NOMOR : 19/G/2021/PTUN-SBY.
Nama : Imam
Pekerjaan : Wiraswasta
MELAWAN
I. OBYEK GUGATAN
1. Bahwa Imam sebagai Penggugat adalah ayah kandung dari Ahmad Nando
siswa kelas XI IPS 7 SMAN Bangun Negeri, yang lahir di Tulungagung
tanggal 17 Juli 2004. Berdasarkan tanggal lahir anak Penggugat tersebut, usia
anak adalah 16 tahun. Menurut Pasal 330 KUH Perdata, “batas usia seseorang
cakap berbuat hukum yaitu berusia 21 tahun”. Terkait itu saat melihat putusan
MA RI Nomor 477/K/SIP/1976 menyatakan bahwa batasan umur anak yang
berada di bawah kekuasaan orang tua atau perwalian ialah 18 tahun, dengan
demikian melihat usia anak Penggugat yaitu Ahmad Nando masih dibawah
pengampuan orang tua atau wali. Sehingga yang dapat melakukan perbuatan
hukum adalah ayah Ahmad Nando (Penggugat)
2. Bahwa Ahmad Nando anak dari Penggugat adalah Anggota Pengurus OSIS
tahun 2020/2021 SMAN Bangun Negeri
3. Bahwa dalam Kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) SMAN Bangun Negeri
Ahmad Nando ditunjuk sebagai Panitia Pelaksana MOS SMAN Bangun
Negeri tahun 2020/2021 sebagaimana tertuang dalam Proposal Kegiatan MOS
SMAN Bangun Negeri tahun 2020/2021
4. Bahwa dalam Proposal Kegiatan MOS SMAN Negeri Bangun Negeri tahun
2020/2021 tersebut ditanda tangani dan disahkan oleh Tergugat Kepala
Sekolah SMAN Bangun Negeri Suhanto, M.Pd dan Pembina OSIS Iwan
Setyawan, S.Pd, yang di dalamnya berisi mengenai susunan panitia MOS,
aturan dan ketentuan selama kegiatan MOS, dan susunan kegiatan selama
MOS SMAN Bangun Negeri Tahun 2020/2021
5. Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan MOS bagi setiap siswa SMAN Bangun
Negeri yang mengikuti MOS diwajibkan untuk menyerahkan surat persetujuan
dari orang tua/ wali.
6. Bahwa pada hari Senin tanggal 1 Oktober 2020, pada saat penutupan kegiatan
MOS terdapat kegiatan pentas seni yang menampilkan pertunjukan dari
masing-masing kelas, pada saat pertunjukan musik salah satu peserta MOS
yang bernama Sanju Isa Sulivan membuat keributan dengan peserta MOS
lainnya, sebagai Panitia Pelaksana MOS Ahmad Nando berupaya
menenangkan kejadian tersebut, tanpa sengaja tangan Ahmad Nando
mengenai wajah Sanju Isa Sulivan, dan menyebabkan Sanju Isa Sulivan
pingsan. Pada saat itu juga para pengurus OSIS langsung membawa Sanju Isa
Sulivan ke Puskesmas terdekat lalu dirujuk ke Rumah Sakit dan mendapatkan
perawatan kurang lebih sampai 3 bulan
7. Bahwa kemudian setelah 3 bulan yaitu pada tanggal 2 Januari 2021,
Penggugat mendapatkan surat panggilan orang tua dari Tergugat No.
22/65/IV/2021 untuk hadir di sekolah pada tanggal 7 Januari 2021, dalam
surat tersebut tertulis acaranya tentang informasi bahwa Ahmad Nando
melakukan pelanggaran berat
8. Bahwa pada tanggal 7 Januari 2021, Penggugat memenuhi undangan surat
panggilan orang tua untuk menemui Kepala Sekolah didampingi guru BK dan
Wali Kelas, Namun ternyata bukan untuk bermusyawarah tentang
penyelesaian masalahnya akan tetapi Penggugat langsung diberi Surat
Keputusan Nomor 1/KPTS/X/2020 tertanggal 5 Januari 2021, yang
menyatakan bahwa Ahmad Nando melakukan tindak kekerasan terhadap
Sanju Isa Sulivan pada saat kegiatan MOS yang menyebabkan korban dirawat
3 bulan, maka dari itu Ahmad Nando harus keluar dari SMAN Bangun Negeri
dan harus segera menyelesaikan biaya adminitrasi, tanpa memberi kesempatan
Ahmad Nando maupun Penggugat untuk menjelaskan dan melakukan
pembelaan
9. Bahwa atas dikeluarkannya keputusan tersebut mengakibatkan anak
Penggugat yaitu Ahmad Nando dikeluarkan dari SMAN Bangun Negeri
10. Bahwa Surat Keputusan yang telah dikeluarkan Tergugat tidak memiliki dasar
yang benar karena dalam faktanya Sanju Isa Sulivan pingsan bukan
dikarenakan kekerasan fisik akan tetapi karena memiliki penyakit bawaan dan
kelelahan
11. Bahwa tindakan Tergugat dalam mengeluarankan surat keputusan tersebut
telah melanggar Pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 82 tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan
tindak kekerasan di lingkungan suatu pendidikan yang menyatakan tindakan
penanggulangan yang dilakukan oleh satuan pendidikan adalah menindak
lanjuti kasus tersebut secara proposional sesuai dengan tingkat kekerasan yang
dialkukan; dan Pasal 11 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 82 tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan tindak
kekerasan di lingkungan suatu pendidikan yang isinya : satuan pendidikan
memberikan sanksi kepada peserta didik dalam rangka pembinaan berupa :
- Teguran lisan
- Tegutran tertulis
- Tindakan lain yang bersifat edukatif
12. Bahwa keputusan yang dikeluarkan oleh Tergugat juga melanggar Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU Nomor 32 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1) Setiap anak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat
13. Bahwa sealain itu, keputusan Tergugat atas Objek Sengekta juga bertentang
dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
pasal 2 yang berbunyi : Negara Republlik Indonesia mengakui dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai
hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia yang
harus dilindungi, dihormati dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan kecerdasan serta keadilan : dan juga
bertentang dengan Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 12 : setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya dan
meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, beratanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia dan sejahtera sesuai
dengan hak asasi manusia. Serta bertentangan dengan Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 31 ayat (1) : setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan; karena hingga gugatan ini diajukan
Ahmad Nando kehilangan hak untuk memperoleh pendidikan dan meneruskan
proses belajar di SMAN Bangun Negeri
14. Bahwa disamping itu Tergugat telah terbukti bahwa dalam mengambil
keputusan menerbitkan objek sengketa tidak melalui prosedur tahapan yang
jelas sebagaimana penerapan Tata Tertib di sekolah dan tidak partisipatif
karena tidak melibatkan anak dan orang tua anak yang dikenai sanksi, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur dan memanipulatif data.
Fakta ini membuktikan bahwa Tergugat telah melanggar Asas-Asas umum
pemerintahan yang baik diantaranya asas bertindak cermat, karena dalam
menetapkan keputusan tidak melalui proses yang benar dan memanipulatif
fakta
15. Bahwa selain dari pada itu, Tergugat juga telah melanggar Peraturan
Pemerintahan Nomor 74 Tahun 2008 Tentang GURU, Pasal 3 ayat (5) : bahwa
indicator dari kompenensi kepribadian seorang guru anatara lain (a) Beriman
dan bertaqwa (b) berakhlak mulia (c) arif dan bijaksana (d) demokratis (e)
mantap (f) berwibawa (g) stabil (h) dewasa (i) jujur (j) sportif (k) menjadi
tauladan (l) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri (m) mengembangkan
diri secara mandiri dan berkelanjutan; Bahwa sikap Tergugat yang langsung
mengambil tindakan mengeluarkan anak Penggugat tanpa mendengar
pendapat dari anak Penggugat maupun Penggugat selaku orang tua merupakan
tindakan yang bertentangan dengan kepribadian seorang guru yang harus arif
dan bijaksana dan demokratis
16. Bahwa oleh sebab itu sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 9 Tahun
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, Penggugat berhak menuntut dibatalkannya
Surat Keputusan Kepala Sekolah Nomor 1/KPTS/X2020 tentang
pemberhentian Ahmad Nando sebagai Siswa SMAN Bangun Negeri yang
diterbitkan oleh Tergugat tersebut.
III. PETITUM/TUNTUTAN
Maka berdasarkan segala alasan yang dikemukakan di atas, Penggugat mohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya agar berkenan memutuskan sebagai
berikut :
1. Bahwa Tergugat tetap berpegang teguh dengan dalil-dalil yang ada, dan
menolak dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat.
2. Bahwa dalil-dalil Tergugat yang dinyatakan yaitu pelanggaran yang dilakukan
Ahmad Nando melebihi batas normal itu memang benar, karena pada saat
pertunjukan musik salah satu peserta MOS yang bernama Sanju Isa Sulivan
membuat keributan dengan peserta MOS lainnya, sebagai Panitia Pelaksana
MOS Ahmad Nando berupaya menenangkan kejadian tersebut sesuai
peraturan sekolah. Bahwa dalam menenangkan kejadian tersebut Ahmad
Nando melakukan kekerasan secara fisik dan psikis, melanggar etika, merusak
fasilitas sekolah, dan mengintimidasi.
3. Bahwa penjelasan diatas didasarkan pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB III
Pasal 4
Maka berdasarkan segala alasan yang dikemukakan diatas, Tergugat mohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya agar berkenan memutuskan sebagai
berikut :
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari gugatan Penggugat adalah sebagaimana
diuraikan dalam duduknya perkara.
Menimbang, bahwa yang menjadi obyek sengketa dalam perkara a quo adalah Surat
Keputusan Kepala Sekolah SMAN BANGUN NEGERI Nomor 1/KPTS/X/2021 yang berupa
Surat Pemberhentian AHMAD NANDO sebagai Siswa SMAN BANGUN NEGERI,
tertanggal 5 Januari 2021.
Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil gugatan Penggugat tersebut telah dibantah oleh
Tergugat dalam surat jawabnnya, yang pada pokoknya menyatakan bahwa surat keputusan
obyek sengketa telah memenuhi asas-asas umum pemerintahan yang baik, khususnya asas
kecermatan dan sesuai dengan kewenangan dan prosedur yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku yakni Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang
Pengadilan Tata Usaha Negara
Menimbang, bahwa dalam segi kewenangan, prosedural formal dan substansi materi dari
diterbitkannya obyek sengketa a quo telah tepat dan benar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada maka berdasarkan seluruh rangkaian pertimbangan hukum
tersebut diatas Pengadilan berkesimpulan tindakan Tergugat dalam menerbitkan keputusan
obyek sengketa berupa Surat Keputusan Kepala Sekolah SMAN BANGUN NEGERI Nomor
1/KPTS/X/2021 yang berupa Surat Pemberhentian Ahmad Nando sebagai Siswa SMAN
Bangun Negeri, tertanggal 5 Januari 2021 sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan tidak melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik
sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 53 ayat (2) huruf a dan b Undang-undang Nomor 9
tahun 2004 sehingga dengan demikian gugatan Penggugat haruslah dinyatakan ditolak untuk
seluruhnya.
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dinyatakan ditolak oleh Pengadilan
maka berdasarkan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara kepada pihak Penggugat dibebankan untuk membayar
seluruhnya biaya yang timbul dalam sengketa ini yang jumlahnya akan disebutkan dalam
amar Putusan ini.
Menimbang, bahwa merujuk pada ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara mengenai alat-alat bukti yang diajukan para pihak
setelah dipertimbangkan oleh Pengadilan ternyata tidak relevan atau tidak mempunyai nilai
pembuktian dianggap telah dikesampingkan akan tetapi tetap menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam putusan ini dan tetap dilampirkan dalam berkas perkara
MENGADILI :
- Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang timbul dalam
sengketa ini sejumlah Rp. 202. 000,- (dua ratus dua ribu rupiah)
FRISTYA,S.H.,M.H.
Perincian Biaya :