Anda di halaman 1dari 44

Bisimillahirrahmanirrahim

Oleh: Sarjuni

1
ASAL KATA SEJARAH

Dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa Arab : SYAJARATUN


yang artinya pohon kayu, keturunan, asal-usul, atau silsilah.

Riwayat/hikayat : cerita yang diambil dari kehidupan


Kisah : cerita tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau
Tarikh (Turki) : menunjukkan tradisi dalam sejarah Islam

Eropa
Geschiedenis (Belanda) : sesuatu yang telah terjadi ; geschieden =
terjadi
Geschichte (Jerman) : sesuatu yang telah terjadi ; geschehen = terjadi
History (Inggris) aktivitas manusia yang berhubungan dengan peristiwa-
peristiwa tertentu yang disusun dalam hubungan yang kronologis
Kata history berasal dari bahasa Yunani historia yang artinya pengetahuan
yang diperoleh melalui penyelidikan (= ilmu) / inkuiri
DEFINISI SEJARAH

History is past human behavior, recorded and unrecorded,


in its many varieties (CTPL, 1974 :1).

History is a continuous process of interaction between the


historian and his facts, an unending dialog between the
present and the past (Carr, 1965 : 35).

History can mean any events or episodes that happened in


the past, no matter to whom they happened and no matter
whether the episodes were in any way related. More often,
the term is restricted to things that happened to people
(Nugent, 1967 : 11).
DEFINISI SEJARAH

History is the memory of human experience (Robert V.


Daniels)

All past event is history (history as actuality). History


can help student to understand human behaviour in
the past, present and future (new goals for historical
studies). (J.Banks)

Sejarah adalah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang


berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil
penfsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia
pada waktu yang telah lampau atau tanda-tanda yang
lain. (Muhammad Yamin)
Kata HISTORY yang dipadankan dengan
SEJARAH memiliki 4 pengertian :

1. Sesuatu peristiwa, suatu kejadian, sesuatu


yang telah berlalu
2. Riwayat dari peristiwa / kejadian yang
telah berlalu
3. Semua pengetahuan tentang masa lalu
(khususnya tentang masyarakat tertentu)
4. Ilmu yang berusaha menentukan dan
mewariskan pengetahuan
SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA, KISAH, ILMU

SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA


(Kejadian di masa lalu)

SEJARAWAN
(ingin tahu tentang masa lalu)

MENYUSUN FAKTA-FAKTA YANG DIMILIKI


(dengan mengajukan pertanyaan/mencari pendapat untuk mendekati kebenaran)

Objektivitas sejarah

SEJARAH SEPERTI YANG TERTULIS


KISAH
PERISTIWA Cerita, Kesan, Memori,
Kejadian, Kenyataan, Tafsiran tentang persitiwa,
Aktualitas masa lalu Pengalaman pada masa lalu

ILMU
1. Metode khas sejarawan untuk merekonstruksi secara kritis, analitis,
imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data, peninggalan, bukti tulisan,
rekaman
2. Pernyataan, pendapat + pandangan

ILMU : sejumlah pengetahuan yang tersusun (a body of knowledge) dengan syarat


- Ada objek (peristiwa penting yang berkaitan dengan manusia dan terjadi)
- Ada metode
- Ada pokok permasalahan (subject matter)
Gambaran masa lalu tentang
Gambaran tentang peristiwa- manusia baik sebagai individu
peristiwa masa lampau yang maupun sebagai mahluk sosial,
dialami manusia, disusun yang disusun secara ilmiah
secara ilmiah, meliputi kurun meliputi urutan fakta masa
waktu tertentu, diberi tersebut, dengan diberi tafsiran
tafsiran, dan dianalisis kritis serta penjelasan yang memberi
sehingga mudah dipahami dan pengertian tentang apa yang
dimengerti telah berlalu itu

SEJARAH

Sebagai suatu studi keilmuan tentang Sebagai suatu studi yang


segala sesuatu yang telah dialami berusaha untuk mendapatkan
manusia di waktu lampau dan yang pengertian tentang segala
telah meninggalkan jejak-jejaknya di sesuatu yang telah dialami
waktu sekarang, di mana tekanan (diucapkan, dipikirkan, dan
perhatian terutama diletakkan pada dilaksanakan) oleh manusia di
aspek peristiwanya sendiri, dalam hal masa lampau yang bukti-
ini terutama yang bersifat khusus dan buktinya masih bisa
segi-segi urutan perkembangannya, ditelusuri/diketemukan masa
yang kemudian disusun dalam suatu sekarang
cerita sejarah
Struktur Sejarah Sebagai Ilmu

Peristiwa (Aktual, sudah berlalu


dan tidak terlihat lagi)

Peristiwa /
perilaku manusia (Terlihat jejaknya,
Evidensi
tidak lengkap)

Waktu :
- tempo Interpretasi (Dalam pemikiran
- duree / Deskripsi sejarawan, tidak terlihat)
- periodisasi

Ruang / tempat (Dalam bentuk buku /


Ceritera
tulisan sejarah, terlihat)

Penafsiran :
- kausalitas
- arah

Keunikan
OBJEK STUDI SEJARAH

Dalam arti yang luas :


Alamiah / natural
manusia & alamnya

Objek

Insaniah / kultural Dalam arti sempit / terbatas :


Kejadian atau kegiatan manusia

Nirleka Sejarah
(masa sebelum (masa setelah
ada tulisan) mengenal tulisan)
KRITERIA ILMU / ASAS-ASAS ILMU

• Sistematis
• Koheren (taat asas)
• Valid (dapat dipercaya)
• Akurat (tepat)
• Objektif
• Mempunyai hukum, dalil, dan generalisasi
• Dapat memprediksi

Bagaimana dengan sejarah ?


PERBEDAAN ILMU ALAM DENGAN SEJARAH

ILMU ALAM SEJARAH


1. Perulangan2 / recurrence 1. Peristiwa sejarah bersifat unik /
partikularistik
2. Percobaan/eksperimen di laboratorium 2. Unsur paralelisme/kesejajaran di
atau lapangan, yaitu mewujudkan samping unsur kekhususan
kembali bentuk semula dari gejala-
gejala semula
3. Mengidentifikasi keajegan/keteraturan 3. Kecenderungan2 umum / general
dari gejala-gejala tersebut tendencies
4. Keumuman/dalil/hukum bisa 4. Hukum-hukum sejarah bisa dirumuskan
dirumuskan

Hukum Sejarah :
“tidak lain keteraturan yang dapat diserap pada sejumlah kejadian yang
memberikan rupa / wujud persamaan pada perubahan-perubahan keadaan
tertentu dalam sejarah”
METODOLOGI SEJARAH

METODE SEJARAH

I II III
ANALISIS : HISTORIOGRAFI

H
E Penafsiran/Interpretasi
Kritik Eksternal
U
R
Penjelasan/Eksplanasi
I
S
T Kritik Internal
Penyajian/Eksposisi
I
K
1. HEURISTIK Mencari dan menemukan sumber

Tempat sumber sejarah :

museum
Sumber tertulis arsip
perpustakaan
internet
koran

Sumber lisan manusia (pelaku, saksi yang sejaman)

Masalah yang muncul :


• sumber sudah sangat tua
• sumber tidak boleh sembarangan dibaca (pada daerah tertentu yang
boleh membaca hanya orang-orang tertentu)
• Kesulitan dalam memahami bahasa yang digunakan
• Lebih banyak menggunakan tulisan tangan (sumber-sumber tua)
• Sumber masih tertutup (batas dibukanya sumber sekitar 25 tahun)
2. KRITIK Dilakukan terhadap sumber yang diperoleh untuk mendapatkan
FAKTA (harus objektif)

Kritik yang dikenakan pada fisik sumber :


Kritik Eksternal • asli / tidak asli
• turunan

Kritik Internal Kritik yang dikenakan pada isi (content)


sumber

Dalam tahapan Heuristik dan Kritik inilah sejarah dipandang sebagai


ilmu sebab objektif sifatnya.

3. HISTORIOGRAFI Dalam tahap ini 3 langkah dikerjakan secara serentak yakni :


• Interpretasi ; fakta-fakta yang diperoleh diberi isi
• Eksplanasi ; mendeskripsikan (memberi penjelasan)
• Ekspose (penyajian) ; dalam bentuk tulisan
Hal yang paling
penting dalam
metode sejarah,
karena disinilah FAKTA-FAKTA
dipertatuhkan
kemampuan peneliti SUBJEKTIVITAS
sejarah
PENDEKATAN
MANUSIA

INTERPRETASI PENGGERAK GEOGRAFI


SEJARAH KULTURAL
SUPERNATURAL

LINEAR
ARAH GERAK SIKLUS
SEJARAH
SPIRAL

HISTORICAL THINKING

HISTORICAL EXPLANATION
Substansi Sejarah

Pendekatan Etimologis:

Istilah “sejarah” secara bahasa Arab “syajarah”, yang


berarti “pohon”.

Penggunaan istilah ini barangkali berkaitan dengan


kenyataan bahwa “sejarah” - dalam pandangan orang
yang pertama menggunakan istilah ini – menyangkut
tentang, antara lain , syajarah al-nasab, pohon
geneologis, yang untuk saat ini agaknya bisa disebut
“sejarah keluarga” (Azra, dalam Toto Suharto, 2003:xii).
17
Substansi Sejarah

Tetapi selanjutnya sejarah dipahami mempunyai


makna yang sama dengan tarikh (Arab), istoria
(Yunani), history (Inggris), geschiedenis (Belanda)
atau geschichte (Jerman), yang secara sederhana
berarti kejadian-kejadian yang menyangkut
manusia di masa lampau (Gottshalk, 1975:27).

18
Substansi Sejarah

Istilah “history” atau “sejarah” bersifat


ambiguous. Sejarah bisa bermakna yang
menunjuk terhadap peristiwa-peristiwa di
masa lampau, tetapi dapat pula digunakan
untuk menunjuk peristiwa-peristiwa itu
sendiri. Nash dalam Shiddiqi (1984:9)

19
Substansi Sejarah

Pendekatan Terminologis:

Secara terminologi, sejarah juga diartikan ke dalam


berbagai variasi redaksional. misalnya, history is
the history of thought (sejarah adalah sejarah
pemikiran); history is kind of research or inquiry
(sejarah adalah sejenis penelitian atau
penyelidikan) Collingwood (1976:9).
20
Substansi Sejarah : Ibnu
Khaldun
Sejarah merupakan catatan tentang masyarakat umat
manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-
perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu, seperti
kelahiran, keramah-tamahan, dan solidaritas golongan,
…dan pada umumnya tentang segala macam perubahan
yang terjadi di dalam masyarakat karena watak
masyarakat itu sendiri (Ibnu Khaldun, 1986:12114).

21
Substansi Sejarah : Ibnu
Khaldun

Dalam hakikat sejarah, terkandung pengertian


observasi dan usaha mencari kebenaran,
keterangan yang mendalam tentang sebab dan
asal benda wujudi, serta pengertian dan
pengetahuan tentang substansi, esensi dan
sebab-sebab terjadinya peristiwa (Ibnu
Khaldun, 1986:3).
22
Substansi Sejarah : Ibnu
Khaldun
Ibnu Khaldun membedakan antara lahiriah ilmu sejarah dan
pemahaman kontemplatif tentang sejarah atau batinnya.
Yang pertama adalah uraian tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa lampau dan perbincangan tentang
bagaimana negara-negara tegak, berkembang dan lalu sirna.
Kedua, sejarah dipandang sebagai salah satu cabang dari
filsafat, sebab ia mengkaji berbagai peristiwa dan hukum-
hukum yang mengendalikannya (al-Khudhairi, 1987:44)

23
Substansi Sejarah : Hegel

1. Sejarah asli adalah yang memaparkan sebagian besar


terbatas pada perbuatan, peristiwa dan keadaan masyarakat
yang ditemukan di hadapan mereka, dan mereka turut ambil
bagian di dalam masyarakatnya.
2. Sejarah reflektif, adalah sejarah yang cara penyajiannya tidak
dibatasi oleh waktu yang dengannya penulis sejarah
berhubungan, tetapi ruhnya melampaui masa kini.
3. Sejarah filsafati, yakni sejarah yang telah melibatkan
pertimbangan pemikiran secara mendalam. Hegel (2001:1-
11),

24
Taufiq Abdullah

Sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu tentang apa yang


dialami, dipikirkan, dirasakan, dikatakan, dan dikerjakan.

Kebenaran sejarah hampir tidak pernah 100%, tetapi misi


sejarah berusaha mendekati 100%.
Mengapa? Pertama, Karena sejarawan tidak mengalami
peristiwa sejarah. Kedua, Sebjektifitas penulis sejarah.

25
Ikhtisar
Secara etimologi: Sejarah lebih berarti peristiwa-peristiwa itu
sendiri, yakni kisah dan peristiwa masa lampau dan juga masa
kini umat manusia.
Secara terminologi, sejarah lebih dipahami sebagai ilmu (sejarah
ilmiah), yang menurut dipahami sebagai ilmu yang mengkaji
suatu kejadian masa lampau dengan menerangkan sebab-
sebabnya, yang dengan seksama dikaji kondisi lingkungan
peristiwa (kondisional) dan konteks sosial-budayanya
(kontekstual). (Sartono Kartodirjo, 1992:3)

26
Urgensi Sejarah
Popper: Has History Any Meaning
“Is there a meaning in history?”
“history is no meaning”

There is no history of mankind, there is only an indefinite


number of histories of all kinds of aspects of human life, and one
of these is the history of political power (Meyerhoff, 1959:304-
305)

27
Guna Sejarah
1. Untuk kelestarian identitas kelompok dan memperkuat
daya tahan kelompok itu guna kelangsungan hidup.
2. Untuk pengambilan pelajaran dan teladan dari contoh-
contoh masa lalu, sehingga memberikan azas manfaat
secara lebih khusus demi kelangsungan hidup itu.
3. Sebagai sarana pemahaman mengenai makna hidup dan
mati (Alfian (1985:3) dalam Dudung, (1999:4).

28
Urgensi Mempelajari
Sejarah
1. Penguasaan pengetahuan masa lampau akan memungkinkan
seseorang dapat memahami masa sekarang, dan kegagalan
dalam membaca tanda-tanda jaman masa lampau akan
menggagalkan kemampuan kita membaca isyarat-isyarat
jaman pada masa kini.
2. ” The study of history has been believed to provide a guide,
not simply to pasive understanding of the world, but to
active political and moral action within it” Howard
(1991:188)

29
Urgensi Mempelajari
Sejarah
Ibnu Khaldun : “menyatakan bahwa dengan
mengkaji sejarah seseorang akan dapat
memahami hukum-hukum, watak kejadian-
kejadian, dan perubahan-perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat” (Issawi,
1976:36).

30
Belajar Sejarah;Perlu
Sikap Kritis
Kelemahan Penulisan Sejarah:
1. Semangat tergolong kepada suatu pendapat/kepercayaan (partisanship)
2. Tidak sanggup memahami apa yang sebenarnya terjadi, karena data
penuh dengan intepretasi.
3. Terlalu percaya pada sumber seseorang.
4. Kepercayaan yang salah terhadap kebenaran
5. Tidak mampu menempatkan suatu kejadian dalam runtutan yang
sebenarnya.
6. Keinginan mengambil hati penguasa.
7. Tidak memahami hukum-hukum perubahan.
8. Melebih-lebihkan apa yang sebenarnya terjadi. 31
Hukum-hukum Sejarah
1. Teori Aksiden
Teori aksiden, berasumsi bahwa totalitas wujud
manusia merupakan suatu proses tunggal,
sedangkan peristiwa-peristiwa sejarah yang ada
hanya dianggap sebagai kenyataan-kenyataan
sepintas, terjadi secara kebetulan, tidak ada suatu
makna yang berkaitan secara logis dengan masa lalu
dan dengan beberapa aspek peristiwa mendatang
(Shiddiqi, 1983:2).

32
Di dalam dunia Islam, kekalahan Marwan ibn Muhammad, khalifah
terakhir Bani Umayyah, merupakan suatu bukti bahwa kejadian
kebetulan menentukan nasib sejarah.

Dalam pertempuran terakhirnya dengan orang-orang Abasiyah, Marwan,


yang merasa harus buang hajat, menyingkir untuk maksud itu. Secara
kebetulan, seorang dari kubu musuh berada di situ, ia melihat dan
segera membunuhnya. Kabar tentang kematiannya tersebar di kalangan
pasukannya.

Karena peristiwa kebetulan semacam itu tak pernah di duga-duga, maka


pasukannya menjadi panik, dan berhamburan meninggalkan
pertempuran. Dengan demikian , Dinasti Umayyah roboh. Sehubungan
dengan peristiwa itu dikatakan bahwa “dzahabat Daulah bibaulah”
(suatu dinasti runtuh karena air seni) (Mutahhari, 1986:80).

33
Dalam buku The Poverty of Historicism, Popper
menyatakan bahwa tidak ada hukum-hukum
kemasyarakatan atau hukum-hukum sejarah yang
bersifat universal, tidak ada hukum yang berlaku
bagi seluruh sejarah manusia, yaitu untuk semua
jaman, tidak ada uniformitas-uniformitas yang
mengatasi semua jaman, akan tetapi yang ada
hanyalah hukum yang berlaku untuk jaman
tertentu (Popper, 1985:53).

34
Hukum-hukum Sejarah
2. Teori Determinisme
Segala perubahan pada fenomena alam dan juga dalam
masyarakat manusia berlaku hukum-hukum tertentu yang
merupakan pola-pola yang didasarkan atas perubahan-
perubahan soial yang terjadi (Bahesti, 1991:7).

Kebangiktan dan kehancuran suatu bangsa, kekuatan dan


kelemahannya, jatuhnya kekuasaan pada kelompok
tertentu, semuanya tunduk pada hukum-hukum yang
mengatur masyarakat dan keterkaitannya dengan kelompok
masyarakat lainnya. Dengan begitu, peristiwa-peristiwa
sejarah sifatnya bukan kebetulan (accidental), atau tidak
berdasar, akan tetapi tunduk pada suatu hukum.
35
Menurut Shadr, dalam kapasitasnya sebagai manusia, umat Islam
sebagaimana umat lain terikat oleh hukum-hukum sejarah yang bersifat
absolut, tidak memihak dan objektif. Hukum-hukum sejarah tidak timbul
secara otomatis, atau sebagai hasil dari segala tekanan dalam diri
manusia, akan tetapi semuanya merupakan suatu bagian dari pola kreatif
Tuhan (divine ways).
Shadr memberi contoh, jika umat Islam memperoleh kemenangan dalam
perang Badar, itu tidak lain karena umat Islam telah memenuhi
persyaratan dan kelengkapan yang harus dipenuhi untuk memperoleh
kemenangan. Sebaliknya ketika umat Islam kalah dalam perang Uhud,
karena umat Islam memang berada dalam kondisi yang sangat tepat
untuk mendapatkan kekalahan, sesuai dengan hukum dan kebiasaan
yang ada dalam sejarah manusia.

36
• Richard Frye dalam sebuah artikelnya berjudul “The Abasid
Conspiracy and Modern Revolutionary Theory” pada tahun
1952, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menyertai kebangkitan
Daulah Abasiyah ketika itu sama dengan ciri-ciri yang
menyertai revolusi di berbagai dunia modern saat ini.
• Dengan merujuk pada pendapat Frye di atas maka semakin
jelas bahwa jatuh bangunnya suatu negara terikat dengan
hukum-hukum yang bersifat universal.
• Jatuhnya Daulah Bani Umayah misalnya, ini karena kondisi-
kondisi awal yang ada pada saat itu sangat memungkinkan
untuk terjadinya sebuah konspirasi yang berujung pada makar.

37
• Sedikitnya ada empat teori mengenai jatuhnya Daulah Bani
Umayah.
• Pertama, teori faksionalisme rasial atau teori pengelompokan
bangsa. Teori ini mengatakan bahwa Bani Umayah pada
dasarnya adalah kerajaan Arab yang mementingkan
kepentingan orang-orang Arab dan melalaikan kepentingan-
kepentingan orang-orang non Arab. Singkat kata pemerintahan
Bani Umayah melakukan diskriminasi.
• Kedua teori faksionalisme sekterian atau pengelompokan
golongan berdasarkan agama. Teori ini melihat bahwa Bani
Umayah selalu menjadikan aliran Syi’ah sebagai lawan yang
harus selalu di tindas.

38
• Ketiga, teori faksionalisme kesukuan, yakni Bani
Umayah dinilai telah menghidupkan kembali
persaingan antar suku ala jaman jahiliyah.
• Keempat adalah teori yang menekankan pada
ketidakadilalan ekonomi dan disparitas regional, di
mana orang-orang Arab dan Syiria mendapat
perlakuan khusus, yang membuat iri orang-orang
Arab dari sebelah Timur, seperti Irak dan Khurasan
(Atho Mudzhar, 1998:86-88).

39
• Layak dicermati pendapat Shadr di atas, bahwasannya jika
dilihat dari terminologi yang ada di dalam al-Qur’an, dapat
ditemukan adanya dua istilah yang berbeda, yakni taqdir dan
sunnatullah. Taqdir kelihatannya ekuivalen dengan istilah
hukum alam, sementara sunnatullah ekuivalen dengan
hukum sejarah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam
penjelasan berikut ini:
• Seperti diketahui, istilah taqdir dalam al-Qur’an - berbeda
dengan umumnya arti istilah itu dalam penggunaan sehari-
hari - ialah hukum ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan
untuk mengatur perjalanan dan “tingkah laku” alam
ciptaannya, khususnya alam material. Secara spesifik Kitab
Suci menyebutkan tentang adanya taqdir pola perjalanan
atau peredaran matahari:

40
Karakteristik Hukum Sejarah
1. Hukum atau norma-norma sejarah itu bersifat permanen dan universal
”Maka sekali-kali engkau tidak akan menemukan pengganti bagi sunnah
Allah, tidak pula engkau akan mendapati bahwa sunnah Allah itu
menyimpang” (Q.s. al-Fatir/35:43 )
2. Kedua, hukum-hukum sejarah mempunyai segi-segi ilahiyah atau
ketuhanan, dalam pengertian bahwa hukum-hukum sejarah merupakan
aplikasi dan berkaitan erat dengan hendak Tuhan, yang di dalam al-
Qur’an diungkapkan dengan sunnatullah atau kalimatullah
3. Karakteristik ketiga, bahwa hukum-hukum sejarah bukan tidak konsisten
dengan kebebasan manusia. Hukum-hukum sejarah tetap konsisten
dengan kebebasan berkendak manusia. ”Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah kondisi sampai mereka mengubah apa yang ada di dalam
jiwa mereka” (Q.s. al-Ra’d/13:11).

41
Driving Forces Sejarah

1. Hukum Fatum
2. Filsafat Sejarah Kristiani
3. The Great Man Theory
4. Historical Materialism
5. Moralistic-Idealistic Theory

42
Pola Gerak Sejarah
• Linier
• Siklus
• Dialetik

43
Wallahu a’lam bissawab

44

Anda mungkin juga menyukai