Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pengungkapan Laporan Keuangan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Pengungkapan Laporan


Keuangan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pontianak, 17 Juli 2021

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

2.1 Pengertian Pengungkapan (Disclosure).........................................................5

2.1.1 Untuk Siapa Informasi Diungkapkan......................................................5

2.1.2  Tingkatan Pengungkapan........................................................................6

2.1.4  Standar Pengungkapan............................................................................8

2.1.6 Pengungkapan Wajib dan Sukarela.........................................................9

2.1.6  Regulasi Pengungkapan........................................................................12

2.1.7 Apa Yang Diungkapkan........................................................................12

2.1.8 Metode Pengungkapan..........................................................................16

2.2 Etika Pertanggung Jawaban..........................................................................26

2.2.1 The Professional Code of Conduct........................................................30

2.2.2 International Accounting Standards......................................................34

BAB III PENUTUP...............................................................................................36

3.1 Simpulan..................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 Latar Belakang
Akuntansi adalah suatu ilmu yang sangat diperlukan dalam menjalankan suatu
usaha. Tanpa ilmu akuntansi sebuah usaha tidak akan berjalan dengan lancar. Ilmu
akuntansi mengajarkan kepada kita bagaimana seorang manusia tersebut berfikir
sehingga menghasilkan sebuah kerangka pemikiran yang konseptual tentang
prinsip, asumsi, teknik, serta prosedur yang dijadikan landasan dalam membuat
suatu laporan keuangan.

Suatu laporan keuangan haruslah berisi informasi-informasi yang tentunya


berguna untuk menyelesaikan suatu permasalahan keuangan atau membantu
dalam pengambilan keputusan bagi para penggunanya.

Dalam laporan keuangan yang dibuat dengan tujuan untuk mempertanggung


jawabkan tugas – tugas yang dibebankan sehingga menghasilkan informasi bagi
pihak – pihak yang terkait. Etika menggambarkan prinsip moral atau perilaku
seorang individu maupun kelompok. Etika ini berlaku ketika seseorang harus
mengabil keputusan dan beberapa laternatif menyangkut prinsip – prinsif moral
begitupula dalam penyajian keuangan.

Tanggung Jawab Etis dalam laporan keuangan ini harus lah dipahami lebih
mendalam oleh seorang akuntan baik dalam penyajian maupun dalam setiap
pengungkapan yang akan dilakukan guna tercapainya setiap prinsif akuntansi.

Pengungkapan yang adal dan relevan merupakan tolak ukur yang harus
dilakukan oleh setiap akuntan, karena pengungkapan berkaitan dengan informasi
baik dalam statemen keuangan maupun komunikasi tambahan termasuk catatan
kaki, peristiwa-peristiwa setelah tanggal statemen, diskusi dan analisis
manajemen, prakiraan keuangan dan operasi, dan statemen keuangan tambahan
yang meliputi pengungkapan segmental dan informasi pelengkap lebih dari kos
histori.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang kami buat
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari pengungkapan?
2. Untuk siapa informasi diungkapkan?
3. Bagaimana tingkat dan standar pengungkapan?
4. Apa yang di maksud dengan pengungkapan wajib dan sukarela?
5. Apa yang dimaksud regulasi pengungkapan dan apa yang diungkap?
6. Bagaimana metode pengungkapan?
7. Apa yang dimaksud dengan etika pertanggungjawaban?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah
untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. pengertian dari pengungkapan
2. Untuk siapa informasi diungkapkan
3. tingkat dan standar pengungkapan
4. pengungkapan wajib dan sukarela
5. regulasi pengungkapan dan apa yang diungkap
6. metode pengungkapan
7. etika pertanggung jawaban

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengungkapan (Disclosure)


Kata Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak
menyembunyikan.Apabila dikaitkan dengan data, Disclosure berarti memberikan
data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus
benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, maka tujuan dari
pengungkapan (Disclosure) tersebut tidak akan tercapai.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, Disclosure mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktifitas suatu unit usaha.Dengan demikian informasi yang
diungkapkan harus jelas, lengkap dan dapat menggambarkan secara tepat
mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi
unit usaha tersebut. 

2.1.1 Untuk Siapa Informasi Diungkapkan.

2.2.1.1 Pemegang Saham, Investor dan Kreditor


Laporan keuangan perusahaan ditujukan kepada pemegang saham,
investor dan kreditor. Seperti yang dinyatakan FASB :“Pelaporan
keuangan seharusnya menyediakan informasi yang berguna bagi investor
dan kreditor yang sekarang dan yang potensial serta para pemakai lain
dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan keputusan serupa secara
rasional.”
Pengungkapan juga dibuat untuk pihak lain seperti karyawan,
pelanggan, pemerintah dan masyarakat umum, tetapi hal ini dianggap
sebagai pengungkapan sekunder dalam laporan tahunan. Alasan kurangnya
penekanan pada pihak selain investor adalah karena kurangnya
pengetahuan mengenai keputusan yang mereka buat Investor dan kreditor
memiliki keputusan membeli atau menjual investasi dan pemberian kredit

5
kepada perusahaan karenanya tujuan pelaporan keuangan untuk kelompok
ini relatif lebih jelas.
Jika kita mendefinisikan pemegang saham dan investor lain sebagai
kelompok fokal yang tepat untuk akuntansi, pengungkapan dalam
pelaporan keuangan dapat didefinisikan sebagai penyajian informasi yang
diperlukan untuk mencapai operasi yang optimum dalam pasar modal yang
efisien.

2.1.1.2 Pengungkapan Kepada Pemegang Andil


Di Negara lain seperti Eropa, pengungkapan ditunjukan untuk
pihak yang lebih luas, mereka cenderung menempatkan kepentingan
karyawan dan Negara diatas kepentingan pemegang saham. Arti penting
kepemilikan pemegang saham dikalahkan oleh konsep pemegang andil
(Stakeholder) yang lebih luas, dampaknya adalah berubahnya sifat
pengungkapan. Perseroan di Perancis, misalnya diharuskan menyajikan
suatu neraca social kepada dewan kerja perusahaan setiap tahunnya.
Dewan ini terdiri atas pekerja dan manajemen. Setiap neraca sosial harus
memberikan informasi yang menyangkut :
1. Ketenagakerjaan
2. Biaya – biaya yang berkaitan dengan upah (paket tunjangan)
3. Perlindungan kesehatan dan keselamatan
4. Syarat – syarat kerja lain
5. Pelatihan pegawai
6. Hubungan – hubungan industrial
7. Syarat – syarat kehidupan lainnya yang berhubungan dengan
pekerja, termasuk perumahan dan transportasi yang disediakan bagi
pegawai oleh perusahaan.

2.1.2 Tingkatan Pengungkapan
Dalam pengertian luas, pengungkapan hanya berarti penyampaian
(release) informasi. Para akuntan cenderung menggunakan kata ini dalam
pengertian yang agak lebih terbatas, yaitu penyampaian informasi keuangan

6
tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya laporan
tahunan.Istilah ini kadang-kadang dibatasi lebih jauh hingga berarti informasi
yang tidak dimuat dalam laporan keuangan itu sendiri.Pertanyaan mengenai
penyampaian informasi di dalam neraca, laporan laba rugi, serta laporan arus kas
masuk dalam rubik pengakuan dan pengukuran. Pengungkapan, dalam pengertian
tersempitnya mencakup hal- hal seperti pembahasan dan analisis manajemen,
catatan kaki, dan laporan pelengkap.
Pengungakapan laporan akuntansi yang diikuti dalam pengukuran pos-pos
tersebut seperti yang dinyatakan International Accounting Standars Committee
(IASC) :“Laporan keuangan harus jelas dan dapat dimengerti. Laporan keuangan
didasarkan pada kebijakan akuntansi yang berbeda dari perusahaan ke perusahaan,
baik di dalam satu negara maupun antarnegara.oleh karena itu, kebijakan
akuntansi yang signifikan yang menjadi dasar laporan keuangan perlu
diungkapkan agar laporan itu dapat dimengerti sebagai mana mestinya.”

Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tergantung sebagian


pada keahlian pembaca. FASB, misalnya berpendapat bahwa informasi yang
diungkapkan dalam laporan keuangan harus :“Dapat dipahami oleh mereka yang
mempunyai pengertian yang memadai mengenai aktivitas bisnis dan ekonomi
serta mau mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang sewajarnya.”
Tingkatan pengungkapan juga tergantung pada standar yang dianggap
paling diinginkan. Tiga konsep dalam tingkat pengungkapan yaitu :

1. Pengungkapan cukup (adequate)


2. Pengungkapan wajar (fair)
3. Pengungkapan penuh (full)

Pengungkapan cukup berarti memberikan pengungkapan untuk mencegah


terjadinya kesalahpahaman. Pengungkapan wajar dan pengungkapan penuh
merupakan konsep yang lebih positif. Pengungkapan wajar mempunyai tujuan
etika berupa menyediakan perlakuan yang sama untuk semua pemakai potensial,

7
sedangkan pengungkapan penuh berarti menyajikan semua informasi yang
relevan.
PSAK menganut pengungkapan wajar seperti tercermin dalam pernyataan
berikut :
“Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan
informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.”

Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :

1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan


akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting

2. Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan


tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan
laporan perubahan ekuitas
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

2.1.4  Standar Pengungkapan


Menurut FASB, informasi harus bersifat relevan, tepat waktu dan dapat
dimengerti. Selain itu informasi juga dapat diandalkan, netral dan disajikan secara
jujur. Asumsinya adalah informasi yang memiliki karakteristik-karakteristik
tersebut akan berguna bagi masyarakat. Lebih jauh lagi jika yang ditekankan
adalah preferensi spesifik dan preferensi umum investor yang berpengalaman,
salah satu tujuan haruslah penyajian informasi dalam jumlah yang cukup agar
memungkinkan perbandingan hasil-hasil yang diharapkan. Namun komparabilitas
dapat diterapkan paling tidak dalam dua cara yang berbeda, yang pertama adalah
menyajikan pengungkapan yang cukup bagaimana angka-angka akuntansi
dihitung dan diukur agar memungkinkan investor mengkonversi jumlah-jumlah
dari perusahaan-perusahaan yang berbeda menjadi ukuran-ukuran yang langsung

8
dapat dibandingkan. Berarti dapat diasumsikan bahwa angka-angka akuntansi
setelah penyesuaian untuk beberapa perusahaan itu dapat digunakan oleh investor
untuk menentukan derajat perbedaan misalnya, dalam laju pertumbuhan laba
bersih atau deviden.

2.1.4.1Data Kuantitatif
Dalam memilih criteria untuk memutuskan data kuantitatif apa
yangmaterial dan relevan bagi investor dan kreditor, penekanannya
haruslah pada informasi keuangan atau informasi lain yang mungkin dapat
digunakan dalam model keputusan. Penelitian dalam akuntansi harus lebih
dipusatkan pada metode pengukuran dan pelaporan probabilitas data
daripada jumlah-jumlah yang deterministik. Namun demikian, pemakai
laporan keuangan yang telah memperoleh informasi, pada umumnya
mengandalkan pada beberapa pos dalam laporan keuangan dan
memperoleh berbagai pengungkapan yang lebih lengkap jika asumsi-
asumsinya tersebut tidak benar.

2.1.4.2 Informasi Nonkuantitatif


Informasi yang tidak mungkin diungkapkan dalam ukuran-ukuran
kuantitatif lebih sukar dievaluasi dalam hal materialitas dan relevansinya
dalam pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Oleh
karena itu setiap ketidakpastian dalam pengukuran pos-pos di dalam
pelaporan keuangan harus diungkapkan secara jelas.

2.1.6 Pengungkapan Wajib dan Sukarela


2.1.5.1Pengungkapan Wajib (Mandatory disclousure)
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh peraturan yang berlaku.Peraturan tentang standar pengungkapan
informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan
perusahaan publik yaitu, Peraturan No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan dan Peraturan No.VIII.G.2 tentang Laporan
Tahunan.Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua BAPEPAM
No.Kep-17/PM/1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua

9
BAPEPAM No.Kep-38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah
melakukan penawaran umum dan perusahaan publik.Peraturan tersebut
diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua BAPEPAM No.SE-02/PM/2002 yang
mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau
perusahaan publik untuk setiap jenis industri.

2.1.5.2Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan.Menurut
Zubaidah dan Zulkifar (2005), pengungkapan sukarela yaitu
pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan
tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan secara
sukarela akan mengungkapkan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai
pasar modal yang berfungsi secara optimal. Pendukung pandangan ini
berpendapat bahwa jika suatu informasi tidak diungkapkan alasannya
adalah semata-mata karena informasi itu tidak relevan bagi investor atau
dapat diperoleh dengan cara lain. Dengan demikian argument ini
menggeser jenis pasokan informasi oleh akuntan dari informasi keuangan
ke informasi tambahan.
Beberapa penelitian mengenai mengapa suatu informasi
diungkapkan tidak sampai kesimpulan yang jelas, apakah dilakukan secara
sukarela atau karena diharuskan ada beberapa negara seperti Amerika dan
Inggris dimana pengungkapan diatur dengan sangat ketat.Di Indonesia
sendiri belum ada PSAK yang secara khusus mengatur tentang
pengungkapan.Pengaturan muncul jika terjadi masalah dalam suatu
industri tertentu, misalnya masalah pada perbankan yang menyebabkan
direvisinya PSAK 31 untuk perusahaan yang terdaftar di bursa
efek.Masalah pengungkapan pada informasi keuangan diatur khusus oleh
BAPEPAM.
Yang lainnya menyatakan bahwa bukti menunjukan bahwa perseroan-
perseroan tidak menambah luasnya pengungkapan keuangan tanpa adanya
tekanan dari profesi akuntansi atau pemerintah. Mereka menghubungkan

10
keengganan perusahaan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi
keuangan itu antara lain dengan argumentasi, berikut tanggapan setiap
argumentasi disertakan pula :
1. Pengungkapan akan membantu pesaing dengan merugikan
pemegang saham, akan tetapi argumentasi ini hanya sedikit
benarnya karena pesaing biasanya memperoleh informasi mereka
melalui sumber-sumber lain.
2. Serikat-serikat pekerja dikatakan memperoleh keuntungan dalam
tawar menawar upah dengan adanya pengungkapan informasi
keuangan yang lengkap, akan tetapi pengungkapan lengkap
biasanya akan memperbaiki iklim tawar menawar.
3. Seringkali dikatakan bahwa investor tidak dapat memahami
kebijakan dan prosedur akuntansi dan bahwa pengungkapan
lengkap hanya akan menyesuaikan bukan menjelaskan. Pernyataan
ini juga tidak mendapat dukungan karena para analis keuangan dan
manajer investasi terdidik baik dalam akuntansi, dan investor
lainnya dapat keuntungan dari penggunaan informasi keuangan
dalam pasar yang efisien atau mereka mampu belajar melalui
penelitian atas informasi keuangan yang dilaporkan.
4. Sebuah argumentasi yang mengandung kebenaran adalah bahwa
seringkali sumber-sumber lain informasi keuangan mungkin
tersedia untuk memberikan informasi tersebut dengan biaya yang
lebih rendah daripada jika diberikan oleh perusahaan dalam
laporan keuangan
5. Tidak adanya pengetahuan tentang kebutuhan para investor juga
diajukan sebagai alasan untuk membatasi pengungkapan dengan
adanya kemungkinan banyaknya model investasi dan semakin
diandalkannya para perantara informasi, alasan ini seharusnya
tidak menjadi faktor yang membatasi.

11
2.1.6  Regulasi Pengungkapan
Terdapat beberapa argumen yang mendukung perlunya regulasi dalam
penyediaan informasi.Alasan tersebut yaitu penyalahgunaan, eksternalitas,
kegagalan pasar, asimetri informasi, dan keengganan manajemen.Semua regulasi
diarahkan untuk mencegah adanya penyalahgunaan dan kecurangan oleh para
pelaku pasar modal terutama dalam masalah pengungkapan. Di Indonesia, pihak
yang menjadi regulator adalah BAPEPAM (melalui peraturan BAPEPAM) dan
profesi/IAI (melalui standar akuntansi). BAPEPAM berkepentingan dengan
tingkat pengungkapan dan apa yang harus diungkapkan terutama untuk
kepentingan pendaftaran publik dan penawaran publik perdana.

2.1.7 Apa Yang Diungkapkan


Pengungkapan meliputi statemen keuangan itu sendiri dan semua
informasi pelengkap. Penyusun standar dan badan pengawas seperti SEC atau
BAPEPAM mengeluarkan ketentuan tentang apa yang harus diungkapkan. SEC
mewajibkan perusahaan publik untuk menyusun dua laporan tahunan.
Untuk tujuan pelaporan keuangan, Hendriksen dan Van Breda (1992, hlm.
863-871) menunjukan beberapa jenis informasi yang memerlukan pengungkapan
yaitu :

2.1.7.1 Ramalan keuangan


Salah satu pandangan adalah bahwa akuntan hanya harus
menyajikan informasi historis dan kini yang memungkinkan investor
membuat prediksi mereka sendiri tentang masa depan. Proses ramalan itu
memerlukan evaluasi yang subyektif selain analisis atas sejumlah besar
variabel dan asumsi dianggap bahwa investor dapat memahami evaluasi
dan asumsi subyektif itu hanya dengan membuat ramalan.
Pandangan lainnya adalah bahwa manajemen mempunyai
sumberdaya yang jauh lebih unggul untuk membuat ramalan yang andal
dan bahwa tersedianya ramalan manajemen bagi masyarakat menambah
efisiensi pasar keuangan.
Informasi apa yang harus diramalkan dan bagaimana keandalannya diukur.
Ramalan angka akuntansi yang paling sering disebut mungkin laba bersih

12
dan laba per saham, tetapi angka-angka ini mungkin lebih sukar diprediksi
dan juga yang paling tidak bisa diandalkan.
Fakta bahwa proyeksi laba akuntansi tergantung pada banyak
variabel dan subyektif dan pada banyak asumsi mengenai perusahaan dan
perekonomian.Pos-pos yang mungkin lebih andal dan mudah untuk
diprediksi mencakup perkiraan penjualan, penerimaan dan pengeluaran
yang dianggarkan, serta ukuran-ukuran yang berhubungan dengan
perkiraan perubahan dalam harga dan permintaan produk perusahaan, serta
perkiraan perubahan dalam biaya tenaga kerja dan barang yang biasanya
diperoleh perusahaan.

2.1.7.2 Kebijakan Akuntansi
Pengungkapan kebijakan akuntansi sangat diperlukan untuk
mengingatkan komparabilitas antar perusahaan.Selain itu, pengungkapan
ini memungkinkan interpretasi yang lebih baik atas laporan keuangan
sehingga menghasilkan keputusan investasi yang lebih baik.Walaupun
demikian, pengungkapan kebijakan akuntansi dapat membantu yaitu
dengan memungkinkan dicapainya penafsiran yang lebih baik atas laporan
keungan untuk setiap perusahaan dan karenanya mempengaruhi keputusan
investasi. Atas dasar asumsi ini Accounting Principles Board dalam opini
No 22 menyimpulkan bahwa:
“Informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan perlu
untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan yang wajar.Asumsi ni
didukung oleh hasil sebuah penelitian empiris yang menentukan bahwa
investor memang bereaksi terhadap isi maupun seni pengungkapan itu
sendiri.”

2.1.7.3Perubahan Akuntansi
Pada dasarnya prinsip akuntansi dan prosedur akuntansi harus
diterapkan secara konsisten.Tetapi hal tertentu perubahan diperbolehkan
jika dapat menyajikan laporan keuangan secara lebih baik sepanjang
perubahan tersebut diungkapkan yang mencakup perubahan-perubahan ini

13
seperti pengungkapan kebijakan akuntansi, esensial bagi keputusan
investasi yang optimal.
Bukti empiris mendukung pandangan bahwa perubahan dalam laba
bersih yang dilaporkan, yang disebabkan oleh perubahan dalam metode
akuntansi, tidak secara material mempengaruhi harga pasar saham pada
saat pengungkapan perubahan itu dilakukan.Namun, berlawanan dengan
opini APB, tampaknya ada logika dalam penyajian kembali dalam laporan
keuangan periode-periode yang lalu bila laporan-laporan itu disertakan
untuk tujuan komparatif.sebaliknya, hipotesis pasar efisien mendukung
kesimpulan bahwa pengungkapan itu sendiri sudah cukup jika investor
yang berpengalaman atau analisis investasi dapat menafsirkan informasi
keuangan itu dengan benar.

2.1.7.4 Pengungkapan Peristiwa Pascalaporan


Laporan rugi laba merupakan ikhtisar jenis-jenis perubahan
tertentu yangterjadi selama periode yang dilaporkan dan neraca yang
mengikhtisarkan pengukuran sumberdaya dan hubungan keuangan pada
akhir periode tertentu.
Kejadian-kejadian setelah tanggal neraca mungkin saja
mempengaruhi laporan keuangan tetapi seringkali kejadian tersebut
bersifat sementara penuh ketidakpastian.Jika suatu kejadian yang material
terjadi atau diketahui sesudah tanggal laporan tetapi sebelum laporan itu
dikeluarkan maka kejadian tersebut harus diungkapkan.

Ada dua jenis kejadian setelah tanggal laporan yaitu :


1. Peristiwa yang secara langsung mempengaruhi jumlah-jumlah
yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
2. Kejadian yang tidak mempunyai efek langsung terhadap laporan
keuangan tetapi  mempunyai kemungkinan untuk mempengaruhi
keputusan pemakai.

14
2.1.7.5Pengungkapan Segmen Perusahaan
Pertumbuhan usaha yang terderifikasi dan perluasan perusahaan ke
pasar-pasar luar negeri telah menyebabkan agregasi informasi keuangan
yang mencakup elemen-elemen yang tidak homogen.Masalah agregasi ini
menjadi lebih akut dengan berkembangnya perusahaan konglomerat besar
yang mencapai diversifikasi mereka melalui merger atau akuisisi beraneka
ragam usaha yang tidak berkaitan.
1. Kebutuhan akan Pengungkapan Segmen
Kebutuhan akan pengungkapan operasi segmen-segmen utama dalam
perusahaan yang terdiverifikasi dan perusahaan dengan pasar yang
tersegmentasi menurut geografi atau pelanggan timbul karena trend
pertumbuhan, keragaman operasi, dan risiko tidak dapat dievaluasi
secara memadai dari data yang disagregasi. Disagregasi data keuangan
diperlukan agar memungkinkan prediksi arus kas dan risiko masa
depan untuk digunakan dalam model-model investasi. Dalam
mengestimasi nilai suatu perusahaan dan dalam mengevaluasi risiko,
investor perlu membuat prediksi mengenai operasi masa depan
perusahaan itu. Prediksi yang didasarkan pada atau didukung oleh
ekstrapolasi data historis kemungkinan lebih andal jika dibuat dari
informasi mengenai berbagai segmen usaha yang mempunyai
karakteristik yang berlainan.
2. Kesulitan Akuntansi
Salah satu masalah dalam melaporkan divisi atau segmen suatu usaha
adalah keputusan tentang selogis apa pemecahan itu harus dilakukan
untuk tujuan pelaporan. Lini-lini produk mungkin relevan dalam
berapa kasus tetapi tidak dalam kasus-kasus lainnya.Divisi geografis
mungkin menurut jenis pelanggan mungkin relevan.
Berarti,prediktibalitas menghendaki dikelompokannya aktivitas-
aktivitas yang mempunyai karakteristik perilaku yang serupa dari
waktu ke waktu.

15
2.1.8 Metode Pengungkapan
Pengungkapan melibatkan keseluruhan proses pelaporan keuangan. akan
tetapi, ada beberapa metode yang tersedia untuk melakukan pengungkapan.
Pemilihan metode pengungkapan yang terbaik dalam setiap kasus tergantung pada
sifat informasi dan kepentingan relatifnya. Metode-metode pengungkapan yang
umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

2.1.8.1  Laporan formal


Laporan formal, merupakan informasi yang lebih relevan dan
signifikan yang harus tampil dalam tubuh utama satu atau lebih laporan
keuangan jika memang memungkinkan untuk mencantumkan di sana.
Laporan  formal terdiri dari :
1. Laporan posisi atau neraca
Dalam laporan posisi atau neraca hubungan-hubungan
yang relevan dapat diungkapkan dengan mengatur kembali
klasifikasi yang mendasarnya.Misalnya kewajiban lancar
sering kali langsung dikurangkan dari aktiva lancar untuk
memperlihatkan modal kerja, walaupun prosedur ini memiliki
beberapa kelemahan.
2. Laporan rugi laba
Dalam laporan rugi laba bentuk penyajian yang
berlainan dapat menekankan konsep laba yang berbeda atau
penafsiran data yang berbeda.Laporan rugi laba single
step.Misalnya mengasosiasikan semua pos beban dan semua
pos pendapatan laba kotor dan angka-angka bersih prelimener
lainnya dianggap lebih menyesatkan dari pada membantu
pembaca laporan.
3. Laporan arus kas
Dalam laporan arus kas banyak informasi relevan yang
dapat disajikan dalam laporan arus kas khususnya jika
klarifikasi yang relevan dilakukan dengan hati-hati.

16
2.1.8.2 Terminologi dan Penyajian Rinci
Yaitu penjelasan atas akun-akun dan perincian atas jumlah-jumlah
yang ada dalam laporan keuangan, atau deskripsi yang digunakan dalam
laporan serta jumlah rincian yang diperlihatkan judul dan deskripsi yang
tepat untuk pos-pos dalam laporan dapat menjadi penjelas bagi pembaca.
Tetapi istilah-istilah teknis yang tidak jelas hanya akan menimbulkan
kebingungan atau kesalahpahaman. Istilah-istilah teknis mungkin berguna
jika mempunyai arti yang tepat yang dikenal secara umum.Tetapi banyak
istilah teknis dalam akuntansi tidak mempunyai ketetapan ini. Dalam hal
ini para akuntan harus menerapkan istilah deskriptif yang biasanya
digunakan oleh para analis keuangan dan pembaca lain yang
berpengetahuan. Keseragaman istilah di seluruh laporan akuntansi akan
membantu jika arti-artinya jelas dan jika pos-pos itu serupa dalam semua
kasuss di mana istilah itu diterapkan.

2.1.8.3 Informasi Parantesis
Informasi yang signifikan harus disajikan dalam tubuh laporan
keuangan bukan dalam catatan kaki atau daftar pelengkap jika judul pos-
pos dalam laporan tidak dapat dibuat benar-benar deskriptif tanpa menjadi
terlalu panjang atau definisi dapat disajikan sebagai catatan parantesis
(dalam tanda kurung) setelah judul dalam laporan tersebut. Akan tetapi
catatan ini tidak boleh panjang atau akan mengganggu data utama yang
akan diikhtisarkan di dalam laporan.

2.1.8.4 Catatan Kaki


Mempunyai tempat yang layak dalam laporan keuangan, tetapi ada
bahayanya jika terlalu mengandalkan catatan kaki sebagai metode
pengungkapan karena laporan formal tidak mamadai walaupun sukar
untuk menetapkan prinsip-prinsip penggunaan catatan kaki yang jelas
berdasarkan teori akuntansi, beberapa aturan mendasar untuk

17
menggunakan catatan kaki dapat dirumuskan agar berkaitan dengan
postulat dan prinsip dasar akuntansi.
Tujuan menggunakan catatan kaki dalam laporan keuangan
haruslah untuk mengungkapkan informasi yang tidak dapat disajikan
secara memadai dalam tubuh suatu laporan tanpa mengurangi kejelasan
laporan.
Adapun keunggulan utama penggunaan catatan kaki yaitu :
1. Menyajikan informasi nonkuantitatif sebagai bagian yang integral
dari laporan keuangan.
2. Mengungkapkan pengecualian dan pembatasan terhadap pos-pos di
dalam laporan.
3. Mengungkapkan jumlah rincian yang lebih banyak daripada yang
dapat disajikan dalam laporan.
4. Menyajikan bahan-bahan kuantitatif atau deskriptif yang tidak
begitu penting.

Sedangkan kelemahan utama catatan kaki yaitu :


1. Catatan kaki cenderung sukar dibaca dan dipahami tanpa meneliti
secara mendalam dan karenanya mungkin diabaikan.
2. Deskripsi tekstual lebih sukar digunakan dalam pengambilan
keputusan daripada ikhtisar data kuantitatif dalam laporan.
3. Karena semakin kompleksnya perusahaan, ada bahaya catatan kaki
terlalu banyak digunakan dan bukan berusaha mengembangkan
prinsip-prinsip yang tepat untuk memasukkan hubungan dan
peristiwa baru kedalam laporan itu sendiri.

Jenis catatan kaki yang paling umum dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
1. Penjelasan teknik atau perubahan metode
2. Penjelasan hak-hak para kreditor atas aktiva tertentu atau prioritas
hak-hak

18
3. Pengungkapan aktiva kontinjen atas kewajiban kontinjen
4. Pengungkapan pembatasan atas pembayaran dividen
5. Deskripsi transaksi yang mempengaruhi saham modal dan hak-hak
pemegang ekuitas
6. Deskripsi kontrak-kontrak pelaksanaan

Catatan kaki juga digunakan untuk menyajikan data kuantitatif


terinci yang tidak cukup signifikan untuk dicantumkan di dalam tubuh
laporan, tetapi data inidisajikan dalam bentuk daftar pelengkap dan,
karenanya, akan dibahas secara lebih mendalam dibawah ini sebagai
bentuk pengungkapan tersendiri.
1).   Kebijakan Akuntansi dan Perubahan Akuntansi
Seperti yang telah dibahas di atas, penafsiran yang tepat
atas laporan rugi laba dan neraca mengharuskan dipahaminya
metode-metode akuntansi yang digunakan serta dampak perubahan
metode-metode itu.Karena kebanyakan teknik penilaian dan
alokasi mempengaruhi laporan rugi laba dan neraca, pengungkapan
metode-metode yang digunakan dalam catatan kaki mungkin lebih
baik dari pada catatan parentesis dalam setiap laporan.Dan, dengan
catatan kaki, metode-metode yang digunakan itu dapat
diperlakukan secara lebih lengkap dari pada jika digunakan catatan
parentesis.Pengungkapan yang lebih lengkap ini penting bila
perbedaan di antara beberapa metode yang lazim itu material.
Berarti, bila asumsi dalam metode yang berbeda akan menjadi
faktor yang signifikan dalam pengambilan keputusan.
2).  Hak Kreditor untuk Didahulukan
Jenis prioritas yang umum, seperti yang diberikan pada
pemegang obligasi hipotik, biasa dapat dijelaskan secara singkat
dan jelas di neraca dengan suatu referensi singkat ke hipotik
tersebut atau ke properti spesifik yang diberikan sebagai
jaminan.Tetapi bila klaim prioritas itu tidak biasa atau lebih rumit

19
dari biasanya, diperlukan suatu pengungkapan catatan kaki.
Misalnya, pada tahun 1989 litton industies mengungkapkan
bahwa :
“Menurut persyaratan dalam perjanjian kredit dengan pagu
sebesar $100 juta antara sekelompok bank dan westeren atlas
internasional,inc., anak perusahaan-perusahaan, anak perusahaan
ini dilarang untuk memberikan uang muka atau pinjaman yang
bukan dilakukan dalam pelaksanaan usaha yang biasa.”

Ketentuan kontrak seperti itu relevan dan material jika


diketahuinya ketentuan itu akan mempengaruhi keputusan kreditor
atau investor lain. Biasanya, dapat diasumsikan bahwa
pengetahuan tentang ketentuan ini akan mempengaruhi keputusan
kredit atau investasi jika ketentuan itu mempengaruhi risiko
kreditor lain atau pemegang saham. Ketentuan kontrak ini juga
mungkin relevan jika membatasi kebebasan manajemen dan dewan
komisaris dalam operasi umum perusahaan atau dalam pembiayaan
perluasan atau pergantian.

3).   Aktiva Kontinjen dan Kewajiban Kontinjen


Semua aktiva dan kewajiban harus di estimasi, jika
memungkinkan, dan dimasukan dalam neraca dan dampaknya, jika
ada, pada laba bersih harus dicerminkan dalam laporan rugi laba.
Hanya jika nilai yang paling mungkin untuk aktiva atau kewajiban
itu  kemungkinan besarnya nol, atau jika estimasi terbaik nilai ini
atau masa depan kemungkinan besar salah dan menyesatkan, aktiva
atau kewajiban itu dihilangkan dalam laporan. Tetapi jika
kemungkinan terjadinya keuntungan atau kerugian, yang timbul
dari tidak diakunya aktiva atau kewajiban itu, merupakan elemen
yang signifikan dalam pengambilan keputusan, fakta-fakta yang
relevan harus diungkapkan dalam catatan kaki.

20
Dalam hal perkara pengadilan yang belum diputuskan,
jumlah klaim dan setiap informasi relevan lainnya, seperti
keputusan pengadilan yang lebih rendah atau keputusan dalam
kasus lain yang serupa, harus diungkapkan agar pembaca dapat
membentuk pertimbangan mengenai kemungkinan dampak kasus
itu. Harapan yang menyangkut hasil akhir kasus dan kemungkinan
ganti rugi yang akan diputuskan oleh pengadilan biasanya tidak
berarti kecuali alasan estimasi itu juga diberikan

        4).     Pembatasan pada Pembayaran Dividen


Dari sudut pandang hukum, dividen biasanya dapat
dibayarkan sampai sebesar total saldo laba (Retained earnings)
dan, dalam banyak negara bagian, tambahan modal disetor. Tetapi
klasifikasi ekuitas pemegang saham di neraca tidak
mengungkapkan sejauh mana legalitas dividen, juga tidak
memperlihatkan niat dewan komisaris mengenai pembayaran
dividen dimasa depan. Akan tetapi, menurut perlakuan dalam buku
teks tradisional, pembatasan legal, kontraktual, dan manajerial atas
dividen dapat ditunjukkan dengan apropriasi (penjatahan) saldo
laba. Karena bagian ekuitas pemegang saham di neraca
diklasifikasikan terutama menurut sumbernya, bukan menurut niat
pendistribusiannya, penggunaan apropriasi ini lebih
membingungkan daripada memperjelas.
Suatu pernyatan positif mengenai kebijakan dewan
komisaris yang menyangkut distribusi dividen akan membantu
investor dan pemakai laporan keuangan lainnya. Kebanyakan
pembayaran oleh perseroan-perseroan besar dihubungkan dengan
laba berjalan, laba masa lalu, dan sumber daya kas yang tersedia
biasanya tidak ada niat umtuk membayar dividen sampai
keseluruhan jumlah yang secara legal diperbolehkan atau bahkan
sampai sebesar saldo laba.

21
Oleh karena itu, suatu penjelasan dalam catatan kaki
tentang pembatasan dividen yang didasarkan pada saldo laba
mungkin tidak terlalu relevan bagi investor yang dapat
memperkirakan bahwa dividen masa depan mungkin tidak akan
melebihi laba masa depan. Namun, jika laba tahun berjalan sama
sekali dibatasi untuk pembayaran dividen, pembatasan ini harus
diungkapkan karena sifat informasi ini, semua pembatasan yang
relevan atas saldo laba atau laba tahun berjalan dapat diungkapkan
secara layak dalam catatan kaki.
       5) .      Hak-hak Pemegang Saham
Sebagian dari hak-hak pemegang ekuitas jelas terlihat
dalam klasifikasi dan deskripsi neraca, dan hak-hak lainnya yang
dapat diungkapkan dengan catatan parentesis yang tepat di dalam
laporan. Perubahan yang signifikan untuk berbagi laba dan aktiva
bersih perusahaan ini, yang timbul dari transaksi atau peristiwa
selama periode tersebut, harus diungkapkan secara spesifik dalam
neraca atau dalam catatan kaki, walaupun hasil transaksi ini
tercermin dalam akun-akun ekuitas, tetapi mempengaruhi hak
pemegang ekuitas di masa depan. Penting sekali bahwa jenis-jenis
transaksi dan peristiwa ini diungkapkan secar tepat dalam catatan
kaki laporan. Namun APB 10 merekomendasikan agar preferensi
likuidasi untuk saham prefern diungkapkan secara agregat di
neraca baik itu dalam tanda kurung atau “secara singkat,” dan
bukan dalam catatan kaki.
Salah satu jenis transaksi yang umum ditemui yang
mempengaruhi hak-hak masa depan pemegang saham adalah
pemberian opsi saham kepada para eksekutif. Metode konvensional
untuk mengungkpakan kontrak ini tidak memperlihatkan dampak
yang sesungguhnya pada laba atau dampak yang sesungguhnya
pada hak-hak pemegang ekuitas.Mungkin, karena ketidakpastian
yang terlibat, dampak yang sesungguhnya ini tidak dapat

22
diantisipasi, dan karenanya tidak dapat diperlihatkan secara tepat
hanya dengan mencatat transaksi itu dalam akun-akun
formal.Catatan kaki yang memperlihatkan sifat opsi, persyaratan
dalam kontrak, dan kemungkinan dalam dampaknya pada laba dan
ekuitas pemegang saham harus melengkapiinfomasi apapun yang
dapat disajikan dalam laporan formal.Pengungkapan ini biasanya
sangat ekstensif.

       6)      Kontrak Pelaksanaan


Akuntansi tradisional tidak mengakui aktiva atau kewajiban
yang timbul dari kontrak pelaksanaan (executory contract).Salah
satu alasan tidak dicatatnya aktiva dan kewajiban ini adalah bahwa
nilai aktiva atau kewajiban itu tidak mudah diestimasi.Alasan
lainnya adalah bahwa dampaknya pada laba timbul dari peristiwa
yang terjadi belakangan dan bukan dari penandatanganan kontrak.
Akan tetapi, dalam kebanyakan kasus, karena kontrak ini
merupakan komitmen masa depan, pengungkapannya sangat
relevan untuk keputusan investasi dan keputusan lain yang
mengandalkan prediksi arus kas masa depan. Jika pengungkapan
ini tidak dapat dilakukan secara layak di dalam laporan
formal.Informasi ini harus diungkapkan dalam catatan kaki.
Yang termasuk dalam kontrak jenis pelaksanaan adalah
sewa guna usaha jangka panjang dan komitmen
pembelian.Walaupun dalam pengkapitalisasian komitmen ini serta
pencantumannya diantara aktiva dan kewajiban neraca dapat
membuat laporan lebih baik, sifat-sifat kontrak ini biasanya
memerlukan informasi pelengkap juga. Selain nilai yang
dikapitalisasi, pembaca laporan mungkin tertarik untuk mengetahui
tanggal berakhirnya kontrak, jumlah pembayaran tahunan,
pembebanan tahunan, dan sifat-sifat lain. Oleh karena itu,
pengungkapan catatan kaki diinginkan untuk memberikan

23
informasi pelengkap tentang kontrak jangka panjang tersebut;
informasi itu tidak bolah dianggap hanya sebagai alternatif selain
kapitalisasi.

      7)      Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa


Penggunaan penting catatan kaki adalah untuk memberikan
rincian tentang sifat transaksi diantara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (Related parties).Asumsi dasar
dalam akuntansi adalah bahwa transaksi terjadi secara wajar (arm’s
length).Asumsi ini memberikan kepastian bahwa harga yang
dibayar merupakan nilai manfaat yang dipertukarkan.Dalam hal
transaksi di antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, seperti antara anak perusahaan, atau antara perusahaan-
perusahaan yang dikendalikan oleh satu orang, atau antara anggota
keluarga, tidak ada kepastian semacam itu.Idealnya, kita mengganti
jumlah yang dibayarkan dengan nilai wajar pos yang dibeli.Akan
tetapi, seringkali nilai wajar itu terlalu sukar ditetapkan. Oleh
karena itu, akuntan harus puas dengan pengungkapan rincian
transaksi sesuai dengan SFAS 57 sehingga pemakai dapat
diingatkan akan sifat transaksi itu.

2.1.8.5 Laporan dan Data Pelengkap


Menjalankan fungsi yang berbeda dengan daftar pelengkap.
Biasanya laporan pelengkap menyajikan informasi tambahan atau
informasi yang disusun dengan gaya yang berbeda dan bukan hanya
informasi yang lebih terinci. Karena tidak mesti termasuk dalam laporan-
laporan yang dicangkup dalam laporan akuntan independen laporan
pelengkap ini dapat digunakan sebagai metode untuk mengembangkan dan
bereksperimen dengan peraga dan laporan baru.Contoh laporan pelengkap
yang kerapkali direkomendasikan untuk dimasukan dalam laporan
keuangan adalah laporan yang mengungkapkan dampak perubahan tingkat

24
harga atau perubahan harga spesifik pada kondisi keuangan dan operasi
keuangan perusahaan.

2.1.8.6 Laporan Auditor


Laporan auditor bukanlah tempat untuk mengungkapkan informasi
keuangan yang signifikan mengenai perusahaan tetapi laporan ini memang
berfungsi sebagai metode untuk mengungkapkan jenis-jenis informasi
berikut :
1. Dampak yang material dari penggunaan metode akuntansi yang
berbeda dengan yang lazim
2. Dampak yang material dari perubahan dari satu metode yang
lazim ke metode yang lazim lainnya
3. Perbedaan pendapat antara auditor dan klien mengenai
kelaziman satu atau lebih metode akuntansi yang digunakan
dalam laporan.

Kedua jenis informasi yang pertama harus diungkapkan dalam


laporan itu sendiri. Duplikasi pengungkapan diperlukan untuk memastikan
bahwa pembaca tidak disesatkan dalam hal komparabilitas laporan dengan
laporan perusahaan atau dalam hal konsistensi dengan periode lain.
Laporan keuangan merupakan laporan manajemen dan bukan
laporan oleh auditor.Akan tetapi auditor sebagai anggota AICPA, dan
tunduk pada persyaratan etika AICPA, tidak dapat emnyatakan pendapat
bahwa laporan keuangan itu sesuai dengan prinsip akuntansi yang lajim
jika laporan keuangan itu mengandung penyimpangan dari pendapat
FASB dan badan-badan sebelumnya. Jika suatu penyimpangan dilakukan
dengan alasan bahwa jika penyimpangan tidak dilakukan laporan akan
menyesatkan, auditor harus menyatakan dalam laporan auditor alasan-
alasan dilakukannya penyimpangan itu serta dampaknya.

25
2.1.8.7 Pembahasan dan Analisis Manajemen serta Surat Direktur
Utama
Laporan keuangan formal serta catatan kaki serta daftar dan
laporan pelengkap dan sertifikat auditor melengkapi laporan keuangan
akuntan. Semua data keuangan yang relevan dan signifikan harus tampak
dalam laporan ini akan tetapi pengkajian signifikan informasi ini paling
baik disajikan dalam bentuk naratif oleh manajemen sendiri. Seperti yang
dikatakan FASB :
“Manajemen mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dan
urusannya daripada investor, kreditor atau “pihak luar” lainnya dan
seringkali dapat meningkatkan kebergunaan informasi keuangan dengan
mengidentifikasi transaksi tertentu, peristiwa lain dan keadaan yang
mempengaruhi perusahaan serta menjelaskan dampak keuangannya pada
perusahaan.”
Hal – hal yang dapat diidentifikasi manajemen menurut FASB mencakup
1. Hasil-hasil arbitrer yang disebabkan oleh konvensi pembagian
operasi yang kontinue menjadi periode-periode akuntansi yang
tetap
2. Estimasi pertimbangan dan asumsi yang mereka gunakan dalam
laporan keuangan
3. Ketidakpastian yang signifikan yang mendasari estimasi

2.2 Etika Pertanggung Jawaban


Dari perspektif filosofi, ilmu tentang etika mengeksplorasi dan
menganalisa penilaian moral, pilihan-pilihan, dan standard, serta
pertanyaan mengenai: bagaimana harus bertindak? Secara konsekuen,
penilaian moral masyarakat dan dasar untuk pilihan-pilihan kepercayaan
moral dan standar membutuhkan analisis yang lebih komprehensif
daripada yang dicapai dari data disiplin lainnya. Sebagai contoh,

26
mempertimbangkan perbedaan antara ilmu pengetahuan dan filosofi.
Ketika bertindak pada kapasitas profesional, seorang ilmuwan tidak
merasa perlu untuk memberikan pengukuran nilai pada pekerjaannya. Pada
kenyataannya, ilmuwan mungkin menafikan tanggung jawab untuk
penggunaan dari penemuannya. Namun, filosof mengevaluasi dan
memberikan penilaian moral pada pekerjaan ilmuwan, sejak tujuan dari
filosofi adalah untuk mengevaluasi semua aspek dari karakter manusia,
mengadakan, dan pengalaman. Demikian pula para ilmuwan, termasuk
akuntan, sebagai pemikir, butuh untuk membuat pengukuran nilai
menimbang pekerjaan mereka dan konsekuensinya.

Istilah etika dan moral tidak digunakan secara bergantian. Secara


umum, etika (berasal dari bahasa Yunani : elhike-ilmu karakter) adalah
studi tentang isu-isu moral sedangkan moral (berasal dari bahasa Yunani :
mores- adat-istiadat-kebiasaan dan tata krama) adalah standar yang
individu amati dalam perilaku mereka sehari-hari. Profesi, termasuk
akuntansi memberikan pengecualian untuk aturan umum ini. Kode etik
profesional menggambarkan standar minimum untuk praktek profesi ini.
Adanya pelanggaran dari standar ini membuat profesional menjadi tidak
etis. Untuk orang awam, pelanggaran terhadap kode etika pribadi
membuat mereka menjadi tidak bermoral.

Etika filosofis masyarakat barat sebagian besar didasarkan pada


konsep utilitarianisme, kebahagiaan terbesar dari jumlah yang terbanyak,
yang didefinisikan oleh John Stuart Mill. Etika professional akuntan
mengatur tugas tersebut yang melampaui dari warga biasa. Dalam
melaksanakan tanggung jawab ini akuntan diharuskan untuk
mempertahankan standar etika yang tinggi dari perilaku profesi.
Masyarakat telah memberikan banyak otonomi profesi, termasuk self-
regulation, sebagai hak istimewa. Sebagai imbalannya, profesi ini harus
mengasumsikan kewajiban mereka untuk memperkenalkan perilaku etis di

27
kalangan anggota atau pembuat kebijakan publik agar dapat bereaksi
dengan mengurangi atau menghapus self-regulation dan otonomi.

Kode etik oleh akuntan, berdasarkan konsep utilitarianisme, harus


mencakup pertimbangan dari semua kemungkinan konsekuensi dari
keputusan para profesional untuk semua individu atau kelompok yang
dipengaruhi oleh keputusan mereka tersebut. Di antaranya adalah
individu-individu atau kelompok-kelompok pemegang saham aktual dan
potensial, kreditor, pemasok, pelanggan, karyawan dan masyarakat secara
keseluruhan

Praktik akuntansi secara profesional ditandai dengan


ketidakpastian yang dapat menciptakan dilema etika. Stephen E Loeb telah
mengidentifikasi beberapa isu etis yang penting atau dilema-dilema yang
mungkin dihadapi akuntan individual dan kantor akuntan :

1. Independensi

Konsep indepedensi mengharuskan adanya pemisahan


lengkap dari kepentingan bisnis dan keuangan oleh akuntan publik
dari perusahaan klien. Akibatnya, auditor harus melayani peran
seorang pengamat yang tidak memihak dalam mempertahankan
fungsi sebagai pengawas publik. Bagaimana perusahaan
mengembangkan kebijakan untuk memastikan bahwa tugas ini
dipertahankan ?

2. Lingkup dari layanan

Apa layanan lain (misalnya konsultasi, pajak persiapan


pengembalian, saran pajak) yang kompatibel dengan audit
keuangan? Pada titik mana auditor kehilangan indepedensi dengan
memberikan layanan kepada klien nonaudit ?

28
3. Kerahasiaan

Kapan fungsi auditor sebagai pengawas publik bertentangan


dengan tugasnya untuk menjaga kegiatan rahasia klien ?

4. Praktik Pembangunan
Bagaimana perusahaan mengembangkan kebijakan untuk
menggambarkan sifat dan tingkat kegiatan pengembangan
praktek ?
5. Perbedaan pada kantor akuntan
Bagaimana kantor akuntan publik mengembangkan
kebijakan untuk menghadapi situasi di mana perusahaan ingin
menjelaskan suatu transaksi dengan cara yang tidak diyakini dapat
diterima oleh kantor akuntan publik.

dalam situasi ini, perusahaan dapat mengancam untuk memecat auditor


dan mencari kantor akuntan publik yang akan setuju dengan posisi manajemen
terhadap isu akuntansi. Praktek ini disebut belanja pendapat (opinion shopping)

Resolusi dari dilema etika dapat dibantu melalui analisis kerangka dasar.
Tujuan dari kerangka dasar adalah untuk membantu mengindentifikasi isu etik
dan untuk menetapkan tindakan yang tepat. Sebagai contoh, enam pendekatan
langkah dibawah ini dapat digunakan:

1. Peroleh fakta yang relevan


2. Mengidentifikasi isu etik
3. Menentukan individu atau kelompok yang terpengaruh dilemma
4. Mengidentifikasikan solusi alternative yang memungkinkan
5. Menentukan bagaimana individu atau kelompok terpengaruh oleh
alternative solusi
6. Menentukan tindakan yang sesuai

29
2.2.1 The Professional Code of Conduct
Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk mempertahankan
tingkat perilaku etis yang melampaui hukum masyarakat. Alasan untuk tingkat
perilaku etis yang tinggi adalah kebutuhan untukkepercayaan masyarakat
terhadapkualitas layanan yang diberikanoleh profesi, terlepas darilayanan yang
disediakanindividu. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas layanan yang
diberikan profesi ditingkatkan ketikaprofesimendorongstandar kinerja yang
tinggidan perilaku etisoleh anggotanya.

Selama bertahun-tahun AICPA telah merepresentasikam dirinya sebagai


badan profesional etika yang terlibat yang mempraktikan seni ketimbang sains.
Akuntansi adalah untuk dilihat oleh masyarakat, dengan cara yang sama dengan
profesi medis dan hukum yang lebih dipengaruhi oleh motif layanan daripada oleh
motif profit. Dalam upaya untuk memperkuat hal ini, profesi akuntansi di
Amerika Serikat telah memiliki beberapa bentuk Kode Etik Profesional sejak awal
abad kedua puluh. Kode asli, yang merupakan bagian dari peraturan American
Association Professional (AAPA), pendahulu dari AICPA, pertama kali
diterbitkan pada tahun 1905 dan berisi dua aturan yaitu : Satu, melarang anggota
untuk memperbolehkan non-anggota untuk praktik dengan memakai nama
anggota sehingga mengharuskan seluruh anggota perusahaan, tidak hanya
managing partner saja, untuk bergabung dengan AAPA. Aturan kedua: melarang
pembayaran biaya rujukan. Cakupan yang terbatas dari versi terdahulu didasarkan
oleh kepercayaan kode tertulis tidak dapat dan tidak seharusnya diambil sebagai
representasi seluruhnya dari kewajiban oral tanggung jawab akuntansi kepada
masyarakat

Kemudian tahun 1917 dan melalui aturan yang diadopsi berikutnya,


organisasi tersebut yang telah berganti nama menjadi American Institute of
Accountant, mengubah Kode Etik Profesional untuk memasukkan aturan yang
melarang berbagai tindakan seperti biaya kontingensi, penawaran yang kompetitif,
iklan, pembentukan kemitraan, prakiraan dan kepentingan keuangan yang cukup
besar dalam perusahaan publik.

30
Dalam menanggapi Securities Act of 1933 dan 1934 , adanya penambahan
aturan mengenai independensi yang diadopsi pada tahun 1934. Kemudian dalam
aturan tersebut pada tahun 1941, direkodifikasi untuk memasukkan bagian tentang
standar teknis.

Pada tahun 1962 kode Etik Profesional lagi-lagi diubah. Meskipun,


tersebut pada dasarnya mengadung aturan yang sama seperti halnya kode 1941,
mereka mengklasifikasikan menjadi lima artikel. Artikel 1 "Hubungan dengan
klien dan masyarakat" berisi deskripsi yang lebih eksplisit tentang kemerdekaan.
Article 2 didefinisikan "Standar Teknis", Artikel 3 "Praktek Promosi" termasuk
iklan, promosi dan praktik penawaran yang kompetitif. Pasal 4 membahas aturan
keanggotaan dan disebut "Praktek Operasi". Akhirnya pasal 5, "Hubungan dengan
sesama anggota" mendefinisikan tentang klien yang tidak dapat diterima dan
praktik akuisisi karyawan.

Pergolakan sosial berikutnya dari tahun 1960-an dan dampak dari


Investigasi Watergate tahun 1974 mempengaruhi profesi akuntansi. Misalnya
ditemukan bahwa banyak perusahaan terbesar telah membuat kontribusi ilegal
untuk partai Republik dan investigasi menemukan rekening bank rahasia yang
digunakan untuk menyembunyikan suap. Sebagai akibat dari masalah, pada tahun
1977, Kongres menerbitkan sebuah studi yang menyatakan bahwa kantor akuntan
terbesar memiliki kekhawatiran akan kurangnya indepedensi dan kurangnya
dedikasi untuk perlindungan public

Selanjutnya pada tahun 1974 AICPA membentuk komisi tanggung jawab


auditor yang menghasilkan sebuah laporan yaitu, laporan Cohen, yang
menyerukan kepada Auditing Standards Executive Commitee untuk
mempertimbangkan pengembangan laporan auditor. Laporan ini juga
merekomendasikan pengembangan kriteria untuk evaluasi pengendalian akuntansi
internal dan pembentukan komite audit independen. Ada perbedaan antara apa
yang pengguna laporan keuangan dan masyarakat secara keseluruhan anggap
sebagai tanggung jawab akuntan publik versus apa yang akuntan anggap sebagai

31
tanggung jawab mereka. Sebagai hasilnya, Audit Standards Board dari AICPA
mengeluarkan sembilan standar baru pada tahun 1988 dalam upaya untuk
mempersempit kesenjangan harapan. Secara khusus, dampak dari standar baru
adalah:

1. Memperluas tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan keandalan


sistem pengendalian internal perusahaan ketika merencanakan audit
2. Menggambarkan tanggung jawab auditor untuk melaporkan kesalahan,
penyimpangan dan tindakan ilegal oleh klien dan
3. Mengharuskan auditor untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan kelangsungan hidup

Pada tahun 1983 AICPA menunjuk komite untuk mempelajari relevansi dan
efektifitas dari kode dalam lingkungan kontemporer. Hasil laporan dari komite
tersebut dikenal sebagai Anderson’s Report, menunjukkan bahwa kinerja yang
efektif harus memenuhi enam kriteria:

1. Menjaga kepentingan umum


2. Mengenali peran terpenting CPA dalam proses pelaporan keuangan
3. Membantu memastikan kualitas kinerja dan menghilangkan kinerja kurang
lancar
4. Membantu memastikan objektivitas dan integritas dalam pelayanan publik
5. Meningkatkan prestise dan kredibilitas dari CPA
6. Memberikan bimbingan yang tepat

ParaanggotaAICPAmenerimarekomendasidari LaporaAndersontersebut
danmengubahKode EtikProfesionalpada tahun 1988. Saat ini Kode Etik
Professional terdiridariempat bagian :
1. Prinsip. Standar etika dinyatakan dalam istilah filsafat
2. Aturan Perilaku. Standard minimum etika
3. Interpretasi. Interpretasi aturan oleh divisi etika profesional di AICPA

32
4. Ketentuan Etis. Penjelasan dan jawaban yang diterbitkan atas pertanyaan
tentang aturan yang disampaikan kepada AICPA yang dipraktikkan oleh
para akuntan dan kepentingan-kepentingan lain yang membutuhkan etika

Berikut ini adalah enamprinsip-prinsip etika, yang tidak


dilaksanakan, yang terkandung dalam Kode Etik Profesional:
1. Tanggung Jawab.
Dalam melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai profesional, anggota
harus melaksanakan penilaian profesional dan moral yang sensitif dalam
semua kegiatan mereka.
2. Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dengan cara akan
melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme.
3. Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para
anggota harus melakukan semua tanggung jawab profesional dengan
tingkat integritas tertinggi.
4. Objektivitas dan Independensi
Anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas pada konflik kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Seorang anggota dalam
praktik publik harus independensi baik dalam fakta dan penampilan ketika
menyediakan audit dan jasa atestasi lainnya.
5. Kepedulian
Seorang anggota harus mematuhi standar teknis profesi dan etika,
berusaha terus-menerus untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas
layanan, serta memenuhi tanggung jawab profesional yang terbaik dari
kemampuannya.

33
6. Lingkup dan sifat jasa
Seorang anggota dalam praktik publik harus memperhatikan prinsip-
prinsip kode etik profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang
akan disediakan

Prinsip-prinsip yang berorientasi tujuan juga menyediakan kerangka kerja


bagi aturan yang mewakili kode untuk dilaksanakan. Kesepakatan aturan dengan
isu-isu seperti kemandirian, integritas, dan obyektifitas, sesuai dengan standar
praktek; kerahasiaan informasi klien, iklan, biaya kontingensi dan komisi.
Belakangan, beberapa dari peraturan ini diminta untuk diliberalisasi dikarenakan
keputusan persetujuan antara AICPA dan Federal Trade Commision yang timbul
dariklaimpembatasanperdagangan yang adil.
Kesimpulannya adalah, dua decade terakhir membawa pertanyaan dari
beberapa perhatian kritis mengenai perilaku etis dari akuntan profesional.
profesitelah merespondengan lebihmenggambarkantanggung jawab dandengan
mencoba untukmempersempitkesenjangan harapan. Namun, profesi akuntan harus
berjuang untuk mengimprove persepsi ini, dan kode perilaku profesional harus
dilihat sebagai titik awal dalam menentukan perilaku etik dari akuntan
profesional.

2.2.2 International Accounting Standards


IASB standard yang mengatur persyaratan pengungkapan dan tanggung
jawab etik adalah IAS No. 1 yaitu: “Presentation of Financial Statements.” Tujuan
dari IAS NO. 1 adalah untuk menentukan dasar penyajian laporan keuanganuntuk
tujuan umumsehinggaagar dapat dibandingkanbaik dengan laporankeuangan
entitasperiode sebelumnyamaupun dengan laporankeuangan entitas lain. IAS No.
1 menetapkanpersyaratankeseluruhanpenyajianlaporan keuangan, pedomanuntuk
strukturmereka, dan persyaratanminimum untukkonten mereka. standar
untukmengenali, mengukur, danmengungkapkantransaksispesifikdibahas

34
dalamstandarspesifikdan interpretasi. Statement ini menggantikan IAS No. 1 yang
berjudul “Disclosure of Accounting Policies”.

IASB juga membahas laporan keuangan sementara dalam IAS No. 34


yaitu: “Interim Financial Reporting.” rilis ini didefinisikan isi minimum laporan
keuangan interim, disediakan presentasi dan bimbingan pengukuran, dan
didefinisikan pengakuan dan pengukuran prinsip yang harus diikuti dalam
penyajian laporan keuangan interim. IASB kemudian menyimpulkan bahwa
keputusan untuk menerbitkan dan frekuensi pelaporan adalah hal terbaik yang
diputuskan oleh hukum nasional.

isiminimum laporankeuangan interimdidefinisikansebagaineracakental,


laporan laba rugi kental,pernyataankentalarus kas, laporankentalperubahanekuitas,
dan semuacatatan kakidiperlukan untuk memahamilaporan keuangan. IASNo.
34mengharuskan perusahaan untukmenggunakanprinsip akuntansiyang
samadalam laporankeuangan interimyang digunakandalam laporan tahunandan
dengan demikianmengadopsipandanganterpisahkan darilaporankeuangan interim.

35
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengungkapan manajemen dibuat untuk berbagai kelompok pemakai
termasuk pemerintah, kreditor, investor, dan pegawai.Secara tradisional, investor
dianggap sebagai kelompok fokal utama bagi pengungkapan
perseroan.Pengungkapan adalah vital bagi pengambilan keputusan yang optimum
oleh investor dan untuk tercapainya pasar modal yang stabil. Pengungkapan
informasi yang relevan secara tepat waktu cenderung mencegah kejutan-kejutan
yang bisa sama sekali mengubah harapan tentang masa depan perusahaan.
Pengungkapan juga cenderung memberi investor kepercayaan yang lebih besar
pada informasi keuangan yang tersedia bagi mereka.Sifat data yang harus
diungkapkan sebagian tergantung pada sifat model-model keputusan
investor.Jumlah data yang diungkapkan cenderung ditemukan oleh standar-
standar seperti relevansi dan keandalan.
Ada banyak bentuk dan metode yang dapat digunakan manajemen untuk
mengungkapkan informasi kepada pemakai.Yang paling terkenal dari metode-
metode ini adalah laporan keuangan formal, tetapi catatan kaki, laporan
pelengkap, serta pembahasan naratif juga merupakan bahan dasar yang penting.
Tidak ada teori yang menyeluruh, yang diterima oleh semua pihak, untuk
menentukan cara yang tepat untuk melakukan pengungkapan. Para akuntan
terlibat dalam suatu pencarian yang aktif untuk menentukan cara-cara baru agar
pembaca menjadi lebih mengetahui.Pencarian yang tanpa henti inilah yang
menjadikan akuntansi bidang yang sangat menarik seperti ini. 

agar dapat dibandingkanbaik dengan laporankeuangan entitasperiode


sebelumnyamaupun dengan laporankeuangan entitas lain. IAS No. 1
menetapkanpersyaratankeseluruhanpenyajianlaporan keuangan, pedomanuntuk
strukturmereka, dan IASB standard yang mengatur persyaratan pengungkapan dan
tanggung jawab etik adalah IAS No. 1 yaitu: “Presentation of Financial
Statements.” Tujuan dari IAS NO. 1 adalah untuk menentukan dasar penyajian

36
laporan keuanganuntuk tujuan umumsehinggapersyaratanminimum untukkonten
mereka. standar untukmengenali, mengukur,
danmengungkapkantransaksispesifikdibahas dalamstandarspesifikdan interpretasi.
Statement ini menggantikan IAS No. 1 yang berjudul “Disclosure of Accounting
Policies”.

IASB juga membahas laporan keuangan sementara dalam IAS No. 34


yaitu: “Interim Financial Reporting.” rilis ini didefinisikan isi minimum laporan
keuangan interim, disediakan presentasi dan bimbingan pengukuran, dan
didefinisikan pengakuan dan pengukuran prinsip yang harus diikuti dalam
penyajian laporan keuangan interim. IASB kemudian menyimpulkan bahwa
keputusan untuk menerbitkan dan frekuensi pelaporan adalah hal terbaik yang
diputuskan oleh hukum nasional.

37
DAFTAR PUSTAKA

Zubair, Achmad Charris. “Kuliah Etika”. Cetakan Ketiga, Jakarta: PT Raja


Grafindo Perseda, 1995.

Anonymous, “Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis” : Panorama Prakis Etika


Indonesia Moderen. Seri siasat kebudayaan, Yogyakarta : Kanisius, 1992

Beauchamp. Tom L., Bowie, Norman E. “Ethical Theory and Business”. Prentive
Hall, New Jersey : 1993

Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”. Jakarta :


salemba Empat : 2001

Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”. Buku Satu. Jakarta :


Salemba Empat: 1999

Keraf, Sonny. “ Etika Bisnis: Tuntutan dan relevansinya.”Edisi Baru,


Yogyakarta: Kanisius . 1998

Magnis, Franz-Suseno dkk. “Etika Bisnis : Dasar dan Aplikasninya”. Jakarta :


KWI dan Grasindo, 1994

Accounting Principles Board (ABP) .”Basic Concepets And Accounting


Principles Underling Financial Statements Of Businis Enterprises.”
Accounting Prisiples Board Statement No.4.new York : AICPA,1970.

Harahap, sofyan syafri. 2007. “Teori Akuntansi edisi revisi”. Jakarta: Grafindo

38

Anda mungkin juga menyukai