Oleh: Sarjuni
1
ASAL KATA SEJARAH
Eropa
Geschiedenis (Belanda) : sesuatu yang telah terjadi ; geschieden =
terjadi
Geschichte (Jerman) : sesuatu yang telah terjadi ; geschehen = terjadi
History (Inggris) aktivitas manusia yang berhubungan dengan peristiwa-
peristiwa tertentu yang disusun dalam hubungan yang kronologis
Kata history berasal dari bahasa Yunani historia yang artinya pengetahuan
yang diperoleh melalui penyelidikan (= ilmu) / inkuiri
DEFINISI SEJARAH
SEJARAWAN
(ingin tahu tentang masa lalu)
Objektivitas sejarah
ILMU
1. Metode khas sejarawan untuk merekonstruksi secara kritis, analitis,
imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data, peninggalan, bukti tulisan,
rekaman
2. Pernyataan, pendapat + pandangan
SEJARAH
Peristiwa /
perilaku manusia (Terlihat jejaknya,
Evidensi
tidak lengkap)
Waktu :
- tempo Interpretasi (Dalam pemikiran
- duree / Deskripsi sejarawan, tidak terlihat)
- periodisasi
Penafsiran :
- kausalitas
- arah
Keunikan
OBJEK STUDI SEJARAH
Objek
Nirleka Sejarah
(masa sebelum (masa setelah
ada tulisan) mengenal tulisan)
KRITERIA ILMU / ASAS-ASAS ILMU
• Sistematis
• Koheren (taat asas)
• Valid (dapat dipercaya)
• Akurat (tepat)
• Objektif
• Mempunyai hukum, dalil, dan generalisasi
• Dapat memprediksi
Hukum Sejarah :
“tidak lain keteraturan yang dapat diserap pada sejumlah kejadian yang
memberikan rupa / wujud persamaan pada perubahan-perubahan keadaan
tertentu dalam sejarah”
METODOLOGI SEJARAH
METODE SEJARAH
I II III
ANALISIS : HISTORIOGRAFI
H
E Penafsiran/Interpretasi
Kritik Eksternal
U
R
Penjelasan/Eksplanasi
I
S
T Kritik Internal
Penyajian/Eksposisi
I
K
1. HEURISTIK Mencari dan menemukan sumber
museum
Sumber tertulis arsip
perpustakaan
internet
koran
LINEAR
ARAH GERAK SIKLUS
SEJARAH
SPIRAL
HISTORICAL THINKING
HISTORICAL EXPLANATION
Substansi Sejarah
Pendekatan Etimologis:
18
Substansi Sejarah
19
Substansi Sejarah
Pendekatan Terminologis:
21
Substansi Sejarah : Ibnu
Khaldun
23
Substansi Sejarah : Hegel
24
Taufiq Abdullah
25
Ikhtisar
Secara etimologi: Sejarah lebih berarti peristiwa-peristiwa itu
sendiri, yakni kisah dan peristiwa masa lampau dan juga masa
kini umat manusia.
Secara terminologi, sejarah lebih dipahami sebagai ilmu (sejarah
ilmiah), yang menurut dipahami sebagai ilmu yang mengkaji
suatu kejadian masa lampau dengan menerangkan sebab-
sebabnya, yang dengan seksama dikaji kondisi lingkungan
peristiwa (kondisional) dan konteks sosial-budayanya
(kontekstual). (Sartono Kartodirjo, 1992:3)
26
Urgensi Sejarah
Popper: Has History Any Meaning
“Is there a meaning in history?”
“history is no meaning”
27
Guna Sejarah
1. Untuk kelestarian identitas kelompok dan memperkuat
daya tahan kelompok itu guna kelangsungan hidup.
2. Untuk pengambilan pelajaran dan teladan dari contoh-
contoh masa lalu, sehingga memberikan azas manfaat
secara lebih khusus demi kelangsungan hidup itu.
3. Sebagai sarana pemahaman mengenai makna hidup dan
mati (Alfian (1985:3) dalam Dudung, (1999:4).
28
Urgensi Mempelajari
Sejarah
1. Penguasaan pengetahuan masa lampau akan memungkinkan
seseorang dapat memahami masa sekarang, dan kegagalan
dalam membaca tanda-tanda jaman masa lampau akan
menggagalkan kemampuan kita membaca isyarat-isyarat
jaman pada masa kini.
2. ” The study of history has been believed to provide a guide,
not simply to pasive understanding of the world, but to
active political and moral action within it” Howard
(1991:188)
29
Urgensi Mempelajari
Sejarah
Ibnu Khaldun : “menyatakan bahwa dengan
mengkaji sejarah seseorang akan dapat
memahami hukum-hukum, watak kejadian-
kejadian, dan perubahan-perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat” (Issawi,
1976:36).
30
Belajar Sejarah;Perlu
Sikap Kritis
Kelemahan Penulisan Sejarah:
1. Semangat tergolong kepada suatu pendapat/kepercayaan (partisanship)
2. Tidak sanggup memahami apa yang sebenarnya terjadi, karena data
penuh dengan intepretasi.
3. Terlalu percaya pada sumber seseorang.
4. Kepercayaan yang salah terhadap kebenaran
5. Tidak mampu menempatkan suatu kejadian dalam runtutan yang
sebenarnya.
6. Keinginan mengambil hati penguasa.
7. Tidak memahami hukum-hukum perubahan.
8. Melebih-lebihkan apa yang sebenarnya terjadi. 31
Hukum-hukum Sejarah
1. Teori Aksiden
Teori aksiden, berasumsi bahwa totalitas wujud
manusia merupakan suatu proses tunggal,
sedangkan peristiwa-peristiwa sejarah yang ada
hanya dianggap sebagai kenyataan-kenyataan
sepintas, terjadi secara kebetulan, tidak ada suatu
makna yang berkaitan secara logis dengan masa lalu
dan dengan beberapa aspek peristiwa mendatang
(Shiddiqi, 1983:2).
32
Di dalam dunia Islam, kekalahan Marwan ibn Muhammad, khalifah
terakhir Bani Umayyah, merupakan suatu bukti bahwa kejadian
kebetulan menentukan nasib sejarah.
33
Dalam buku The Poverty of Historicism, Popper
menyatakan bahwa tidak ada hukum-hukum
kemasyarakatan atau hukum-hukum sejarah yang
bersifat universal, tidak ada hukum yang berlaku
bagi seluruh sejarah manusia, yaitu untuk semua
jaman, tidak ada uniformitas-uniformitas yang
mengatasi semua jaman, akan tetapi yang ada
hanyalah hukum yang berlaku untuk jaman
tertentu (Popper, 1985:53).
34
Hukum-hukum Sejarah
2. Teori Determinisme
Segala perubahan pada fenomena alam dan juga dalam
masyarakat manusia berlaku hukum-hukum tertentu yang
merupakan pola-pola yang didasarkan atas perubahan-
perubahan soial yang terjadi (Bahesti, 1991:7).
36
• Richard Frye dalam sebuah artikelnya berjudul “The Abasid
Conspiracy and Modern Revolutionary Theory” pada tahun
1952, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menyertai kebangkitan
Daulah Abasiyah ketika itu sama dengan ciri-ciri yang
menyertai revolusi di berbagai dunia modern saat ini.
• Dengan merujuk pada pendapat Frye di atas maka semakin
jelas bahwa jatuh bangunnya suatu negara terikat dengan
hukum-hukum yang bersifat universal.
• Jatuhnya Daulah Bani Umayah misalnya, ini karena kondisi-
kondisi awal yang ada pada saat itu sangat memungkinkan
untuk terjadinya sebuah konspirasi yang berujung pada makar.
37
• Sedikitnya ada empat teori mengenai jatuhnya Daulah Bani
Umayah.
• Pertama, teori faksionalisme rasial atau teori pengelompokan
bangsa. Teori ini mengatakan bahwa Bani Umayah pada
dasarnya adalah kerajaan Arab yang mementingkan
kepentingan orang-orang Arab dan melalaikan kepentingan-
kepentingan orang-orang non Arab. Singkat kata pemerintahan
Bani Umayah melakukan diskriminasi.
• Kedua teori faksionalisme sekterian atau pengelompokan
golongan berdasarkan agama. Teori ini melihat bahwa Bani
Umayah selalu menjadikan aliran Syi’ah sebagai lawan yang
harus selalu di tindas.
38
• Ketiga, teori faksionalisme kesukuan, yakni Bani
Umayah dinilai telah menghidupkan kembali
persaingan antar suku ala jaman jahiliyah.
• Keempat adalah teori yang menekankan pada
ketidakadilalan ekonomi dan disparitas regional, di
mana orang-orang Arab dan Syiria mendapat
perlakuan khusus, yang membuat iri orang-orang
Arab dari sebelah Timur, seperti Irak dan Khurasan
(Atho Mudzhar, 1998:86-88).
39
• Layak dicermati pendapat Shadr di atas, bahwasannya jika
dilihat dari terminologi yang ada di dalam al-Qur’an, dapat
ditemukan adanya dua istilah yang berbeda, yakni taqdir dan
sunnatullah. Taqdir kelihatannya ekuivalen dengan istilah
hukum alam, sementara sunnatullah ekuivalen dengan
hukum sejarah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam
penjelasan berikut ini:
• Seperti diketahui, istilah taqdir dalam al-Qur’an - berbeda
dengan umumnya arti istilah itu dalam penggunaan sehari-
hari - ialah hukum ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan
untuk mengatur perjalanan dan “tingkah laku” alam
ciptaannya, khususnya alam material. Secara spesifik Kitab
Suci menyebutkan tentang adanya taqdir pola perjalanan
atau peredaran matahari:
40
Karakteristik Hukum Sejarah
1. Hukum atau norma-norma sejarah itu bersifat permanen dan universal
”Maka sekali-kali engkau tidak akan menemukan pengganti bagi sunnah
Allah, tidak pula engkau akan mendapati bahwa sunnah Allah itu
menyimpang” (Q.s. al-Fatir/35:43 )
2. Kedua, hukum-hukum sejarah mempunyai segi-segi ilahiyah atau
ketuhanan, dalam pengertian bahwa hukum-hukum sejarah merupakan
aplikasi dan berkaitan erat dengan hendak Tuhan, yang di dalam al-
Qur’an diungkapkan dengan sunnatullah atau kalimatullah
3. Karakteristik ketiga, bahwa hukum-hukum sejarah bukan tidak konsisten
dengan kebebasan manusia. Hukum-hukum sejarah tetap konsisten
dengan kebebasan berkendak manusia. ”Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah kondisi sampai mereka mengubah apa yang ada di dalam
jiwa mereka” (Q.s. al-Ra’d/13:11).
41
Driving Forces Sejarah
1. Hukum Fatum
2. Filsafat Sejarah Kristiani
3. The Great Man Theory
4. Historical Materialism
5. Moralistic-Idealistic Theory
42
Pola Gerak Sejarah
• Linier
• Siklus
• Dialetik
43
Wallahu a’lam bissawab
44