Anda di halaman 1dari 41

EFEKTIVITAS GAYA BELAJAR VAK (VISUALIZATION,

AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP PENINGKATAN


HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
MTsN KOTA PALOPO

Proposal Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palopo untuk
Melakukan Penelitian Skripsi dalam Rangka Penyelesaian Studi Jenjang Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan oleh

AINUN RAHMADHANI
19 0204 0012

Pembimbing:

1. Drs. Nasaruddin, M.Si.


2. Nilam Permatasari Munir, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2022
1

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu yang pasti, artinya tidak dapat diubah

atau diganti lagi. Rumus Matematika sering digunakan dalam memecahkan

permasalahan baik dalam bidang matematika itu sendiri maupun dalam

kehidupan sehari hari.1 Pelajaran Matematika telah diajarkan kepada siswa dari

SD, SMP, dan SMA bahkan pada tingkat Perguruan Tinggi pun tidak terlepas

dari pembelajaran Matematika. Namun pandangan bahwa Matematika adalah

ilmu yang abstrak, teoritis, penuh dengan lambang-lambang, rumus yang sulit,

serta membingungkan telah menjadi presepsi negatif dari siswa terhadap

Matematika.

Al-Qur’an merupakan bukti betapa pentingnya meraih ilmu

pengetahuan. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam Q.S. Yunus/10:5 yang

berbunyi:

َ‫نِين‬5‫ٱلس‬ ْ 5‫از َل لِت َۡعلَ ُم‬5


ِّ ‫ َد َد‬5‫وا َع‬5 ٗ 5ُ‫ضيَٓاءٗ َو ۡٱلقَ َم َر ن‬
ِ 5َ‫ َّد َر ۥهُ َمن‬5َ‫ورا َوق‬5 َ ۡ‫هُ َو ٱلَّ ِذي َج َع َل ٱل َّشم‬
ِ ‫س‬

ِ َ‫ق يُفَصِّ ُل ٱأۡل ٓ ٰي‬


َ‫ت لِقَ ۡو ٖم يَ ۡعلَ ُمون‬ َ ِ‫ق ٱهَّلل ُ ٰ َذل‬
ِّ ۚ ‫ك ِإاَّل بِ ۡٱل َح‬ َ ۚ ‫َو ۡٱل ِح َس‬
َ َ‫اب َما خَ ل‬

Terjemahannya:

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan

ditetapkan-Nya Manzilah-Manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu

agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak

1
Rima Aksen Cahdriyana and Rino Richardo, “Berpikir Komputasi Dalam Pembelajaran
Matematika,” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) 11, no. 1 (2020): 53,
https://doi.org/10.21927/literasi.2020.11(1).
2

menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-

tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang mengetahui.”2

Ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwasannya pendidikan

memiliki peran yang sangat penting dalam hal mengubah pola pikir manusia

agar lebih teratur dan terarah. Pada ayat diatas juga Allah SWT memerintah

kita untuk mempelajari mengenai perhitungan dan bilangan, dimana hal

tersebut salah satu bagian dari matematika. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

islam juga mengajarkan bahwa belajar matematika dianjurkan dan penting

untuk umat islam.

Belajar matematika sendiri merupakan kegiatan yang membutuhkan

mental yang tinggi, sehingga di dalam mempelajarinya harus bertahap dan

berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah diproses. Siswa

yang benar benar belajar dalam dirinya akan terjadi perubahan tingkah laku

yang diperlihatkan dalam bentuk hasil belajar. Sehingga perlu dikembangkan

suatu gaya belajar yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam

pembelajaran matematika sehingga pada akhirnya siswa tersebut dapat

memperoleh hasil belajar yang baik.3

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Halimah

Susi salah satu guru matematika di MTsN Kota Palopo, menjelaskan bahwa

hasil belajar siswa kelas VIII masih ada yang di bawah nilai kriteria ketuntasan

minimum (KKM) dimana nilainya ialah 80, hal ini diketahui dengan melihat

2
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Terjemahan Tajwid, (Bogor: PT Sygma Examedia
Arkanleema, 2007) .
3
Yenny Suzana, Imam Jayanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, Cetakan 1 (Batu: Literasi
Nusantara, 2021), 112.
3

hasil ulangan harian siswa. Ibu hari juga mengatakan bahwa proses belajar

mengajar masih dominan dilakukan dengan metode ceramah dimana guru lebih

aktif menjelaskan dan siswa hanya fokus mendengarkan kemudian diberi

latihan soal lalu mengerjakannya. Adapun yang mempengaruhi adanya nilai

siswa yang belum tuntas karena siswa menganggap matematika adalah

pelajaran yang sulit sehingga membuat mereka malas untuk mempelajari

matematika lebih dalam.

Pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung kebanyakan

siswa cenderung lebih diam. Padahal seharusnya siswa lebih aktif dalam proses

pembelajaran agar siswa cepat memahami apa yang di sampaikan oleh guru.

Jika siswa lebih banyak diam pada proses pembelajaran maka mereka akan

mudah bosan dan konsentrasi siswa akan hilang sehingga menyebabkan siswa

tidak fokus pada materi yang disampaikan guru.

Menyelesaikan masalah matematika dengan prosedur yang sesuai juga

tidak kalah penting bagi siswa. Dampak dari kemampuan itu nantinya

diharapkan siswa memiliki sikap disiplin dengan pola pikir yang konsisten.

Pada materi matematika, terdiri dari konsep, prinsip, dan fakta.4

Untuk dapat memberikan kesan yang menarik, perhatian siswa dalam

mengikuti proses kegiatan pembelajaran maka diperlukan pembukaan

pembelajaran pada saat apersepsi dan penyampaian materi yang menarik

dengan langkah-langkah yang dapat membuat siswa tertarik pada materi yang

4
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Cetakan Pertama (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), 243.
4

akan disampaikan oleh guru.5 Pelajaran yang baru diterima oleh peserta didik

kemudian dihubungkan dengan hal-hal yang akan disampaikan. Hal ini

bertujuan agar dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran, guru juga dapat menggunakan alat bantu seperti:

power point, atau alat peraga yang bersangkutan dengan materi yang akan

disampaikan. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar siswa akan lebih

maksimal.6

Model pembelajaran yang baik seharusnya memperhatikan gaya

belajar anak. Namun sayangnya, dalam pembelajaran matematika aspek

tersebut sering diabaikan sehingga pembelajaran sering menjadi kurang efektif.

Disisi lain banyak siswa yang beranggapan bawah matematika merupakan

mata pelajaran yang sulit, membosankan, dan memerlukan konsentrasi berfikir

yang tinggi untuk menyelesaikan persoalan matematika. Akibatnya siswa tidak

dapat belajar secara optimal.

Selama proses pembelajaran, inisiatif siswa sangat mempengaruhi

proses pembelajaran, sehingga guru dituntut untuk memberikan tindakan agar

siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga mendapatkan hasil

belajar yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seorang

fasilitator yaitu seorang guru yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang

aktif sehingga membuat siswa terlibat dalam proses pembelajaran.7

5
Suvriadi Panggabeann et al, Konsep dan Strategi Pembelajaran, Cetakan 1 (Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2021), 4.
6
Suvriadi Panggabeann et al, Konsep dan Strategi Pembelajaran, Cetakan 1 (Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2021), 10.
7
Farah Khulaidah "Efektifitas Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) Untuk
Meningkatkan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Matematika" (Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, 2021) https://eprints.umm.ac.id/78520/.
5

Salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu

dengan menggunakan gaya belajar VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic).

Gaya belajar ini dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung (direct

experience) dan menyenangkan. Pengalaman belajar secara langsung yang

dimaksud ialah dengan cara belajar melihat (visual), belajar dengan mendengar

(auditory) dan belajar dengan gerak serta emosi (kinesthetic).

Menurut Herdian dalam (Rusman, 2013), gaya belajar VAK adalah

gaya belajar yang meyakini bahwa pembelajaran efektif dengan

menitikberatkan pada ketiga hal yaitu (visual, auditory, kinesthetic). Hal ini

dapat diartikan bahwa pembelajaran berlangsung dengan cara memelihara dan

mengembangkan potensi siswa. Modalitas visual menyerap citra dengan efek

visual, warna, gambar, peta, dan bagan. Pembelajaran harus menggunakan

indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca,

serta menggunakan media dan alat peraga. Modalitas auditory memiliki akses

ke berbagai suara dan kata yang dibuat atau dihafal seperti musik, atau dialog.

Sedangkan gaya belajar kinesthetic menyerap informasi dengan berbagai

gerakan tubuh.8

Gaya belajar VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) memiliki beberapa

kelebihan, diantaranya proses belajar mengajar lebih efektif, suasana belajar

menjadi lebih menarik, mampu melibatkan peserta didik melalui kegiatan fisik

8
Andi Muhammad Safri Nurhamza, Sri Sulasteri, and A. Sriyanti, “Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika,” Alauddin Journal of Mathematics Education 1, no. 1 (2019): 42,
https://doi.org/10.24252/ajme.v1i1.10933.
6

seperti percobaan, obeservasi, diskusi, dan lain sebagainya sehingga siswa

dapat memahami materi dengan maksimal.9

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Andi

Muhammad Safri Nurhamza, Sri Sulasteri, Andi Sriyanti dengan judul “Efektivitas

Penerapan Gaya Belajar VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika” Hasil uji efektivitas

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

VAK (Visualization, Auditory, Kimesthetic) lebih efektif dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA Negeri

16 Makassar.10

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Gaya Belajar VAK

(Visualitasion, Auditory, Kinesthetic) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII MTsN Kota Palopo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa di kelas VIII MTsN Kota

Palopo sebelum menggunakan gaya belajar VAK (Visualization, Auditory,

Kinesthteic)?
9
Muthiah Miftahul Jannah, Nanang Supriadi, and Fraulein Intan Suri, “Efektivitas Model
Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis
Berdasarkan Klasifikasi Self-Efficacy Sedang dan Rendah,” AKSIOMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika 8, no. 1 (2019): 215–24, https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i1.1892.
10
Andi Muhammad Safri Nurhamza, Sri Sulasteri, and A. Sriyanti, “Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika,” Alauddin Journal of Mathematics Education 1, no. 1 (2019): 42,
https://doi.org/10.24252/ajme.v1i1.10933.”
7

2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa di kelas VIII MTsN Kota

Palopo setelah menggunakan gaya belajar VAK (Visualization, Auditory,

Kinesthetic)?

3. Apakah gaya belajar VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) efektif

terhadap peningkatan hasil belajar siswa di kelas VIII MTsN Kota Palopo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa di kelas VIII MTsN

Kota Palopo sebelum menggunakan gaya belajar VAK (Visualization,

Auditory, Kinesthetic).

2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa di kelas VIII MTsN

Kota Palopo setelah menggunakan gaya belajar VAK (Visualization,

Auditory, Kinesthetic).

3. Untuk mengetahui apakah gaya belajar VAK (Visualization, Auditory,

Kinesthetic) efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa di kelas VIII

MTsN Kota Palopo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagi berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini akan diperoleh suatu informasi mengenai

penggunaan gaya belajar VAK (Visualizatin, Auditory, Kinesthetic) untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Manfaat Praktis
8

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, bagi siswa,

bagi sekolah, dan bagi penelitian berikutnya.

a. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan dan menjadi suatu

alternatif pembelajaran matematika agar siswa mampu dalam berpikir

kritis, meningkatkan kreatifitas, serta aktivitas siswa dalam belajar

matematika melalui gaya belajar VAK (Visualization, Auditory,

Kinesthetic) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi siswa, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai

kebebasan dalam belajar matematika secara aktif serta mampu

mempertahankan hasil belajar yang lebih baik lagi.

c. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan agar lebih meningkatkan

kemampuan guru dalam memilih dan menetapkan gaya belajar dalam

kelas agar tidak monoton.

d. Bagi peneliti, memberikan gambaran untuk peneliti sebagai calon guru

dalam menggunakan gaya belajar.

E. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan efektivitas gaya

belajar VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Muhammad Safri Nurhamza, Sri

Sulasteri, Andi Sriyanti, tahun 2019 dengan judul “Efektivitas Penerapan

Gaya Belajar VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika”. Hasil yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah Kemampuan pemecahan masalah matematika


9

siswa kelas XI MIA SMA Negeri 16 Makassar tanpa diterapkan model

pembelajaran VAK berada pada kategori sangat rendah. Hal ini

ditunjukkan dari perolehan persentase pada kategori rendah sebesar

23,70% dengan nilai rata-rata 60,13 dari 38 siswa. Sedangkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MIA SMA Negeri 16

Makassar dengan diterapkan model pembelajaran VAK berada pada

kategori sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dari perolehan persentase pada

kategori tinggi sebesar 28.90% dengan nilai rata-rata 72.37% dari 38

siswa. Berdasarkan uji efektivitas maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran VAK pada mata pelajaran matematika

efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas

XI MIA SMA Negeri 16 Makassar.11

2. Penelitian yang dilakukan oleh Farah Khulaidah tahun 2021 dengan judul

“Efektivitas Metode Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK) Untuk

Meningkatkan Keterlibatan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika”.

Pada penelitian ini, menggunakan desain penelitian pre-eksperimen

dengan one group pretest-posttest design yang bertujuan untuk mengetahui

efektivitas metode VAK dalam upaya peningkatan keterlibatan siswa

dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas 1 di SDN X. Teknik

pengambilan data dilakukan dengan metode observasi kuantitatif. Analisis

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan non-parametrik dengan uji

11
Andi Muhammad Safri Nurhamza, Sri Sulasteri, and A. Sriyanti, “Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika,” Alauddin Journal of Mathematics Education 1, no. 1 (2019): 42,
https://doi.org/10.24252/ajme.v1i1.10933.
10

wilcoxon yang dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17. Berdasarkan

hasil analisis, penelitian ini menunjukkan bahwa metode VAK dapat

membantu meningkatkan keterlibatan siswa pada siswa kelas 1 di SDN X

dalam pembelajaran matematika.12

3. Penelitian yang dilakukan oleh Gurgur Rodop Mauli Butar-butar, Nunik

Ardiana, Roslian Lubis tahun 2020 dengan judul “Efektivitas Penggunaan

Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestic, (VAK) Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Tematis Siswa”. Penelitian dilakukan

dengan menggunakan metode eksperimen (one group pretest post test

design) dengan 34 siswa sebagai sampel dan diambil dengan

menggunakan teknik cluster random sampling dari 198 siswa. Observasi

dan tes digunakan dalam mengumpulkan data. Berdasarkan analisis

deskriptif, ditemukan: (a) rata-rata menggunakan model pembelajaran

VAK adalah 3,8 (kategori sangat baik) dan (b) kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa pada topik barisan dan deret sebelum

menggunakan model pembelajaran VAK adalah 52,5 (kategori kurang) dan

setelah menggunakan model pembelajaran VAK adalah 84,11 (kategori

sangat baik). Selanjutnya, berdasarkan statistik inferensial dengan

menggunakan pair sample test, (SPSS versi 22), hasilnya menunjukkan

nilai signifikan kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan dengan menggunakan

rumus N-gain menunjukkan 0,67 (kategori efektif). Artinya, menggunakan

model pembelajaran VAK efektif digunakan pada kemampuan pemecahan


12
Farah Khulaidah "Efektifitas Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) Untuk
Meningkatkan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Matematika" (Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, 2021) https://eprints.umm.ac.id/78520/.
11

masalah matematis siswa pada materi Barisan dan Deret pada siswa kelas

XI SMA Negeri 1 Sibabangun.13

Perbedaan Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

sebagai berikut:

No Keterangan Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3 Peneliti 4


1 Nama Rohpinus Reski Ayu Farahdila Nurjani
Sarumaha dan Lestari dan Lisa Damayanti,
Tekiur Ge’e Aditya Dani Febriana,
Dwiwansyah Rully Devita
Musa Sari, Heni
Yunita Wardani
dan Damadi
2 Tahun 2020 2019 2021 2022
Penelitian

3 Jenis Penelitian tindak Pre Eksperimen Deskriptif Quasi


Penelitian kelas (PTK) kuantitatif Kualitatif Ekspereime
n kuantitatif
4 Metode Metode Latis Metode Latis Metode Metode
Pembelajaran Konvensional Latis
yang
digunakan
Tingkat SMP SMP SD SMP
5 Subjek
Penelitian
6 Tujuan Untuk mengatasi Untuk Untuk Untuk
Penelitian kesulitan belajar mengetahui mengetahui mengurangi
pengaruh kesalahan siswa kesalahan
metode latis dalam siswa
terhadap hasil penggunaan dengan
belajar metode menggunaka
bersusun pada n metode
operasi lattice
perkalian
7 Kegiatan Uji Secara langsung Secara langsung Secara langsung Secara
Coba langsung

F. Landasan Teori

1. Efektivitas

13
G R Mauli, N Ardiana, and R Lubis, “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran
Visualization Auditory Kinestic (VAK) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Tematis Siswa”
(Mathematic Education Journal) 3, no. 3 (2020): 28–34,
http://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu/article/view/1767.
12

Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh sasaran

(kualitas, kuantitas, waktu) yang telah dicapai.14 Sedangkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah efektivitas berasal dari kata

“efektif” yang artinya mempunyai akibat (efek, pengaruh, kesan) yang

mampu membantu hasil (mengenai usaha dan tindakan).15

Menurut Henyat Soetopo, efektivitas adalah suatu kegiatan yang

berkenan dengan sejauh mana apa yang telah direncanakan, diharapkan

dapat tercapai atau terlaksana.16

Efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan yang sesuai dengan

rencana dan kebutuhan yang diperlukan baik dalam menggunakan data,

sarana, maupun waktunya (Susilo F A, 2013). Artinya, efektivitas

merupakan ukuran pencapaian tujuan sebagai hasil dari suatu kegiatan

yang dilakukan, dimana salah satu kegiatan tersebut ialah belajar.17

Menurut Slameto, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran

yang dapat membuat suasana belajar siswa menjadi efektif, dimana siswa

aktif dalam mencari, menemukan, dan melihat pokok masalah.18

Dari beberapa pengertian efektivitas diatas dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target


14
Mesiono, Efektivitas Manajemen Berbasis Madrasah/Sekolah, Cetakan 1 (Yogyakarta:
PPMPI, 2018) 31.
15
W.J.S Powerdarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1978), 365.
16
Faishal, “Efektivitas Pembelajaran Bahasa via Daring,” (Ta’dibi : Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam IX), no. 1 (2021): 115,
http://e-jurnal.stail.ac.id/index.php/tadibi/article/view/226/144.
17
Mega Rahmawati and Edi Suryadi, “Guru Sebagai Fasilitator Dan Efektivitas Belajar
Siswa,” Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 4, no. 1 (2019): 50,
https://doi.org/10.17509/jpm.v4i1.14954.
18
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hal. 92.
13

(kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai pada sebuah objek

setelah diberi perlakuan tertentu.

2. Gaya Belajar VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic)

Gaya belajar adalah kebiasaan, biasanya untuk menangkap informasi

dengan cara mengingat atau memikirkannya untuk menyelesaikan

masalah. Gaya belajar dapat menjelaskan bagaimana cara setiap individu

fokus pada peroses dan menangkap informasi yang sulit melalui presepsi

yang berbeda.19

VAK (Visualization, Auditory, dan Kinesthetic) adalah gaya belajar

yang mengkombinasikan tiga gaya belajar yaitu melihat, mendengar, dan

bergerak dengan cara setiap individu memanfaatkan potensi yang telah

dimiliki dengan melatih dan mengembangkan agar semua kebiasaan

belajar siswa terpenuhi.20

Menurut Deporter dkk, pada pembelajaran VAK, pembelajaran

difokuskan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung (direct

experience) dan menyenangkan. Pengalama belajar secara langsung

dengan cara belajar dengan melihat (visual), belajar dengan mendengar

(auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (kinesthetic).21

19
Anthony Anggrawan, “Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka Dan
Pembelajaran Online Menurut Gaya Belajar Mahasiswa,” MATRIK : Jurnal Manajemen, Teknik
Informatika Dan Rekayasa Komputer 18, no. 2 (2019): 339–46,
https://doi.org/10.30812/matrik.v18i2.411.
20
Multazam, “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe VAK (Visualization
Auditory Kinestetic) dan Tipe Air (Auditory Intellectually Repetition) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas Viii Mts Negeri Gowa)” (skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar, 2020) https://repo-dosen.ulm.ac.id/handle/123456789/22811.
21
Porter et al, Quantum learning : membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan,
Cetakan pertama (Bandung : Kaifa Learning, 2015), 112.
14

Tiga modalitas pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Neil

Fleming untuk menunjukkan preferensi individu dalam proses belajarnya

yakni Visual, Auditory, dan Kinesthetic (VAK). Meskipun ketiga modalitas

tersebut hampir semuanya dimiliki oleh setiap orang, tetapi hampir semua

dari mereka selalu cenderung pada salah satu diantara ketiganya. Ketiga

modalitas ini digunakan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan

komunikasi. Bahkan beberapa orang tidak hanya cenderung pada satu

modalitas saja, mereka bisa memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu

untuk meningkatkan kemampuan belajar.22

Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar.

Keefe (dalam sugihartono, dkk, 2007) menyatakan bahwa gaya belajar

berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai.

Sebagai cara yang disukai, maka mahasiswa akan sering menggunakan

dan merasa mudah ketika belajar dengan gaya tersebut. Masing-masing

mahasiswa akan merasakan gaya belajar mudah yang berbeda-beda.23

Kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pembelajaran untuk

mengakomodasikan siswa dengan masing masing gaya belajarnya ialah

sebagai berikut:

1. Visualization

22
Nor Asiah, “Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran VAK
(Visualization, Auditory, Kinestetic) Berbantu Software Wingeom dan Alat Peraga Pada Materi
Bangun Ruang Sisi Lengkung Siswa Kelas IX MTs Raudhatusysyubban Sungai Lulut Kabupaten
Banjar Tahun Pelajaran 2017/2018” (skripsi, Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, 2018)
https://idr.uin-antasari.ac.id/9410.
23
Jeanete Ophilia Papilaya dan Neleke Huliselan, “Identifikasi Gaya Belajar Mahasiswa,”
Jurnal Psikologi Undip 15, no. 1 (2016): 56, https://doi.org/10.14710/jpu.15.1.56-63.
15

Modalitas ini menyerap citra dengan visual, warna, gambar, peta dan

diagram. Belajar harus mengguakan indra mata melalui mengamati,

menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan

alat peraga. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang

peranan penting adalah mata. Orang dengan gaya belajar visual, belajar

melalui apa yang mereka lihat untuk tujuan memberikan informasi atau

pengajaran. Perancangan visual mencakup pengaturan keseimbangan

warna, kemudahan dibaca, dan menarik.24

Gaya belajar visual menitik beratkan pada ketajaman penglihatan.

Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dulu agar mereka

paham.25

Kegiatan yang dapat mengakomodasikan siswa visual diantaranya:

a.) Menggunakan media yang menampilkan tulisan berwarna-warni sehingga

siswa merasa tertarik secara visual.

b.) Bersikap tenang dalam menyampaikan konsep materi pembelajaran pada

siswa.

c.) Menggunakan simbol-simbol, atau ikon khusus yang digunakan untuk

menyampaikan kata kunci dalam pembelajaran.26

24
Miftahul Huda, “Model-model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-Isu Metodis dan
Pragmatis”, Cetakan keempat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 287.
25
Tasmi Fitri, “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinestetik) dengan Model Pembelajaran Konvensional”
(skripsi, Universitas Muhammadiyah Jember, 2018) http://repository.unmuhjember.ac.id/7868/.”
26
Rahmita Noorbaiti, Noor Fajriah, and R. Ati Sukmawati, “Implementasi Model
Pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas VII E
MTsN Mulawarman Banjarmasin,” EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika 6, no. 1 (2018): 108–
116, https://doi.org/10.20527/edumat.v6i1.5130.”
16

d.) Mengoptimalkan penyampaian materi dengan menggunakan beberapa

media.

2. Auditory

Gaya belajar auditory mengandalkan pada pendengaran untuk bisa

memahami dan mengingatnya. Karakteristik gaya belajar seperti ini

menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi

atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, kemudian kita bisa

memahami dan mengingat informasi itu. Modalitas ini mengakses segala

jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat, seperti music, nada,

irama, dialog internal 20 dan suara.27

Kegiatan yang mengakomodasi siswa auditory diantaranya:

a.) Menggunakan berbagai variasi vokal baik dalam hal volume, intonasi, atau

kecepatan bierbicara dalam penyampaian materi.

b.) Meminta siswa untuk mengulangi penyampaian beberapa konsep kunci

yang telah kita sampaikan sebelumnya.

c.) Mengembangkan dan mendorong siswa untuk merancang jembatan

keledai untuk mempermudah menghafal konsep kunci.

d.) Menggunakan musik atau nada pengiring lain sebagai aba-aba dalam

tahapan pembelajaran.28

3. Kinesthetic

27
Tasmi Fitri, “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinestetik) dengan Model Pembelajaran Konvensional”
(skripsi, Universitas Muhammadiyah Jember, 2018) http://repository.unmuhjember.ac.id/7868/.”
28
Rahmita Noorbaiti, Noor Fajriah, and R. Ati Sukmawati, “Implementasi Model
Pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas VII E
MTsN Mulawarman Banjarmasin,” EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika 6, no. 1 (2018): 108–
116, https://doi.org/10.20527/edumat.v6i1.5130..”
17

Gaya belajar kinesthetic mengakses segala jenis bunyi dan kata yang

diciptakan maupun diingat, seperti musik, nada, irama, dialog internal, dan

suara.29

Modalitas ini mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh

sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.

Seseorang dengan gaya belajar kinesthetic menempatkan tangan sebagai

alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya

dengan memegang saja, ia bisa menyerap informasi tanpa harus membaca

penjelasannya.30

Kegiatan yang dapat mengakomodasikan siswa kinesthetic

diantaranya:

a.) Menggunakan media untuk melakukan simulasi pembelajaran sehingga

siswa merasa tertarik untuk aktif.

b.) Menggunakan media yang dapat memancing rasa ingin tahu siswa dalam

memahami pembelajaran.

c.) Menyampaikan konsep secara runtut langkah-perlangkah agar siswa dapat

memahaminya dengan lebih muda.

d.) Mendorong siswa untuk dapat “bergerak” aktif selama pembelajaran

dalam rsangka meningkatkan pemahamannya.31

29
Multazam, “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Vak (Visualization
Auditory Kinestetic) dan Tipe Air (Auditory Intellectually Repetition) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII MTs Negeri Gowa)” (skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar, 2020) https://repo-dosen.ulm.ac.id/handle/123456789/22811.”
30
Tasmi Fitri, “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinestetik) dengan Model Pembelajaran Konvensional”
(skripsi, Universitas Muhammadiyah Jember, 2018) http://repository.unmuhjember.ac.id/7868/.”
31
Rahmita Noorbaiti, Noor Fajriah, and R. Ati Sukmawati, “Implementasi Model
Pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas VII E
18

Seperti model pembelajaran lainnya, model pembelajaran VAK juga

mempunya kelemahan dan kelebihan. Kelemahan dari model

pembelajaran VAK yaitu tidak banyak orang mampu mengkombinasikan

ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga orang yang hanya mampu

mnggunakan satu gaya belajar, hanya dapat menangkap materi jika

menggunakan salah satu dari tiga modalitas model pembelajaran VAK.

Selanjunya ialah kelebihan Model Pembelajaran VAK, Kelebihan model

pembelajaran Visual, Auditory, Kinesthetic adalah mampu melatih dan

mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-

masing, mampu menjangkau gaya belajar setiap siswa, serta mampu

melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami

suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan,

observasi, dan diskusi aktif. Selain itu kelebihan dari model pembelajaran

VAK yang lainya yaitu mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran

siswa.32

Dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran VAK merupakan

model pembelajaran yang mengoptimalkan tiga gaya belajar yakni visual,

auditory, dan kinesthetic. Pada gaya belajar visual siswa lebih cenderung

menyerap informasi melalui penglihatan, ada gaya belajar auditory siswa

lebih mudah menyerap informasi menggunakan pendengaran, dan pada

MTsN Mulawarman Banjarmasin,” EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika 6, no. 1 (2018): 108–
116, https://doi.org/10.20527/edumat.v6i1.5130.”
32
Alfa Riana, “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditory Kinesthetic (VAK) Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, 2018)
https://media.neliti.com/media/publications/175421-ID-model-pembelajaran-vak-visualization-
aud.
19

gaya belajar kinesthetic siswa dapat menyerap informasi dengan bergerak,

bekerja dan menyentuh.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil penilaian kemampuan siswa yang ditentukan

dalam bentuk angka seelah menjalani proses pembelajaran. Secara

sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.33

Hasil belajar merupakan puncak dari keberhasilan belajar siswa

terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat

meliputi beberapa aspek diantaranya pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif), dan tingkah laku (psikomotorik).34

Menurut wasliman (dalam Susanto, 2016) hasil belajar dipengaruhi

oleh faktor eksternal dan internal. faktor eksternal ialah faktor yang berasal

dari luar diri peserta didik, dan faktor internal ialah faktor yang berasal

dari dalam diri peserta didik.35

Dari beberapa pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah proses belajar. Hasil

belajar siswa dapat meliputi perubahan sikap, pengetahuan, dan tingkah

33
Maman Achdiyat, “Kecerdasan Visual Spasial,” Jurnal Formatif 7, no. 3 (2017): 234–45.
34
Irdam Idrus dan Sri Irawati, “Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa-Biologi,” Talenta Conference Series: Science and Technology (ST) 2,
no. 2 (2019), https://doi.org/10.32734/st.v2i2.532.
35
Lely Suryani, Stefania Baptis Seto, and Maria Goretty D. Bantas, “Hubungan Efikasi Diri
Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Berbasis E-Learning Pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Flores,” Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan
Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran 6, no. 2 (2020): 275,
https://doi.org/10.33394/jk.v6i2.2609.
20

laku, dimana peruabahan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor ekstermal dari dalam diri siswa.

4. Bangun Ruang Kubus

Kubus merupakan sebuah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk

persegi dan semua rusuknya sama panjang. Gambar dibawah ialah contoh

gambar sebuah kubus:

Adapun unsur unsur kubus diantarnya yaitu:

a. Bidang atau sisi

Bidang adalah daerah yang membatasi bagian luar dan bagian dalam

pada sebuah bangun ruang. Perhatikan gambar dibawah ini!

Pada gambar diatas, bidang pada kubus ABCD.EFDH adalah bidang

ABCD sebagai alas, bidang EFGH sebagai atas atau tutup, bidang ADHE

sebagai bidang kiri, bidang BCGF sebagai bidang kanan, bidang ABFE

sebagai bidang depan, dan DCGH sebagai bidang belakang. Jadi, dapat
21

kita simpulkan bahwa kubus mepunyai 6 bidang yang semuanya berbentuk

persegi.

b. Rusuk

Rusuk adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan terlihat

seperti kerangka yang menysun kubus.

Pada gambar diatas, yang termasuk rusuk kubus ialah, AB, BC, CD,

DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.

c. Titik Sudut

Titik sudut adalah titik potong antara dua rusuk. Pada gambar dibawah

yang termasuk titik sudut pada gambar diatas ialah, titik A, titik B, titik C,

titik D, titik E, titik F, titik G, dan titik H.

d. Diagonal bidang
22

Diagonal bidang atau bias juga disebut sebagai diagonal sisi adalah

garis yang menghubungkan dua titik yang berhadapan pada sisi sebuah

bangun ruang.

Pada gambar diatas, garis AF merupakan diagonal bidang dari kubus

ABCD.EFHH. Garis AF terletak pada bidang ABFE dan membagi bidang

tersebut menjadi dua buah segitiga siku-siku yaitu segitiga ABE denagn

siku siku di B, dan segitiga AEF dengan siiku-siku di E. Perhatikan

segitiga ABE pada gambar dengan AF sebagai diagonal bidang,

Berdasarkan teorema Phytagoras, maka AF2 = AB2 + BF2.

Misalkan panjang sisi kubus adalah a, maka:

AF2 = AB2+BF2

AF2 = a2+a2 AF2 = 2a2

AF = √2𝑎2

AF = 𝑎√2

Semua bidang kubus berbentuk persegi, maka panjang diagonal

bidang dari setiap bidang pada kubus nilainya sama. Sehingga jika a

panjang rusuk sebuah kubus, panjang diagonal bidang kubus 𝑎√2.

e. Diagonal ruang
23

Diagonal ruang adalah gairs yang menghubungkan dua titik

berhadapan dan tidak sebidang. Pada gambar dibawah yang termasuk

diagonal ruang yaitu BH, AG, CE, dan DF.

Sama seperti mencari diagonal bidang, untuk mencari diagonal ruang

kita dapat menggunakan rumus Phytagoras. Pada gambar diatas, misalkan

kubus ABCD.EFGH memiliki rusuk s, maka panjang BH dapat dihitung

dengan menggunakan teorema phyagoras.

Tetapi sebelum itu, kita harus mengetahui panjang BD, dimana BD

merupakan diagonal bidang atau sisi. Selanjutnya perhatikan segitiga ABD

yang siku-sikunya di A, sehingga BD = s√2

Sekarang cari panjang BH dengan teorema Phytagoras juga, dengan

memperhatikan segitiga BDH siku-sikunya di D, sehingga:

BH = √(BD2 + DH2)

BH = √(s√2)2 + s2)

BH = √(2s2 + s2)

BH = √(3s2)

BH = s√3 

Misalkan diagonal ruang kubsu adalah d, maka secara umum diagonal

ruang kubus dapat dirumuskan d = s√3.


24

f. Bidang diagonal

Bidang diagonal adalah daerah yang dibatas dengan dua buah

diagonal bidang atau sisi dan dua buah rusuk yang saling berhdapan, dan

membagi bangun ruang menjadi dua bagian.

Pada gambar diatas yang termasuk bidang diagonal yaitu, ABGH,

CDEF, ADGF, BCHE, ACGE, dan BFHD. Untuk menghitung luas bidang

diagonal, kita dapat menggunakan rumus luas persegi panjang.

Sekarang perhatikan gambar yang ada diatas, kita misalkan rusuknya

adalah s, maka luas bidang ABGH yaitu:

Luas ABGH = AB . BG

Luas ABGH = s . s√2

Luas ABGH = s2√2 

G. Kerangka Berpikir

Adapun kerangka pikir dalam penelitian kuantitatif dengan judul

Efektivitas Gaya Belajar VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic)

Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTsN

KotaPalopo yaitu sebagai berikut:


25

Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir

H. Hipotesis

Agar penelitian ini lebih tertuju, terlebih dahulu perlu dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif penelitian ini yaitu: “model pembelajaran VAK

(Visual, Auditory, Kinesthetic) dan model pembelajaran konvensional

dalam membandingkan hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Kota Palopo”.

2. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik penelitian ini yaitu:

H0 : μ1 = μ2 lawan H1 : μ1 ≠ µ2

Keterangan:

μ1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinsthetic).

μ2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model


pembelajaran konvensional.

H0 : μ1 = μ2 berarti rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic)

H1 : μ1 ≠ µ2 berarti rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran konvensional.

I. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Jenis

penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Penelitian ini terdiri


26

dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelas eksperimen

akan diterapkan model pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic)

dan kelas kontrol akan diterapkan model pembelajaran konvensional.

J. Variabel dan Desain Penelitian

Variabel yang diamati penulis pada penelitian ini adalah dua variabel

yaitu variabel bebas yang disimbolkan dengan X dan variabel terikat

disimbolkan dengan Y. Variabel X adalah variabel yang mempengaruhi

dan variabel Y adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel bebas X yang

dimaksud peneliti adalah model pembelajaran VAK (Visual, Auditory,

Kinesthetic) dan model pembelajaran konvensional, dan variabel Y adalah

hasil belajar matematika.

Pada penelitian ini, menggunakan desain peneltian quasi eksperimen

tipe nonequivalent control group design. Desain ini terdiri dari dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian

akan diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berikut tabel desain penelitian yang digunakan peneliiti:

Tabel 2. Desain Penelitian

O1 X O2
O3 O4
Keterangan:
27

X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran VAK

(Visual, Auditory, Kinesthetic) dan model pembelajaran

konvensional.

O1 : Pre-test kelompok eksperimen

O2 : Post-test kelompok eksperimen

O3 : Pre-test kelompok kontrol

O4 : Post-test kelompok kontrol

K. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di MTsN Kota Palopo yang berada di Jl.

Andi Kambo, Surutanga, Kec. Wara Timur, Kota Palopo, Sulawesi Selatan

91911, pada semester genap tahun 2023.

L. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari kekeliruan yang

terdapat dalam judul, maka variabel-variabel yang ada pada penelitian ini

dijelaskan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran VAK

Model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran yang

mengoptimalkan tiga gaya belajar yakni visual, auditory, dan kinesthetic.

Pada gaya belajar visual siswa lebih cenderung menyerap informasi

melalui penglihatan, pada gaya belajar auditory siswa lebih mudah

menyerap informasi menggunakan pendengaran, dan pada gaya belajar

kinesthetic siswa dapat menyerap informasi dengan bergerak, bekerja dan

menyentuh.
28

2. Model pembelajaran konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran

dimana guru lebih aktif dari siswa. Pada model ini penyampaian materi

masih mengandalkan ceramah.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah

proses belajar. Hasil belajar siswa dapat meliputi perubahan sikap,

pengetahuan, dan tingkah laku, dimana peruabahan tersebut dipengaruhi

oleh faktor internal dan faktor ekstermal dari dalam diri siswa.

M. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sumber data dalam penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Kota Palopo. Adapun

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling

yaitu pengambilan sampel berdasarkan kelas secara acak dimana semua

kelas VIII memiliki peluang untuk dipilih menjadi sampel. Pada

pengamnilan sampel dengan cara undian yang diambil 2 kelas, kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

N. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa selama

proses pembelajaran dikelas menggunakan model pembelajaran VAK

(visual, auditory, kinesthetic) dan model pembelajaran konvensional.

Dengan melakukan observasi peneliti dapat lebih mudah dalam melakukan


29

penelitian karena benar benar mengetahui kondisi kelas serta masalah-

masalah yang terjadi dalam kelas.

2. Tes

Penelitian ini menggunakan teknik tes untuk mengetahui hasil belajar

matematika siswa. Tes dilakukan sebelum (pre-tes) dan sesudah (post-tes)

menggunakan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinesthetic) dan

model pembelajaran konvensional. Dari hasil tes ini akan diketahui hasil

matematika siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran

yang telah disebutkan sebelumnya.

3. Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi untuk mengetahui aktivitas siswa

dan akan menjadi bukti adanya penelitian yang dilakukan.

O. Instrument Penelitian

1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi ini digunakan untuk melihat setiap kegiatan yang

dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung.

2. Lembar Tes Hasil Belajar

Lembar tes hasil belajar digunakan untuk mengkur hasil belajar

matematika siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran

VAK (visual, auditory, kinesthetic) dan model pembelajaran konvensional.

Tes yang diberikan merupakan soal pilihan ganda.


30

P. Uji Validitas dan Relibilitas Instrumen

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.36 Instrumen dikatakan valid jika

memiliki validitas yang tinggi, yaitu bila instrumen tersebut telah dapat

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui indeks validitas dari tes

bentuk objektif, dapat dicari dengan menggunakan rumus product moment:

n Σxy− ( Σx )( Σy )
r xy =
√[n Σx ¿ ¿ 2−( Σx ) ][ n Σy ¿ ¿ 2−( Σy ) ]¿ ¿
2 2

Keterangan:

r xy : Koefesien validitas x dan y

x : Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item

y : skor total yang diperoleh dari seluruh item

Σx : jumlah skor dalam distribusi X

Σy : jumlah skor dalam distribusi Y


2
Σx : jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
2
Σy : jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

N : banyaknya responden

Dengan interpretasi sebagai berikut :

Butir soal dikatakan valid jika r xy ≥ r tabel dan tidak valid jika r xy ≥ r tabel .

Tabel 3. Kriteria Untuk Hasil Belajar Siswa

Nilai r Kategori

36
Haidir dan Salim, Penelitian Pendidikan Metode, Peendekatan, dan Jenis, Cetakan 1 (Jakarta :
Kencana, 2019), hal. 89.
31

0 – 74 Kurang
75 – 79 Cukup
80 – 90 Baik
91 – 100 Sangat Baik

Dalam pengujian validitas tidak hanya menggunakan cara manual tapi

juga menggunakan cara SPSS ( Statistical Product and Service).

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa instrument dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data. Tes yang digunakan pada

penelitian ini akan diuji reliabilitasnya guna mengetahui konsistensi hasil

tes.37 Untuk menghitung reliabilitas soal digunakan rumus Cronbach

Alpha:

2
k Σ si
r 11=[ ][1− 2 ]
k −1 si

Keterangan:

r 11 : koefesien reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir soal

si2 : varian skor total

2
Σ s i : jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

Q. Teknik Analisi Data

1. Statistik Deskriptif

37
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Cetakan ketujuh ; Bandung : Sinar Baru
Algesindo, 2004), hal. 130.
32

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

responden, untuk keperluan analisis digunakan nilai maksimum, nilai

minimum, rentang, rata-rata, variansi dan standar deviasi untuk masing-

masing kelompok.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisi

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

2. Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian dengan menggunakan uji-t dengan data yang sama. Namun

sebelum itu, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu.

Untuk keperluan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji

dasar yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi

normal atau tidak, uji yang digunakan disingkat dengan nama uji Liliefors

1) Mencari bilangan baku:

x i−x
Rumus : z=
s

Keterangan : x i= Data tunggal

x = Rata-rata sampel

s = Simpangan baku
33

2) Menghitung peluang F (zi )=pc ( Z ≤ Z i )dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku. Rumus menguhitung S( zi )

banyaknya Z1 , Z 2 … Z ≤ Z i
Rumus : S( zi )=
n

3) Menghitung selisih F(zi) −¿ S(zi) kemudian ditentukan harga

mutlaknya.

4) Menentukan harga terbesar dari selisih harga mutlak F(zi) −¿ S(zi)

sebagai L0. Untuk menerima dan menolak distribusi normal data

peneliian dapat dibandingkan nilai L0 dengan nilai L uji Lilifors

dengan taraf signifikan 0.05 dengan kriteria pengujian:

Jika L0 ≤ Ltabel maka sampel berdistribusi normal

Jika L0 > Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan unutk mengetahui apakah data mempunyai

varian yang homogen atau tidak. Rumus yang digunakan adalah:

VariansTerbesar
F¿
Varians Terkecil

Dimana pengujian ini memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Jika F hitung > F tabel maka kedua sampel tidak mempunyai varians

yang sama (data tidak homogen)

2) Jika F hitung < F tabel maka kedua sampel mempunyai varians yang

sama (data homogen).

c. Uji Hipotesis
34

Setelah kedua data penelitian memenuhi berdistribusi normal dan

homogen, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Untuk pengujian hipotesis

apakah pengujiannya dapat diterima atau ditolak maka digunakan uji

statistik yaitu uji-t dengan langkah-langkah menurut Sudjana sebagai

berikut:38

1) Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya

2) Menentukan nilai t hitungdengan rumus

x1 −x2
t= ( n1 −1 ) s 12 +(n2−1)s 22

2
1 1 dengan S adalah S =
s − n1 +n2−2
n1 n1

Keterangan:

t : Luas daerah yang dicapai

n1 : Banyak siswa pada sampel kelas eksperimen

n2 : Banyak siswa pada sampel kelas kontrol

s1 : Simpangan baku kelas eksperimen

s2 : Simpangan baku kelas kontrol

2
S : Simpangan baku gabungan dari S1 dan S2

x 1 : Rata-rata skor (post test) siswa kelas eksperimen

x 2 : Rata-rata skor (post test) siswa kelas kontrol

3) Membandingkan t hitung dengan t tabel pada tingkat kepercayaan 95%

dengan α = 0,05

4) Kriteria pengujian hipotesis:

38
Nuryadi et al, Dasar-Dasar Statistik Penelitian, Cetakan ke-1 (Yogyakarta : Sibuku Media, 2017),
95.
35

Jika t hitung > t tabel Maka H a diterima dan H 0ditolak

Jika t hitung < t tabel Maka H a ditolak dan H 0diterima

Apabila t hitung > t tabel maka hipotesis H a diterima dan H 0

ditolak, artinya ada perbandingan antara model pembelajaran

model pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) dengan

model pembelajarana konvensional terhdapa hasil belajar siswa

kelas VIII MTsN Palopo.

Apabila t hitung < t tabel maka hipotesis H a ditolak dan H 0

diterima, artinya tidak ada perbandingan antara model

pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) dengan model

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas VIII

MTsN Palopo.

Hipotesis Statistik:

Jika H 0= x 1=μ x 2, maka:

Tidak ada perbandingan antara model pembelajaran VAK (Visual,

Auditory, Kinesthetic) dengan model pembelajaran model

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas VIII

MTsN Palopo.

Jika H a = μ x 1> μ x 2, maka:

Ada perbandingan antara model pembelajaran VAK (Visual,

Auditory, Kinesthetic) dengan model pembelajaran model

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas VIII

MTsN Palopo.
36

Keterangan:

H0 : Hipotesis nol

Ha : Hipotesis alternatif

μ x 1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar

dengan model pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic)

μ x 2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar

dengan model pembelajaran konvensional.


37

DAFTAR PUSTAKA

Achdiyat, Maman. “Kecerdasan Visual Spasial.” Jurnal Formatif 7, no. 3 (2017):

234–45.

Anggrawan, Anthony. “Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap

Muka Dan Pembelajaran Online Menurut Gaya Belajar Mahasiswa.”

MATRIK : Jurnal Manajemen, Teknik Informatika Dan Rekayasa Komputer

18, no. 2 (2019): 339–46. https://doi.org/10.30812/matrik.v18i2.411.

Budiastuti, Dyah, and Agustinus Bandur. Validitas Dan Reliabilitas Penelitian.

Binus, 2018. www.mitrawacanamedia.com.

Cahdriyana, Rima Aksen, and Rino Richardo. “Berpikir Komputasi Dalam

Pembelajaran Matematika.” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) 11, no. 1

(2020): 50. https://doi.org/10.21927/literasi.2020.11(1).50-56.

Danilo Gomes de Arruda. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者におけ

る 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title,” 2021, 6.

Fabiana Meijon Fadul. “済無 No Title No Title No Title,” 2019, 1–16.

Faishal. “Efektivitas Pembelajaran Bahasa via Daring.” Ta’dibi : Jurnal

Manajemen Pendidikan Islam IX, no. September 2020 (2021): 114–40.

http://e-jurnal.stail.ac.id/index.php/tadibi/article/view/226/144.

Fitri, Tasmi. “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Model

Pembelajaran VAK ( Visual , Auditory , Kinestetik ) Dengan Model

Pembelajaran Konvensional,” n.d.


38

Fuentes, Marine Marta Martos. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者に

おける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title,” 2017, 1–14.

Helmiati. Model Pembelajaran | Dr. Hj. Helmiati, M.Ag. | Download. Aswaja

Pressindo, 2012. https://b-ok.asia/book/11172046/445481.

Irdam Idrus, and Sri Irawati. “Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning

Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ipa-Biologi.” Talenta Conference Series:

Science and Technology (ST) 2, no. 2 (2019).

https://doi.org/10.32734/st.v2i2.532.

Jannah, Muthiah Miftahul, Nanang Supriadi, and Fraulein Intan Suri. “Efektivitas

Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (Vak) Terhadap

Pemahaman Konsep Matematis Berdasarkan Klasifikasi Self-Efficacy

Sedang Dan Rendah.” AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan

Matematika 8, no. 1 (2019): 215–24.

https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i1.1892.

Lutfirohmatika, Ikfina, and Faninda Novika Pertiwi. “Efektivitas Model

Pembelajaran VAK (Visualization, Auditoy, and Kinestetics) Dengan

Pendekatan Literasi Sains Terhadap Kemampuan Presentasi Peserta Didik

MTS Kelas VII.” Jurnal Tadris IPA Indonesia 1, no. 3 (2021): 282–91.

https://doi.org/10.21154/jtii.v1i3.202.

Mauli, G R, N Ardiana, and R Lubis. “… Penggunaan Model Pembelajaran

Visualization Auditory Kinestic (Vak) Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Tematis Siswa Di ….” … (Mathematic Education Journal) 3, no. 3

(2020): 28–34. http://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu/article/view/1767.


39

Mesiono. Efektivitas Manajemen, 2018.

Noorbaiti, Rahmita, Noor Fajriah, and R. Ati Sukmawati. “Implementasi Model

Pembelajaran Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) Pada Mata Pelajaran

Matematika Di Kelas VII E MTsN Mulawarman Banjarmasin.” EDU-MAT:

Jurnal Pendidikan Matematika 6, no. 1 (2018): 108–16.

https://doi.org/10.20527/edumat.v6i1.5130.

Nurhamza, Andi Muhammad Safri, Sri Sulasteri, and A. Sriyanti. “Efektivitas

Penerapan Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.” Alauddin Journal

of Mathematics Education 1, no. 1 (2019): 42.

https://doi.org/10.24252/ajme.v1i1.10933.

Palopo, Siswa M A N, Institut Agama, Islam Negeri, and Iain Palopo. “ِ ‫ل َ ِ م سال ِ ب‬

43–1 ,2022 ”,‫ ل َ ل ْ ا ِ ا ه َّ ِ َ ف ِ ِ ن َّ ِ إ َ ِ ت خا ْ و َ نال و ْ ل ْ ا َ ْ ل ِ و ُ َ ض َ تا وا َ َ َّ ق ل ْ خ‬.ْ

Papilaya, Jeanete Ophilia, and Neleke Huliselan. “Identifikasi Gaya Belajar

Mahasiswa.” Jurnal Psikologi Undip 15, no. 1 (2016): 56.

https://doi.org/10.14710/jpu.15.1.56-63.

Rahmawati, Mega, and Edi Suryadi. “Guru Sebagai Fasilitator Dan Efektivitas

Belajar Siswa.” Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 4, no. 1 (2019):

49. https://doi.org/10.17509/jpm.v4i1.14954.

Riana, Alfa. “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditory Kinesthetic (Vak)

Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa,” 2018, 1–66.

Suryani, Lely, Stefania Baptis Seto, and Maria Goretty D. Bantas. “Hubungan

Efikasi Diri Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Berbasis E-


40

Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Flores.” Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan

Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran

6, no. 2 (2020): 275. https://doi.org/10.33394/jk.v6i2.2609.

Anda mungkin juga menyukai