kegiatan pramuka yang dilakukan di SMP Islam Al-Hikmah yaitu
kegiatan edukatif yang menarik seperti membuat tandu, mempelajari
simbol-simbol pramuka, membuat tenda, dll. Kegiatan ekstrakurikuler
pramuka dilaksanakan di lapangan sekolah SMP Islam Al-Hikmah.
86

g. Hadrah
Jadwal ekstrakurikuler hadrah setiap hari Selasa, pukul 16.00-
17.00. Pelatih ekstrakurikuler hadroh yaitu Pak Irfan. Hadrah yaitu seni
musik islami yang iramanya dihasilkan oleh bunyi rebana dan syair
Islami yang dibawakan saat bermain hadrah yaitu mengandung
ungkapan pujian dan keteladanan sifat Allah Rasulullah Saw. Saat
membawakan musik hadrah, siswa-siswa melakukannya sambil berdiri
dan melantukan syair-syair Islami. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler
hadrah yaitu meningkatkan kreatifitas dan skill atau kemampuan siswa
dalam seni hadrah, menumbuhkan rasa cinta siswa kepada musik musik
islami, dan dapat mengikuti kompetisi hadrah antar pelajar di tingkat
kecamatan, kabupaten maupun tingkat provinsi.
h. Pencak silat
Jadwal ekstrakurikuler pencak silat setiap hari Sabtu, pukul
09.00-11.00. Pelatih ekstrakurikuler pramuka yaitu Pak Indra. Tujuan
kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yaitu mengembangkan
ketangkasan dan kelincahan siswa dalam menyerang lawan maupun
bertahan, melestarikan nilai-nilai dan kebudayaan bangsa Indonesia,
dan dapat mengikuti kompetisi pencak silat antar pelajar di tingkat
kecamatan, kabupaten maupun tingkat provinsi. Kegiatan
ekstrakurikuler pencak silat yaitu dilaksanakan di lapangan sekolah
SMP Islam Al-Hikmah. Kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yaitu
siswa mempelajari pola langkah dan jurus pencak silat yang diajarkan
oleh pelatih pencak silat yaitu pak Indra.
Berikut ini data profil lengkap SMP Islam Al-Hikmah yaitu :
Nama Sekolah : SMP Islam Al-Hikmah
NPSN : 20613598
SK Izin Pendirian Sekolah : 01/Kep/YAY-AH/IV/2006
SK Izin Operasional : 4/2.3/742/Dis.P dan K/200
Kode Pos : 15418
Nomor Telepon : (021) 740976
87

Email : smpalhikmahpc@ymail.com
Luas Tanah : 1.500 𝑚2

Gambar 4.1 Peta denah lokasi SMP Islam Al-Hikmah

a. Nilai akreditasi SMP Islam Al-Hikmah tahun 2016


1) Standar Isi : 95.1325
2) Standar Proses : 91.1290322580645
3) Standar Kelulusan : 92,5
4) Standar Tenaga Pendidik : 89.2361111111111
5) Standar Sarana dan Prasarana : 97.4025974025974
6) Standar Pengelolaan : 95.0819672131148
7) Standar Pembiayaan : 95.2432432432432
8) Standar Penilaian : 94.672131147541
88

b. Visi dan Misi SMP Islam Al-Hikmah


1) Visi SMP Islam Al-Hikmah
Menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif, berkualitas dan
memiliki keunggulan daya saing yang dilandasi akhlaqul karimah
dan ketaatan beribadah.
2) Misi SMP Islam Al-Hikmah
a) Menanamkan nilai-nilai Islam yang kuat sehingga terus melekat
dalam setiap pola perilaku dan aktivitas sehari-hari.
b) Membentuk anak didik yang cerdas, berwawawasan ilmu
pengetahuan luas serta memiliki daya saing (competitive
advantage) dan berakhlaqul karimah.
c) Menanamkan nilai-nilai Islam sebagai konsep pendidikan utama.

c. Prestasi sekolah yang diraih SMP Islam Al-Hikmah


1) Terbaik V Best Field Comander Jaktim Kids Open Marcing Band
I Divisi Junior SMP (Jakarta, 25 November 2017).
2) Terbaik VII Jaktim Kids Open Marcing Band I Divisi Junior SMP
Lomba Konser TK-SD-SMP (Jakarta, 25 November 2017).
3) Juara II Futsal Competition antar SMP/MTs (19 Maret 2017).
4) Juara II Musik Tradisonal FLS2N Tingkat Gugus 04 Kota
Tangerang Selatan Tahun 2015.
5) Terbaik VI Best General Effect Jaktim Kids Open Marcing Bands
I Divisi Junior SMP (Jakarta, 5 November 2017).
6) Juara III Cipta dan Baca Puisi FLS2N Tingkat Gugus 04 Pamulang
Tahun 2017.
7) Juara III Catur Putri OS2N Gugus 04 Pamulang 22-23 Maret 2017.
8) Juara II Pencak Silat Seni Putri Olimpiade Olahraga Siswa
Nasional SMP (O2SN) Tingkat Kota Tangerang Selatan Tahun
2016.
89

9) Juara Bersama Lomba Pencak Silat Putri Olimpiade Olahraga


Siswa Nasional (O2SN) SMP Tingkat Kota Tangerang Selatan
Tahun 2015.
10) Juara II Bola Voli Putri O2SN Gugus 04 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2014.
11) Juara III Pencak Silat Putra O2SN Gugus 04 Pamulang 23-24
Maret 2017.
12) Juara Umum II Tingkat SMP Kejuaraan Pencak Silat Pelajar
Tingkat SD dan SMP Tingkat Kota Tangerang Selatan 18-21
Agustus 2018.
13) Juara III Atletik Putri Tahun 2017.
14) Juara I Catur Putri Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN)
Tingkat SMP Tangerang Selatan Tahun 2016.
Prestasi yang diraih SMP Islam Al-Hikmah sangat banyak dan
didominasi oleh cabang olahraga pencak silat, catur dan bola voli.
Tidak hanya cabang olahraga, prestasi yang diraih oleh SMP Islam Al-
Hikmah juga didominasi oleh cabang seni musik yaitu marcing band.
d. Data Guru, Staff, dan Karyawan SMP Islam Al-Hikmah
Pada tabel 4.1 peneliti menjelaskan data guru,staff, dan karyawan SMP
Islam Al-Hikmah yaitu :
Tabel 4.1
Data guru, staff, dan karyawan SMP Islam Al-Hikmah

No Nama Jabatan
1. Ana Dian Khayani Kepala Sekolah SMP Islam
Al-Hikmah dan Guru
bidang studi PKN kelas IX.
2. Nur Srimasrifah, S.Pd Wakil Kurikulum dan Guru
bidang studi PKN kelas VII
dan IPS kelas VIII.
3. Sholahuddin, S.Pd PJ Sarana dan Prasarana dan
Guru bidang studi
Pendidikan Agama Islam
kelas VII, VIII, dan IX.
90

Tabel 4.1 (Lanjutan)


4. Risa Agustia, S.Pd Guru bidang studi Bahasa
Arab.
5. Jamhuri, S.Pd Guru bidang studi Bahasa
Inggris.
6. Sutanto, S.Pd Guru bidang studi BTQ dan
Tahfiz kelas VII, VIII, dan
IX.
7. Arif Widiarto, S.Pd Guru bidang studi Bahasa
Inggris kelas VII dan VIII.
8. Choirunnisa Septiani, S.Pd Guru bidang studi IPA kelas
VIII dan IX.
9. Muhammad Indra, S.Sos Guru bidang studi SBK dan
prakarya VII, VIII, dan IX.
10. Julia Indriani, S.Pd Guru bidang studi
Matematika dan IPA kelas
VII dan IX.
11. Munawaroh, S.Pd Guru bidang studi PKN
kelas VIII dan IPS kelas IX.
12. Ikhwan Fauzi, S.Kom Guru bidang studi TIK kelas
VIII dan IX.
13. Endang Wahyu, S.I.Kom Guru bidang studi IPS kelas
VII.
14. Ghamal Dwikana, S.Pd Guru bidang studi PJOK
kelas VII, VIII, dan IX.
15. Muhammad Gandhi Sulung, S.Mat Guru bidang studi
matematika kelas VII dan
VIII.
16. Juhriati, S.Pd Guru bidang studi Bahasa
Indonesia kelas VII, VIII,
dan IX.
17. Dede Ashari Tata usaha
18. Yayuk Yuliati Tata usaha
19. Dwi Mailita Tata usaha
20. Mahadi Satpam
21. Subur Petugas kebersihan
22. Rahman Abdul Hakim Petugas kebersihan
23. Sofyan Petugas kebersihan
91

B. Deskripsi data
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh metode Buzz Group
Discussion terhadap kemampuan kerjasama dan kemampuan memecahkan
masalah siswa pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam
Al-Hikmah Pondok Cabe. Penelitiam ini menggunakan pendekatan penelitian
Quasi eksperiment dengan desain penelitian Nonequivalent Kontrol Group
Design. Pengambilan teknik sampel pada penelitian ini menggunakan
purposive sampling yaitu berdasarkan atas pertimbangan tertentu sesuai
dengan keinginan peneliti.
Pada pelaksanaannya peneliti mengambil dua kelompok sampel yang
sudah ditentukan oleh guru kelas atas pertimbangan tertentu untuk dijadikan
sampel. Jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 46 siswa di kelas VIII SMP
Islam Al-Hikmah. Kelas VIII-1 dijadikan sebagai kelas kontrol dengan jumlah
23 siswa dan kelas VIII-2 dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
23 siswa. Kelas Eksperimen mendapat perlakuan menggunakan metode
pembelajaran Buzz Group Discussion dengan permainan rolet dan kelas kontrol
menggunakan metode konvensional berupa diskusi. Pengambilan data pada
penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus sampai dengan
tanggal 6 September 2018. Berikut ini adalah rincian dari deskripsi data lembar
obervasi dan tes :
1. Deskripsi Data Observasi
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi ada dua yaitu
lembar observasi kemampuan kerjasama dan lembar observasi kegiatan
pembelajaran IPS ditinjau dari kegiatan Guru. Lembar obsevasi kerjasama
digunakan sebagai lembar pengamatan untuk mengukur tingkat kerjasama
siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi
kerjasama untuk uji validasnya menggunakan uji validas konstruk dan.
Validitas konstruk yaitu uji validitas instrument berdasarkan pendapat para
ahli. Instrumen lembar observasi kerjasama dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing yaitu Muhammad Arif, M.Pd dan Cut Dhien Nourwahida,
M.A. Instrumen lembar observasi tidak di ujicobakan di kelas IX-1 tetapi
92

instrument tersebut sudah divalidasi oleh dosen ahli yaitu Muhammad


Arif, M.Pd dengan menggunakan lembar uji validitas konstruk (judgments
experts). Lembar observasi kerjasama terdapat 5 indikator yang menjadi
aspek yang diamati pada saat diskusi di kelas yaitu tanggung jawab,
kontribusi, penyamaan pendapat, sikap saling membantu sesama anggota
kelompok, dan Adanya interaksi tatap muka dalam diskusi.
Lembar observasi kegiatan proses pembelajaran IPS ditinjau dari
kegiatan guru dibuat berdasarkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran). Lembar observasi kegiatan proses pembelajaran IPS
ditinjau dari kegiatan guru sudah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen
pembimbing yaitu Muhammad Arif, M.Pd dan Cut Dhien Nourwahida,
M.A. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran selama tiga kali
pertemuan dengan materi pokok berjudul konflik dan integrasi. Pertemuan
pertama peneliti melakuakan pre-test dan melakukan kegiatan proses
pembelajaran dengan materi pengertian konflik dan faktor penyebab
terjadinya konflik. Pertemuan kedua peneliti melakukan kegiatan
pembelajaran dengan materi akibat terjadinya konflik dan cara mengatasi
konflik. Pertemuan ketiga peneliti melakukan kegiatan proses
pembelajaran dengan materi integrasi sosial, faktor pendorong integrasi
sosial dan proses terbentuknya integrasi sosial, pada pertemuan ketiga
peneliti juga memberikan post-test kepada siswa.
2. Deskripsi Data Tes
Teknik pengumpulan data menggunakan tes digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan memecahkan masalah siswa pada materi
yang akan diajarkan yaitu materi konflik dan integrasi. Soal tes
kemampuan memecahkan masalah berjumlah 10 soal yang berbentuk
essay. Sebelum instrument tes diujicobakan pada kelas IX-1, Instrumen
soal tes di konsultasikan terlebih dahulu oleh dosen pembimbing atau
dosen ahli. Apabila instrument sudah disetujui keabsahannya oleh dosen
ahli, peneliti kemudian menggunakan instrument soal tes untuk
diujicobakan. Instrumen soal tes diujicobakan pada kelas IX-1 yang
93

berjumlah 24 siswa. Dari hasil uji validitas terdapat 10 soal valid maka
peneliti dapat menggunakan soal tes kemampuan memecahkan masalah
untuk pre-test dan post-test.

C. Uji Coba Instrumen


1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan peneliti untuk tingkat akurasi instrumen
yang akan diberikan kepada sampel untuk diteliti. Uji validitas yang
digunakan oleh peneliti yaitu lembar observasi kerjasama dan butir soal
tes kemampuan memecahkan masalah. Instrumen lembar observasi
penilaian kerjasama siswa divalidasi oleh dosen ahli yaitu Muhammad
Arif, M.Pd dan Cut Dhien Nourwahida, M.A. Instrumen lembar observasi
penilaian kerjasama juga divalidasi oleh guru mata pelajaran IPS kelas
VIII SMP Islam Al-Hikmah yaitu Nur Srimasrifah, S.Pd. Instrumen
kemampuan memecahkan masalah sudah dikonsultasikan oleh dosen ahli
yaitu Muhammad Arif, M.Pd dan Cut Dhien Nourwahida, M.A. Soal tes
memecahkan masalah berbentuk essay yang berjumlah 10 soal. Setelah
mendapatkan persetujuan mengenai kejelasan dan kevalidtan instrument
dari dosen pembimbing, peneliti melalukan uji validitas di kelas IX-1
dengan jumlah 24 siswa.
Hasil uji coba instrument soal tes kemampuan memecahkan
masalah kemudian dianalisis dengan bantuan software SPSS Version 21.
Berikut Ini hasil uji validitas soal tes kemampuan memecahkan masalah di
kelas XI-1 SMP Islam Al-Hikmah :
Tabel 4.2
Uji Validitas soal tes kemampuan memecahkan masalah

No. Soal r hitung r tabel Hasil


1 0,743 0, 4044 Valid
2 0,412 0, 4044 Valid
3 0,713 0, 4044 Valid
4 0,722 0, 4044 Valid
94

Tabel 4.2 (Lanjutan)


5 0,635 0, 4044 Valid
6 0,615 0, 4044 Valid
7 0,662 0, 4044 Valid
8 0,439 0, 4044 Valid
9 0,501 0, 4044 Valid
10 0,645 0, 4044 Valid

Dari hasil uji validitas soal tes memecahkan masalah, soal dari
nomor 1 sampai dengan nomor 10 dinyatakan valid karena r hitung ≥ r
tabel. Dari tabel di atas dapat dianalisis, soal nomor 2, soal nomor 8, dan
soal nomor 9 memiliki nilai r hitung yang lebih rendah dibandingkan
dengan r hitung yang diperoleh dari beberapa soal lainnya. Soal tes
memecahkan masalah nomor dua yang ditanyakan yaitu tentang faktor
penyebab peristiwa konflik, soal tes memecahkan masalah nomor 8 yang
ditanyakan yaitu tentang faktor pendorong terjadinya integrasi sosial, dan
soal tes memecahkan masalah nomor 9 yang ditanyakan yaitu tentang
respon positif dari integrasi sosial. Tingkat kesukaran soal tes
memecahkan masalah untuk kelas IX-1 terdapat di soal nomor 2, 8, dan 9.
Meskipun soal nomor 2, 8, dan 9 memiliki nilai r hitung lebih rendah
dibandingkan nilai r hitung yang diperoleh beberapa soal lain, soal nomor
2, 8, dan 9 dinyatakan valid. Soal tes memecahkan masalah yang
berjumlah 10 soal dinyatakan valid, setelah itu soal tes kemampuan
masalah diuji reabilitasnya.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yaitu uji untuk menentukan reliabilitasnya
butir-butir soal yang akan djadikan pretest dan posttest. Uji realibilitas
dapat dilakukan, setelah butir-butir soal telah dilakukan uji validitas.
Dalam penelitian menggunakan cronbach alpha untuk menentukan tingkat
reabilitas butir-butir soal tes memecahkan masalah. Butir-butir soal tes
memecahkan masalah dikatakan realibel, apabila nilai alpha ≥ 0,600. Hasil
uji coba instrumen soal tes kemampuan memecahkan masalah kemudian
dianalisis dengan bantuan software SPSS Version 21. Berikut Ini hasil uji
95

reabilitas soal tes kemampuan memecahkan masalah di kelas XI-1 SMP


Islam Al-Hikmah :
Tabel 4.3
Uji Reliabilitas soal tes kemampuan memecahkan masalah

Item Pertanyaan cronbach alpha N of Item Keterangan


Konflik dan 0,807 10 Realibel
Integrasi sosial

Dari hasil uji reabilitas yang terdapat pada tabel di atas, butir-butir
soal tes memecahkan masalah dinyatakan realibel karena nilai cronbach
alpha ≥ 0,600. Nilai cronbach alpha dengan total 0,807 termasuk kategori
yang tinggi untuk uji reabilitas. Apabila soal tes memecahkan masalah
dinyatakan realibel, maka peneliti dapat menggunakan soal tes
memecahkan masalah untuk pretest dan posttest yang akan diujikan di
kelas VIII-1 dan VIII-2.

D. Teknik Analisis Data


1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Data yang akan diuji normalitas yaitu
data pre-test kerjasama siswa dan data pre-test tes memecahkan
masalah. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorof-
Sminov dan Saphiro wilk. Berdasakan uji normalitas Kolmogorof-
Sminov dan Saphiro wilk, data dinyatakan berdistribusi normal apabila
nilai sig > 0,05. Jika nilai sig < 0,05 maka data dinyatakan tidak
berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas Kolmogorof-
Sminov dan Saphiro wilk diperoleh dengan bantuan software SPSS
Version 21.
96

1) Uji normalitas data pretest kerjasama


Uji normalitas data pre-test kerjasama dilakukan untuk
mengetahui data pre-test kerjasama yang ada di kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak. Pengambilan data
pre-test kerjasama kelas kontrol dilakukan di kelas VIII-1 dengan
menggunakan metode konvensional yaitu diskusi dan pengambilan
data pre-test kerjasama kelas eksperimen dilakukan di kelas VIII-2
dengan menggunakan metode buzz group discussion. Berikut ini
hasil uji normalitas data pretest kerjasama di kelas eksperimen dan
kelas kontrol :
Tabel 4.4
Uji Normalitas Data Pretest Kerjasama Siswa Kelas Kontrol dan
Eksperimen

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statisti df Sig.


c

kelas .102 23 .200* .954 23 .352


Pretest eksperimen

kelas kontrol .143 23 .200* .917 23 .057

Berrdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil pengujian


normalitas dengan menggunakan Kolmogorof-Sminov dan Saphiro
wilk, data pre-test kerjasama siswa dinyatakan berdistribusi normal
karena nilai taraf signifikasi (Sig) yang diperoleh dari kelas
eksperimen dengan uji normalitas Kolmogorov-Sminov lebih besar
dari 0.05. Hasil yang diperoleh uji normalitas normalitas
Kolmogorov-Sminov di kelas eksperimen yaitu bernilai 0,200 >
0,05. Uji normalitas data pretest kerjasama siswa menggunakan
Shaphiro-Wilk juga dinyatakan berdistribusi normal karena nilai
taraf signifikasi (Sig) yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hasil
97

yang diperoleh uji normalitas menggunakan Shaphiro-Wilk di kelas


eksperimen yaitu bernilai 0,352 > 0,05.
Uji normalitas Kolmogorov-Sminov di kelas kontrol
dinyatakan berdistribusi normal karena nilai taraf signifikasi (Sig)
yang di peroleh lebih besar dari 0,05. Hasil yang diperoleh uji
normalitas data pre-test kerjasama siswa dengan menngunakan
Kolmogorov-Sminov di kelas kontrol yaitu bernilai 0,200 > 0,05.
Uji normalitas data pre-test kerjasama siswa menggunakan
Shaphiro-Wilk juga dinyatakan berdistribusi normal karena nilai
taraf signifikasi (Sig) yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hasil
yang diperoleh uji normalitas menggunakan Shaphiro-Wilk di kelas
eksperimen yaitu bernilai 0,057 > 0,05.

Gambar 4.2 Grafik Data Pretest Kerjasama Siswa Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol
98

Gambar 4.2 Grafik Data Pretest Kerjasama Siswa Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan grafik di atas, data pre-test kerjasama siswa di


kelas kontrol dan kelas eksperimen dinyatakan berdistribusi normal
karena garis yang terbentuk pada grafik kelas eksperimen dan kelas
kontrol berbentuk shape. Berdasarkan grafik di atas, data pre-test
kerjasama siswa di kelas eksperimen dengan jumlah 23 siswa,
mempunyai nilai rata-rata atau mean yang bernilai 74,91 dan standar
deviasi yang bernilai 5,062. Data pre-test kerjasama siswa di kelas
kontrol dengan jumlah 23 siswa, mempunyai nilai rata-rata atau
mean yang bernilai 65,52 dan standar deviasi yang bernilai 6,653.
Dapat disimpulkan data pre-test kerjasama siswa dinyatakan
berdistribusi normal, hal ini telah dibuktikan pada perhitungan uji
normalitas menggunakan Kolmogorof-Sminov dan Saphiro wilk
yaitu berdasarkan taraf signifikasi (Sig) dan grafik uji normalitas
yang menunjukkan data pre-test kerjasama siswa berdistribusi
normal.
99

2) Uji normalitas data pre-test kemampuan memecahkan masalah


Uji normalitas data pre-test kemampuan memecahkan
masalah dilakukan untuk mengetahui data pre-test kemampuan
memecahkan masalah yang ada dikelas kontrol dan kelas
eksperimen berdistribusi normal atau tidak. Pengambilan data pre-
test kemampuan memecahkan masalah kelas kontrol dilakukan di
kelas VIII-1 dan pengambilan data pre-test kemampuan
memecahkan masalah kelas eksperimen dilakukan di kelas VIII-2.
Soal yang diberikan dalam bentuk essay dengan jumlah butir soal
yaitu 10 soal. Soal yang diberikan dan ditanyakan kepada siswa
berkaitan dengan materi konflik dan integrasi sosial. Berikut ini hasil
uji normalitas data pre-test kemampuan memecahkan masalah di
kelas eksperimen dan kelas kontrol :

Tabel 4.5
Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Memecahkan Masalah
Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statisti Df Sig.


c

kelas .140 23 .200* .978 23 .869


Pretest eksperimen
kelas kontrol .179 23 .054 .923 23 .077

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil pengujian


normalitas dengan menggunakan Kolmogorof-Sminov dan Saphiro
wilk, data pre-test kemampuan memecahkan masalah dinyatakan
berdistribusi normal karena nilai taraf signifikasi (Sig) yang
diperoleh dari kelas eksperimen dengan uji normalitas Kolmogorov-
100

Sminov lebih besar dari 0.05. Hasil yang diperoleh uji normalitas
Kolmogorov-Sminov di kelas eksperimen yaitu bernilai 0,200 >
0,05. Uji normalitas data pre-test kemampuan memecahkan masalah
menggunakan Shaphiro-Wilk juga dinyatakan berdistribusi normal
karena nilai taraf signifikasi (Sig) yang diperoleh lebih besar dari
0,05. Hasil yang diperoleh uji normalitas menggunakan Shaphiro-
Wilk di kelas eksperimen yaitu bernilai 0,869 > 0,05.
Uji normalitas data pre-test kemampuan memecahkan
masalah dengan menggunakan Kolmogorov-Sminov di kelas kontrol
dinyatakan berdistribusi normal karena nilai taraf signifikasi (Sig)
yang di peroleh lebih besar dari 0,05. Hasil yang diperoleh uji
normalitas Kolmogorov-Sminov di kelas kontrol yaitu bernilai
0,054 > 0,05. Uji normalitas data pre-test kemampuan memecahkan
masalah menggunakan Shaphiro-Wilk juga dinyatakan berdistribusi
normal karena nilai taraf signifikasi (Sig) yang diperoleh lebih besar
dari 0,05. Hasil yang diperoleh uji normalitas menggunakan
Shaphiro-Wilk di kelas eksperimen yaitu bernilai 0,077 > 0,05.

Gambar 4.3
Grafik Data Pretest Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
101

Gambar 4.3
Grafik Data Pretest Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan grafik di atas, data pre-test kemampuan


memecahkan masalah siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen
dinyatakan berdistribusi normal karena garis yang terbentuk pada
grafik kelas eksperimen dan kelas kontrol berbentuk shape.
Berdasarkan grafik di atas, data pre-test kemampuan memecahkan
masalah siswa di kelas eksperimen dengan jumlah 23 siswa,
mempunyai nilai rata-rata atau mean yang bernilai 69,04 dan standar
deviasi yang bernilai 9,796. Data pre-test kemampuan memecahkan
masalah siswa di kelas kontrol dengan jumlah 23 siswa, mempunyai
nilai rata-rata atau mean yang bernilai 63,74 dan standar deviasi
yang bernilai 11,286. Dapat disimpulkan data pre-test kemampuan
memecahkan masalah siswa dinyatakan berdistribusi normal, hal ini
telah dibuktikan pada perhitungan uji normalitas menggunakan
Kolmogorof-Sminov dan Saphiro wilk yaitu berdasarkan taraf
signifikasi (Sig) dan grafik uji normalitas yang menunjukkan data
pretest kemampuan memecahkan masalah siswa berdistribusi
normal.
102

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data penelitian
mempunyai data yang homogen atau tidak. Data yang akan diuji
homogenitas yaitu data pre-test kerjasama siswa dan data pre-test tes
memecahkan masalah. Penelitian ini menggunakan uji homogenitas
Levene. Berdasakan uji homogenitas Levene, data dinyatakan homogen
apabila nilai sig > 0,05. Jika nilai sig < 0,05 maka data dinyatakan tidak
homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas Levene diperoleh dengan
bantuan software SPSS Version 21.
1) Uji homogenitas data pretest kemampuan kerjasama siswa
Uji homogenitas data pre-test kemampuan kerjasama siswa
dilakukan untuk mengetahui data pre-test kerjasama yang ada
dikelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai data yang
homogen atau tidak. Pengambilan data pre-test kemampuan
kerjasama siswa kelas kontrol dilakukan di kelas VIII-1 dengan
menggunakan metode konvensional yaitu diskusi dan pengambilan
data pretest kerjasama kelas eksperimen dilakukan di kelas VIII-2
dengan menggunakan metode buzz group discussion. Berikut ini
hasil uji homogenitas data pre-test kerjasama di kelas eksperimen
dan kelas kontrol :
Tabel 4.6
Uji Homogenitas Data Pretest Kerjasama Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol

Test of Homogeneity of Variances


Pretest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.259 1 44 .078

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil pengujian


homogenitas dengan menggunakan Levene, data pre-test kerjasama
siswa dinyatakan homogen karena nilai taraf signifikasi (Sig) yang
diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih besar dari
103

0,05. Hasil yang diperoleh uji homogenitas dengan menggunakan


Levene di kelas eksperimen kontrol yaitu Levene statistic bernilai
3.259 dengan Sig 0,078 > 0,05. Dapat disimpulkan data pre-test
kerjasama siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai
data yang homogen.
2) Uji homogenitas data pretest kemampuan memecahkan masalah
Uji homogenitas data pre-test kemampuan memecahkan
masalah dilakukan untuk mengetahui data pre-test kemampuan
memecahkan masalah yang ada dikelas kontrol dan kelas
eksperimen mempunyai data yang homogen atau tidak.
Pengambilan data pretest kemampuan memecahkan masalah kelas
kontrol dilakukan di kelas VIII-1 dan pengambilan data pretest
kemampuan memecahkan masalah kelas eksperimen dilakukan di
kelas VIII-2. Soal yang diberikan dalam bentuk essay dengan jumlah
butir soal yaitu 10 soal. Soal yang diberikan dan ditanyakan kepada
siswa berkaitan dengan materi konflik dan integrasi sosial.
Berikut ini hasil uji homogenitas data pre-test kemampuan
memecahkan masalah di kelas eksperimen dan kelas kontrol :

Tabel 4.7
Uji Homogenitas Data Pretest Kemampuan Memecahkan
Masalah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Pretest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.088 1 44 .768

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil pengujian


homogenitas dengan menggunakan Levene, data pre-test
kemampuan memecahkan masalah siswa dinyatakan homogen
karena nilai taraf signifikasi (Sig) yang diperoleh dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol lebih besar dari 0,05. Hasil yang
diperoleh uji homogenitas dengan menggunakan Levene di kelas
eksperimen kontrol yaitu Levene statistic bernilai 0,088 dengan Sig
104

0,768 > 0,05. Dapat disimpulkan data pre-test siswa kemampuan


memecahkan masalah di kelas kontrol dan kelas eksperimen
mempunyai data yang homogen.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji T-test Independent Sample
Hasil uji prasyarat analisis data menunjukkan data pretest
kerjasama dan data pretest kemampuan memecahkan masalah
mempunyai data yang homogen dan berdistribusi normal. Tahap
selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji T-test independent
sample untuk untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh
metode pembelajaran buzz group discussion terhadap kemampuan
kerjasama siswa dan kemampuan memecahkan masalah pada mata
pelajaran IPS. Kriteria pengujian hipotests T-test independent sample
yaitu apabila nilai taraf signifikasi (Sig) < 0,05 maka terdapat pengaruh
metode buzz group discussion terhadap kerjasama dan kemampuan
memecahkan masalah.
Tabel 4.8
Uji T-test Independent sample Data Pre-test dan Post-test
Kemampuan Kerjasama Siswa Kelas Eksperimen

Post-test kemampuan Independent Sample test (UjT)


Kerjasama t df Sig (2- Kesimpulan
tailed)
Equal variance assumed 7.186 44 .000 𝐻𝑜 ditolak

Equal Variances not 7.186 30.150 .000


assumed

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan, pengujian hipotesis


dengan uji T-test independent sample diperoleh nilai uji t sebesar 7.186
dengan nilai taraf signifikasi (Sig) sebesar 0,000< 0,05 yang berarti
memenuhi kriteria pengujian yaitu ((Sig.(2-tailed))<0,05 yaitu
0,000<0,05 maka HO ditolak dan H1 diterima. Dapat ditarik kesimpulan
105

bahwa terdapat pengaruh metode buzz group discussion dengan


permainan rolet terhadap kemampuan kerjasama siswa.

Tabel 4.9
Uji T-test Independent sample Data Pre-test dan Post-test
Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas Eksperimen

Post-test kemampuan Independent Sample test (UjT)


Kerjasama t df Sig (2- Kesimpulan
tailed)
Equal variance assumed 4.172 44 .000 𝐻𝑜 ditolak
Equal Variances not 4.172 38.079 .000
assumed

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan, pengujian hipotesis


dengan uji T-test independent sample diperoleh nilai uji t sebesar 4.172
dengan nilai taraf signifikasi (Sig) sebesar 0,000< 0,05 yang berarti
memenuhi kriteria pengujian yaitu ((Sig.(2-tailed))<0,05 yaitu
0,000<0,05 maka HO ditolak dan H1 diterima. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh metode buzz group discussion dengan
permainan rolet terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa.
Dapat disimpulkan bahwa metode buzz group discussion dengan
permainan rolet berpengaruh terhadap kemampuan kerjasama siswa
dan kemampuan memecahkan masalah siswa, hal ini dibuktikan dengan
nilai taraf signifikasi (Sig) < 0,05.
106

E. Pembahasan Temuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode buzz group
discussion terhadap kemampuan kerjasama dan kemampuan memecahkan
masalah pada mata pelajaran IPS di kelas VIII. Penelitian dilaksanakan di SMP
Islam Al-Hikmah Pondok Cabe. Kelas VIII-1 sebagai kelas kontrol dan Kelas
VIII-2 sebagai kelas eksperimen. Jumlah siswa yang dijadikan sampel untuk
penelitian berjumlah 46 siswa yaitu 23 siswa dari kelas kontrol dan 23 siswa
dari kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data digunakan oleh peneliti yaitu
lembar observasi kerjasama, lembar kegiatan belajar mengajar guru, soal tes
memecahkan masalah, dan dokumentasi. Lembar observasi kerjasama diisi
oleh guru dengan memberikan skor 1-4. Indikator yang terdapat di lembar
observasi kerjasama ada 5 yaitu tanggung jawab setiap anggota, kontribusi
setiap anggota kepada kelompok, penyamaan pendapat seluruh anggota, sikap
saling membantu sesama anggota, dan Adanya interaksi tatap muka yang dapat
meningkatkan sukses satu sama lain diantara anggota kelompok. Jumlah aspek
yang diamati dari lembar observasi kerjasama siswa berjumlah 13 soal.
Berikut ini kategori skor lembar observasi kerjasama siswa untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol :
Tabel 4.10
Ketentuan Nilai Kerjasama di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Skor Kuantitatif Kategori
85≤X≤100 Sangat baik
67≤X≤84 Baik
51≤X≤66 Cukup baik
0≤X≤50 Kurang
107

Pada tabel 4.11 dijelaskan nilai rata-rata pretest kerjasama di kelas


kontrol dan kelas eksperimen :
Tabel 4.11
Nilai Rata-rata Pretest Kerjasama di Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Kelas Nilai Nilai Rata-rata Kategori
Tertinggi Terendah
Eksperimen 83 65 74,91 Baik
Kontrol 75 56 65,52 Baik

Berdasarkan pada tabel 4.11 nilai rata-rata yang diperoleh kelas


eksperimen sebesar 74,91 yang mempunyai kategori baik dan kelas kontrol
mempunyai nilai rata-rata 65,52. Kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya
mempunyai selisih perbadaan rata-rata 9,39 angka. Instrumen yang digunakan
untuk pengumpulan data selanjutnya yaitu instrument berupa soal tes
memecahkan masalah. Sebelum instrument soal tes memecahkan masalah
diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen, instruumen soal tes
memecahkan masalah terlebih dahulu diujicobakan di kelas IX yang sudah
menerima materi konflik dan integrasi.
Soal yang diuji cobakan berjumlah 10 soal dalam bentuk essay. Uji
coba instrument soal tes memecahkan masalah digunakan untuk mengetahui
tingkat validatas soal tes. Uji validitas instrument dilakukan di kelas IX-1
dengan jumlah 26 siswa. Perhitungan uji validitas diperoleh dengan bantuan
software SPSS Version 21. Hasil uji validitas diperoleh bahwa soal yang
berjumlah 10 soal dan berbentuk essay dinyatakan valid semua. Soal yang
mempunyai nilai r hitung yang tinggi untuk uji validitas yaitu soal nomor 1
dengan nilai r hitung 0,743, soal nomor 3 dengan nilai r hitung 0,713, dan soal
nomor 4 dengan nilai r hitung 0,722. Soal yang mempunyai nilai r hitung yang
rendah untuk uji validitas yaitu soal nomor 2 dengan nilai r hitung 0,412 ,soal
nomor 8 dengan nilai r hitung 0,439, dan soal nomor 9 dengan nilai r hitung
0,501.
108

Setelah dilakukan uji validitas, tahap selanjutnya adalah melakukan uji


reabiitas. Dari hasil uji reabilitas yang terdapat pada tabel di atas, butir-butir
soal tes memecahkan masalah dinyatakan realibel karena nilai cronbach alpha
≥ 0,600. Nilai cronbach alpha dengan total 0,807 termasuk kategori yang tinggi
untuk uji reabilitas. maka peneliti dapat menggunakan soal tes memecahkan
masalah untuk pre-test dan post-test yang akan diujikan di kelas VIII-1 dan
VIII-2. Tahap selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas dan uji
normalitas sebagai salah satu syarat analisis data. Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Hasil yang diperoleh uji
normalitas normalitas Kolmogorov-Sminov di kelas eksperimen yaitu bernilai
0,200 > 0,05.
Uji normalitas data pre-test kerjasama siswa menggunakan Shaphiro-
Wilk juga dinyatakan berdistribusi normal karena nilai taraf signifikasi (Sig)
yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hasil yang diperoleh uji normalitas
menggunakan Shaphiro-Wilk di kelas eksperimen yaitu bernilai 0,352 > 0,05.
Uji normalitas untuk data pre-test kemampuan memecahkan masalah juga
mempunyai data yang berdistribusi normal dengan nilai taraf signifikasi (Sig)
sebesar 0,077 > 0,05. Di kelas kontrol untuk data pretest kerjasama dan
kemampuan memecahkan masalah juga mempunyai data yang berdistribusi
normal.
Uji homogenitas untuk mengetahui data pretest kemampuan kerjasama
dan kemampuan memecahkan masalah mempunyai data yang homogen atau
tidak. hasil pengujian homogenitas dengan menggunakan Levene, data pretest
kerjasama siswa dinyatakan homogen karena nilai taraf signifikasi (Sig) yang
diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih besar dari 0,05. Hasil
yang diperoleh uji homogenitas dengan menggunakan Levene di kelas
eksperimen kontrol yaitu Levene statistic bernilai 3.259 dengan Sig 0,078 >
0,05. Hasil yang diperoleh uji homogenitas untuk data pretest kemampuan
memecahkan masalah dengan menggunakan Levene di kelas eksperimen
kontrol yaitu Levene statistic bernilai 0,088 dengan Sig 0,768 > 0,05 Dapat
disimpulkan data pretest kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah
109

siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai data yang homogen.
Dalam pengujian hipotesis, peneliti menggunakan uji T-test paired samples
dengan bantuan software SPSS Version 21.
1. Pengaruh Metode Buzz Group Discussion terhadap Kemampuan
Kerjasama Siswa pada Mata Pelajaran IPS
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al Hikmah yang terletak di
Pondok Cabe. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling yaitu berdasarkan atas pertimbangan tertentu sesuai dengan
keinginan peneliti. Kelas VIII-1 sebagai kelas kontrol dan Kelas VIII-2
sebagai kelas eksperimen. Jumlah siswa yang dijadikan sampel untuk
penelitian berjumlah 46 siswa yaitu 23 siswa dari kelas kontrol dan 23
siswa dari kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data digunakan oleh
peneliti yaitu lembar observasi kerjasama, lembar kegiatan belajar
mengajar guru. Kelas eksperimen dalam proses pembelajarannya
menggunatan metode buzz group discussion. Metode pembelajaran buzz
group discussion adalah metode diskusi kelompok kecil yang terdiri dari
4-5 orang siswa. Metode pembelajaran buzz group bertujuan untuk melatih
siswa dalam berdiskusi, bertukar pendapat dengan teman sekelompoknya,
mengemukakan ide-ide terkait materi diskusi. Metode pembelajaran buzz
group dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan.
Metode buzz group discussion dapat meningkatkan keterampilan
kerjasama siswa pada mata pelajaran IPS. Dalam pembagian tugas dalam
metode buzz group discussion terdapat 3 peran yang harus dilakukan oleh
siswa yaitu ketua kelompok, juru bicara dan notulen atau sekertaris dari
masing-masing kelompok. Pembagian peran tugas tersebut ditentukan
oleh guru. Di kelas kontrol dalam proses pembelajarannya menggunakan
metode konvensional berupa diskusi. Pembagian kelompok untuk kelas
eksperimen yaitu ada 6 kelompok yang anggota kelompoknya terdiri dari
4-5 orang. Pembagian kelompok untuk kelas kontrol yaitu ada 3 kelompok
yang anggota kelompoknya terdiri dari 7-8 orang.
110

Pengukuran kemampuan kerjasama siswa di kelas eksperimen dan


kelas kontrol menggunkan lembar observasi kemampuan kerjasama.
Indikator kemampuan kerjasama dirumuskan berdasarkan teori dari tokoh
yang bernama Isjoni.Indikator kemampuan kerjasama terdiri dari 5
indikator yaitu yaitu tanggung jawab setiap anggota, kontribusi setiap
anggota kepada kelompok, penyamaan pendapat seluruh anggota, sikap
saling membantu sesama anggota, dan Adanya interaksi tatap muka yang
dapat meningkatkan sukses satu sama lain diantara anggota kelompok.
Dari hasil pretest kerjasama di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dalam
penilaian kemampuan kerjasama kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata
yang cukup tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelas eksperimen
memperoleh nilai rata-rata sebesar 74,91 dan kelas kontrol memperoleh
nilai rata-rata sebesar 65,52. Kategori nilai rata-rata pretest kerjasama di
kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai kategori kerjasama yang
baik.
Seperti terlihat pada tabel 4.12 rata-rata pretest kemampuan
kerjasama siswa di kelas eksperimen perindikator kerjasama yaitu :
Tabel 4.12
Rata-Rata Pretest Kemampuan Kerjasama Kelas Eksperimen
Indikator Kemampuan Rata-rata Kemampuan
Kerjasama Kerjasama Kelas Eksperimen
Tanggung jawab setiap anggota 73,77
Kontribusi setiap anggota kepada 76,90
kelompok
Penyamaan pendapat seluruh 71,15
anggota
Sikap saling membantu sesama 70,71
anggota
Adanya interaksi tatap muka 82,0
yang dapat meningkatkan sukses
satu sama lain
74,91
111

Berdasarkan tabel 4.12, nilai rata-rata pretest kemampuan


kerjasama kelas eksperimen dapat dianalisis bahwa siswa lebih dominan
berinteraksi tatap muka dengan teman sekelompoknya yang mempunyai
rata-rata 82,0. Ketika guru mulai memerintahkan siswa untuk bergabung
dengan teman sekelompoknya, siswa langsung bergegas merapikan
bangku dan meja dari masing-masing kelompok untuk duduk berhadapan
dengan anggota kelompok lain. Walaupun pada hari pertama, dalam
pengaturan meja dan bangku untuk membuat setiap anggota duduk
berhadapan memakan waktu 5 menit.
Indikator kerjasama selanjutnya yang lebih dominan yaitu
kontribusi setiap anggota kelompok. Siswa lebih dominan mempunyai
sikap untuk berkontribusi dengan kelompoknya masing-masing. Indikator
kontribusi setiap anggota mempunyai rata-rata 76,90. Kontribusi siswa
dalam kerjasama kelompok yaitu seperti siswa bersedia bergabung dengan
teman sekelompoknya masing-masing sesuai dengan pembagian
kelompok yang ditentukan oleh guru. Siswa juga mematuhi aturan
permainan rolet yang diperintahkan oleh guru.
Dalam aturan permainan rolet guru memerintahkan kepada ketua
kelompok yang menjadi perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk
memutar rolet. Guru memberikan kesempatan untuk ketua kelompok
memutar rolet sebanyak 4 kali. Tujuan ketua kelompok memutar rolet
adalah untuk menentukan kartu soal yang didapat masing-masing
kelompok dan kemudian soal tersebut dikerjakan pada masing-masing
kelompok. Kontribusi dalam pemberian ide atau pendapat di setiap
kelompok berjalan dengan baik, semua anggota kelompok membantu
menyampaikan pendapat untuk menemukan jawaban yang tepat, tetapi
sebagian anggota kelompok masih ada yang bersikap pasif dalam
menyampaikan pendapat.
Indikator kerjasama siswa selanjutnya yaitu tanggung jawab setiap
anggota yamg mempunyai nilai rata-rata 73,77. Indikator tanggung jawab
siswa dalam kerjasama terbagi menjadi tiga yaitu siswa bersedia
112

berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk menjawab soal, siswa


bersedia mengerjakan tugas sesuai dengan jabatannya masing-masing, dan
siswa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Pada pertemuan
pertama ketika siswa bergabung dengan teman sekelompoknya, siswa
mempunyai tanggung jawab untuk berdiskusi dengan teman
sekelompoknya mengenai soal atau masalah yang diberikan oleh guru.
Walaupun ada sebagian anggota kelompok masih pasif dalam berdiskusi.
Soal yang diberikan oleh guru kepada masing-masing kelompok
yaitu kasus konflik tentang buruh yang menolak adanya upah murah dan
para pengusaha pabrik. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
sesuai dengan jabatan masing-masing yang sudah ditentukan oleh guru.
Pembagian jabatan dalam kelompok ada 3 yaitu ketua kelompok,
sekertaris, dan juru bicara atau presentator. Ketua kelompok bertugas
untuk mengatur jalannya diskusi, sekertaris bertugas untuk mencatat hasil
diskusi kelompok, dan presentator atau juru bicara bertugas untuk
menjelaskan atau memaparkan hasil diskusi kelompok. Presentator yang
mempresentasikan hasil diskusi berjumlah dua orang.
Walaupun siswa sudah mendapatkan jabatan atau peran tugas
masing-masing, semua anggota kelompok harus tetap menyumbangkan
ide atau pendapat dalam diskusi. Dalam menuliskan hasil diskusi, siswa
harus menuliskan hasil diskusi kelompoknya di buku catatan dan
membantu sekertaris untuk menuliskan hasil diskusi di lembar jawaban
kerja kelompok yang diberikan oleh guru. Pada hari pertama sebagian
siswa menuliskan hasil diskusi di buku tulis masing-masing dan
menyelesaikan tugas tepat waktu. Sebagian siswa belum menyelesaikan
tugasnya untuk menulis hasil diskusi kelompok di buku catatannya
masing-masing dan mengumpulkan tugasnya pada pertemuan berikutnya.
Indikator kemampuan kerjasama selanjutnya yaitu penyamaan
pendapat seluruh anggota kelompok yang mempunyai nilai rata-rata 71,15.
Indikator penyamaan pendapat seluruh anggota kelompok terdiri dari
sikap menghormati siswa dalam menyampaikan pendapat, siswa
113

memberikan tanggapan dari pendapat yang disampaikan dari siswa lain,


dan adanya sikap menerima atau menyetujui jawaban yang telah
didiskusikan. Pada pertemuan pertama sebagian siswa dari masing-masing
kelompok menghormati siswa dari kelompok lain dalam menyampaikan
pendapat yaitu dengan menyimak dan memperhatikan ketika siswa lain
menyampaikan pendapat tentang materi yang didiskusikan. Sebagian
siswa kurang menyimak dan memperhatikan siswa dalam menyampaikan
pendapat. Dalam pemberian tanggapan kepada kelompok lain, sebagian
siswa aktif dalam menaggapi dan bertanya kepada kelompok lain dan
sebagian masih ada yang pasif dalam menaggapi pendapat dari kelompok
lain. Penerimaan jawaban yang telah didiskusikan, sebagian besar siswa
menerima jawaban yang telah disimpulkan oleh guru.
Indikator kemampuan kerjasama yang terakhir yaitu sikap saling
membantu sesama anggota kelompok yang mempunyai rata-rata sebesar
70,71. Indikator sikap saling membantu terdiri dari dua yaitu siswa
bersedia membantu menjelaskan kepada anggota kelompok dan siswa
membantu teman sekelompoknya untuk aktif dalam berdiskusi. Pada
pertemuan pertama, sebagian siswa di dalam kelompok menjelaskan
kepada teman sekelompoknya ketika temannya kurang memahami soal
yang diberikan oleh guru dan sebagian siswa mengerjakan soal sendiri
tanpa mengetahui teman sekelompoknya kurang mengerti tentang soal
yang diberikan oleh guru. Dalam hal membantu teman sekolompoknya
untuk aktif berdiskusi, sebagian siswa ada yang mencoba untuk
memotivasi dengan cara memberikan pendapatnya tentang jawaban yang
telah dijawab oleh temannya merupakan jawaban yang tepat, sehingga
teman sekelompoknya mempunyai tingkat kepercayaan diri untuk aktif
dalam berdiskusi.
Pada pertemuan kedua dan ketiga, kerjasama siswa pada kelas
eksperimen meningkat dibandingkan pada pertemuan pertama. Pada
pertemuan kedua, siswa yang tadinya pasif dalam berdiskusi mulai aktif
berdiskusi dan siswa lebih banyak memberikan tanggapan ketika
114

berdiskusi, dan siswa lebih menghormati temannya dalam memberikan


pendapat. Berikut ini nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan materi integrasi sosial :
Tabel 4.13
Nilai Rata-rata Posttest Kerjasama di Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Kelas Nilai Nilai Rata-rata Kategori
Tertinggi Terendah
Eksperimen 94 83 89 Sangat Baik
Kontrol 90 67 77 Baik

Berdasarkan tabel 4.3 nilai rata-rata pretest kerjasama kelas kontrol


dan kelas eksperimen mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pretest
kerjasama siswa pada kelas kontrol yaitu 65,52 dan nilai posttest
kerjasama siswa di kelas kontrol sebesar 77. Dari nilai rata-rata pos-ttet
tersebut, kelas kontrol mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dalam kerjasama siswa. Kelas kontrol juga mengalami peningkatan yang
sangat signifikan yaitu dari nilai pre-test yang rata-rata kerjasamanya
sebesar 74, 91 mengalami peningkatan dari nilai post-test kerjasama
sebesar 89. Dapat dianalisis bahwa kelas eksperimen mempunyai tingkat
nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Metode buzz group discussion mempunyai pengaruh yang tinggi
terhadap proses kerjasama siswa dalam diskusi kelompok pada mata
pelajaran IPS. Hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata posttest kerjasama
siswa pada kelas eksperimen. Dalam metode buzz group discussion siswa
lebih teratur dalam berdiskusi, dalam pembagian peran tugas lebih rapi dan
teratur. Metode buzz group discussion yang dilakukan di kelas eksperimen
juga menggunkan permainan rolet sebagai media pembelajaran. Dengan
adanya media permainan rolet siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam
belajar dan proses kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi lebih
menyenangkan.
115

Metode buzz group discussion juga membuat siswa menjadi lebih


aktif dalam menyampaikan pendapat, bertanya, dan menanggapi jawaban
dari teman sekelompoknya. Pada proses pembelajaran mata pelajaran IPS
pertemuan ketiga siswa lebih aktif dalam berdiskusi dibandingkan dengan
pertemuan pertama.
Gambar 4.4
Kerjasama Siswa pada Pertemuan Ketiga di Kelas Eksperimen

Pada gambar 4.4 terlihat suasana kegiatan proses pembelajaran


pada kelas eksperimen, siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya
untuk menemukan jawaban yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran pada gambar 4.4 merupakan
kegiatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah yaitu siswa belajar
untuk berpikir kritis dan menganalisis soal berupa kasus tentang konflik.
Jumlah soal yang akan dikerjakan oleh masing-masing kelompok yaitu 4
soal. Nomor soal yang akan dikerjakan dan didiskusikan dari masing-
masing kelompok berdasarkan pemutaran rolet. Pada gambar 4.4, siswa
berdiskusi dengan fokus dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan oleh guru. Siswa juga saling berkontribusi memberikan
ide satu sama lain untuk menyamakan pendapat dari masing- masing
116

anggota kelompok. Siswa juga berinteraksi tatap muka dalam kelompok


yaitu setiap anggota kelompok duduk berhadapan dan saling berinteraksi
satu sama lain untuk mendiskusikan masalah atau soal yang diberikan oleh
guru.89 Pada pertemuan ketiga, Indikator kerjasama yaitu sikap saling
membantu antara anggota kelompok mulai mengalami peningkatan dan
siswa terlihat aktif dalam menanggapi pendapat dari kelompok lain.
Kerjasama di kelas kontrol, tidak terdapat perlakuan metode
pembelajaran buzz group discussion dengan permainan rolet. Pada kelas
kontrol suasana kegiatan pembelajaran kurang kondusif karena setiap
kelompok terdiri dari 7 atau 8 anggota kelompok. Sebagian siswa masih
pasif untuk menyampaikan pendapat didalam kelompok, hal ini
dikarenakan adanya sikap kurang percaya diri pada siswa. Dalam
kontribusi kerja kelompok, sebagian siswa untuk menyumbangkan ide
masih kurang, hanya sebagian anggota yang lebih dominan untuk
menyumbangkan ide dalam menentukan jawaban yang tepat untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan, metode buzz group
discussion dengan permainan rolet pada mata pelajaran IPS mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan kerjasama siswa karena
metode buzz group discussion adalah metode yang dapat mengarahkan
siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran buzz
group discussion juga dapat melatih siswa dalam bekerjasama dalam
kelompok dan melatih siswa dalam mengumpulkan dan mengolah
informasi untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata nilai kemampuan
kerjasama yang terjadi di kelas eksperimen.

89
Yufi Nurfitasari, Kartika Chrysti Suryandari, dan Suhartono, “Analisis Kemampuan
Kerjasama dalam Pembelajaran IPA (Studi Deskriptif pada Siswa kelas V SD Negeri 4 Kutosari)”,
Jurnal Inovasi Pendidikan, S2017, h. 162
117

Permainan rolet berperan sebagai salah satu media pembelajaran


untuk memotivasi siswa dalam belajar dan menjadi salah satu alternative
dari media pembelajaran yang membuat suasana pembelajaran di kelas
menjadi lebih menarik dan menyenangkan, hal ini dibuktikan ketika siswa
mulai melakukan permainan rolet di depan kelas. Siswa merasa senang dan
antusias dalam memutar rolet. Dalam proses kegiatan pembelajaran
berlangsung, siswa juga merasa tidak jenuh dalam belajar.
Pengujian hipotesis dengan uji T-test independent sample diperoleh
nilai uji t sebesar 7.186 dengan nilai taraf signifikasi (Sig) sebesar 0,000<
0,05 yang berarti memenuhi kriteria pengujian yaitu ((Sig.(2-tailed))<0,05
yaitu 0,000<0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh metode buzz group discussion
terhadap kemampuan kerjasama siswa.

2. Pengaruh Metode Buzz Group Discussion terhadap Kemampuan


Memecahkan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran IPS
Proses pembelajaran IPS di kelas kontrol dan kelas eksperimen
dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Materi yang diajarkan yaitu
tentang konflik dan integrasi. Teknik pengumpulan data digunakan oleh
peneliti yaitu tes memecahkan masalah yang terdiri dari 10 soal yang
berbentuk essay. Dalam proses kegiatan pembelajaran, kelas kontrol
menggunakan metode konvensional yaitu diskusi dan kelas eksperimen
menggunakan metode buzz group discussion dengan permainan rolet.
Kegiatan pembelajaran pemecahan masalah pada pembelajaran IPS dalam
diskusi pada pertemuan pertama siswa mendiskusian soal tentang kasus
konflik antara buruh pabrik dan para pengusaha pabrik, pada pertemuan
kedua siswa mendiskusikan soal tentang konflik antara ojek online dengan
ojek pangkalan, dan pertemuan ketiga soal tentang kasus integrasi sosial
yang membahas perbedaan status ekonomi di kalangan masyarakat.
118

Teknik Buzz Group Discussion adalah teknik diskusi yang lebih


menekankan untuk siswa belajar untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru. Teknik buzz group discusssion juga dapat
meningkatkan daya kognitif siswa terutama dalam pelajaran IPS. Didalam
pelajaran IPS siswa akan dapat belajar menganalisis suatu masalah dan
belajar untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran IPS dengan
menggunakan teknik buzz group discussion dapat membuat siswa antusias
dalam belajar, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.90
Tingkat kemampuan memecahkan masalah siswa diukur
berdasarkan hasil tes. Indikator soal tes kemampuan memecahkan masalah
dibuat berpedoman dari langkah-langkah proses pemecahan masalah
menurut Polya yaitu memahami masalah, menyusun rencana,
91
melaksanakan rencana, dan memeriksa hasil yang diperoleh. Dari
langkah-langkah proses pemecahan masalah menurut polya, peneliti
mengembangkan indikator kemampuan memecahkan masalah menjadi 10
yaitu Siswa dapat mengidentifikasi informasi yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal, Siswa dapat menjelaskan masalah sesuai dengan
kalimat sendiri, Siswa harus menyederhanakan masalah, Siswa harus
mencari dan mengurutkan informasi untuk menyelesaikan masalah, Siswa
membuat hipotesis untuk menyelesaikan masalah, Siswa melakukan
penyelidikan dengan data dan informasi yang diperoleh, Siswa membuat
alternatif pemecahan masalah, Siswa melakukan pengujian alternatif
solusi untuk pemecahan masalah, Siswa memeriksa kembali kesesuaian
semua informasi dan jawaban yang telah dituliskan, Siswa membuat
kesimpulan berdasarkan masalah yang diberikan oleh guru.

90
Gede Surjana, Nyoman Garminah, Luh Putu Putrini Mahadewi, “ Pengaruh Teknik Buzz
Group terhadap Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa IPS SD”, Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan PGSD, Vol.2 No.1, 2014, h. 4
91
Hikmah Maghfiratun Nisa, Cholis Sa’dijah, dan Abd Qohar, “Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa SMK Bergaya Kognitif Field Dependent”, Jurnal FKIP UNS, 2016,
h.231
119

. Tabel 4.14
Nilai Rata-rata Pre-test Kemampuan memecahkan masalah di
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
Terendah
Eksperimen 90 48 69,04
Kontrol 88 48 63,74

Berdasarkan tabel 4.14, data pre-test kemampuan memecahkan


masalah siswa dikelas ekperimen dan kelas kontrol yaitu kelas eksperimen
mendapatkan nilai rata rata pretest sebesar 69,04 dan kelas kontrol
mendapatkan nilai rata-rata pre-test sebesar 63,74. Nilai terendah pre-test
yang diperoleh kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 48. Dari hasil
nilai pre-test, kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang cukup tinggi
dibandingkan kelas kontrol.
Pada pertemuan pertama di kelas ekperimen, kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah untuk soal diskusi kelompok, siswa lebih
mudah untuk mengidentifikasi informasi yang diketahui dan ditanyakan
dalam soal, Siswa dapat menjelaskan masalah sesuai dengan kalimat
sendiri, Siswa harus mencari dan mengurutkan informasi untuk
menyelesaikan masalah, Siswa memeriksa kembali kesesuaian semua
informasi dan jawaban yang telah dituliskan. Indikator lain dalam
kemampuan memecahkan masalah belum maksimal dilakukan oleh siswa.
Indikator kemampuan memecahkan masalah pada pertemuan pertama
hanya 4 indikator yang sudah sangat dipahami oleh siswa.
Pada pertemuan kedua, kemampuan memecahkan masalah siswa
mulai meningkat cukup signifikan, siswa mulai bisa menyederhanakan
masalah, Siswa membuat hipotesis untuk menyelesaikan masalah, Siswa
melakukan penyelidikan dengan data dan informasi yang diperoleh, Siswa
membuat alternatif pemecahan masalah, Siswa melakukan pengujian
alternatif solusi untuk pemecahan masalah.
120

Pada pertemuan ketiga, siswa sudah bisa memahami dan


melakukan 10 indikator kemampuan memecahkan masalah. Hal ini
dibuktikan dengan lembar kerja kelompok diskusi yang dikerjakan oleh
siswa mempunyai jawaban yang tepat untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru.
Gambar 4.5
LKK Pertemuan Ketiga di Kelas Eksperimen

Berdasarkan gambar 4.5 dapat dianalisis bahwa siswa memahami


indikator kemampuan memecahkan masalah pada poin pertama yaitu
siswa mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan ditanyakan
dalam soal secara tepat. Siswa memahami informasi yang ada dan
ditanyakan di dalam soal kemudian menganalisis informasi tersebut
dengan menggunakan kalimat atau kata-kata yang dijabarkan sendiri oleh
siswa. Indikator pada poin kedua yaitu siswa menuliskan masalah sesuai
dengan kalimat yang telah didiskusikan dengan masing-masing anggota
kelompok.
Indikator pada poin ketiga yaitu Siswa harus menyederhanakan
masalah dengan cara menjabarkan pola masalah yang ada pada soal
menjadi lebih ringkas dan jelas. Indikator pada poin keempat yaitu Siswa
harus mencari dan mengurutkan informasi dengan cara mencari dan
121

mengumpulkan teori yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Indikator


pada poin kelima yaitu Siswa membuat hipotesis untuk menyelesaikan
masalah dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat
rencana penyelesaian atau solusi dari masalah yang ada pada soal.
Indikator keenam yaitu Siswa melakukan penyelidikan dengan data dan
informasi yang diperoleh dengan cara mencocokkan teori yang tepat
dengan hipotesis yang dibuat. Indikator ketujuh yaitu Siswa membuat
alternatif pemecahan masalah dengan cara memilih pilihan dari beberapa
rumusan yang didiskusikan oleh siswa yang akan dijadikan solusi untuk
menyelesaikan masalah.
Indikator kedelapan yaitu Siswa melakukan pengujian alternatif
solusi untuk pemecahan masalah dengan menggunakan teori yang tepat
dikombinasikan dengan pilihan rumusan siswa yang sudah didiskusikan.
Indikator kesembilan yaitu Siswa memeriksa kembali kesesuaian semua
informasi dan jawaban yang telah dituliskan dengan cara mengkoreksi
jawaban dengan teliti dan melihat kesesuaian soal dengan jawaban yang
dituliskan. Indikator kesepuluh yaitu Siswa membuat kesimpulan
berdasarkan masalah yang diberikan oleh guru dengan cara siswa
membuat ringkasan atau simpulan dari jawaban dari masalah yang
terdapat di dalam soal.
Pertemuan ketiga, nilai tes kemampuan memecahkan masalah
siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Kelas ekperimen memiliki nilai rata-rata posttest
sebesar 85 dan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata pretest sebesar 75.
Kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata posttest lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai rata-rata post-test kelas kontrol. Pembelajaran
pemecahan masalah di kelas kontrol, memiliki daya analisis yang cukup
baik tetapi ada sebagian siswa masih kurang memahami dalam
menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah. Suasana pembelajaran
di kelas kontrol kurang kondusif karena setiap kelompok terdiri dari 7
122

atau 8 anggota kelompok. Siswa kurang aktif dalam bertanya kepada


guru untuk menanyakan soal yang kurang dipahami.
Pembelajaran pemecahan masalah di kelas eksperimen, memiliki
daya analisis yang baik dalam memahami masalah yamg diberikan oleh
guu, menjelaskan masalah dengan bahasa sendiri, membuat hipotesis
sampai penarikan kesimpulan. Kelas eksperimen dalam kegiatan
pembelajarannya menggunakan metode buzz group discussion dengan
permainan rolet.
Dalam pembelajaran buzz group discussion, siswa dibagi menjadi
6 kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota kelompok dan adanya peran
tugas yang akan dijalankan oleh masing-masing kelompok yaitu ketua
kelompok, sekertaris atau notulen, dan juru bicara atau presentator.
Pembelajaran IPS dikelas eksperimen menggunakan metode buzz group
discussion merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan analisis
siswa dalam menyelesaikan suatu masalah, dan dapat meningkatkan daya
kognitif siswa dalam hasil belajar IPS. Dengan adanya permainan rolet
suasana pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Pengujian hipotesis dengan uji T-test paired samples diperoleh
nilai t sebesar 4.172 dengan nilai taraf signifikasi (Sig) sebesar 0,000<
0,05 yang berarti memenuhi kriteria pengujian yaitu ((Sig.(2-
tailed))<0,05 yaitu 0,000<0,05 maka HO ditolak dan H1 diterima. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh metode buzz group
discussion terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa.
123

F. Keterbatasan Masalah
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu :
1. Pelaksanaan pembelajaran metode buzz group discussion dengan
permainan rolet membutuhkan banyak waktu, sehingga harus
disesuaikan materi yang akan diajarkan dengan alokasi waktu yang
tersedia pada mata pelajaran IPS di SMP.
2. Pada pertemuan pertama, pelaksanaan pembelajaran metode buzz group
discussion dengan permainan rolet saat kegiatan diskusi kelompok
dimulai, kelas menjadi kurang kondusif.
3. Pembelajaran metode buzz group discussion dengan permaian rolet
dibutuhkan persiapan khusus yaitu persiapan penggunaan media
pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar.
BAB V
KESIMPULAN , IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode buzz group
discussion dengan permainan rolet untuk mengukur kemampuan kerjasama
siswa dan kemampuan memecahkan masalah siswa pada mata pelajaran IPS di
SMP Islam Al-Hikmah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode buzz group discussion
dengan permainan rolet terhadap kemampuan kerjasama siswa. Hal ini
dibuktikan dari uji Pengujian hipotesis dengan uji T-test independent
sample diperoleh nilai t sebesar 7.186 dengan nilai taraf signifikasi (Sig)
sebesar 0,000< 0,05 yang berarti memenuhi kriteria pengujian yaitu
((Sig.(2-tailed))<0,05 yaitu 0,000<0,05 maka HO ditolak dan H1 diterima
berarti terdapat perbedaan kemampuan kerjasama antara dua kelompok
yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen memperoleh
nilai rata-rata post-test kemampuan kerjasama sebesar 89 dan kelas kontrol
memperoleh nilai 77.
2. Metode buzz group discussion dengan permainan rolet juga berpengaruh
terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa. Hal ini dibuktikan
dengan Hal ini dibuktikan dari uji Pengujian hipotesis dengan uji T-test
independent sample diperoleh nilai t sebesar 4.172 dengan nilai taraf
signifikasi (Sig) sebesar 0,000< 0,05 yang berarti memenuhi kriteria
pengujian yaitu ((Sig.(2-tailed))<0,05 yaitu 0,000<0,05 maka HO ditolak
dan H1 diterima berarti terdapat perbedaan kemampuan memecahkan
masalah antara dua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata post-test kemampuan
memecahkan masalah sebesar 85 dan kelas kontrol memperoleh nilai 75.

124
125

Berdasarkan hasil penelitian, kelas eksperimen memiliki nilai


posstest kemampuan kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol sehingga metode buzz group
discussion dengan permainan rolet berpengaruh terhadap kemampuan
kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah siswa kelas VIII pada
mata pelajaran IPS di SMP Islam Al-Hikmah.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini memiliki implikasi positif bagi kegiatan
pembelajaran IPS. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan
materi yang akan diajarkan dapat berpengaruh terhadap kemampuan
kerjasama siswa dan kemampuan memecahkan masalah siswa pada mata
pelajaran IPS. Pada proses pembelajaran IPS terdapat perbedaan kemampuan
kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah yang mendapat perlakuan
berupa metode buzz group discussion dengan permainan rolet dengan proses
pembelajaran tanpa menggunakan metode buzz group discussion dengan
permainan rolet.
Diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan
kemampuan memecahkan masalah siswa dengan media dan metode yang
membuat siswa aktif dan membuat suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi guru
untuk memperhatikan metode dan media pembelajaran yang tepat dan
menarik untuk kebutuhan kegiatan proses belajar mengajar.

C. Saran
1. Bagi Pendidik
a. Guru sebaiknya dapat menerapkan metode pembelajaran buzz group
discussion dengan permainan rolet dalam pembelajaran IPS agar
suasana kelas menjadi aktif dan menyenangkan.
b. Metode pembelajaran pembelajaran buzz group discussion dengan
permainan rolet, guru harus mengontrol waktu untuk diskusi siswa agar
tidak memakan waktu lama.
126

c. Diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan


kemampuan memecahkan masalah siswa pada mata pelajaran IPS
dengan media pembelajaran yang menarik yang dapat membuat siswa
aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat melakukan penelitian menggunakan metode buzz group
discussion dengan permainan rolet yang ditinjau dari variabel lain.
b. Peneliti dapat mengembangkan media yang lebih bagus dan menarik
untuk metode buzz group discussion.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu , Ilmu-Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : Rineka Cipta, 2009

Arifin, Zaenal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma, (Bandung:PT


Remaja Rosdakarya,2011

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :


Rineka Cipta, 2013

Arrifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, dan Prosedur, Bumi


Siliwangi : PT Remaja Rosdakarya, 2009

Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali,2011

Azis, Muhammad Saleh, “Penerapan Metode Buzz Group untuk Meningkatkan


Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika di SMP”, Jurnal Matematika, Vol.3,
No.2, 2016

Dewi Anjani, Sucita dan Maridi, “Profil Keterampilan Kerjasama dalam


Kelompok Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta pada Materi Sistem
Peredaran Darah”, Jurnal Seminar Pendidikan Sains II UKSW, 2017

Dyah Puspitasari, Endang Fitriyah Mannan dan Nove E.Variant Anna, “Kerjasama
dan Jaringan Perpustakaan antara Indonesia-Malaysia”, Jurnal Pendidikan
Perpustakaan, Vol.1, 2014

Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyasturi, Metode Penelitian Kuantitatif
untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial, Yogyakarta Gava
Media,2017

Febrianti, Eva Hestiana, “Penerapan Metode Buzz Group dalam Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Persamaan Linear Satu Variabel (SPLDV) dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PTLSV) Bagi Siswa Kelas VIIA
SMPN 3 Kaloran Temanggung Semester dua Tahun ajaran 2015/2016,
Jurnal Pendidikan Matematika, 2016

Fetri Sulistianingsih, Edy Yusmin, dan Agung Hartoyo, “Kemampuan Problem


Solving dalam Materi Bangun Datar Ditinjau dari Tingkat Berpikir
Geometri Van Hille”, Jurnal Pendidikan, 2017

Gede Surjana, Nyoman Garminah dan Luh Putu Putrini Mahadewi, “ Pengaruh
Teknik Buzz Group terhadap Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa IPS

127
128

SD”, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan


PGSD, Vol.2 No.1, 2014

Ginting, Abdurrahman, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung:


Humaniora, 2008

Hakim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima,


2009

Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Rosdakarya,


2006

Hesti Cahyani dan Ririn Wahyu Setyawati, Pentingnya Peningkatan Kemampuan


Pemecahan Masalah melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul
Menghadapi MEA, “Seminar Nasional Matematika X Universitas
Semarang 2016

Hikmah Maghfiratun Nisa, Cholis Sa’dijah, dan Abd Qohar, “Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMK Bergaya Kognitif Field
Dependent”, Jurnal FKIP UNS, 2016

H. Sapriya, H. Dadamg, Iim Siti Mastiyoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil


Belajar IPS, Bandung: UPI Press, 2006

H.Sapriya, Suliaswati, Sadjaruddin Nurdin, Konsep Dasar IPS, Bandung:UPI


Press, 2008

http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/ff26a8a574b84be2403f diakses
pada tanggal 10 september 2018 pulkul 17.27

(https://www.metropoliscasino.com/indonesian/roulette.html), diakses pada 7


September 2017 Pukul 14.00

(http:////www.slideshare.net/AngelUriel9/sejarah-dan-pengertian-permainan-
roulette), diakses pada 7 september 2017 Pukul 15.45

Irianto,Agus, Statistik Konsep Dasar, Aplikasi,& Pengembangannya, (Jakarta :


Kencana Prenada Media Group, 2010

Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung :


Alfabeta, 2016

Kadir, Statistik Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dalam Program SPSS,
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015
129

Karmila, “Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini Melalui Permainan


Rolet Kata di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Kubang Agam”, Jurnal
Pesona PAUD, Vol.1, 2012

Komaro, Endang, Belajar dan Pembelajaran Interaktif, Bandung: PT Refika


Aditama, 2016

Maasawet, Elsje Theodora, “Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Belajar


Biologi Melalui Penerapan Strategi Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri VI Kota Samarinda Tahun Pelajaran 2010/2011, Jurnal
Pendidikan Biologi, 2011

Mangunhardjana, A.M, Pendidikan Karakter Tujuan, Bahan, Metode, dan


Modelnya, Yogyakarta : Grahatama Semesta, 2016

Maryanah, Fitria,Skripsi Penerapan Metode Buzz Group untuk Meningkatkan


Kerjasama dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas VII C SMP
Negeri 1 Manisrenggo Kabupaten Klaten,(Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta, 2014

Munadi, Sudji i, “Analisis Validasi Kualitas Soal Tes Hasil Belajar pada
Pelaksanaan Program Pembelajaran”, Jurnal Cakrawala Pendidikan, No.1,
2011

Murdiana, I Nyoman, Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran


Matematika, “Jurnal Pendidikan Matematika”, Vol.4, 2015

Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2013

Priansa, Doni Juni, Pengenbangan Strategi dan Model Pembelajaran


(Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran, Bandung : CV Pustaka
Setia, 2017

Rachman, Huriah, Pengembangan Profesi Pendidikan IPS, (Bandung : Alfabeta,


2014

Rafiq, Anisur, Skripsi Penerapan Metode Diskusi Tipe Buzz Group Pada Materi
Virus untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas X-B
MA Bustanul Ulum Pagerharjo Kecamatan Wedarijaksa Pati Tahun Ajaran
2012/2013, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Riadi, Edi, Statistik Penelitian, Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2016

Ridwanuddin, Dindin, Bahasa Indonesia, Ciputat: UIN Press, 2017


130

Ruskandi, Kanda dan Hendra, “Penerapan Metode Problem Solving untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan ke-SD-an,
Vol.No.10, 2016

Saleh, Hairus, “Penerapan Metode Group Discussion pada Mata Kuliah Struktur
Aljabar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa”, Jurnal Matematika,
Vol III, 2016

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung : PT Remaja


Rosdakarya, 2009

Selpiyanti Nasia, Bonifasius Saneba dan Hasdin, “Meningkatkan Kerjasama Siswa


pada Pembelajaran PKN Melalui Value Clarification Technique (VCT) di
Kelas IV GKLB Sabang”, Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol.2, 2014

Solihatin, Etin, Strategi Pembelajaran PPKN, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012

Sudarmanto, R. Gunawan, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan program


IBM SPSS Statistics 19, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung : Alfabeta,


2011

Supranto,Statistik Teori dan Aplikasi,Edisi ketujuh, Jakarta : Erlangga, 2009

Susanto, Ahmad, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:


Prenada Media Group, 2015

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung : PT Remaja


Rosdakarya, 2013, Cet.2

Thobroni, Muhammad, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Ar-ruzz Media,


2017, Cet.2

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat
Bahasa Dapartemen Pendidikan Nasional, 2008

Yarmani, Ayu, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa


Kelas XI MIPA SMA Negeri Kota 1 Jambi”, Jurnal Ilmiah Didakya, 2017

Yaumi, Muhammad, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana,


2013
131

Yufi Nurfitasari, Kartika Chrysti Suryandari, dan Suhartono, “Analisis


Kemampuan Kerjasama dalam Pembelajaran IPA (Studi Deskriptif pada
Siswa kelas V SD Negeri 4 Kutosari)”, Jurnal Inovasi Pendidikan, 2017

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidkan Nasional

Wenita, Musni Firda, Jurnal Upaya Pengenalan Huruf Hijaiyah Melalui Papan
rolet Huruf Hijaiyah di Raudhatul Athfal Salimpat, Padang : Universitas
Padang,2012

Wiratna dan Poly Endrayanto, Statistik untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha


ilmu, 2012)
Lampiran 1
Dokumentasi

132
133
134
Lampiran 2

135
Lampiran 3

136
Lampiran 4

137
Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMP Islamiyah Ciputat


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : VIII/1
Tema : Pengaruh Interaksi Sosial terhadap
Kehidupan sosial dan Kebangsaan
Subtema : Konflik dan Integrasi
Alokasi Waktu : 80 menit (3 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaanya.
KI.3 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
KI.4 Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat), dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar (KD)
3.2 Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda
terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan
kebangsaan.

138
4.2 Menyajikan hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam
ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial dan budaya serta
pengembangan kehidupan kebangsaan.

C. Indikator

1. Mengemukakan pengertian konflik.

2. Mengklasifikasikan faktor-faktor penyebab konflik sosial.

3. Menganalisis akibat terjadinya konflik.

4. Menganalisis cara menangani konflik.

5. Merumuskan definisi integrasi sosial.

6. Menentukan faktor pendorong dan terbentuknya integrasi sosial.

7. Menyajikan hasil laporan diskusi tentang konflik dan integrasi.

D. Tujuan Pembelajaran

1.Siswa dapat mengemukakan pengertian konflik.

2.Siswa dapat mengklasifikan faktor-faktor penyebab konflik sosial.

3. Siswa dapat menganalisis akibat terjadinya konflik.

4. Siswa dapat menganalisis cara menangani konflik.

5. Siswa dapat merumuskan definisi integrasi sosial.

6. Siswa dapat menentukan factor pendorong dan terbentuknya integrasi


sosial.

7. Siswa dapat menyajikan laporan diskusi tentang konflik dan integrasi.

E. Materi Pembelajaran

1. Pengertian konflik.

2. Faktor-faktor penyebab konflik sosial.

139
3. Akibat terjadinya konflik.

4. Cara menangani konflik.

5. Definisi integrasi sosial.

6 Faktor pendorong dan terbentuknya integrasi sosial.

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Saintifik

Model : Cooperative learning

Metode : Buzz group discussion dengan permainan rolet

G. Media Pembelajaran

1. Gambar-gambar yang berkaitan dengan konflik dan integrasi sosial


2. LCD proyektor dan laptop serta tayangan slide power point (ppt)
yang telah disiapkan.

H. Sumber Belajar

Tim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan


Sosial Kelas VIII Edisi Kurikulum 2013 Revisi 2017, (Jakarta: Pusat
kurikulum dan perbukuan Kemendikbud, 2017)

I. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


waktu
Pendahuluan 1. Persiapan psikis dan fisik 10 Menit
dalam membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam
dan berdoa bersama.
2. Peserta didik bersama guru
mengkondisikan kelas.

140
3. Guru memberikan tentang
pengertian konflik dengan
mengaitkan permasalahan
antara supporter Persija dan
Persitara.
4. Memberi motivasi siswa
untuk aktif dalam proses
pembelajaran
5. Guru menjelaskan indikator,
KI, dan KD yang akan dicapai
siswa.
6. Guru menjelaskan metode
pembelajaran buzz group
discussion dengan permainan
rolet..
7. Guru memberikan pengarahan
kepada siswa terkait pretest
sebelum masuk materi
pengertian konflik dan faktor
penyebab konflik

Kegiatan Inti Pelaksanaan Pendekatan 60 Menit


scientific:
1. Guru memberikan soal pre-
test kepada siswa.
2. Siswa diberikan waktu 20
menit untuk mengerjakan soal
pretest.
a. Mengamati/ observing :
1) Guru menjelaskan secara
singkat tentang pengertian
konflik dan faktor-faktor
penyebab terjadinya konflik
sosial.
2) Guru menayangkan gambar
tentang konflik antar inividu
dan kelompok.
3) Guru membagi siswa ke
dalam 5 kelompok terdiri dari
4-5 orang.

141
4) Guru menentukan ketua
kelompok, sekertaris, dan
juru bicara pada setiap
kelompok.
5) Guru meminta ketua
kelompok maju kedepan
kelas untuk memutar rolet.
Ketua kelompok diberi
kesempatan tiga kali dalam
memutar rolet. Setelah
memutar rolet ketua
kelompok mendapatkan
kartu soal yang akan
didiskusikan bersama
kelompoknya.
6) Guru memberikan waktu 15
menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.
7) Guru membimbing siswa
mengamati dan
mengidentifikasi masalah
yang diberikan oleh guru.
8) Guru membimbing siswa
menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.
9) Guru membimbing Siswa
menyederhanakan masalah.
b. Menanya/ Questioning :
Guru memberikan
kesempatan pada siswa
saling mengajukan
pertanyaan tentang
informasi yang tidak
dipahami oleh siswa (guru
berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)
c. Mengumpulkan informasi :
Peserta didik mencari,
mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi di

142
LKS untuk menjawab
soal yang berikan oleh
guru.
d. Mengasosiasikan/mengolah
:
1) Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman
sekolompoknya untuk
menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan
dengan data yang untuk
menyelesaikan masalah
yang diberikan oleh guru.
2) Siswa melakukan
pengujiam alternatif solusi
untuk pemecahan masalah.
3) Siswa memeriksa kembali
kesesuaian semua
informasi dan jawaban
yang telah dituliskan.
4) Siswa membuat
kesimpulan dari
permasalahan yang
diberikan oleh guru.
e. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya /
mengkomunikasikan
1) Guru meminta perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi didepan kelas.
Kelompok lain dapat
menanggapi hasil
presentasi dari masing-
masing kelompok.
2) Setiap kelompok harus
memberikan komentar
terkait hasil diskusi yang

143
dipresentasikan oleh
kelompok lain
3) Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil
diskusi yang
dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok.
4) Guru mengevaluasi
terhadap kekurangan dari
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh siswa.

Penutup 1. Guru menyimpulkan hasil 10 Menit


pembelajaran
2. Guru menginformasikan
materi untuk pertemuan
selanjutnya.

Pertemuan Kedua

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


waktu
Pendahuluan 1. Persiapan psikis dan fisik dalam 10 Menit
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
2. Peserta didik bersama guru
mengkondisikan kelas.
3. Guru memberikan apersepsi
tentang akibat terjadinya konflik
dan cara menangani konflik
dengan mengaitkan permasalahan
konflik antarsupporter Persija
dengan supporter Persitara.
4. Memberi motivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran
5. Guru menjelaskan indikator, KI,
dan KD yang akan dicapai siswa.

144
6. Guru menjelaskan metode
pembelajaran buzz group
discussion dengan permainan
rolet..

Kegiatan Inti 60 Menit


Pelaksanaan Pendekatan scientific:
a. Mengamati/ observing :
1) Guru menjelaskan secara
singkat tentang akibat
konflik dan cara mengatasi
konflik sosial.
2) Guru menanyangkan gambar
tentang tentang akibat dari
konflik sosial.
3) Guru membagi siswa ke
dalam 5 kelompok terdiri dari
4-5 orang.
4) Guru menentukan ketua
kelompok, sekertaris, dan
juru bicara pada setiap
kelompok.
5) Guru meminta ketua
kelompok maju kedepan
kelas untuk memutar rolet.
Setelah memutar rolet ketua
kelompok mendapatkan
kartu soal yang akan
didiskusikan bersama
kelompoknya.
6) Guru memberikan waktu 15
menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.
7) Guru membimbing siswa
mengamati dan
mengidentifikasi masalah
yang diberikan oleh guru.

145
8) Guru membimbing siswa
menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.
9) Guru membimbing Siswa
harus menyederhanakan
masalah.

b. Menanya/ Questioning :
Guru memberikan
kesempatan pada siswa saling
mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak
dipahami oleh siswa (guru
berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)
c. Mengumpulkan informasi :
Peserta didik mencari,
mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi
tentang teori yang dipilih di
LKS untuk menjawab soal
yang berikan oleh guru.

d. Mengasosiasikan/mengolah
:
1) Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman
sekolompoknya untuk
menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan
dengan data yang untuk
menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru.
2) Siswa melakukan pengujiam
alternatif solusi untuk
pemecahan masalah.
3) Siswa memeriksa kembali
kesesuaian semua informasi

146
dan jawaban yang telah
dituliskan.
4) Siswa membuat kesimpulan
dari permasalahan yang
diberikan oleh guru.

e. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya /
mengkomunikasikan
1) Guru meminta perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi didepan kelas.
Kelompok lain dapat
menanggapi hasil presentasi
dari masing-masing
kelompok.
2) Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh
kelompok lain
3) Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok.
4) Guru mengevaluasi terhadap
kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
siswa.

Penutup 1. Guru menyimpulkan hasil 10 Menit


pembelajaran.
2. Guru menginformasikan
materi untuk pertemuan
selanjutnya.

147
Pertemuan Ketiga

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


waktu
Pendahuluan 1. Persiapan psikis dan fisik 10 Menit
dalam membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam
dan berdoa bersama.
2. Peserta didik bersama guru
mengkondisikan kelas.
3. Guru memberikan apersepsi
tentang definisi integrasi dan
factor pendorong dan
terbentuknya integrasi
dengan mengaitkan
keanakeragaman budaya
yang ada di Indonesia.
4. Memberi motivasi siswa
untuk aktif dalam proses
pembelajaran
5. Guru menjelaskan indikator,
KI, dan KD yang akan
dicapai siswa.
6. Guru menjelaskan metode
pembelajaran buzz group
discussion dengan permainan
rolet..
7. Guru memberikan
pengarahan kepada siswa
terkait posttest yang akan
dikerjakan oleh siswa diakhir
pembelajaran

Kegiatan Inti Pelaksanaan Pendekatan scientific: 60 Menit


a. Mengamati/ observing :
1) Guru menjelaskan secara
singkat tentang definisi
integrasi dan faktor
terbentuknya integrasi sosial.

148
2) Guru menanyangkan gambar
tentang konflik poso.
3) Guru membagi siswa ke
dalam 5 kelompok terdiri dari
4-5 orang.
4) Guru menentukan ketua
kelompok, sekertaris, dan
juru bicara pada setiap
kelompok.
5) Guru meminta ketua
kelompok maju kedepan
kelas untuk memutar rolet.
Setelah memutar rolet ketua
kelompok mendapatkan
kartu soal yang akan
didiskusikan bersama
kelompoknya.
6) Guru memberikan waktu 15
menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.
7) Guru membimbing siswa
mengamati dan
mengidentifikasi masalah
yang diberikan oleh guru.
8) Guru membing siswa
menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.
9) Guru membimbing siswa
untuk menyederhanakan
masalah.
b. Menanya/ Questioning :
Guru memberikan
kesempatan pada siswa
saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh
siswa (guru berkeliling
memberikan bimbingan
kelompok)
c. Mengumpulkan informasi :

149
Peserta didik mencari,
mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi
tentang teori yang dipilih di
LKS untuk menjawab soal
yang berikan oleh guru.
d. Mengasosiasikan/mengolah
:
1) Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman
sekolompoknya untuk
menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan
dengan data yang untuk
menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru.
2) Siswa melakukan pengujiam
alternatif solusi untuk
pemecahan masalah.
3) Siswa memeriksa kembali
kesesuaian semua informasi
dan jawaban yang telah
dituliskan.
4) Siswa membuat kesimpulan
dari permasalahan yang
diberikan oleh guru.

e. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya /
mengkomunikasikan
1) Guru meminta perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi didepan kelas.
Kelompok lain dapat
menanggapi hasil presentasi
dari masing-masing
kelompok.

150
2) Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh
kelompok lain
3) Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok.
4) Guru mengevaluasi terhadap
kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
siswa.
5) Guru memberikan posttest
selama 20 menit.

Penutup 1. Guru menyimpulkan hasil 10 Menit


pembelajaran
2. Guru menginformasikan untuk
dilakukan posstest pada
pertemuan selanjutnya.

151
152
a. Penilaian Pengetahuan

Pertemuan Pertama

1) Deskripsikanlah menurut pendapatmu peristiwa yang terjadi pada


gambar diatas! Apakah peristiwa tersebut termasuk konflik? Jelaskan!
2) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar diatas ?
3) Pada gambar diatas, dapatkah kamu menganalisis penyebab peristiwa
yang terjadi?
4) Didalam konflik ada pertentangan antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Termasuk
dalam kategori apakah peristiwa yang terjadi pada gambar diatas?
Jelaskan !
5) Bagaimana cara kalian untuk mengatasi peristiwa yang terjadi pada
gambar diatas?
6) Menurut pendapatmu, Apakah ada respon positif terhadap peristiwa yang
terjadi pada gambar diatas? Jelaskan !

153
Pertemuan Kedua

1) Deskripsikanlah peristiwa yang terjadi pada gambar diatas! Apakah


peristiwa tersebut termasuk konflik? Jelaskan!
2) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar di atas ?
3) Pada gambar diatas, dapatkah kamu menganalisis penyebab peristiwa
yang terjadi?
4) Menurut pendapatmu, akibat apa yang ditimbulkan dari peristiwa yang
terjadi pada gambar diatas?
5) Bagaimana cara kalian untuk mengatasi peristiwa yang terjadi pada
gambar diatas?
6) Dapatkah kalian simpulkan peristiwa yang terjadi pada gambar diatas ?

154
Pertemuan Ketiga

1) Deskripsikanlah menurut pendapatmu peristiwa yang terjadi pada


gambar di atas!
2) Apakah peristiwa tersebut termasuk integrasi sosial? Jika peristiwa
pada gambar di atas termasuk integrasi sosial, Bagaimana proses
terbentuknya integrasi sosial pada gambar diatas? Jelaskan!
3) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar di atas ?
4) Dapatkah kalian menentukan, faktor pendorong apakah yang dapat
mempengaruhi peristiwa pada gambar di atas ?
5) Menurut pendapat kalian, apa respon positf dari peristiwa tersebut ?
6) Dapatkah kalian simpulkan peristiwa yang terjadi pada gambar di
atas?

Total Penilaian pengetahuan : 6X 10 + 40 = 100

155
Kunci Jawaban LKK
Pertemuan Pertama
Soal Jawaban Skor
1. Deskripsikanlah menurut Pada gambar di atas terdapat 10
pendapatmu peristiwa sekumpulan buruh yang
yang terjadi pada gambar berdemo kepada para
diatas! Apakah peristiwa pengusaha pabrik untuk
tersebut termasuk mengemukakan pendapatnya
konflik? Jelaskan! tentang ketidaksetujuan
mengenai pemberian upah
murah.
Peristiwa pada gambar di atas
termasuk konflik karena
adanya perselisihan pendapat
antara para buruh yang
berdemo dengan para
pengusaha pabrik yang dapat
menyebabkan kericuhan.
2. Siapa saja yang terlibat Para buruh dan para 10
pada peristiwa gambar pengusaha pabrik.
diatas ?

3. Pada gambar diatas, Penyebab konflik pada 10


dapatkah kamu gambar di atas yaitu :
menganalisis penyebab a) adanya perbedaan
peristiwa yang terjadi? individu yaitu berupa
perbedaan pandangan
terhadap pendapatan atau
upah yang diberikan
antara para buruh dan
para pengusaha pabrik.
b) adanya perbedaan
kepentingan dalam
bidang ekonomi antara
para buruh dengan para
pengusaha terkait upah
yang diberikan.
c) para pengusaha pabrik
membayar upah atau gaji
para buruh lebih rendah
dari upah minimum.
4. Didalam konflik ada Konflik pada gambar diatas 10
pertentangan antara merupakan jenis konflik
individu dengan individu, kelompok dengan kelompok
individu dengan

156
kelompok, dan kelompok yaitu kelompok buruh dengan
dengan kelompok. kelompok pengusaha pabrik.
Termasuk dalam kategori
apakah peristiwa yang
terjadi pada gambar
diatas? Jelaskan !

5. Bagaimana cara kalian a) Membuat kesepakatan 10


untuk mengatasi berupa kontrak kerja
peristiwa yang terjadi yang dilakukan oleh para
pada gambar diatas? pengusaha pabrik dengan
para buruh mengenai
pemberian upah
minimum terhadap buruh.
b) Adanya tawar menawar
yang dilakukan antara
para buruh dengan para
pengusaha pabrik
mengenai ketentuan upah
minimum yang diberikan
oleh para pengusaha.
c) adanya jaminan
kesehatan dan
keselamatan kerja bagi
para buruh.
d) Pemberian bonus yang
sesuai kepada buruh yang
memang telah terbukti
bekerja dengan baik dan
berkontribusi besar
terhadap perusahaan.
6. Menurut pendapatmu, Menurut pendapat saya, 10
Apa respon positif respon positif pada gambar
terhadap peristiwa yang diatas yaitu
terjadi pada gambar a) Meningkatkan
diatas? Jelaskan ! kesejahteraan buruh.
b) adanya pemberian upah
yang sesuai yang dapat
mencukupi untuk
pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari.

157
Pertemuan Kedua
Soal Jawaban Skor
1. Deskripsikanlah menurut Pada gambar di atas terdapat 10
pendapatmu peristiwa sekumpulan ojek
yang terjadi pada gambar konvensional yang berdemo
diatas! Apakah peristiwa untuk menolak kehadiran
tersebut termasuk ojek online di provinsi
konflik? Jelaskan! Banten.
Peristiwa pada gambar di atas
termasuk konflik karena
adanya perselisihan pendapat
antara para ojek konvensional
yang berdemo dengan
menolak kehadiran ojek
online yang dapat
menyebabkan kericuhan.
2. Siapa saja yang terlibat kelompok ojek konvensional 10
pada peristiwa gambar dengan kelompok ojek
diatas ? online.

3. Pada gambar diatas, Penyebab konflik pada 10


dapatkah kamu gambar di atas yaitu :
menganalisis penyebab a) Pendapatan yang diterima
peristiwa yang terjadi? oleh ojek konvensional
atau pangkalan menurun
drastis semenjak adanya
ojek online.
b) Adanya perbedaan
kepentingan dalam bidang
ekonomi antara ojek
pangkalan atau
konvensional dengan ojek
online.
4. Menurut pendapatmu, Akibat yang dapat 10
akibat apa yang ditimbulkan dari konflik
ditimbulkan dari diatas yaitu :
peristiwa yang terjadi a) Retaknya hubungan
pada gambar diatas? antara kelompok ojek
pangkalan atau
konvensional dengan ojek
online.
b) Rusaknya harta benda
atau fasilitas umum akibat
adanya demo.

158
c) Meningkatnya soidaritas
sesama anggota
kelompok ojek pangkalan
atau konvensional.
5. Bagaimana cara kalian a) Membuat kesepakatan 10
untuk mengatasi antara kelompok ojek
peristiwa yang terjadi pangkalan dan ojek online
pada gambar diatas? mengenai sistem
pembagian penumpang,
ojek online tidak
mengambil penumpang di
lokasi-lokasi
konvensional ojek
pangkalan.
b) Gubernur membatasi
kuota atau jumlah ojek
online yang ada di
provinsi Banten.
6. Dapatkah kalian Dari gambar di atas dapat 10
simpulkan peristiwa yang disimpulkan yaitu terjadi
terjadi pada gambar konflik antara ojek online
diatas ? dengan ojek pangkalan atau
konvensional. Ojek
pangkalan menolak
kehadiran ojek online karena
adanya penurunan
pendapatan yang dialami oleh
ojek pangkalan. Solusi atas
permasalahan diatas yaitu
membuat kesepakatan
mengenai pembagian
penumpang antara ojek
online dengan ojek pangkalan
dan Gubernur membatasi
kuota atau jumlah ojek online
yang ada di provinsi Banten.

159
Pertemuan Ketiga
Soal Jawaban Skor
1. Deskripsikanlah menurut Pada gambar di atas terdapat 10
pendapatmu peristiwa warga masyarakat dari
yang terjadi pada gambar kalangan ekonomi menengah
diatas! bawah dan warga masyarakat
dari kalangan ekonomi
menengah atas. Warga
masyarakat ekonomi
menengah bawah dan
menengah atas bersama-sama
melakukan kegiatan
kerjabakti di wilayah tempat
tinggal mereka.
2. Apakah peristiwa Peristiwa pada gambar di atas 10
tersebut termasuk termasuk integrasi sosial
integrasi sosial? Jika karena adanya penyesuaian
peristiwa pada gambar di unsur-unsur berbeda yaitu
atas termasuk integrasi dari tingkat ekonomi yang
sosial, Bagaimana proses berbeda, tetapi masyarakat
terbentuknya integrasi dapat menerima perbedaan
sosial pada gambar dan menjadi satu kesatuan
diatas? Jelaskan! dalam masyarakat, hal ini
dibuktikan dari adanya
kerjabakti yang dilakukan
oleh semua warga
masyarakat yang ada di
lingkungan sekitar tanpa
memandang warga
masyarakat kaya atau miskin.
Proses terbentuknya integrasi
sosial pada gambar di atas
yaitu :
a) Anggota masyarakat
merasa bahwa mereka
berhasil saling mengisi
kebutuhan kebutuhan
mereka.
b) Masyarakat berhasil
menciptakan kesepakatan
(konsensus) bersama
mengenai nilai dan
norma, sehingga tidak ada
perbedaan dalam status

160
ekonomi dalam
melakukan kegiatan
kerjabakti.
c) Nilai dan norma sosial itu
berlaku cukup lama dan
dijalankan secara
konsisten, sehingga
masyarakat dapat
bertoleransi satu sama
lain dan menjadi satu
kesatuan yang utuh tanpa
memandang adanya
perbedaan.

3. Siapa saja yang terlibat Masyarakat menengah atas 10


pada peristiwa gambar dan masyarakat menengah
diatas ? kebawah.

4. Dapatkah kalian Faktor pendorong peristiwa 10


menentukan, faktor yang terjadi pada gambar
pendorong apakah yang diatas yaitu :
dapat mempengaruhi a) Adanya toleransi
peristiwa pada gambar di terhadap kebudayaan dan
atas ? tingkat ekonomi yang
berbeda.
b) Kesempatan yang
seimbang dalam bidang
ekonomi.
c) Adanya sikap terbuka
dari golongan masyarakat
sekitar.
d) Adanya kesamaan dalam
unsur-unsur kebudayaan
di dalam masyarakat.

161
5. Menurut pendapat kalian, Menurut pendapat kami, 10
apa respon positf dari respon positif dari peristiwa
peristiwa tersebut ? pada gambar di atas yaitu :
a) Tidak memandang
adanya perbedaan baik
itu dalam segi ekonomi,
agama maupun ras.
b) adanya sikap toleransi
dari masyarakat sekitar
yang membuat
masyarakat menjadi
satu kesatuan.
c) Adanya sikap terbuka
dari golongan yang
berbeda.
6. Dapatkah kalian Dari gambar di atas dapat 10
simpulkan peristiwa yang disimpulkan yaitu terjadi
terjadi pada gambar proses integrasi sosial yang
diatas ? tidak memandang perbedaan
dari segi ekonomi antara
masyarakat ekonomi
menengah kebawah dan
masyarakat menengah atas
yang bersama-sama
melakukan kerjabakti di
lingkungan sekitar.

b. Penilaian Keterampilan

Kem
Kemampuan Kemampuan Penuasaan Jumlah
ampuan
No Nama peserta Didik Presentasi Beragumentasi Materi Nilai
Menjawab
1 - 4 1 - 4 1 - 4 1 - 4
1 - 4
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

162
c. Penilaian Sikap

Sikap Spiritual Sikap Sosial


Menghayati Tanggung Rasa Ingin Peduli Nilai
No Nama Karunia Jawab Tahu 1 - 4 Total
Tuhan 1-4 1-4
1 - 4
1.

2.

3.

d. Penilaian Antar Teman

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh teman untuk menilai sikap sosial peserta didik lain.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik :


Nama Peserta Didik yang dinilai :
Tanggal Pengamatan :
Materi Pokok :

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Sikap Spritual
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi
4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan
5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
Jumlah Skor

163
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Sikap Santun
1 Menghormati orang yang lebih tua
2 Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan
orang lain
3 Menggunakan bahasa santun saat menyampaikan
pendapat
4 Menggunakan bahasa santun saat mengkritik pendapat
teman
5 Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat bertemu orang
lain
Jumlah Skor
Sikap Toleransi
1 Menghormati pendapat teman
2 Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras,
budaya, dan gender
3 Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan
pendapatnya
4 Menerima kekurangan orang lain
5 Mememaafkan kesalahan orang lain
Jumlah Skor

Sikap Peduli/ Gotong royong


1 Aktif dalam kerja kelompok
2 Suka menolong teman/orang lain
3 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
4 Rela berkorban untuk orang lain
Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran :
Skor akhir masing-masing sikap menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

164
Konflik dan Integrasi
1. Konflik
A. Pengertian Konflik
Menurut Pendapat dari Robert M.Z Lawang, konflik adalah
perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti nilai, status,
kekuasaan dan sebagainya dengan tujuan tidak hanya memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik terjadi
karena benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lain dalam rangka memperebutkan sumber-sumber
kemasyarakatan (Ekonomi, Politik, Sosial, dan Budaya) yang relatif
terbatas.
Menurut Kartono, konflik merupakan proses sosial yang bersifat
antagonistik dan terkadang tidak bisa diserasikan karena kedua belah pihak
yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan sturktur nilai yang berbeda,
yang tercerbin dalam berbagai bentuk perilaku perlawaan, baik yang halus,
terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka
dalam bentuk tindakan kekerasan.
Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya.

B. Faktor-faktor Penyebab Konflik


1) Perbedaan antarindividu
Manusia adalah individu yang unik. Jangankan manusia yang
berbeda orang tua, suku, dan ras. Manusia yang lahir dalam satu rahim
pun memiliki banyak perbedaan. Walaupun secara fisik sekilas sama,
seperti dalam kasus bayi kembar, belum tentu pendirian dan perasaan
kedua kembar tersebut sama. Perbedaan menjadi faktor penyebab konflik
sosial. Sebab, dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu
sejalan dengan kelompoknya. Sebagai contoh, para siswa dalam satu
kelasmu pasti berbeda tanggapannya ketika mendengar musik saat
belajar. Ada yang merasa terganggu karena suara musik tersebut, ada
pula yang justru merasa terhibur.
2) Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Orang dibesarkan dlaam lingkungan kebudayaan yang berbeda-
beda. Dalam lingkup yang lebih luas, berbagai kelompok kebudayaan
bisa saja memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbda-
beda. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik

165
sosial, sebab kriteria tentang sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas,
atau bahkan berguna -atau tidak berguna sesuatu baik itu benda fisik
maupun nonfisik bisa berbeda-beda.
3) Perbedaan Kepentingan
Sebagai contoh, Pembangunan bandara di Kulonprogo, yogyakarta.
Pemerintah yakin bahwa pembangunan bandara akan meningkatkan
ekonomi masyarakat. Namun, sebagaian masyarakat tidak setuju karena
khawatir lahan pertanian akan hilang, ganti rugi kurang jelas, dan
berbagai alasan lainnya. Peristiwa ini menggambarkan bahwa dalam
melaksanakan pembangunan, pemerintah menghadapi berbagai
kelompok yang memiliki kepentingan berbeda. Bentrokan kepentingan
dapat terjadi dibidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini terjadi
karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang
berbeda-beda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Manusia
memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda. Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Konflik
akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antarkelompok
atau antarkelompok dan individu.
4) Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat
Perundang-undangan atau peraturan yang sifatnya mengubah
kebiasaan masyarakat biasanya dilakukan melalui berbagai kajian
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak kaget dengan
perubahan yang tiba-tiba terjadi. Sebagai contoh, Peraturan merokok
ditempat umum. Pemerintah tidak langsung memberlakukannya
diseluruh masyarakat Indonesia, tetapi dibeberapa tempat yang terbatas
terlebih dahulu, lalu perlahan terus meluas dalam rangka memberi
kesempatan masyarakat untuk memahami peraturan tersebut. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan itu akan menyebabkan konflik
sosial. Suatu konflik memiliki kecenderungan atau kemungkinan untuk
mengadakan penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-
hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan
individu maupun bagian-bagian kelompok tersebut.

166
C. Akibat Konflik
1) Meningkatnya Solidaritas Sesama Anggota Kelompok
Dalam kasus peristiwa pertempuran Surabaya, para pejuang tidak
menghiraukan perbedaan suku, agama, organisasi politik, dan
sebagainya. Mereka bahu-membahu melawan penjajah Inggris
(Sekutu). Terjadinya konflik dengan kelompok lain justru dapat
meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok in-group solidarity
yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2) Retaknya Hubungan Antarindividu atau Kelompok
Konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok dapat
menimbulkan keretakan hubungan. Keretakan tersebut dapat terjadi
sementara atau permanen. Kalian mungkin pernah konflik dengan
teman kalian yang menyebabkan dalam beberapa aktu tidak terjalin
hubungan yang baik. Namun, karena kemudian saling menyadari
kesalahan, kalian akhirnya saling memaafkan.
3) Terjadinya Perubahan Kepribadian Para Individu
Perubahan kepribadian dapat terjadi pada kedua belah pihak yang
mengalami konflik. Kedua pihak saling menyesuaikan atau justru
masing-masing mempertahankan kebenaran yang diyakini.
4) Rusaknya Harta Benda dan Bahkan Hilangnya Nyawa Manusia
Konflik yang berujung pada kekerasan fisik dapat mengakibatkan
kerusakan dan hilangnya nyawa manusia. Sebagai contoh, konflik yang
diakhiri dengan peperangan.
5) Terjadinya Akomodasi, Dominasi, Bahkan Penaklukan Salah Satu
Pihak yang Terlibat dalam Pertikaiaan.

D. Cara Menangani Konflik

1) Menghindar
Kadang orang merasa tidak ada menfaatnya melanjudkan konflik
dengan orang atau kelompok lain. Hal ini mungkin disebabkan
keyakinan bahwa ia tidak akan menang menghadapi konflik. Dalam hal
ini, dia mengorbankan tujuan pribadi ataupun hubungannya dengan
orang lain. Orang ini berusaha menjauhi masalah yang menimbulkan
konflik ataupun orang yang bertentangan dengannya.
2) Memaksakan Kehendak
Teradapat individu atau kelompok yang memandang bahwa
pendapatnya atau idenyalah yang paling benar. Oleh karena itu, dengan
segala cara, konflik harus berakhir dengan kemenangan dipihaknya.
Karena itu, mereka berusaha menguasai lawan-lawannya dan memaksa

167
lawan menerima penyelesaian yang diinginkan. Tujuan pribadinya
dianggap sangat penting, sedangkan hubungan dengan orang lain
kurang begitu penting. Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang
lain. Ia tidak peduli apakah orang lain menyukai dan menerima dirinya
atau tidak. Ia mengnggap bahwa konflik harus diselesaikan dengan cara
satu pihak harus menang.
3) Menyesuaikan Kepada Keinginan Orang Lain.
Terdapat individu yang ingin diterima dan disukai orang lain. Ia merasa
bahwa konflik harus dihindari demi keserasian ( harmoni ) dan ia yakin
bahwa konflik tidak dapat dibicarakan jika merusak hubungan baik. Ia
khawatir apabila konflik berlanjud, seseorang akan terluka dan hal itu
akan menghancurkan hubungan pribadi dengan orang tersebut. Ia
mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
dengan orang lain.
4) Tawar Menawar
Dalam proses tawar-menawar, individu akan mengorbankan sebagaian
tujuannya dan meminta lawan konflik mengorbankan sebagian
tujuannya juga.
5) Kolaborasi
Kolaborasi memandang konflik sebagai masalah yagn harus
diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara-cara untuk mengurangi
ketegangan kedua belah pihak. Ia berusaha memulai sesuatu
pembicaraan yang dapat mengenali konflik sebagai suatu masalah dan
mencari pemecahannya yang memuaskan keduanya.

2. Integrasi Sosial
A. Pengertian Integrasi
Menurut Soerjono Soekanto integrasi sosial adalah salah satu
bentuk proses sosial yang dilakukan oleh berbagai pihak di dalam
mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Permasalahan
ini bisa di latar belakangi dengan adanya kekerasan, konflik sosial, dan
juga ancaman dari pihak lain atau kelompok lain. Integrasi sosial juga
dapat diartikan adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda
dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebut dapat meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan,
sistem nilai, dan lain sebagainya

168
B. Proses Terbentuknya Integrasi Sosial
1) Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan kebutuhan mereka.
2) Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama
mengenai nilai dan norma.
3) Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara
konsisten.

C. Faktor Pendorong Integrasi Sosial


1) Adanya toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda.
2) Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi.
3) Adanya sikap positif terhadap kebudayaan lain.
4) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa.
5) Adanya kesamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6) Adanya perkawinan campur (amalgamasi).
7) Adanya musuh bersama dari luar.

169
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS KONTROL

Nama Sekolah : SMP Islamiyah Ciputat


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : VIII/1
Tema : Pengaruh Interaksi Sosial terhadap
Kehidupan sosial dan Kebangsaan
Subtema : Konflik dan Integrasi
Alokasi Waktu : 80 menit (3x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaanya.
KI.3 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
KI.4 Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat), dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar (KD)
3.2 Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda
terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan
kebangsaan.

170
4.2 Menyajikan hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam
ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial dan budaya serta
pengembangan kehidupan kebangsaan.

C. Indikator

1. Mengemukakan pengertian konflik.

2. Mengklasifikasikan faktor-faktor penyebab konflik sosial.

3. Menganalisis akibat terjadinya konflik.

4. Menganalisis cara menangani konflik.

5. Merumuskan definisi integrasi sosial.

6. Menentukan faktor-faktor terbentuknya dan pendorong integrasi sosial.

7. Menyajikan hasil laporan diskusi tentang konflik dan integrasi.

D. Tujuan Pembelajaran

1.Siswa dapat mengemukakan pengertian konflik.

2.Siswa dapat mengklasifikan faktor-faktor penyebab konflik sosial.

3. Siswa dapat menganalisis akibat terjadinya konflik.

4. Siswa dapat menganalisis cara menangani konflik.

5. Siswa dapat merumuskan definisi integrasi sosial.

6. Siswa dapat menentukan faktor-faktor terbentuknya dan pendorong


integrasi sosial.

7. Siswa dapat menyajikan laporan diskusi tentang konflik dan integrasi.

E. Materi Pembelajaran

1. Pengertian konflik.

2. Faktor-faktor penyebab konflik sosial.

171
3. Akibat terjadinya konflik.

4. Cara menangani konflik.

5. Definisi integrasi sosial.

6 Faktor-faktor terbentuk dan pendorong integrasi sosial.

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Saintifik

Metode : Konvensional (Diskusi)

G. Media Pembelajaran

3. Gambar-gambar yang berkaitan dengan konflik dan integrasi sosial


4. LCD proyektor dan laptop serta tayangan slide power point (ppt)
yang telah disiapkan.

H. Sumber Belajar

Tim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan


Sosial Kelas VIII Edisi Kurikulum 2013 Revisi 2017, (Jakarta: Pusat
kurikulum dan perbukuan Kemendikbud, 2017)

I. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


waktu
Pendahuluan 1. Persiapan psikis dan fisik dalam 10 Menit
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
2. Peserta didik bersama guru
mengkondisikan kelas.
3. Guru memberikan apersepsi
tentang pengertian konflik
dengan mengaitkan permasalahan
antara supporter Persija dan
Persitara.

172
4. Memberi motivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran
5. Guru menjelaskan indikator, KI,
dan KD yang akan dicapai siswa.
6. Guru menjelaskan kepada siswa
mengenai pembelajaran
kelompok yang akan
dilaksanakan.
7. Guru memberikan pengarahan
kepada siswa terkait pretest
sebelum masuk materi pengertian
konflik dan faktor penyebab
konflik

Kegiatan Inti Pelaksanaan Pendekatan scientific: 60 Menit


1. Guru memberikan soal pre-test
kepada siswa.
2. Siswa diberikan waktu 20 menit
untuk mengerjakan soal pretest.

a. Mengamati/ observing :
1) Guru menjelaskan secara
singkat tentang pengertian
konflik dan faktor-faktor
penyebab terjadinya konflik
sosial.
2) Guru menanyangkan gambar
tentang konflik antar
kelompok.
3) Guru membagi siswa ke
dalam 3 kelompok terdiri dari
8 orang.
4) Guru menentukan kartu soal
yang akan dikerjakan oleh
setiap kelompok dan
meminta ketua kelompok
maju kedepan kelas untuk
mengambil kartu soal.
5) Guru memberikan waktu 15
menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.

173
6) Siswa mengamati dan
mengidentifikasi masalah
yang diberikan oleh guru.
7) Guru membimbing siswa
menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.
8) Guru membimbing siswa
untuk menyederhanakan
masalah.
b. Menanya/ Questioning :
Guru memberikan
kesempatan pada siswa
saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh
siswa (guru berkeliling
memberikan bimbingan
kelompok)
c. Mengumpulkan informasi :
Peserta didik mencari,
mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi
tentang teori yang dipilih di
LKS untuk menjawab soal
yang berikan oleh guru.
d. Mengasosiasikan/mengolah
:
1) Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman
sekolompoknya untuk
menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan
dengan data yang untuk
menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru.
2) Siswa melakukan pengujiam
alternatif solusi untuk
pemecahan masalah.

174
3) Siswa memeriksa kembali
kesesuaian semua informasi
dan jawaban yang telah
dituliskan.
4) Siswa membuat kesimpulan
dari permasalahan yang
diberikan oleh guru.

e. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya /
mengkomunikasikan
1) Guru meminta perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi didepan kelas.
Kelompok lain dapat
menanggapi hasil presentasi
dari masing-masing
kelompok.
2) Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh
kelompok lain
3) Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok.
4) Guru mengevaluasi terhadap
kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
siswa.

Penutup 1. Guru menyimpulkan hasil 10 Menit


pembelajaran
2. Guru menginformasikan
materi untuk pertemuan
selanjutnya.

175
Pertemuan Kedua

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


waktu
Pendahuluan 10 Menit
1. Persiapan psikis dan fisik dalam
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
2. Peserta didik bersama guru
mengkondisikan kelas.
3. Guru memberikan apersepsi
tentang akibat terjadinya konflik
dan cara menangani konflik
dengan mengaitkan permasalahan
konflik antarsupporter Persija
dengan supporter Persitara.
4. Memberi motivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran
5. Guru menjelaskan indikator, KI,
dan KD yang akan dicapai siswa.
6. Guru menjelaskan kepada siswa
mengenai pembelajaran
kelompok yang akan
dilaksanakan.
Kegiatan Inti 60 Menit
Pelaksanaan Pendekatan scientific:
a. Mengamati/ observing :
1) Guru menjelaskan secara
singkat tentang akibat konflik
dan cara mengatasi konflik
sosial.
2) Guru menanyangkan gambar
tentang akibat dari konflik
sosial.
3) Guru membagi siswa ke
dalam 3 kelompok terdiri dari
7-8 orang.
4) Guru menentukan kartu soal
yang akan dikerjakan oleh
setiap kelompok dan
meminta ketua kelompok

176
maju kedepan kelas untuk
mengambil kartu soal.
5) Guru memberikan waktu 15
menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.
6) Guru membimbing siswa
mengamati dan
mengidentifikasi masalah
yang diberikan oleh guru.
7) Guru membimbing siswa
menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.
8) Guru membimbing siswa
harus menyederhanakan
masalah.

b. Menanya/ Questioning :
Guru memberikan kesempatan
pada siswa saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh
siswa (guru berkeliling
memberikan bimbingan
kelompok)
c. Mengumpulkan informasi :
Peserta didik mencari,
mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi
tentang teori yang dipilih di
LKS untuk menjawab soal
yang berikan oleh guru.
d. Mengasosiasikan/mengolah
:
1) Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman
sekolompoknya untuk
menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan
dengan data yang untuk

177
menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru.
2) Siswa melakukan pengujiam
alternatif solusi untuk
pemecahan masalah.
3) Siswa memeriksa kembali
kesesuaian semua informasi
dan jawaban yang telah
dituliskan.
4) Siswa membuat kesimpulan
dari permasalahan yang
diberikan oleh guru.
e. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya /
mengkomunikasikan
1) Guru meminta perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi didepan kelas.
Kelompok lain dapat
menanggapi hasil presentasi
dari masing-masing
kelompok.
2) Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh
kelompok lain
3) Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok.
4) Guru mengevaluasi terhadap
kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
siswa.
5) Guru memberikan kisi-kisi
untuk Post-test.

178
Penutup 1. Guru menyimpulkan hasil 10 Menit
pembelajaran.
2. Guru menginformasikan
materi untuk pertemuan
selanjutnya.

Pertemuan Ketiga

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


waktu
Pendahuluan 1. Persiapan psikis dan fisik dalam 10 Menit
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
2. Peserta didik bersama guru
mengkondisikan kelas.
3. Guru memberikan apersepsi
tentang definisi integrasi dan
faktor-faktor terbentuknya dan
pendorong integrasi dengan
mengaitkan keanakeragaman
budaya yang ada di Indonesia.
4. Memberi motivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran
5. Guru menjelaskan indikator, KI,
dan KD yang akan dicapai siswa.
6. Guru Guru menjelaskan kepada
siswa mengenai pembelajaran
kelompok yang akan
dilaksanakan.

Kegiatan Inti Pelaksanaan Pendekatan scientific: 60 Menit


a. Mengamati/ observing :
1) Guru menjelaskan secara
singkat tentang definisi
integrasi dan faktor-faktor
terbentuknya integrasi sosial.
2) Guru menanyangkan gambar
tentang konflik antar inividu
dan kelompok.

179
3) Guru membagi siswa ke 3
dalam kelompok terdiri dari
7- 8 orang.
4) Guru menentukan kartu soal
yang akan dikerjakan oleh
setiap kelompok dan
meminta ketua kelompok
maju kedepan kelas untuk
mengambil kartu soal.
5) Guru memberikan waktu 15
menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.
6) Guru membimbing siswa
mengamati dan
mengidentifikasi masalah
yang diberikan oleh guru.
7) Guru membimbing siswa
menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.
8) Guru membimbing siswa
harus menyederhanakan
masalah.

b. Menanya/ Questioning :
Guru memberikan
kesempatan pada siswa saling
mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak
dipahami oleh siswa (guru
berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)
c. Mengumpulkan informasi :
Peserta didik mencari,
mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi
tentang teori yang dipilih di
LKS untuk menjawab soal
yang berikan oleh guru.
d. Mengasosiasikan/mengolah
:

180
1) Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman
sekolompoknya untuk
menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan
dengan data yang untuk
menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru.
2) Siswa melakukan pengujiam
alternatif solusi untuk
pemecahan masalah.
3) Siswa memeriksa kembali
kesesuaian semua informasi
dan jawaban yang telah
dituliskan.
4) Siswa membuat kesimpulan
dari permasalahan yang
diberikan oleh guru.
e. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya /
mengkomunikasikan
1) Guru meminta perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi didepan kelas.
Kelompok lain dapat
menanggapi hasil presentasi
dari masing-masing
kelompok.
2) Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh
kelompok lain
3) Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok.

181
4) Guru mengevaluasi terhadap
kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
siswa.
5) Guru memberikan post-test
selama 20 menit.

Penutup 1. Guru menyimpulkan hasil 10 Menit


pembelajaran
2. Guru menginformasikan
untuk dilakukan posstest
pada pertemuan selanjutnya.

182
183
a. Penilaian Pengetahuan

Pertemuan Pertama

1) Deskripsikanlah menurut pendapatmu peristiwa yang terjadi pada gambar


diatas! Apakah peristiwa tersebut termasuk konflik? Jelaskan!
2) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar diatas ?
3) Pada gambar diatas, dapatkah kamu menganalisis penyebab peristiwa yang
terjadi?
4) Didalam konflik ada pertentangan antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Termasuk
dalam kategori apakah peristiwa yang terjadi pada gambar diatas? Jelaskan
!
5) Bagaimana cara kalian untuk mengatasi peristiwa yang terjadi pada
gambar diatas?
6) Menurut pendapatmu, Apakah ada respon positif terhadap peristiwa yang
terjadi pada gambar diatas? Jelaskan !

184
Pertemuan Kedua

1) Deskripsikanlah peristiwa yang terjadi pada gambar diatas! Apakah


peristiwa tersebut termasuk konflik? Jelaskan!
2) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar diatas ?
3) Pada gambar diatas, dapatkah kamu menganalisis penyebab peristiwa
yang terjadi?
4) Menurut pendapatmu, akibat apa yang ditimbulkan dari peristiwa yang
terjadi pada gambar diatas?
5) Bagaimana cara kalian untuk mengatasi peristiwa yang terjadi pada
gambar diatas?
6) Dapatkah kalian simpulkan peristiwa yang terjadi pada gambar diatas ?

185
Pertemuan Ketiga

1) Deskripsikanlah menurut pendapatmu peristiwa yang terjadi pada gambar


di atas!
2) Apakah peristiwa tersebut termasuk integrasi sosial? Jika peristiwa pada
gambar di atas termasuk integrasi sosial, Bagaimana proses terbentuknya
integrasi sosial pada gambar diatas? Jelaskan!
3) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar di atas ?
4) Dapatkah kalian menentukan, faktor pendorong apakah yang dapat
mempengaruhi peristiwa pada gambar di atas ?
5) Menurut pendapat kalian, apa respon positf dari peristiwa tersebut ?
6) Dapatkah kalian simpulkan peristiwa yang terjadi pada gambar di atas?

Total Penilaian Pengetahuan : 6X 10 + 40 = 100

186
Kunci Jawaban LKK
Pertemuan Pertama
Soal Jawaban Skor
7. Deskripsikanlah menurut Pada gambar di atas terdapat 10
pendapatmu peristiwa sekumpulan buruh yang
yang terjadi pada gambar berdemo kepada para
diatas! Apakah peristiwa pengusaha pabrik untuk
tersebut termasuk mengemukakan pendapatnya
konflik? Jelaskan! tentang ketidaksetujuan
mengenai pemberian upah
murah.
Peristiwa pada gambar di atas
termasuk konflik karena
adanya perselisihan pendapat
antara para buruh yang
berdemo dengan para
pengusaha pabrik yang dapat
menyebabkan kericuhan.
8. Siapa saja yang terlibat Para buruh dan para 10
pada peristiwa gambar pengusaha pabrik.
diatas ?

9. Pada gambar diatas, Penyebab konflik pada 10


dapatkah kamu gambar di atas yaitu :
menganalisis penyebab d) adanya perbedaan
peristiwa yang terjadi? individu yaitu berupa
perbedaan pandangan
terhadap pendapatan atau
upah yang diberikan
antara para buruh dan
para pengusaha pabrik.
e) adanya perbedaan
kepentingan dalam
bidang ekonomi antara
para buruh dengan para
pengusaha terkait upah
yang diberikan.
f) para pengusaha pabrik
membayar upah atau gaji
para buruh lebih rendah
dari upah minimum.
10. Didalam konflik ada Konflik pada gambar diatas 10
pertentangan antara merupakan jenis konflik
individu dengan individu, kelompok dengan kelompok
individu dengan

187
kelompok, dan kelompok yaitu kelompok buruh dengan
dengan kelompok. kelompok pengusaha pabrik.
Termasuk dalam kategori
apakah peristiwa yang
terjadi pada gambar
diatas? Jelaskan !

11. Bagaimana cara kalian e) Membuat kesepakatan 10


untuk mengatasi berupa kontrak kerja
peristiwa yang terjadi yang dilakukan oleh para
pada gambar diatas? pengusaha pabrik dengan
para buruh mengenai
pemberian upah
minimum terhadap buruh.
f) Adanya tawar menawar
yang dilakukan antara
para buruh dengan para
pengusaha pabrik
mengenai ketentuan upah
minimum yang diberikan
oleh para pengusaha.
g) adanya jaminan
kesehatan dan
keselamatan kerja bagi
para buruh.
h) Pemberian bonus yang
sesuai kepada buruh yang
memang telah terbukti
bekerja dengan baik dan
berkontribusi besar
terhadap perusahaan.
12. Menurut pendapatmu, Menurut pendapat saya, 10
Apa respon positif respon positif pada gambar
terhadap peristiwa yang diatas yaitu
terjadi pada gambar c) Meningkatkan
diatas? Jelaskan ! kesejahteraan buruh.
d) adanya pemberian upah
yang sesuai yang dapat
mencukupi untuk
pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari.

188
Pertemuan Kedua
Soal Jawaban Skor
7. Deskripsikanlah menurut Pada gambar di atas terdapat 10
pendapatmu peristiwa sekumpulan ojek
yang terjadi pada gambar konvensional yang berdemo
diatas! Apakah peristiwa untuk menolak kehadiran
tersebut termasuk ojek online di provinsi
konflik? Jelaskan! Banten.
Peristiwa pada gambar di atas
termasuk konflik karena
adanya perselisihan pendapat
antara para ojek konvensional
yang berdemo dengan
menolak kehadiran ojek
online yang dapat
menyebabkan kericuhan.
8. Siapa saja yang terlibat kelompok ojek konvensional 10
pada peristiwa gambar dengan kelompok ojek
diatas ? online.

9. Pada gambar diatas, Penyebab konflik pada 10


dapatkah kamu gambar di atas yaitu :
menganalisis penyebab c) Pendapatan yang diterima
peristiwa yang terjadi? oleh ojek konvensional
atau pangkalan menurun
drastis semenjak adanya
ojek online.
d) Adanya perbedaan
kepentingan dalam bidang
ekonomi antara ojek
pangkalan atau
konvensional dengan ojek
online.
10. Menurut pendapatmu, Akibat yang dapat 10
akibat apa yang ditimbulkan dari konflik
ditimbulkan dari diatas yaitu :
peristiwa yang terjadi d) Retaknya hubungan
pada gambar diatas? antara kelompok ojek
pangkalan atau
konvensional dengan ojek
online.
e) Rusaknya harta benda
atau fasilitas umum akibat
adanya demo.

189
f) Meningkatnya soidaritas
sesama anggota
kelompok ojek pangkalan
atau konvensional.
11. Bagaimana cara kalian c) Membuat kesepakatan 10
untuk mengatasi antara kelompok ojek
peristiwa yang terjadi pangkalan dan ojek online
pada gambar diatas? mengenai sistem
pembagian penumpang,
ojek online tidak
mengambil penumpang di
lokasi-lokasi
konvensional ojek
pangkalan.
d) Gubernur membatasi
kuota atau jumlah ojek
online yang ada di
provinsi Banten.
12. Dapatkah kalian Dari gambar di atas dapat 10
simpulkan peristiwa yang disimpulkan yaitu terjadi
terjadi pada gambar konflik antara ojek online
diatas ? dengan ojek pangkalan atau
konvensional. Ojek
pangkalan menolak
kehadiran ojek online karena
adanya penurunan
pendapatan yang dialami oleh
ojek pangkalan. Solusi atas
permasalahan diatas yaitu
membuat kesepakatan
mengenai pembagian
penumpang antara ojek
online dengan ojek pangkalan
dan Gubernur membatasi
kuota atau jumlah ojek online
yang ada di provinsi Banten.

Pertemuan Ketiga
Soal Jawaban Skor
7. Deskripsikanlah menurut Pada gambar di atas terdapat 10
pendapatmu peristiwa warga masyarakat dari
yang terjadi pada gambar kalangan ekonomi menengah
diatas! bawah dan warga masyarakat
dari kalangan ekonomi
menengah atas. Warga

190
masyarakat ekonomi
menengah bawah dan
menengah atas bersama-sama
melakukan kegiatan
kerjabakti di wilayah tempat
tinggal mereka.
8. Apakah peristiwa Peristiwa pada gambar di atas 10
tersebut termasuk termasuk integrasi sosial
integrasi sosial? Jika karena adanya penyesuaian
peristiwa pada gambar di unsur-unsur berbeda yaitu
atas termasuk integrasi dari tingkat ekonomi yang
sosial, Bagaimana proses berbeda, tetapi masyarakat
terbentuknya integrasi dapat menerima perbedaan
sosial pada gambar dan menjadi satu kesatuan
diatas? Jelaskan! dalam masyarakat, hal ini
dibuktikan dari adanya
kerjabakti yang dilakukan
oleh semua warga
masyarakat yang ada di
lingkungan sekitar tanpa
memandang warga
masyarakat kaya atau miskin.
Proses terbentuknya integrasi
sosial pada gambar di atas
yaitu :
d) Anggota masyarakat
merasa bahwa mereka
berhasil saling mengisi
kebutuhan kebutuhan
mereka.
e) Masyarakat berhasil
menciptakan kesepakatan
(konsensus) bersama
mengenai nilai dan
norma, sehingga tidak ada
perbedaan dalam status
ekonomi dalam
melakukan kegiatan
kerjabakti.
f) Nilai dan norma sosial itu
berlaku cukup lama dan
dijalankan secara
konsisten, sehingga

191
masyarakat dapat
bertoleransi satu sama
lain dan menjadi satu
kesatuan yang utuh tanpa
memandang adanya
perbedaan.

9. Siapa saja yang terlibat Masyarakat menengah atas 10


pada peristiwa gambar dan masyarakat menengah
diatas ? kebawah.

10. Dapatkah kalian Faktor pendorong peristiwa 10


menentukan, faktor yang terjadi pada gambar
pendorong apakah yang diatas yaitu :
dapat mempengaruhi e) Adanya toleransi
peristiwa pada gambar di terhadap kebudayaan dan
atas ? tingkat ekonomi yang
berbeda.
f) Kesempatan yang
seimbang dalam bidang
ekonomi.
g) Adanya sikap terbuka
dari golongan masyarakat
sekitar.
h) Adanya kesamaan dalam
unsur-unsur kebudayaan
di dalam masyarakat.

11. Menurut pendapat kalian, Menurut pendapat kami, 10


apa respon positf dari respon positif dari peristiwa
peristiwa tersebut ? pada gambar di atas yaitu :
d) Tidak memandang
adanya perbedaan baik
itu dalam segi ekonomi,
agama maupun ras.
e) adanya sikap toleransi
dari masyarakat sekitar
yang membuat
masyarakat menjadi
satu kesatuan.
f) Adanya sikap terbuka
dari golongan yang
berbeda.

192
12. Dapatkah kalian Dari gambar di atas dapat 10
simpulkan peristiwa yang disimpulkan yaitu terjadi
terjadi pada gambar proses integrasi sosial yang
diatas ? tidak memandang perbedaan
dari segi ekonomi antara
masyarakat ekonomi
menengah kebawah dan
masyarakat menengah atas
yang bersama-sama
melakukan kerjabakti di
lingkungan sekitar.

b. Penilaian Keterampilan

Kem
Kemampuan Kemampuan Penuasaan Jumlah
ampuan
No Nama peserta Didik Presentasi Beragumentasi Materi Nilai
Menjawab
1 - 4 1 - 4 1 - 4 1 - 4
1 - 4
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

c. Penilaian Sikap

Sikap Spiritual Sikap Sosial


Menghayati Tanggung Rasa Ingin Peduli Nilai
No Nama
Karunia Tuhan Jawab Tahu 1 - 4 Total
1 - 4 1-4 1-4
1.

2.

193
d. Penilaian Antar Teman

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh teman untuk menilai sikap sosial peserta didik lain.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik :


Nama Peserta Didik yang dinilai :
Tanggal Pengamatan :
Materi Pokok :

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Sikap Spritual
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi
4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan
5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
Jumlah Skor
Sikap Santun
1 Menghormati orang yang lebih tua
2 Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan
orang lain
3 Menggunakan bahasa santun saat menyampaikan
pendapat
4 Menggunakan bahasa santun saat mengkritik pendapat
teman
5 Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat bertemu orang
lain
Jumlah Skor
Sikap Toleransi
1 Menghormati pendapat teman

194
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
2 Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras,
budaya, dan gender
3 Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan
pendapatnya
4 Menerima kekurangan orang lain
5 Mememaafkan kesalahan orang lain
Jumlah Skor

Sikap Peduli/ Gotong royong


1 Aktif dalam kerja kelompok
2 Suka menolong teman/orang lain
3 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
4 Rela berkorban untuk orang lain
Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran :
Skor akhir masing-masing sikap menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

195
Konflik dan Integrasi
1. Konflik
A. Pengertian Konflik
Menurut Pendapat dari Robert M.Z Lawang, konflik adalah
perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti nilai, status,
kekuasaan dan sebagainya dengan tujuan tidak hanya memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik terjadi
karena benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lain dalam rangka memperebutkan sumber-sumber
kemasyarakatan (Ekonomi, Politik, Sosial, dan Budaya) yang relatif
terbatas.
Menurut Kartono, konflik merupakan proses sosial yang bersifat
antagonistik dan terkadang tidak bisa diserasikan karena kedua belah pihak
yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan sturktur nilai yang berbeda,
yang tercerbin dalam berbagai bentuk perilaku perlawaan, baik yang halus,
terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka
dalam bentuk tindakan kekerasan.
Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya.

B. Faktor-faktor Penyebab Konflik


1) Perbedaan antarindividu
Manusia adalah individu yang unik. Jangankan manusia yang
berbeda orang tua, suku, dan ras. Manusia yang lahir dalam satu rahim
pun memiliki banyak perbedaan. Walaupun secara fisik sekilas sama,
seperti dalam kasus bayi kembar, belum tentu pendirian dan perasaan
kedua kembar tersebut sama. Perbedaan menjadi faktor penyebab konflik
sosial. Sebab, dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu
sejalan dengan kelompoknya. Sebagai contoh, para siswa dalam satu
kelasmu pasti berbeda tanggapannya ketika mendengar musik saat
belajar. Ada yang merasa terganggu karena suara musik tersebut, ada
pula yang justru merasa terhibur.
2) Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Orang dibesarkan dlaam lingkungan kebudayaan yang berbeda-
beda. Dalam lingkup yang lebih luas, berbagai kelompok kebudayaan
bisa saja memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbda-
beda. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik

196
sosial, sebab kriteria tentang sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas,
atau bahkan berguna -atau tidak berguna sesuatu baik itu benda fisik
maupun nonfisik bisa berbeda-beda.
3) Perbedaan Kepentingan
Sebagai contoh, Pembangunan bandara di Kulonprogo, yogyakarta.
Pemerintah yakin bahwa pembangunan bandara akan meningkatkan
ekonomi masyarakat. Namun, sebagaian masyarakat tidak setuju karena
khawatir lahan pertanian akan hilang, ganti rugi kurang jelas, dan
berbagai alasan lainnya. Peristiwa ini menggambarkan bahwa dalam
melaksanakan pembangunan, pemerintah menghadapi berbagai
kelompok yang memiliki kepentingan berbeda. Bentrokan kepentingan
dapat terjadi dibidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini terjadi
karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang
berbeda-beda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Manusia
memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda. Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Konflik
akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antarkelompok
atau antarkelompok dan individu.
4) Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat
Perundang-undangan atau peraturan yang sifatnya mengubah
kebiasaan masyarakat biasanya dilakukan melalui berbagai kajian
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak kaget dengan
perubahan yang tiba-tiba terjadi. Sebagai contoh, Peraturan merokok
ditempat umum. Pemerintah tidak langsung memberlakukannya
diseluruh masyarakat Indonesia, tetapi dibeberapa tempat yang terbatas
terlebih dahulu, lalu perlahan terus meluas dalam rangka memberi
kesempatan masyarakat untuk memahami peraturan tersebut. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan itu akan menyebabkan konflik
sosial. Suatu konflik memiliki kecenderungan atau kemungkinan untuk
mengadakan penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-
hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan
individu maupun bagian-bagian kelompok tersebut.

197
C. Akibat Konflik
1) Meningkatnya Solidaritas Sesama Anggota Kelompok
Dalam kasus peristiwa pertempuran Surabaya, para pejuang tidak
menghiraukan perbedaan suku, agama, organisasi politik, dan
sebagainya. Mereka bahu-membahu melawan penjajah Inggris
(Sekutu). Terjadinya konflik dengan kelompok lain justru dapat
meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok in-group
solidarity ) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2) Retaknya Hubungan Antarindividu atau Kelompok
Konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok dapat
menimbulkan keretakan hubungan. Keretakan tersebut dapat terjadi
sementara atau permanen. Kalian mungkin pernah konflik dengan
teman kalian yang menyebabkan dalam beberapa aktu tidak terjalin
hubungan yang baik. Namun, karena kemudian saling menyadari
kesalahan, kalian akhirnya saling memaafkan.
3) Terjadinya Perubahan Kepribadian Para Individu
Perubahan kepribadian dapat terjadi pada kedua belah pihak yang
mengalami konflik. Kedua pihak saling menyesuaikan atau justru
masing-masing mempertahankan kebenaran yang diyakini.
4) Rusaknya Harta Benda dan Bahkan Hilangnya Nyawa Manusia
Konflik yang berujung pada kekerasan fisik dapat mengakibatkan
kerusakan dan hilangnya nyawa manusia. Sebagai contoh, konflik
yang diakhiri dengan peperangan.
5) Terjadinya Akomodasi, Dominasi, Bahkan Penaklukan Salah Satu
Pihak yang Terlibat dalam Pertikaiaan.

D. Cara Menangani Konflik

1) Menghindar
Kadang orang merasa tidak ada menfaatnya melanjudkan konflik
dengan orang atau kelompok lain. Hal ini mungkin disebabkan
keyakinan bahwa ia tidak akan menang menghadapi konflik. Dalam hal
ini, dia mengorbankan tujuan pribadi ataupun hubungannya dengan
orang lain. Orang ini berusaha menjauhi masalah yang menimbulkan
konflik ataupun orang yang bertentangan dengannya.
2) Memaksakan Kehendak
Teradapat individu atau kelompok yang memandang bahwa
pendapatnya atau idenyalah yang paling benar. Oleh karena itu, dengan
segala cara, konflik harus berakhir dengan kemenangan dipihaknya.
Karena itu, mereka berusaha menguasai lawan-lawannya dan memaksa

198
lawan menerima penyelesaian yang diinginkan. Tujuan pribadinya
dianggap sangat penting, sedangkan hubungan dengan orang lain
kurang begitu penting. Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang
lain. Ia tidak peduli apakah orang lain menyukai dan menerima dirinya
atau tidak. Ia mengnggap bahwa konflik harus diselesaikan dengan cara
satu pihak harus menang.
3) Menyesuaikan Kepada Keinginan Orang Lain.
Terdapat individu yang ingin diterima dan disukai orang lain. Ia merasa
bahwa konflik harus dihindari demi keserasian ( harmoni ) dan ia yakin
bahwa konflik tidak dapat dibicarakan jika merusak hubungan baik. Ia
khawatir apabila konflik berlanjud, seseorang akan terluka dan hal itu
akan menghancurkan hubungan pribadi dengan orang tersebut. Ia
mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan dengan
orang lain.
4) Tawar Menawar
Dalam proses tawar-menawar, individu akan mengorbankan sebagaian
tujuannya dan meminta lawan konflik mengorbankan sebagian
tujuannya juga.
5) Kolaborasi
Kolaborasi memandang konflik sebagai masalah yagn harus
diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara-cara untuk mengurangi
ketegangan kedua belah pihak. Ia berusaha memulai sesuatu
pembicaraan yang dapat mengenali konflik sebagai suatu masalah dan
mencari pemecahannya yang memuaskan keduanya.

2. Integrasi Sosial
A. Pengertian Integrasi
Menurut Soerjono Soekanto integrasi sosial adalah salah satu
bentuk proses sosial yang dilakukan oleh berbagai pihak di dalam
mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Permasalahan
ini bisa di latar belakangi dengan adanya kekerasan, konflik sosial, dan
juga ancaman dari pihak lain atau kelompok lain. Integrasi sosial juga
dapat diartikan adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda
dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebut dapat meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan,
sistem nilai, dan lain sebagainya

199
B. Proses Terbentuknya Integrasi Sosial
1) Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan kebutuhan mereka.
2) Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama
mengenai nilai dan norma.
3) Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara
konsisten.

C. Faktor Pendorong Integrasi Sosial


1) Adanya toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda.
2) Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi.
3) Adanya sikap positif terhadap kebudayaan lain.
4) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa.
5) Adanya kesamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6) Adanya perkawinan campur (amalgamasi).
7) Adanya musuh bersama dari luar.

200
Lampiran 7
Kisi-Kisi Instrumen Observasi Kerjasama Kelas Eksperimen

No Indikator Aspek Aktifitas Siswa Jumlah


yang diamati Aspek
Aktifitas
Siswa
yang
diamati

1. Tanggung Jawab setiap Siswa bersedia 4


anggota dalam berdiskusi dengan teman
menyelesaikan tugas sekelompoknya untuk
menjawab soal
Siswa bersedia
mengerjakan tugas sesuai
jabatan masing-masing
yang telah ditentukan
oleh guru.
Siswa menuliskan hasil
diskusi kelompok.
Siswa menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh
guru dengan tepat waktu.
2. Kontribusi Setiap Siswa bersedia 3
anggota kepada bergabung dengan teman
kelompok sekelompoknya.
Siswa bersedia mematuhi
permainan rolet saat
pembelajaran
berlangsung.
Siswa bersedia
memberikan ide atau
pendapat dalam diskusi
kelompok.
3. Penyamaan Pendapat Siswa menghormati 3
seluruh anggota. pendapat dari siswa lain
ketika menyampaikan
pendapatnya.

201
Siswa memberikan
tanggapan dari pendapat
yang disampaikan oleh
siswa lain.
Siswa menerima jawaban
yang telah didiskusikan.
4. Sikap Saling membantu Siswa membantu 2
sesama anggota menjelaskan kepada
kelompok anggota kelompok yang
belum mengerti.
Siswa membantu teman
sekolompoknya untuk
aktif dalam diskusi.
5. Adanya interaksi tatap Siswa duduk saling 1
muka yang dapat berhadapan ketika
meningkatkan sukses diskusi berlangsung.
satu sama lain diantara
anggota kelompok.

202
Lembar Observasi Kerjasama Siswa Kelas Eksperimen
Kelas : Hari/Tanggal :
Materi : Pertemuan ke :

A. Petunjuk Pengisian
1. Berilah Skor 1-4 pada kolom “Skor Aspek yang Diamati” yang
tersedia dengan rubrik penilaian.
2. Jumlahkan skor tiap siswa pada kolom “Jumlah Skor”.
B. Rubrik Penilaian
No Aspek Aktivitas Siswa Skor Rubrik
yang Diamati
1. Siswa bersedia 4 Siswa berkumpul dengan
berdiskusi dengan teman teman sekelompoknya
sekelompoknya untuk saling berdiskusi untuk
menjawab soal mengerjakan soal dan
menemukan jawabannya.

3 Siswa berkumpul dengan


teman sekelompoknya
saling berdiskusi untuk
mengerjakan soal tetapi
belum menemukan
jawabannya.

2 Siswa berkumpul dengan


teman sekelompoknya,
pasif dalam diskusi, tidak
mencoba untuk
mengerjakan soal tetapi
menyimak pendapat
temannya yang sedang
mengerjakan.

1 Siswa berkumpul dengan


teman sekelompoknya,
pasif dalam diskusi, tidak
mencoba mengerjakan
soal tetapi hanya

203
menganggu teman
sekelompokya atau
mengerjakan hal lain yang
tidak berkaitan dengan
pembelajaran.

2. Siswa bersedia 4 Ketua kelompok


mengerjakan tugas sesuai memimpin jalannya
jabatan masing-masing diskusi didalam
yang telah ditentukan kelompok, Sekertaris
oleh guru. mencatat hasil diskusi
kelompok. Juru bicara
mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas.

3 Ketua kelompok
memimpin sebagian
jalannya diskusi didalam
kelompok. Sekertaris
hanya mencatat sebagaian
hasil diskusi kelompok.
Juru bicara hanya
mempresentasikan
sebagian dari hasil diskusi.

2 Ketua kelompok
mempimpin jalannya
diskusi setelah diperintah
oleh guru. Sekertaris
mencatat hasil diskusi
setelah diperintah oleh
guru. Juru bicara bersedia
mempresentasikan hasil
diskusi setelah diperintah
oleh guru.

1 Ketua kelompok tidak


bersedia memimpin
jalannya diskusi setelah
diperintah oleh guru.
Sekertaris tidak bersedia

204
mencatat hasil diskusi
setelah diperintah oleh
guru. Juru bicara tidak
bersedia
mempresentasikan hasil
diskusi setelah di perintah
oleh guru.

3. Siswa menuliskan hasil 4 Siswa menulis seluruh


diskusi kelompok. hasil diskusi di buku tulis.

3 Siswa menulis sebagian


hasil diskusi di buku tulis.

2 Siswa membantu
sekertaris menulis hasil
diskusi di Lembar Kerja
Kelompok bukan di buku
tulis

1 Siswa tidak menulis hasil


diskusi di buku tulis.

4. Siswa menyelesaikan 4 Siswa mengumpulkan


tugas yang diberikan oleh tugas yang diberikan oleh
guru dengan tepat waktu. guru tepat waktu

3 Siswa mengumpulkan
tugas terlambat 1 hari.

2 Siswa mengumpulkan
tugas terlambat 2 hari

1 Siswa tidak
mengumpulkan tugas.

5. Siswa bersedia 4 Siswa bersedia menerima


bergabung dengan teman teman sekelompoknya dan
sekelompoknya. bergabung dengan teman
sekelompoknya duduk
rapi melingkar.

205
3 Siswa bersedia menerima
sebagian anggota
kelompoknya tetapi tetap
bergabung dengan teman
sekelompoknya duduk
rapi melingkar.

2 Siswa bersedia menerima


teman sekelompoknya
setelah diperintah oleh
guru untuk bergabung
dengan kelompoknya
duduk rapi melingkar.

1 Siswa bersedia menerima


teman sekelompoknya
setelah dipaksa oleh guru
untuk bergabung tetapi
duduknya tidak rapi dan
tidak melingkar.

6. Siswa bersedia mematuhi 4 Ketua Kelompok bersedia


permainan rolet saat maju ke depan kelas untuk
pembelajaran memutar rolet dan
berlangsung. menerima kartu soal
sesuai pemutaran rolet.

3 Ketua Kelompok bersedia


maju ke depan kelas
setelah di desak temannya
untuk memutar rolet dan
menerima kartu soal
sesuai pemutaran rolet.

2 Ketua kelompok bersedia


maju ke depan kelas
setelah diperintah oleh
guru untuk memutar rolet
dan kurang menyetujui
hasil dari pemutaran rolet.

206
1 Ketua kelompok tidak
bersedia maju ke depan
kelas setelah dipaksa oleh
guru dan teman
sekelompoknya dan
digantikan oleh teman
sekelompoknya.

7. Siswa bersedia 4 Siswa aktif memberikan


memberikan ide atau ide atau pendapat dalam
pendapat dalam diskusi diskusi.
kelompok.
3 Siswa memberikan
sebagian ide atau
pendapat dalam diskusi.

2 Siswa hanya memberikan


ide atau pendapat sekali
dalam diskusi.

1 Siswa hanya menyimak


dan mendengarkan
pendapat teman
sekelompoknya tetapi
tidak memberikan ide atau
pendapat.

8. Siswa menghormati 4 Siswa memperhatikan dan


pendapat dari siswa lain menyimak siswa lain
ketika menyampaikan ketika menyampaikan
pendapatnya. pendapatnya

3 Siswa kurang
memperhatikan tetapi
menyimak siswa lain
ketika menyampaikan
pendapatnya.

2 Siswa dipaksa oleh guru


untuk memperhatikan dan

207
menyimak pendapat dari
siswa lain.

1 Siswa tidak
memperhatikan temannya
dan menyimak sebagaian
pendapat temannya
dengan melakukan hal
yang tidak berkaitan
dengan pembelajaran.

9. Siswa memberikan 4 Siswa aktif dalam


tanggapan dari pendapat memberikan tanggapan
yang disampaikan oleh dari pendapat yang
siswa lain. disampaikan oleh siswa
lain.

3 Siswa memberikan
sebagaian tanggapan dari
pendapat yang
disampaikan oleh siswa
lain.

2 Siswa memberikan
tanggapan hanya sekali
dari pendapat yang
disampaikan oleh siswa
lain.

1 Siswa memberikan
tanggapan setelah dipaksa
oleh guru.

10. Siswa menerima jawaban 4 Siswa menerima dan


yang telah didiskusikan. menyetujui jawaban yang
telah didiskusikan.

3 Siswa menerima dan


menyetujui jawaban yang
telah didiskusikan

208
walaupun kurang sepaham
dengan jawaban tersebut.

2 Siswa tidak menerima dan


menyetujui tetapi
memberikan pendapat lain

1 Siswa tidak menerima dan


menyetujui jawaban yang
telah didiskusikan tetapi
tidak memberikan
pendapat lain.

11. Siswa membantu 4 Siswa bersedia


menjelaskan kepada menjelaskan kepada
anggota kelompok yang anggota kelompok tentang
belum mengerti. soal yang ditanyakan dan
membantu anggotanya
untuk menjawab soal.

3 Siswa bersedia
menjelaskan kepada
anggota kelompok tentang
soal yang ditanyakan
tetapi tidak membantu
anggotanya untuk
menjawab soal.

2 Siswa bersedia
menjelaskan kepada
anggota kelompok setelah
diperintah oleh guru.

1 Siswa tidak bersedia


menjelaskan kepada
anggota kelompok, tidak
membantu anggotanya
untuk menjawab soal,
Siswa hanya mengerjakan
soal sendiri tanpa
menjelaskan kepada

209
anggota kelompok yang
belum mengerti.

12. Siswa membantu teman 4 Siswa memotivasi


sekolompoknya untuk temannya dan membantu
aktif dalam diskusi. temannya untuk
menyampaikan pendapat
didalam diskusi.

3 Siswa memotivasi
temannya dan membantu
temannya walaupun hanya
sekali untuk
menyampaikan pendapat
didalam diskusi.

2 Siswa memotivasi
temannya tetapi tidak
membantu temannya
dalam menyampaikan
pendapat diskusi.

1 Siswa tidak memotivasi


temannya dan tidak
membantu temannya
dalam menyampaikan
pendapat didalam diskusi.

13. Siswa duduk saling 4 Siswa berkumpul dengan


berhadapan ketika diskusi teman sekelompoknya
berlangsung. duduk melingkar saling
berhadapan.

3 Siswa berkumpul dengan


teman sekelompoknya
tidak melingkar tetapi
saling berhadapan.

2 Siswa berkumpul dan


duduk melingkar tidak
saling berhadapan setelah
perintah dari guru.

210
1 Siswa berkumpul tidak
mau duduk melingkar dan
berhadapan walaupun
sudah dipaksa oleh guru.

jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diperoleh : N= jumlah skor maksimum
x 100

Kriteria penilaian :
85% - 100% = Sangat baik
67% - 84% = baik
51% - 66 % = cukup baik
< 50% = kurang baik

211
Lampiran 8
Lembar Penilaian Kerjasama Siswa Kelas Eksperimen (VIII-2)

No Nama Siswa Skor aspek yang teramati Jumlah Keterangan


Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Ade Raihan

2 Adhara
Oliviya
3 Aditya. R.

4 Adriansyah

5 Azka
Hidayat
6 Celvine

7 Cindi.Audia

8 Deani May

9 Dhini
Akhiriani
10 Dimas Putra

11 Karina.

12 Khansa M.

13 M. Indra

14 Nazwa. S

15 Resha
Alfina

212
16 Ridho. P

17 Sahara. B

18 Salsabila

19 Shirin K

20 Siska
Amanda
21 Tania S.

22 Viola S.

23 Wisnu
Prasetyo

jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diperoleh : N= jumlah skor maksimum
x 100

Kriteria penilaian :
85% - 100% = Sangat baik
67% - 84% = baik
51% - 66 % = cukup baik
<50% = kurang baik

Yang Mengetahui,

Ciputat,
Guru IPS SMP/Mts Peneliti

(Nur Srimasrifah, S.Pd) (Syifana Lomi Ning Tyas)

213
Lampiran 9
Kisi-Kisi Instrumen Observasi Kerjasama Kelas Kontrol

No Indikator Aspek Aktifitas Siswa Jumlah


yang diamati Aspek
Aktifitas
Siswa
yang
diamati

1. Tanggung Jawab setiap Siswa bersedia 4


anggota dalam berdiskusi dengan teman
menyelesaikan tugas sekelompoknya untuk
menjawab soal
Siswa bersedia
mengerjakan tugas sesuai
telah ditentukan oleh
guru.
Siswa menuliskan hasil
diskusi kelompok.
Siswa menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh
guru dengan tepat waktu.
2. Kontribusi Setiap Siswa bersedia 3
anggota kepada bergabung dengan teman
kelompok sekelompoknya.
Siswa bersedia mematuhi
aturan yang
diperintahkan oleh guru
saat pembelajaran
berlangsung.
Siswa bersedia
memberikan ide atau
pendapat dalam diskusi
kelompok.
3. Penyamaan Pendapat Siswa menghormati 3
seluruh anggota. pendapat dari siswa lain
ketika menyampaikan
pendapatnya.

214
Siswa memberikan
tanggapan dari pendapat
yang disampaikan oleh
siswa lain.
Siswa menerima jawaban
yang telah didiskusikan.
4. Sikap Saling membantu Siswa membantu
sesama anggota menjelaskan kepada 2
kelompok anggota kelompok yang
belum mengerti.
Siswa membantu teman
sekolompoknya untuk
aktif dalam diskusi.

5. Adanya interaksi tatap Siswa duduk saling 1


muka yang dapat berhadapan ketika
meningkatkan sukses diskusi berlangsung.
satu sama lain diantara
anggota kelompok.

215
Lembar Observasi Kerjasama Siswa Kelas Kontrol

Kelas : Hari/Tanggal
:
Materi : Pertemuan ke :

A. Petunjuk Pengisian
1. Berilah Skor 1-4 pada kolom “Skor Aspek yang Diamati” yang tersedia
dengan rubrik penilaian.
2. Jumlahkan skor tiap siswa pada kolom “Jumlah Skor”.
B. Rubrik Penilaian
No Aspek Aktivitas Siswa Skor Rubrik
yang Diamati
1. Siswa bersedia berdiskusi 4 Siswa berkumpul dengan
dengan teman teman sekelompoknya
sekelompoknya untuk saling berdiskusi untuk
menjawab soal mengerjakan soal dan
menemukan jawabannya.

3 Siswa berkumpul dengan


teman sekelompoknya
saling berdiskusi untuk
mengerjakan soal tetapi
belum menemukan
jawabannya.

2 Siswa berkumpul dengan


teman sekelompoknya,
pasif dalam diskusi, tidak
mencoba untuk
mengerjakan soal tetapi
menyimak pendapat
temannya yang sedang
mengerjakan.

1 Siswa berkumpul dengan


teman sekelompoknya,
pasif dalam diskusi, tidak

216
mencoba mengerjakan
soal tetapi hanya
menganggu teman
sekelompokya atau
mengerjakan hal lain yang
tidak berkaitan dengan
pembelajaran.

2. Siswa mengerjakan tugas 4 Siswa mengerjakan


sesuai perintah yang telah seluruh tugas tanpa
ditentukan oleh guru. diminta oleh guru.

3 Siswa mengerjakan
sebagian tugas tanpa
diminta oleh guru.

2 Siswa mengerjakan tugas


setelah diminta oleh guru.

1 Siswa tidak mengerjakan


tugas meskipun sudah
diperintah oleh guru.

3. Siswa menuliskan hasil 4 Siswa menulis seluruh


diskusi kelompok. hasil diskusi di buku tulis.

3 Siswa menulis sebagian


hasil diskusi di buku tulis.

2 Siswa membantu
sekertaris menulis hasil
diskusi di Lembar Kerja
Kelompok bukan di buku
tulis

1 Siswa tidak menulis hasil


diskusi di buku tulis.

4. Siswa menyelesaikan 4 Siswa mengumpulkan


tugas yang diberikan oleh tugas yang diberikan oleh
guru dengan tepat waktu. guru tepat waktu

217
3 Siswa mengumpulkan
tugas terlambat 1 hari.

2 Siswa mengumpulkan
tugas terlambat 2 hari

1 Siswa mengumpulkan
tugas terlambat 3 hari.

5. Siswa bersedia bergabung 4 Siswa bersedia menerima


dengan teman teman sekelompoknya
sekelompoknya. dan bergabung dengan
teman sekelompoknya
duduk rapi melingkar.

3 Siswa bersedia menerima


sebagian anggota
kelompoknya tetapi tetap
bergabung dengan teman
sekelompoknya duduk
rapi melingkar.

2 Siswa bersedia menerima


teman sekelompoknya
setelah diperintah oleh
guru untuk bergabung
dengan kelompoknya
duduk rapi melingkar.

1 Siswa bersedia menerima


teman sekelompoknya
setelah dipaksa oleh guru
untuk bergabung tetapi
duduknya tidak rapi dan
tidak melingkar.

6. Siswa bersedia mematuhi 4 Siswa mematuhi dan


aturan yang diperintahkan menerima, dan
oleh guru saat mendengarkan perintah
pembelajaran dan pilihan guru dalam
berlangsung.. menentukan soal pada

218
masing-masing kelompok
.

3 Siswa mematuhi dan


menerima, tetapi tidak
mendengarkan penjelasan
perintah dan pilihan guru
dalam menentukan soal
pada masing-masing
kelompok .

2 Siswa mematuhi dan


mendengarkan perintah
guru tetapi tidak
menerima pilihan guru
dalam menentukan soal
pada masing-masing
kelompok .

1 Siswa tidak mematuhi dan


mendengarkan perintah
guru tetapi menerima
pilihan guru dalam
menentukan soal pada
masing-masing kelompok
.

7. Siswa bersedia 4 Siswa aktif memberikan


memberikan ide atau ide atau pendapat dalam
pendapat dalam diskusi diskusi.
kelompok.
3 Siswa memberikan
sebagian ide atau
pendapat dalam diskusi.

2 Siswa hanya memberikan


ide atau pendapat sekali
dalam diskusi.

1 Siswa hanya menyimak


dan mendengarkan
pendapat teman

219
sekelompoknya tetapi
tidak memberikan ide
atau pendapat.

8. Siswa menghormati 4 Siswa memperhatikan


pendapat dari siswa lain dan menyimak siswa lain
ketika menyampaikan ketika menyampaikan
pendapatnya. pendapatnya

3 Siswa kurang
memperhatikan tetapi
menyimak siswa lain
ketika menyampaikan
pendapatnya.

2 Siswa dipaksa oleh guru


untuk memperhatikan
dan menyimak pendapat
dari siswa lain.

1 Siswa tidak
memperhatikan temannya
dan menyimak sebagaian
pendapat temannya
dengan melakukan hal
yang tidak berkaitan
dengan pembelajaran.

9. Siswa memberikan 4 Siswa aktif dalam


tanggapan dari pendapat memberikan tanggapan
yang disampaikan oleh dari pendapat yang
siswa lain. disampaikan oleh siswa
lain.

3 Siswa memberikan
sebagaian tanggapan dari
pendapat yang
disampaikan oleh siswa
lain.

220
2 Siswa memberikan
tanggapan hanya sekali
dari pendapat yang
disampaikan oleh siswa
lain.

1 Siswa memberikan
tanggapan setelah dipaksa
oleh guru.

10. Siswa menerima jawaban 4 Siswa menerima dan


yang telah didiskusikan. menyetujui jawaban yang
telah didiskusikan.

3 Siswa tidak menerima


dan menyetujui tetapi
memberikan pendapat
lain

2 Siswa menerima dan


menyetujui jawaban yang
telah didiskusikan
walaupun kurang
sepaham dengan jawaban
tersebut.

1 Siswa tidak menerima dan


menyetujui jawaban yang
telah didiskusikan tetapi
tidak memberikan
pendapat lain.

11. Siswa membantu 4 Siswa bersedia


menjelaskan kepada menjelaskan kepada
anggota kelompok yang anggota kelompok
belum mengerti. tentang soal yang
ditanyakan dan
membantu anggotanya
untuk menjawab soal.

221
3 Siswa bersedia
menjelaskan kepada
anggota kelompok
tentang soal yang
ditanyakan tetapi tidak
membantu anggotanya
untuk menjawab soal.

2 Siswa bersedia
menjelaskan kepada
anggota kelompok setelah
diperintah oleh guru.

1 Siswa tidak bersedia


menjelaskan kepada
anggota kelompok, tidak
membantu anggotanya
untuk menjawab soal,
Siswa hanya mengerjakan
soal sendiri tanpa
menjelaskan kepada
anggota kelompok yang
belum mengerti.

12. Siswa membantu teman 4 Siswa memotivasi


sekolompoknya untuk temannya dan membantu
aktif dalam diskusi. temannya untuk
menyampaikan pendapat
didalam diskusi.

3 Siswa memotivasi
temannya dan membantu
temannya walaupun
hanya sekali untuk
menyampaikan pendapat
didalam diskusi.

2 Siswa memotivasi
temannya tetapi tidak
membantu temannya

222
dalam menyampaikan
pendapat diskusi.

1 Siswa tidak memotivasi


temannya dan tidak
membantu temannya
dalam menyampaikan
pendapat didalam diskusi.

13. Siswa duduk saling 4 Siswa berkumpul dengan


berhadapan ketika diskusi teman sekelompoknya
berlangsung. duduk melingkar saling
berhadapan.

3 Siswa berkumpul dengan


teman sekelompoknya
tidak melingkar tetapi
saling berhadapan.

2 Siswa berkumpul dan


duduk melingkar tidak
saling berhadapan setelah
perintah dari guru.

1 Siswa berkumpul tidak


mau duduk melingkar dan
berhadapan walaupun
sudah dipaksa oleh guru.
jumlah skor yang diperoleh
Nilai yang diperoleh : N= jumlah skor maksimum
x 100

Kriteria penilaian :
85% - 100% = Sangat baik
67% - 84% = baik
51% - 66 % = cukup baik
0- 50% = kurang baik

223
Lampiran 10
Lembar Penilaian Kerjasama Siswa Kelas Kontrol (VIII-1)

No Nama Siswa Skor aspek yang teramati Jumlah Keterangan


Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Andini

2 Anevay

3 Danar

4 Devi

5 Fajar

6 Firna

7 Ichsan Fatir

8 Intan

9 Ishmaalliya

10 M. Khadafi

11 M. Razib

12 M. Rizki

13 Muharam. Z

14 Najwa Aulia

15 Nasswa Wiji

16 Nurhalimah

224
17 Qonita
Humaira
18 Ramdhani

19 Ronald

20 Tasya
Syarifah
21 Tri
Nurhasanah
22 Vita Ayu.

23 Zalwa
Lutfhia

jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diperoleh : N= jumlah skor maksimum
x 100

Kriteria penilaian :
85% - 100% = Sangat baik
67% - 84% = baik
51% - 66 % = cukup baik
<50% = kurang baik

Yang Mengetahui,

Ciputat,
Guru IPS SMP/Mts Peneliti

(Nur Srimasrifah, S.Pd) (Syifana Lomi Ning Tyas)

225
Lampiran 11
KELAS KONTROL
Pertemuan :
Hari/tanggal :
Materi :
Nama Observer :
No Aspek yang diamati Realisasi Keterangan
Y T
Kegiatan Pendahuluan
1. Persiapan psikis dan fisik dalam
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.

2. Peserta didik bersama guru


mengkondisikan kelas.

3. Guru memberikan apersepsi


tentang pengertian konflik
dengan mengaitkan permasalahan
antara supporter Persija dan
Persitara.
4. Memberi motivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran

5. Guru menjelaskan indikator, KI,


dan KD yang akan dicapai siswa.

6. Guru menjelaskan kepada siswa


mengenai pembelajaran
kelompok yang akan
dilaksanakan.

Kegiatan Inti

7. Guru memberikan soal pretest


kepada siswa dan diberikan
waktu 20 menit untuk
mengerjakannya.

226
8. Guru menjelaskan secara singkat
tentang pengertian konflik dan
faktor-faktor penyebab terjadinya
konflik sosial.

9. Guru menanyangkan gambar


tentang konflik antar inividu dan
kelompok.
10. Guru membagi siswa ke dalam
3 kelompok terdiri dari 7-8 orang.

11. Guru menentukan kartu soal


yang akan dikerjakan oleh setiap
kelompok dan meminta ketua
kelompok maju kedepan kelas
untuk mengambil kartu soal.

12. Guru memberikan waktu 15


menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.

13. Guru membimbing siswa


mengamati dan mengidentifikasi
masalah yang diberikan oleh
guru.

14. Guru membimbing siswa


menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.

15. Guru membimbing siswa untuk


menyederhanakan masalah.

16. Guru memberikan kesempatan


pada siswa saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh siswa
(guru berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)

17. Peserta didik mencari,


mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi tentang
teori yang dipilih di LKS untuk

227
menjawab soal yang berikan oleh
guru.
18. Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman sekolompoknya
untuk menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan dengan
data yang untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh
guru.

19. Siswa melakukan pengujiam


alternatif solusi untuk pemecahan
masalah.

20. Siswa memeriksa kembali


kesesuaian semua informasi dan
jawaban yang telah dituliskan.

21. Siswa membuat kesimpulan dari


permasalahan yang diberikan
oleh guru.

22. Guru meminta perwakilan


kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
didepan kelas. Kelompok lain
dapat menanggapi hasil
presentasi dari masing-masing
kelompok.
23. Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh kelompok
lain
24. Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh masing-
masing kelompok.

25. Guru mengevaluasi terhadap


kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh siswa.

228
26. Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran

27. Guru menginformasikan materi


untuk pertemuan selanjutnya.

Ciputat,
Guru Mata Pelajaran IPS

(Nur Srimasrifah, S.Pd)

229
KELAS KONTROL
Pertemuan :
Hari/tanggal :
Materi :
Nama Observer :
No Aspek yang diamati Realisasi Keterangan
Y T
Kegiatan Pendahuluan
1. Persiapan psikis dan fisik dalam
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.

2. Peserta didik bersama guru


mengkondisikan kelas.

3. Guru memberikan apersepsi


tentang akibat terjadinya konflik
dan cara menangani konflik
dengan mengaitkan
permasalahan konflik
antarsupporter Persija dengan
supporter Persitara.

4. Memberi motivasi siswa untuk


aktif dalam proses pembelajaran

5. Guru menjelaskan indikator, KI,


dan KD yang akan dicapai siswa.

6. Guru menjelaskan kepada siswa


mengenai pembelajaran
kelompok yang akan
dilaksanakan.

Kegiatan Inti

7. Guru menjelaskan akibat konflik


dan cara mengatasi konflik sosial.

230
8. Guru menanyangkan gambar
gambar tentang tentang akibat
dari konflik sosial.

9. Guru membagi siswa ke dalam


3 kelompok terdiri dari 7-8 orang.

10. Guru menentukan kartu soal


yang akan dikerjakan oleh setiap
kelompok dan meminta ketua
kelompok maju kedepan kelas
untuk mengambil kartu soal.

11. Guru memberikan waktu 15


menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.

12. Guru membimbing siswa


mengamati dan mengidentifikasi
masalah yang diberikan oleh
guru.

13. Guru membimbing siswa


menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.

14.. Guru membimbing siswa untuk


menyederhanakan masalah.

15. Guru memberikan kesempatan


pada siswa saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh siswa
(guru berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)

16. Peserta didik mencari,


mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi tentang
teori yang dipilih di LKS untuk
menjawab soal yang berikan oleh
guru.
17. Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman sekolompoknya
untuk menyusun hipotesis dan

231
melakukan penyelidikan dengan
data yang untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh
guru.
18. Siswa melakukan pengujiam
alternatif solusi untuk pemecahan
masalah.

19. Siswa memeriksa kembali


kesesuaian semua informasi dan
jawaban yang telah dituliskan.

20. Siswa membuat kesimpulan dari


permasalahan yang diberikan
oleh guru.

21. Guru meminta perwakilan


kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
didepan kelas. Kelompok lain
dapat menanggapi hasil
presentasi dari masing-masing
kelompok.
22. Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh kelompok
lain
23. Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh masing-
masing kelompok.

24. Guru mengevaluasi terhadap


kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh siswa.

25. Guru memberikan kisi-kisi Post-


test
26. Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran

232
27. Guru menginformasikan materi
untuk pertemuan selanjutnya.

Ciputat,
Guru Mata Pelajaran IPS

(Nur Srimasrifah, S.Pd)

233
KELAS KONTROL
Pertemuan :
Hari/tanggal :
Materi :
Nama Observer :
No Aspek yang diamati Realisasi Keterangan
Y T
Kegiatan Pendahuluan
1. Persiapan psikis dan fisik dalam
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.

2. Peserta didik bersama guru


mengkondisikan kelas.

3. Guru memberikan apersepsi


tentang definisi integrasi dan
faktor-faktor terbentuknya
integrasi dengan mengaitkan
keanakeragaman budaya yang
ada di Indonesia.
4. Memberi motivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran

5. Guru menjelaskan indikator, KI,


dan KD yang akan dicapai siswa.

6. Guru menjelaskan kepada siswa


mengenai pembelajaran
kelompok yang akan
dilaksanakan.

Kegiatan Inti

7. Guru menjelaskan definisi


integrasi sosial dan faktor
terbentuknya dan pendorong
integrasi sosial.

8. Guru menanyangkan gambar


tentang konflik poso.

234
9. Guru membagi siswa ke dalam
3 kelompok terdiri dari 7-8 orang.

10. Guru menentukan kartu soal


yang akan dikerjakan oleh setiap
kelompok dan meminta ketua
kelompok maju kedepan kelas
untuk mengambil kartu soal.

11. Guru memberikan waktu 15


menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.

12. Siswa mengamati dan


mengidentifikasi masalah yang
diberikan oleh guru.

13. Siswa menjelaskan masalah


dengan kalimat atau bahasa
sendiri.

14.. Siswa harus menyederhanakan


masalah.

15. Siswa membuat hipotesis untuk


merencanakan penyelesaian
masalah
16. Guru memberikan kesempatan
pada siswa saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh siswa
(guru berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)

17. Peserta didik mencari,


mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi tentang
teori yang dipilih di LKS untuk
menjawab soal yang berikan oleh
guru.
18. Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman sekolompoknya
untuk melaksanakan strategi atau

235
rencana yang telah dibuat.dan
merumuskan jawaban yang tepat
untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan oleh guru.

19. Siswa memeriksa kembali


kesesuaian semua informasi dan
jawaban yang telah dituliskan.

20 Siswa membuat kesimpulan dari


permasalahan yang diberikan
oleh guru.

21 Guru meminta perwakilan


kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
didepan kelas. Kelompok lain
dapat menanggapi hasil
presentasi dari masing-masing
kelompok.
22. Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh kelompok
lain
23. Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh masing-
masing kelompok.

24. Guru mengevaluasi terhadap


kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh siswa.

25. Guru memberikan Post-test


kepada selama 20 menit.
26. Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran

236
27. Guru menginformasikan materi
untuk pertemuan selanjutnya.

Ciputat,
Guru Mata Pelajaran IPS

(Nur Srimasrifah, S.Pd)

237
KELAS EKSPERIMEN
Pertemuan :
Hari/tanggal :
Materi :
Nama Observer :
No Aspek yang diamati Realisasi Keterangan
Y T
Kegiatan Pendahuluan
1. Persiapan psikis dan fisik dalam
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.

2. Peserta didik bersama guru


mengkondisikan kelas.

3. Guru memberikan apersepsi


tentang pengertian konflik
dengan mengaitkan permasalahan
antara supporter Persija dan
Persitara.
4. Memberi motivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran

5. Guru menjelaskan indikator, KI,


dan KD yang akan dicapai siswa.

6. Guru menjelaskan metode


pembelajaran buzz group
discussion dengan permainan
rolet..

Kegiatan Inti

7. Guru memberikan soal pre-test


kepada siswa dan diberikan
waktu 20 menit untuk
mengerjakan soal pre-test.
8. Guru menjelaskan secara
singkat tentang pengertian
konflik dan faktor-faktor

238
penyebab terjadinya konflik
sosial.

9. Guru menanyangkan gambar


tentang konflik antar kelompok
dan kelompok.
10. Guru membagi siswa ke dalam
5 kelompok terdiri dari 4-5
orang.

11. Guru menentukan ketua


kelompok, sekertaris, dan juru
bicara pada setiap kelompok.

12. Guru meminta ketua kelompok


maju kedepan kelas untuk
memutar rolet. Ketua kelompok
diberi kesempatan tiga kali
dalam memutar rolet. Setelah
memutar rolet ketua kelompok
mendapatkan kartu soal yang
akan didiskusikan bersama
kelompoknya.

13. Guru memberikan waktu 15


menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.

14. Guru membimbing siswa


mengamati dan
mengidentifikasi masalah yang
diberikan oleh guru.

15. Guru membimbing siswa


menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.

16. Guru membimbing siswa untuk


menyederhanakan masalah.

17. Guru memberikan kesempatan


pada siswa saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh siswa
(guru berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)

239
18. Peserta didik mencari,
mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi tentang
teori yang dipilih di LKS untuk
menjawab soal yang berikan
oleh guru.
19. Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman sekolompoknya
untuk menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan dengan
data yang untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh
guru.

20. Siswa melakukan pengujiam


alternatif solusi untuk
pemecahan masalah.

21. Siswa memeriksa kembali


kesesuaian semua informasi dan
jawaban yang telah dituliskan.

22. Siswa membuat kesimpulan dari


permasalahan yang diberikan
oleh guru.

23. Guru meminta perwakilan


kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
didepan kelas. Kelompok lain
dapat menanggapi hasil
presentasi dari masing-masing
kelompok.
24. Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh kelompok
lain
25. Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok.

240
26. Guru mengevaluasi terhadap
kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh
siswa.

27. Guru menyimpulkan hasil


pembelajaran

28. Guru menginformasikan materi


untuk pertemuan selanjutnya.

Ciputat,
Guru Mata Pelajaran IPS

(Nur Srimasrifah, S.Pd)

241
KELAS EKSPERIMEN
Pertemuan :
Hari/tanggal :
Materi :
Nama Observer :

No Aspek yang diamati Realisasi Keterangan


Y T
Kegiatan Pendahuluan
1. Persiapan psikis dan fisik dalam
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.

2. Peserta didik bersama guru


mengkondisikan kelas.

3. Guru memberikan apersepsi Guru


memberikan apersepsi tentang
akibat terjadinya konflik dan cara
menangani konflik dengan
mengaitkan permasalahan konflik
antarsupporter Persija dengan
supporter Persitara
4. Memberi motivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran

5. Guru menjelaskan indikator, KI,


dan KD yang akan dicapai siswa.

6. Guru menjelaskan metode


pembelajaran buzz group
discussion dengan permainan
rolet..

Kegiatan Inti

7. Guru menjelaskan secara singkat


tentang akibat dan cara mengatasi
konflik sosial.

242
8. Guru menanyangkan gambar
tentang akibat dari konflik sosial.
9. Guru membagi siswa ke dalam
5 kelompok terdiri dari 4-5 orang.

10. Guru menentukan ketua


kelompok, sekertaris, dan juru
bicara pada setiap kelompok.

11. Guru meminta ketua kelompok


maju kedepan kelas untuk
memutar rolet. Ketua kelompok
diberi kesempatan tiga kali dalam
memutar rolet. Setelah memutar
rolet ketua kelompok
mendapatkan kartu soal yang
akan didiskusikan bersama
kelompoknya.

12. Guru memberikan waktu 15


menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.

13. Guru membimbing siswa


mengamati dan mengidentifikasi
masalah yang diberikan oleh
guru.

14. Guru membimbing siswa


menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.

15. Guru membimbing siswa untuk


menyederhanakan masalah.

16. Guru memberikan kesempatan


pada siswa saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh siswa
(guru berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)

17. Peserta didik mencari,


mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi tentang
teori yang dipilih di LKS untuk

243
menjawab soal yang berikan oleh
guru.
18. Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman sekolompoknya
untuk menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan dengan
data yang untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh
guru.

19. Siswa melakukan pengujiam


alternatif solusi untuk pemecahan
masalah.

20. Siswa memeriksa kembali


kesesuaian semua informasi dan
jawaban yang telah dituliskan.

21. Siswa membuat kesimpulan dari


permasalahan yang diberikan
oleh guru.

22. Guru meminta perwakilan


kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
didepan kelas. Kelompok lain
dapat menanggapi hasil
presentasi dari masing-masing
kelompok.
23. Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh kelompok
lain
24. Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh masing-
masing kelompok.

25. Guru mengevaluasi terhadap


kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh siswa.

26. Guru memberikan kisi-kisi Post-


test kepada siswa.

244
27. Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran

28. Guru menginformasikan materi


untuk pertemuan selanjutnya.

Ciputat,
Guru Mata Pelajaran IPS

(Nur Srimasrifah, S.Pd)

245
KELAS EKSPERIMEN
Pertemuan :
Hari/tanggal :
Materi :
Nama Observer :
No Aspek yang diamati Realisasi Keterangan
Y T
Kegiatan Pendahuluan
1. Persiapan psikis dan fisik dalam
membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama.

2. Peserta didik bersama guru


mengkondisikan kelas.

3. Guru memberikan apersepsi


tentang definisi integrasi dan
faktor-faktor terbentuknya
integrasi dengan mengaitkan
keanakeragaman budaya yang
ada di Indonesia.
.

4. Memberi motivasi siswa untuk


aktif dalam proses pembelajaran

5. Guru menjelaskan indikator, KI,


dan KD yang akan dicapai siswa.

6. Guru menjelaskan metode


pembelajaran buzz group
discussion dengan permainan
rolet..

Kegiatan Inti

7. Guru menjelaskan secara singkat


tentang definisi integrasi sosial
dan faktor-faktor terbentuknya
dan pendorong integrasi sosial.

246
8. Guru menanyangkan gambar
tentang konflik poso.
9. Guru membagi siswa ke dalam
6 kelompok terdiri dari 4-5 orang.

10. Guru menentukan ketua


kelompok, sekertaris, dan juru
bicara pada setiap kelompok.

11. Guru meminta ketua kelompok


maju kedepan kelas untuk
memutar rolet. Ketua kelompok
diberi kesempatan tiga kali dalam
memutar rolet. Setelah memutar
rolet ketua kelompok
mendapatkan kartu soal yang
akan didiskusikan bersama
kelompoknya.

12. Guru memberikan waktu 15


menit untuk berdiskusi dan
menuliskan hasil diskusi.

13. Guru membimbing siswa


mengamati dan mengidentifikasi
masalah yang diberikan oleh
guru.

14. Guru membimbing siswa


menjelaskan masalah dengan
kalimat atau bahasa sendiri.

15. Guru membimbing siswa untuk


menyederhanakan masalah.

16. Guru memberikan kesempatan


pada siswa saling mengajukan
pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami oleh siswa
(guru berkeliling memberikan
bimbingan kelompok)

17. Peserta didik mencari,


mengumpulkan, dan
mengurutkan informasi tentang
teori yang dipilih di LKS untuk

247
menjawab soal yang berikan oleh
guru.
18. Setelah siswa mendapatkan
informasi, Siswa berdiskusi
dengan teman sekolompoknya
untuk menyusun hipotesis dan
melakukan penyelidikan dengan
data yang untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh
guru.

19. Siswa melakukan pengujiam


alternatif solusi untuk pemecahan
masalah.

20. Siswa memeriksa kembali


kesesuaian semua informasi dan
jawaban yang telah dituliskan.

21. Siswa membuat kesimpulan dari


permasalahan yang diberikan
oleh guru.

22. Guru meminta perwakilan


kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
didepan kelas. Kelompok lain
dapat menanggapi hasil
presentasi dari masing-masing
kelompok.
23. Setiap kelompok harus
memberikan komentar terkait
hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh kelompok
lain
24. Guru merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh masing-
masing kelompok.

25. Guru mengevaluasi terhadap


kekurangan dari hasil diskusi
yang dipresentasikan oleh siswa.

26. Guru memberikan post-test


kepada siswa dan meminta siswa

248
untuk mengerjakannya selama 20
menit.
27. Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran

28. Guru menginformasikan materi


untuk pertemuan selanjutnya.

Ciputat,
Guru Mata Pelajaran IPS

(Nur Srimasrifah, S.Pd)

249
Lampiran 12
Hasil Pre-test dan Post-test Kerjasama kelas VIII-1

No Nama Kontrol
Pretest Posttest
1. Andini 67 73
2. Anevay Zahra 71 77
3. Danar Pambudi 75 87
4. Devi Indriyani 71 83
5. Fajar Ramdani 58 69
6. Firna Nahwa Salsabila 65 77
7. Ichsan Fathir 75 85
8. Intan Sugiarti 56 71
9. Ishmaaliyah 63 75
10 M. Khadafi 60 69
11. M. Razib 62 73
12. M. Rizki 58 67
13. Muharam. Z 60 71
14. Najwa Aulia 73 85
15. Nasswa Wiji 73 85
16. Nurhalimah 75 90
17. Qonita Humaira 67 83
18. Ramdhani Hermawan 56 69
19. Ronald 56 71
20. Tasya Syarifah 65 75
21. Tri Nurhasanah 63 79
22. Vita Ayu 73 87
23. Zalwa Luthfia 65 77

250
Lampiran 13
Hasil Pre-test dan Post-test Kerjasama kelas VIII-2

No Nama Eksperimen
Pre-test Post-test
1. Ade Raihan 71 85
2. Adhara Oliviya 79 87
3. Aditya Ramadhan 73 87
4. Adriansyah 71 85
5. Azka Hidayat 75 87
6. Celvine 73 87
7. Cindi Audia Lubis 75 90
8. Deani May Bastari 69 83
9. Dhini Akhiriani 73 90
10 Dimas Putra 79 92
11. Karina 71 90
12. Khansa Maghribi 77 92
13. M. Indra 75 90
14. Nazwa Salsyabilla 83 92
15. Resha Alfina 65 85
16. Ridho Pambudi Utomo 65 85
17. Sahara Bil Hasanah 75 90
18. Salsabila 79 92
19. Shirin Karima 83 92
20. Siska Amanda 79 92
21. Tania Sukmawati 77 87
22. Viola Saputri 83 94
23. Wisnu Prasetio 73 87

251
Lampiran 14
Hasil Pre-test dan Post-test Memecahkan masalah kelas VIII-1

No Nama Kontrol
Pre-test Post-test
1. Andini 66 76
2. Anevay Zahrah 68 76
3. Danar Pambudi 64 70
4. Devi Indriyani 70 82
5. Fajar Ramdani 54 66
6. Firna Nahwa 66 78
7. Ichsan Fathir 68 76
8. Intan Sugiarti 66 72
9. Ishmaaliyah 68 88
10 M. Khadafi 50 68
11. M. Razib 46 60
12. M. Rizki 58 62
13. Muharam. Z 48 66
14. Najwa Aulia 84 90
15. Nasswa Wiji 68 74
16. Nurhalimah 80 88
17. Qonita Humaira 88 94
18. Ramdhani Hermawan 60 70
19. Ronald 48 62
20. Tasya Syarifah 64 72
21. Tri Nurhasanah 66 74
22. Vita Ayu 68 90
23. Zalwa Luthfia 48 66

252
Lampiran 15
Hasil Pre-test dan Post-test Memecahkan masalah kelas VIII-2
No Nama Eksperimen-
Pre-test Post-test
1. Ade Raihan 80 100
2. Adhara Oliviya 60 88
3. Aditya Ramadhan 72 84
4. Adriansyah 68 76
5. Azka Hidayat 66 82
6. Celvine 66 80
7. Cindi Audia Lubis 60 82
8. Deani May Bastari 56 76
9. Dhini Akhiriani 72 78
10 Dimas Putra 90 92
11. Karina 60 84
12. Khansa Maghribi 74 96
13. M. Indra 66 82
14. Nazwa Salsyabilla 80 92
15. Resha Alfina 76 82
16. Ridho Pambudi 56 90
17. Sahara Bil Hasanah 62 80
18. Salsabila 80 90
19. Shirin Karima 72 82
20. Siska Amanda 76 82
21. Tania Sukmawati 48 84
22. Viola Saputri 76 80
23. Wisnu Prasetio 72 94

253
Lampiran 16

254
255
256
Lampiran 17

257
258
259
260
Lampiran 18

261
262
263
264
265
266
267
268
269
Lampiram 19

270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
Lampiran 20
Hasil Uji Validitas

Correlations

Soal_1 Soal_2 Soal_3 Soal_4 Soal_5 Soal_6 Soal_7 Soal_8 Soal_9 Soal_1 Skor_To
0 tal

Pearson 1 .215 -.204 .370 .423* .621** .350 .413* .548** .395 .682**
Correlation
Soal_1 .313 .339 .075 .039 .001 .094 .045 .006 .056 .000
Sig. (2-tailed)

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson .215 1 -.247 .242 .121 .058 .152 .231 .250 .320 .561**
Correlation
Soal_2
Sig. (2-tailed) .313 .244 .255 .572 .789 .478 .278 .238 .127 .004

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson -.204 -.247 1 .289 -.056 .066 .115 -.368 -.155 -.516** -.130
Correlation
Soal_3
Sig. (2-tailed) .339 .244 .170 .796 .760 .594 .077 .469 .010 .544

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson .370 .242 .289 1 .601** .308 .600** .135 .209 .247 .591**
Correlation
Soal_4
Sig. (2-tailed) .075 .255 .170 .002 .143 .002 .528 .327 .245 .002

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson .423* .121 -.056 .601** 1 .416* .304 .267 -.056 .265 .451*
Correlation
Soal_5
Sig. (2-tailed) .039 .572 .796 .002 .043 .149 .208 .794 .210 .027

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson .621** .058 .066 .308 .416* 1 .248 .291 .368 .242 .574**
Correlation
Soal_6
Sig. (2-tailed) .001 .789 .760 .143 .043 .243 .167 .077 .255 .003

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson .350 .152 .115 .600** .304 .248 1 .167 .032 .310 .624**
Correlation
Soal_7
Sig. (2-tailed) .094 .478 .594 .002 .149 .243 .435 .882 .140 .001

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson .413* .231 -.368 .135 .267 .291 .167 1 .253 .458* .444*
Correlation
Soal_8
Sig. (2-tailed) .045 .278 .077 .528 .208 .167 .435 .234 .025 .030

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

280
Pearson .548** .250 -.155 .209 -.056 .368 .032 .253 1 .478* .468*
Correlation
Soal_9
Sig. (2-tailed) .006 .238 .469 .327 .794 .077 .882 .234 .018 .021

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson .395 .320 -.516** .247 .265 .242 .310 .458* .478* 1 .553**
Correlation
Soal_10
Sig. (2-tailed) .056 .127 .010 .245 .210 .255 .140 .025 .018 .005

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

Pearson .682** .561** -.130 .591** .451* .574** .624** .444* .468* .553** 1
Correlation
Skor_To
tal Sig. (2-tailed) .000 .004 .544 .002 .027 .003 .001 .030 .021 .005

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

281
Lampiran 21
Hasil Uji Reliabilitas

Case Processing Summary


N %
Valid 24 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 24 100.0

Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha

.807 10

282
Lampiran 22
Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Kerjasama Siswa

Case Processing Summary


Kelas Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kelas 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%
Pre-
eksperimen
test
kelas kontrol 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%

Descriptive

Kelas Statistic Std. Error


Mean 74.9130 1.05560
Lower 72.7239
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper 77.1022
Bound
5% Trimmed Mean 75.0145
Median 75.0000
kelas Variance 25.628
eksperimen
Std. Deviation 5.06246
Pre- Minimum 65.00
test Maximum 83.00
Range 18.00
Interquartile Range 8.00
Skewness -.186 .481
Kurtosis -.248 .935
Mean 65.5217 1.38722
95% Confidence Lower 62.6448
kelas kontrol Interval for Mean Bound

283
Upper 68.3987
Bound
5% Trimmed Mean 65.5242
Median 65.0000
Variance 44.261
Std. Deviation 6.65288
Minimum 56.00
Maximum 75.00
Range 19.00
Interquartile Range 13.00
Skewness .049 .481
Kurtosis -1.366 .935

Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

kelas .102 23 .200* .954 23 .352


Pretest eksperimen
kelas kontrol .143 23 .200* .917 23 .057
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

284
285
Lampiran 23
Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Tes Kemampuan Memecahkan Masalah

Case Processing Summary


Kelas Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%
kelas eksperimen
Pre-test
kelas kontrol 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%

Descriptives
Kelas Statistic Std.
Error
Mean 69.0435 2.04251
Lower 64.8076
95% Confidence Interval Bound
for Mean Upper 73.2794
Bound
5% Trimmed Mean 69.0628
Median 72.0000
kelas Variance 95.953
eksperimen
Std. Deviation 9.79554
Minimum 48.00
Pre-test
Maximum 90.00
Range 42.00
Interquartile Range 16.00
Skewness -.107 .481
Kurtosis -.078 .935
Mean 63.7391 2.35338
Lower 58.8585
kelas
95% Confidence Interval Bound
kontrol
for Mean Upper 68.6197
Bound

286
5% Trimmed Mean 63.3913
Median 66.0000
Variance 127.383
11.2864
Std. Deviation
3
Minimum 46.00
Maximum 88.00
Range 42.00
Interquartile Range 14.00
Skewness .226 .481
Kurtosis -.080 .935

Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kelas .140 23 .200* .978 23 .869


Pretest eksperimen
kelas kontrol .179 23 .054 .923 23 .077
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

287
288
Lampiran 24
Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Kemampuan Kerjasama Siswa

Test of Homogeneity of Variances


Pre-test
Levene df1 df2 Sig.
Statistic
3.259 1 44 .078

ANOVA
Pre-test
Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
1014.261 1 1014.261 29.025 .000
Between Groups

Within Groups 1537.565 44 34.945


Total 2551.826 45

Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Kemampuan Memecahkan Masalah

Test of Homogeneity of Variances


Pre-test
Levene df1 df2 Sig.
Statistic
.088 1 44 .768

ANOVA
Pre-test
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between 323.565 1 323.565 2.898 .096
Groups
Within Groups 4913.391 44 111.668
Total 5236.957 45

289
Lampiran 25
Hasil Uji T-test Independent Samples Kemampuan Kerjasama Siswa di Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Kelas 23 88.7391 3.06323 .63873
Kemampuan
Eksperimen
Kerjasama
Kelas kontrol 23 77.3043 6.98983 1.45748

Independent Samples Test


Kemampuan Levene’s t-test for Equality of Means
Kerjasama Test for
Equality for
Variances
F Sig t df Sig Std. Eror Lower Upper
(2- Difference
tailed)

Equal 17.443 .000 7.186 44 .000 1.159130 8.22774 14.64183


Variance
assumed
Equal 7.186 30.150 .000 1.159130 8.18560 14.68396
variances
not assumed

290
Lampiran 26

Hasil Uji T-test Independent Samples Kemampuan Memecahkan Masalah


Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Kelas 23 85.0435 6.49110 1.35349
Kemampuan Memecahkan Eksperimen
Masalah 23 74.7826 9.84866 2.05359
Kelas kontrol

Independent Samples Test

Kemampuan Levene’s t-test for Equality of Means


Memecahkan Test for
Masalah Equality for
Variances

F Sig t df Sig Std. Eror Lower Upper


(2- Difference
tailed)

Equal 3.158 .000 4.172 44 .000 2.45950 5.30407 15.21767


Variance
assumed
Equal .000 4.172 38.079 .000 2.45950 5.28221 15.23953
variances not
assumed

291
Lampiran 27
Kartu Soal Pertemuan Pertama

Kartu Soal Pertemuan Pertama

1) Deskripsikanlah menurut pendapatmu peristiwa yang


terjadi pada gambar diatas! Apakah peristiwa tersebut
termasuk konflik? Jelaskan!

2) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar diatas ?

292
3) Pada gambar diatas, dapatkah kamu menganalisis
penyebab peristiwa yang terjadi?

4) Didalam konflik ada pertentangan antara individu


dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok. Termasuk dalam kategori
apakah peristiwa yang terjadi pada gambar diatas?
Jelaskan !

293
5) Bagaimana cara kalian untuk mengatasi peristiwa yang
terjadi pada gambar diatas?

6) Menurut pendapatmu, Apakah ada respon positif


terhadap peristiwa yang terjadi pada gambar diatas?
Jelaskan !

294
Kartu Soal Pertemuan Kedua

1) Deskripsikanlah peristiwa yang terjadi pada gambar


diatas! Apakah peristiwa tersebut termasuk konflik?
Jelaskan!

2) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar


diatas ?

295
3) Pada gambar diatas, dapatkah kamu menganalisis
penyebab peristiwa yang terjadi?

4) Menurut pendapatmu, akibat apa yang ditimbulkan


dari peristiwa yang terjadi pada gambar diatas?

296
5) Bagaimana cara kalian untuk mengatasi peristiwa
yang terjadi pada gambar diatas?

6) Dapatkah kalian simpulkan peristiwa yang terjadi


pada gambar diatas ?

297
Kartu Soal Pertemuan Ketiga

1) Deskripsikanlah menurut pendapatmu peristiwa


yang terjadi pada gambar diatas!
2)

2) Apakah peristiwa tersebut termasuk integrasi sosial?


Jika peristiwa pada gambar di atas termasuk integrasi
sosial, Bagaimana proses terbentuknya integrasi sosial
298
pada gambar diatas? Jelaskan!
3) Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar diatas
?

4) Dapatkah kalian menentukan, faktor pendorong


apakah yang dapat mempengaruhi peristiwa pada
gambar di atas ?

299
5) Menurut pendapat kalian, apa respon positf dari
peristiwa tersebut ?

6) Dapatkah kalian simpulkan peristiwa yang terjadi


pada gambar di atas?

300
Lampiran 28

Soal Pre-test dan Post-test Memecahkan Masalah

Pada peristiwa gambar di atas, terdapat beberapa pertayaan yang dapat


ditanyakan terdapat pada nomor 1-5 yaitu :
1. Deskripsikanlah menurut pendapatmu peristiwa yang terjadi pada
gambar diatas! Apakah peristiwa tersebut termasuk konflik? Jelaskan!
2. Pada gambar diatas, dapatkah kalian mengklasifikasikan penyebab
peristiwa yang terjadi?
3. Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar diatas ?
4. Pada gambar diatas, dapatkah kalian menganalisis akibat dari peristiwa
yang terjadi ?
5. Menurut pendapat kalian, bagaimana cara mengatasi peristiwa tersebut

301
Pada peristiwa gambar di bawah ini, terdapat beberapa pertayaan yang
dapat ditanyakan terdapat pada nomor 6-10 yaitu :

6. Deskripsikanlah menurut pendapatmu peristiwa yang terjadi pada


gambar diatas! Apakah peristiwa tersebut termasuk integrasi sosial?
Jika peristiwa pada gambar di atas termasuk integrasi sosial,
Bagaimana proses terbentuknya integrasi sosial pada gambar diatas?
Jelaskan!
7. Siapa saja yang terlibat pada peristiwa gambar diatas ?
8. Dapatkah kalian menentukan, faktor pendorong apakah yang dapat
mempengaruhi peristiwa pada gambar di atas ?
9. Menurut pendapat kalian, apakah ada respon positf dari peristiwa
tersebut ?
10. Dapatkah kalian simpulkan peristiwa yang terjadi pada gambar di
atas?

302
Lampiran 29
Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test Memecahkan Masalah

Soal Jawaban Skor


1) Deskripsikanlah menurut Pada gambar di atas, terjadi 5
pendapatmu peristiwa perkelahian antara kelompok
yang terjadi pada gambar pelajar SMA di halaman belakang
diatas! Apakah peristiwa sekolah di dekat perumahan warga.
tersebut termasuk konflik? Peristiwa pada gambar di atas
Jelaskan! merupakan suatu konflik karena
tindakan yang dilakukan oleh
kelompok pelajar SMA merupakan
tindakan perkelahian atau
perselisihan. Terdapat beberapa
polisi yang ada di lokasi kejadian
untuk mendamaikan aksi tawuran
yang terjadi antara kelompok
pelajar SMA tersebut
2) Pada gambar diatas, Faktor penyebab tawuran 5
dapatkah kalian antarkelompok SMA yaitu :
mengklasifikasikan a) adanya perbedaan antarindividu
penyebab peristiwa yang atau perbedaan antarkelompok
terjadi? yang dapat menyebabkan
menimbulkan adanya konflik
sosial.
b) adanya perbedaan latar belakang
kebudayaan berupa nilai-nilai
dan norma- norma yang kurang
diterapkan disekolah untuk
mendidik dan membimbing
moral atau sikap siswa.
c) adanya perbedaan kepentingan
yang terjadi antarkelompok
pelajaran SMA yang dapat
memicu terjadinya suatu konflik.
d) adanya perubahan nilai-nilai
moral yang cepat yang terjadi
pada antarkelompok pelajar
SMA yang dapat memicu
adanya suatu konflik.
3) Siapa saja yang terlibat Antarkelelompok pelajar SMA 5
pada peristiwa gambar yang terlibat perkelahian dan
diatas ? polisi yang berusaha mendamaikan
aksi tawuran yang dilakukan

303
antarkelompok pelajar SMA
tersebut.
4) Pada gambar diatas, Akibat dari dari peristiwa tawuran 5
dapatkah kalian antarkelompok pelajar yaitu :
menganalisis akibat dari a) meningkatkan solidaritas
peristiwa yang terjadi ? sesama anggota kelompok
(in-group solidarity) yang
sedang mengalami konflik
dengan kelompok lain.
b) Perubahan kepribadian
dapat terjadi pada kedua
belah pihak yang
mengalami konflik.
c) Rusaknya Harta Benda dan
Bahkan Hilangnya Nyawa
Manusia
d) Terjadinya Akomodasi,
Dominasi, Bahkan
Penaklukan Salah Satu
Pihak yang Terlibat dalam
Pertikaiaan.
e) Retaknya hubungan yang
semakin renggang
antarkelompok pelajar
SMA.
5) Menurut pendapat kalian, a) Menghindar, ketika teman 5
bagaimana cara sebaya mengajak untuk
mengatasi peristiwa aksi tawuran dengan
tersebut ? kelompok lain.
b) Para Siswa wajib diajarkan
dan memahami bahwa
semua permasalahan tidak
akan selesai jika
penyelesaiannya dengan
menggunakan kekerasan.
c) Memaksakkan kehendak
untuk menerima
penyelesaian yang
diinginkan.
d) Sekolah wajib
menanamkan disiplin dan
ketertiban bagi mereka
yang terlibat tawuran.
e) Polisi melakukan aksi
untuk mendamaikan pelajar
dengan berbicara secara

304
kekeluargaan dan
menertibkan pelajar ketika
terjadi tawuran.
f) Orangtua harus menjadi
pendengar dan penasehat
yang baik serta
menanamkan nilai-nilai
agama dan moral untuk
anaknya agar mencengah
adanya tindak kekerasan
antarpelajar.
6) Deskripsikanlah menurut Peristiwa yang terjadi pada gambar 5
pendapatmu peristiwa yang di atas yaitu Siswa sekolah dasar
terjadi pada gambar diatas! yang berasal dari ekonomi tingkat
Apakah peristiwa tersebut atas pergi kesekolah diantarkan
termasuk integrasi sosial? oleh supir dengan menggunakan
Jika peristiwa pada gambar mobil pribadinya. Sedangkan siswa
di atas termasuk integrasi sekolah dasar yang ekonomi
sosial, Bagaimana proses menengah kebawah berangkat
terbentuknya integrasi kesekolah diantarkan oleh ibunya
sosial pada gambar diatas? dengan menguunakan mobil.
Jelaskan! Peristiwa ini merupakan sebuah
integrasi sosial karena adanya
kesamaan derajat pelajar baik kaya
ataupun miskin, dalam segi
ekonomi, hal ini dibuktikan dari
seragam sekolah yang dipakai oleh
siswa harus memakai seragam yang
ditentukan oleh sekolah yaitu
seragam dengan baju berwarna
putih dan rok berwarna merah
untuk sekolah dasar.
Proses terbentuknya kejadian pada
gambar diatas yaitu :
4) Siswa merasa bahwa
mereka sama di dalam
pendidikan
5) adanya suatu kesepakatan
(konsensus) bersama
mengenai aturan dalam
pendidikan untuk memakai
seragam sesuai ketentuan
pendidikan.
6) adanya nilai dan norma
sosial yang diberlakukan

305
untuk dijalankan secara
konsisten.

7) Siapa saja yang terlibat Siswa sekolah dasar dan Guru. 5


pada peristiwa gambar
diatas ?

8) Dapatkah kalian Faktor pendorong yang dapat 5


menentukan, faktor mempengaruhi adanya peristiwa
pendorong apakah yang pada gambar diatas yaitu :
dapat mempengaruhi i) Adanya toleransi terhadap
peristiwa pada gambar di kebudayaan dan tingkat
atas ? ekonomi yang berbeda.
j) Kesempatan yang seimbang
dalam bidang ekonomi.
k) Adanya sikap positif
terhadap kebudayaan lain.
l) Adanya sikap terbuka dari
golongan yang berkuasa.
m) Adanya kesamaan dalam
unsur-unsur kebudayaan.

9) Menurut pendapat kalian, Dalam peristiwa yang terjadi pada 5


apakah ada respon positf gambar di atas, ada respon positif
dari peristiwa tersebut ? yang dapat di ambil yaitu tidak
mengenal perbedaan drajat pelajar
baik kaya ataupun miskin, dalam
segi ekonomi, semua siswa sama
derajatnya dalam pendidikan.

10) Dapatkah kalian Pada gambar di atas dapat


simpulkan peristiwa yang disimpulkan adanya proses
terjadi pada gambar di integrasi sosial yang diterapkan
atas? sekolah yang tidak memandang
adanya suatu perbedaan dalam segi
ekonomi, semua siswa dianggap
sama di dalam lingkungan
pendidikan di sekolah.

Total penilian pre-tet dan post-test: 5X10 = 50X2 =100

306
Lampiran 30

307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
Biodata Penulis

Nama Penulis adalah Syifana


Lomi Ning Tyas, Penulis
dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 9 April 1996 dari
orangtua yang bernama Lolok
Murdowo dan Sugiarmi. Penulis
bertempat tinggal di Asrama
Yon Ang Air, Jalan Purata
RT/RW 012/002, Kecamatan
Cilincing, Kelurahan Semper
Barat, Jakarta Utara. Penulis
menempuh pendidikan dimulai
dari SDN 03 Jakarta (lulus tahun
2008), melanjutkan ke SMP
Negeri 231 Jakarta (lulus tahun
2011), kemudian di SMA Negeri 75 Jakarta (lulus tahun 2014) hingga akhirnya
dapat melanjutkan ke perguruan tinggi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Kegiatan yang dilakukan penulis pada masa perkuliahan yaitu terlibat aktif
dalam kegiatan praktikum IPS Terpadu, mengikuti kegiatan seminar dan workshop
yang diadakan di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan ketekunan, motivasi dan bertawakal kepada Allah, Penulis dapat


menyelesaikan laporan karya ilmiah ini. Semoga penulisan karya ilmiah ini dapat
menjadi kontribusi positif dalam dunia pendidikan. Akhir kata penulis
mengucapkan rasa syukur atas terselesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Metode Buzz Group Discussion dengan Permainan Rolet terhadap
Kemampuan Kerjasama dan Kemampuan Memecahkan Masalah pada Mata
Pelajaran IPS (Quasi Eksperimen pada Siswa di Kelas VIII SMP Islam Al-
Hikmah)”.

319

Anda mungkin juga menyukai