Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

TEBAK KATA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

PADA SISWA KELAS V MIN 7 BONE

Draf skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Bone.

Oleh :

NUR AFIAH
NIM: 02.18.5093

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI( IAIN BONE )

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode adalah cara menyampaikan teori, konsep, atau gagasan1. Ini

berarti metode digunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang

telah ditetapkan. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah

dan cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, dapat

dikatakan metode pembelajaran yang difokuskan kepada pencapaian tujuan. 2

Metode pembelajaran mengacu pada suatu cara yang akan digunakan oleh guru

untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan3.

Tebak kata merupakan permainan yang menggunakan kartu berukuran

10×10 cm dan dalam kartu tersebut terdapat kata-kata yang mengarah pada

jawaban yang harus ditebak, dan kartu yang berukuran 5×2 cm untuk menulis

kata-kata atau jawaban yang mau ditebak, permainan ini berdurasi 15-30 menit.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pembelajaran

aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Dalam kurikulum 2013

pembelajaran IPA disebutkan tujuan pembelajaran IPA di SD/MI adalah


1
Syamsu S, Strategi Pembelajaran Meningkatkan Kompetensi Guru, (Makassar: Aksara Timur,
2015), hal. 90.
2
Kusnadi, Metode Pembelajaran Kolaboratif: Penggunaan Tools SPSS dan Video Scribe, (Cet. I;
Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018), h. 13.
3
Nining Mariyaningsih dan Mistina Hidayati, BUKAN KELAS BIASA: Teori dan Praktik
Berbagai Model dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-Kelas
Inspiratif, (Cet. I; Surakarta: Kekata Publisher, 2018), h. 10.
menuntut siswa agar mampu melakukan dan menemukan sesuatu. Berdasarkan

defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa IPA menjadi dasar berkembangnya

teknologi dan berkonstribusi terhadap disiplin ilmu lain yang membentuk proses

berpikir manusia. Oleh karena itu, guru tidak hanya dituntut untuk menanamkan

konsep teori kepada siswa yang dalam hal ini hanya memberikan penjelasan

mengenai materi pembelajaran sehingga hanya guru yang berperan aktif dalam

proses pembelajaran, melainkan juga mengajar berdasarkan realita lingkungan

sekarang ini. Selain itu, penggunaan pendekatan, strategi dan metode

pembelajaran sangat memberikan pengaruh yang besar untuk pencapaian tujuan

belajar.

Berdasarkan hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang terungkap

pada saat calon peneliti mengadakan prapenelitian dikelas V MIN 7 Bone

ditemukan bahwa hasil belajar ilmu pengetahuan alam yang diperoleh siswa

rendah, ini terjadi karena pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa

cenderung bosan dan kurang tertarik mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan calon peneliti

terhadap kegiatan proses belajar yang telah dilakukan guru dan siswa terhadap

pembelajaran, penyebabnya yitu kurangnya pemahaman guru tentang model atau

metode pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan sehingga siswa kurang

termotivasi untuk belajar ini akan membuat siswa sulit memahami materi

pelajaran yang diajarkan oleh guru. Untuk mengatasinya guru dituntut dapat

menerapkan model atau metode pembelajaran yang sesuia dengan kondisi siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk mengikuti

pembelajaran adalah dengan menerapkan metode pembelajaran tebak kata.

Karena tebak kata merupakan permainan yang menggunakan kartu berukuran

10×10 cm dan dalam kartu tersebut terdapat kata-kata yang mengarah pada

jawaban yang harus ditebak, dan kartu yang berukuran 5×2 cm untuk menulis

kata-kata atau jawaban yang mau ditebak, permainan ini berdurasi 15-30 menit.

Melalui metode pembelajaran tebak kata ini siswa menjadi tertarik untuk

mengikuti pembelajaran dan memudahkan untuk menanamkan konsep pelajaran

dalam ingatan siswa.

Allah berfirman dalam Q.S Al- Mujadilah/58:11.

Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
teliti apa yang kamu kerjakan”4.

4
Sri Latifah, “Pengembangan Modul IPA Terpadu Terintegrasi Ayat-Ayat Al-Quran pada
Materi Air Sebagai Sumber Kehidupan, Vol. 7, no. 1, April 2016, h.156.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendir dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah5.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diarahkan untuk mencari dan

berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahamanyang

lebih mendalam tentang alam semesta. Dengan demikian pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar dan madrasah ibtidayah adalah perihal

yang penting bagi perkembangan siswa dalam memperoleh dan mengembangkan

kemampuannya. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dapat

diterapkan oleh guru dalam mengajar harus sesuai dengan prinsip pengajaran

IPA. Seperti yang diutaran oleh John S. Richardson menyarankan tujuh prinsip,

yaitu: 1) prinsip keterlibatan siswa; 2) prinsip belajar berkesinambungan; 3)

prinsip motivasi; 4) prinsip multi saluran; 5) prinsip penemuan; 6) prinsip

totalitas; dan 7) prinsip perbedaan individual6.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

melakukan proses pembelajaran, menurut Oemar Hamalik menyatakan bahwa

5
Depdiknas, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran IPA unyuk Tingkat
SD/MI”, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 19.
6
Darmodjo, dkk. Pendidikan IPA 2 (Jakarta: Depdikbud, 1993), h.12.
“hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

tidak mengerti menjadi mengerti“7. Hasil belajar sering digunakan untuk

mengukur seberapa jauh siswa menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

pada pelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode tebak kata

yang membuat proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan bagi

guru dan siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan

permasalahan yaitu: Apakah ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran

tebak kata terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V MIN 7 Bone?

C. Defenisi Operasional

Metode pembelajaran tebak kata merupakan suatu metode pembelajaran

permainan dengan menggunakan media kartu berukuran 10×10 cm untuk

menuliskan kata-kata yang mengarah pada jawaban yang ingin ditebak dan

media kartu berukuran 5×2 cm untuk menulis kata-kata yang mau ditebak

kemudian kartu dilipat dan ditempelkan pada dahi atau diselipkan pada telinga.

Hasil belajar IPA merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang

untuk memperoleh suatu perubahan atau perilaku yang baru, sebagai hasil

7
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h.30.
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya melainkan

merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi

suatu pola berpikir ilmiah yang diperoleh dari suatu proses yang ditandai dengan

adanya produk pengetahuan baru.

Jadi, metode pembelajaran tebak kata terhadap hasil belajar IPA

merupakan suatu proses pembelajaran dengan menerapkan metode permainan

sehingga siswa akan menjadi lebih aktif dan berpartisipasi pada pembelajaran.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran tebak kata

terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V MIN 7 Bone.

b. Kegunaan Penelitian

Sebagaimana tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, penulis

sangat berharap agar penulisan ini dapat berguna. Adapun kegunaan yang

akan dicapai dalam pembahasan draf proposal ini yaitu:

1. Kegunaan teoritis, yakni hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

manfaat dan memberikan konstribusi terhadap ilmu pengetahuan alam

selain itu juga menjadi rujukan bagi guru dalam menerapkan metode

pembelajaran tebak kata.

2. Kegunaan praktis, yakni hasil penelitian diharapkan dapat memberi

sumbangsi pemikiran dan masukan terhadap individu dan instansi yang


terkait dalam merumuskan kebijakan pembangyunan masyarakat, bangsa,

Negara, dan agama.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang berkaitan

dengan objek dalam penelitian ini, maka penulis akan membahas Pengaruh

Penerapan Metode Pembelajaran Tebak Kata Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas V MIN 7 Bone. Oleh karena itu, berdasarkan analisa penulis bahwa pokok

permasalahan yang terdapat dalam proposal penelitian ini memiliki relevansi

dengan sejumlah tulisan yang terdapat dalam berbagai referensi yang dijadikan

sebagai rujukan diantaranya:

Dilla Fadilah Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas

Muhammadiyah Tangerang dengan judul Pengaruh Metode Tebak Kata

Terhadap Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IV SDN Taman Cibodas Kota

Tangerang tahun 2019, hasil penelitioan ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan metode tebak kata terhadap kemampuan menulis puisi

siswa kelas IV SDN Taman Cibodas. Hal ini dibuktikan dengan pengujian

hipotesis postes dari hasil uji-t diperoleh t hitung = 4,47 dan t tabel = 2,008. Dengan

demikian, hal ini dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis dengan

menggunakan metode tebak kata lebih tinggi dari pada menggunakan metode

pembelajaran konvensional.

8
Dilla Fadilah, “Pengaruh Metode Tebak Kata Terhadap Keterampilan Menulis Puisi Siswa
Kelas IV SDN Taman Cibodas Kota Tangerang, South Sumatera: Prodi pendidikan Bahasa
Indonesia”, STKIP PGRI Luubuklinggau,Vol. 2, No. 1, 2019, h.132.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu berbeda dengan hasil penelitian

karena penelitian terdahulu lebih memfokuskan ke pengaruh metode tebak kata

terhadap keterampilan menulis puisi siswa kelas IV SDN Taman Cibodas Kota

Tangerang, sedangkan pada penelitian ini membahas tentang pengaruh penerapan

metode pembelajaran tebak kata terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V MIN 7

Bone.

Mira Pebriani dan Asih Rosnaningsih Universitas Muhammadiyah

Tangerang dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tebak

Kata Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Siswa Kelas V SDN Pasar

Kemis II Kabupaten Tangerang tahun 2018. Dalam penelitian ini perlakuan yang

diberikan adalah model pembelajaran tebak kata pada kelas eksperimen,

sedangkan kelas kontrol tidak belajar dengan model pembelajaran tebak kata.

Hasil penelitian ini menunjukkan; hasil rata-rata posttes kemampuan menulis

siswa kelas eksperimen adalah 71,00 sedangkan skor rat-rata posttes kelas

kontrol adalah 53,00. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe tebak kata memberikan pengaruh pada kemampuan

menulis siswa9.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat dipahami bahwa peneliti terdahulu

membahas pengaruh model pembelajran kooperatif tipe tebak kata terhadap

kemampuan menulis bahasa inggris siswa kelas V SDN Pasar Kemis II

9
Mira Pebriani dan Asih Rosnaningsih, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tebak
Kata Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Siswa Kelas V SDN Pasar Kemis II Kabupaten
Tangerang” Universitas Muhammadiyah Tangerang, Vol. 2, No. 2, juli 2018, h. 49.
Kabupaten Tangerang sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang

pengaruh penerapan metode pembelajaran tebak kata terhadap hasil belajar IPA

siswa pada kelas V MIN 7 Bone.

Nur Syamsiyah dan Nelly Wedyawati STKIP Persada Khatulistiwa

Sintang dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tebak Kata

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Kelas V tahun

2017, berdasarkan analisa dan pembahasan dalam penelitian ini setelah dianalisis

diketahui bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tebak kata

terhadap hasil belajar siswa10. Hal ini dapat ditunjukkan dengan data posttes nilai

t hitung adalah 2,816 sedangkan nilai t tabel pada α = 5% dengan db (N1 + N2 = 39)

adalah 2,042. Hal ini berarti t hitung > t tabel yaitu 2,816 > 2,042 artinya Ha diterima

dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh model pembelajaran kooperatif tebak kata terhadap hasil belajar siswa

pada materi pesawat sederhana kelas V SDN 02 Lengkenat.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu membahas masalah pengaruh

model kooperatif tebak kata terhadap hasil belajar siswa pada materi pesawat

sederhana kelas V sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang pengaruh

penerapan metode pembelajaran tebak kata terhadap hasil belajar IPA siswa

kelas V MIN 7 Bone.

10
Nur Syamsiah dan Nelly Wedyawati, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tebak Kata
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Kelas V”, STKIP Persada
Khatulistiwa Sintang, 2017, h. 30.
Dari kajian ketiga penelitian tersebut, terdapat perbedaan penelitian

terdahulu dengan penelitian ini yaitu subjek yang diteliti, jenis penelitian, tempat

penelitian dan mata pelajaran penelitian. Sehingga, calon peneliti tertarik untuk

melakukan peneliatian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Metode Penerapan

Tebak Kata Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V MIN 7 Bone”.

F. Kerangka Pikir

Metode pembelajaran tebak kata merupakan metode yang digunakan guru

untuk membuat siswa di kelas menjadi aktif. Pembelajaran ini juga dapat melatih

dan mengembangkan keterampilan sosial siswa pada saat melakukan kegiatan

yang bersifat demokratis seperti diskusi antar siswa. Agar semua siswa dapat

menjadi subjek untuk mnghindarkan siswa yang diam sama sekali pada saat

pembelajaran berlangsung. Sehingga metode ini dapat melatih siswa untuk lebih

memperhatikan penjelasan materi yang sedang diberikan serta berani dalam hal

berbicara dan mengungkapkan pendapat di depan kelas11.

Metode pembelajaran tebak kata ini merupakan metode pembelajaran

yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu

jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa

menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Mulai

permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga

memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran. Model pembelajaran ini

11
Dilla Fadilah, “Pengaruh Metode Tebak Kata Terhadap Keterampilan Menulis Puisi Siswa
Kelas IV SDN Taman Cibodas Kota Tangerang, , h.136.
tidak terlalu rumit untuk dilaksanakan, akan tetapi dalam prakteknya terdapat

beberapa hal yang harus disiapkan, diantaranya: 1) Persiapan materi yang akan

disampaikan; 2) Persiapan bahan ajar yang dibutuhkan dan 3) Persiapan kata

kunci yang akan dipertanyakan12.

Adapun tujuan metode pembelajaran tebak kata yaitu Menurut

Kasmawaty mengemukakan bahwa permaianan tebak kata ini dimaksudkan

untuk meningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA,

melatih siswa dalam memgingat dan menggunakan konsep atau materi yang telah

dipelajari dan bahkan yang baru diketahui atau ditemukan pada saat permainan

berlangsung, tanpa ragu atau takut salah dan tentunya sekaligus melatih

kemampuan berbicara murid dan bagaimana mengidentifikasi sesuiatu dengan

membuat kalimat-kalimat yang mengacu pada sebuah kata yang dimaksud13.

Langkah-langkah model pembelajaran tebak kata yaitu: 1) guru

mempersiapkan karu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran; 2) guru

menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi pelajaran selama ±45

menit; 3) guru meminta siswa berdiri berpasangan didepan kelas; 4) seorang

siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada

pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu berukuran 5×2 cm yang

isinya tidak boleh dibaca kemudian ditempelkan didahi; 5) sementara siswa

12
Wiwy T. Pulukadang, Buku Ajar Pembelajaran Terpadu, (Gorontalo: Ideas Publishing, 2021),
h. 95.
13
Raficho Ratna Dilla, “Pengaruh Model Pembelajaran Tebak Kata Terhadap Hasil Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas III SD Negeri 7 Letta Kabupaten Bantaeng”, (Skripsi
Universitas Muhammadiyah Makassar, 2018), h. 21.
membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya dan

pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu tersebut. Jawaban benar

apabila sesuai dengan kartu yang ditempelkan didahi pasangannya; 6) apabila

jawabannya tepat ataun sesuai yang tertlis di kartu maka pasangan itu boleh

duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan

dengan kata-kata lain asal jangan langsung member jawaban; 7) dan seterusnya

hingga semua pasangan mendapat giliran bermain tebak kata; 8) guru

mengevaluasi kegiatan siswa14.

Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan metode pembelajaaran tebak

kata ini diharapkan dapat memberikan pengaruh dan meningkatakna hasil belajar

IPA siswa kelas V MIN 7 Bone sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi

belajarnya di sekolah. Untuk memperjelas penerapan model pembelajaran tebak

kata dalam proses pembelajaran IPA,berikut dijelaskan pada bagan kerangka

piker penelitian dibawah ini:

Metode Pembelajaran Tebak Kata


14
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Surabaya: Pustaka
Belajar, 2009), h. 150.
Hal yang harus Adapun tujuan Langkah-langkah dalam
dipersiapkan metode pembelajaran metode pembelajran tebak
dalam metode tebak kata yaitu kata yaitu: 1)mempersiapkan
pembelajaran Menurut Kasmawaty kartu; 2) menjelaskan materi;
tebak kata 1) mengemukakan 3) berdiri berpasangan
Persiapan materi bahwa permaianan didepan kelas; 4) pembagian
yang akan tebak kata ini kartu tebak kata; 5)
disampaikan; 2) dimaksudkan untuk membacakan kata-kata yang
Persiapan bahan meningkatkan ada didalam kartu; 6) jika
ajar yang keaktifan dan jawaban benar pasangan
dibutuhkan dan 3) partisipasi siswa boleh duduk; 7) dan
Persiapan kata dalam pembelajaran seterusnya seperti itu; 8)
kunci yang akan IPA guru mengevaluasi siswa.
dipertanyakan.

Hasil Belajar Meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara mengenai hubungan antara dua

variable. Hubungan buasanya dinyatakan dalam dua hal sebagai hipotesis nol

(HO) serta sebagai hipotesis alternative (H1). Hal yang dimaksud biasanya

dinyatakan dalam HO. HO menunjukkan hubungan pasti (exact relationship)

anatar dua variabel. Atau HO menunjukkan hubungan yang tidak signifikan

antara dua variabel atau tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua variabel.

Sebaliknya H1 menunjukkan lawan HO15.

15
Said Kelana Asnawi dan Chandra Wijaya, Riset Keuangan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2005), h. 252.
Berdasarkan kerangka piker diatas, maka hipotesis dalam, penelitian ini

adalah:

1. HO : Tidak ada pengaruh metode pembelajaran tebak kata terhadap hasil

belajar IPA pada siswa kelas V MIN 7 Bone.

2. H1 : Ada pengaruh metode pembelajaran tebak kata terhadap hasil belajar

IPA pada siswa kelas V MIN 7 Bone.

H. Metode Penelitian

Salah satu unsur yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian adalah

metode yang digunakan. Metode penelitian sendiri merupakan suatu kegiatan

ilmiah yang dilakukan secara bertahap, mulai dengan penentuan topik,

pengunpulan data dan menganalisis data, sehingga diperoleh suatu pemahaman

dan pengertian atas topic, gejala atau isu tertentu 16. Metode penelitian digunakan

sebagai sarana untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat

menentukan keberhasilan suatu penelitian. Adapun metode penelitian dalam hal

ini yaitu:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian

kuantitatif. Jenis penelitian yang menghasilkan beberapa temuan yang dapat

dicapai dengan menggunakan beberapa prosedur statistic atau cara-cara lain

dari kuantifikasi (pengukuran). Pendekatan kuantitatif lebih memusatkan

16
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya
(t.c; Jakarta: Grasindo, 2003), h. 2-3.
perhatian pada gejala-gejala atau fenomena-fenomena yang mempunyai

karakteristik tertentu di dalam kehidupan manusia, yang dinamakan sebagai

variabel. Pendekatan kuantitatif hakikat hubungannya di antara variabel-

variabel yang dianalisis dengan menggunakan teori yang objektif17.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Pre-Eksperimental. Dalam

hal ini peneliti akan menggunakan jenis One Group Pretest-posttest.One

Group Pretest-posttest adalah jenis Pre-Eksperimental yang dilakukan dengan

cara sebelum diberikan treatment (perlakuan) variabel diobservasi /diukur

terlebih dahulu (Pre-test) setelah itu dilakukan treatment

pengukuran/observasi (Post-test).

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan proses, perbuatan, cara, mendekati,

usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk menggunakan hubungan

dengan orang-orang yang diamati.

a. Pendekatan Paedagogis

Paedagogis artinya ilmubpendidikan yang menyelidiki,

merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Dengan kata lain,

paedagogis sebagai suatu ilmu yang memberikan landasan, pedoman dan

17
I Made Laut Mertha Jaya, Metode Penelitian Kuangtitatif dan Kualitatif : Teori, Penerapan,
dan Riset Nyata (Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2020), h. 6-7.
arah sasaran dalam usaha mendidik atau membentuk peserta didik menjadi

manusia yang beradab18. Pendekatan ini menekankan pada potensi

pengembangan peserta didik, terutama mengenai karakter peserta didik.

Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui pentingnya hasil belajar IPA

karena pada dasarnya peserta didik sejak awal telah mempunyai potensi

yang siap untuk dibentuk dan dikembangkan.

b. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologi adalah ilmu yuang mempelajari tentyang

hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara

manusia yang menguasai hidupnya itu19. Peneliti melakukan sosialisasi

atau berkomunikasi dengan pihak sekolah yakni kepala sekolah dan guru

pengajar vuntuk memperoleh informasi mengenai permasalahan

penelitian.

c. Pendekatan Psikologis

Psikologis atau ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui

gejala perilaku yang dapat diamati. Dalam pendekatan psikologis untuk

mengetahui kejiwaan atau tingkah laku pada diri seorang anak 20.

Pendekatan ini mempelajari tentang perasaan atau kejiwaan manusia utuk

18
Abdullah k, Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian (Cet. I; Watampone: Lugman Al-
Hakim Pers, 2013), h. 27.
19
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. VII; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h.
38.
20
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam. h. 30.
mengetahui perilaku informan dalam memperoleh data yang dibutuhkan

oleh peneliti.

3. Lokasi, Populasi dan Sampel

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di MIN 7 Bone, jln. Mappadeceng,

poros Welalangnge, Macanang, Kecamatan Tanete Riattang Barat,

Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Populasi

Populasi adalah serumpun/sekolompok objek yang menjadi sasaran

penelitian21. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V

MIN 7 Bone yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah keseluruhan

siswanya 50 orang.

c. Sampel

Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, yang mana hanya

sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menetukan

sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi 22. Peneliti mengambil

sampel dengan menggunakan teknik Nonprobability Sampling jenis

Purposive Sampling. Nonprobability Sampling adalah setiap unsure yang

terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang

sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota tertentu

21
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h. 56.
22
Siregar dan Syofian, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. h. 56.
untuk terpilih tidak diketahui, sedangkan Purposive Sampling adalah

metode penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada

kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria tersebut dapat berupa hasil

belajar siswa yang kurang, keaktifan yang masih kurang, dan sebagainya23.

Sampel pada penelitian ini adalah kelas V MIN 7 Bone.

Pertimbangan tertentu pengambilan sampel pada penelitian ini karena

sampel tersebut yakni kelas V B yang berjumlah 24 orang, teradapat 15

siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki memiliki hasil belajar IPA rendah.

Disebabkan karena partisipasi dan keaktifan di dalam pembelajaran IPA

sangat kurang sehingga hasil belajar IPA di kelas rendah. Hal tersebut

didukung dengan metode pembelajaran tebak kata bahwa melalui metode

pembelajaran tersebut keaktifan dan partisipasi siswa dapat ditingkatkan,

model ini juga dapat memberikan kepercayaan diri kepada siswa.

4. Instrument Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Instrument penelitian adalah alat bantu

yang digunakan dalam metode pengambilan data oleh peneliti untuk

menganalisa hasil penelitian yang dilakukan pada langkah penelitian

selanjutnya24. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrument

23
Siregar dan Syofian, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. h. 60.
24
Dhian Tyas Untari, Metodologi Penelitian Kontenporer Bidang Ekonomi dan Bisnis (Cet.
I; Banyumas: Pena Persada, 2018), h. 40.
penelitian yang disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang dapt

diuraikan sebagai berikut:

a. Tes

Tes bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil

belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Tes adalah seperangkat

tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus

dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan

penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan.

b. Observasi

Observasi yaitu perhatian terfokus terhadap gejala, kejadian

atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan

faktor-faktor penyebabnya dan menemukan kaidah-kaidah yang

mengaturnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat langsung

untuk mengumpulkan dan memperoleh data serta informasi tentang

pentingnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes

Penelitian ini menggunakan tes evaluasi berupa tes tertulis

maupun tes lisan yanmg dilaksanakan pada awal pembelajaran

maupun akhir pembelajaran. Untuk melihat sejauh mana siswa

memahami pembelajaran serta melihat dari hasil nilai ulangan harian

IPA siswa, lembar kerja siswa dan tes formatif.


b. Observasi

Penelitian ini menggunakan format observasi berdasarkan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dengan

member tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan

pengamatan siswa saat guru mengajar.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunak dua teknik analisis data, yaitu:

a. Analisis Data Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya,

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau

generalisasi25. Merupakan statistik yang digunakan untuk

nmenganalisi data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian

dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyususnan

analisis ini adalah sebagai berikut:

a) Rata-rata (Mean)

n
x=
∑ i=1 xi
n

25
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 21.
b) Persentase (%) nilai rata-rata

f
P= × 100%
N

Dimana:

P = Angka persentase

f = frekuensi yang dicari persentasenya

N = Banyaknya sampel responden

Setelah rata-rata skor didapat, maka peneliti mengklasifikasikan hasil

tersebut berdasarkan teknik kategorisasi standar yang telah ditetapkan oleh

pihak sekolah. Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan hasil belajar IPA. Guna mendapatkan gambaran yang jelas

tentang hasil belajar IPA siswa, maka dilakukan pengelompokan,

pengelompokan tersebut dilakukan ke dalam 5 kategori yaitu sangat tinggi,

tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Tabel 3.1 Kategorisasi Standar Hasil Belajar

Nilai Kategori

0 – 59 Sangat rendah

60 – 69 Rendah

70 – 79 Sedang

80 – 89 Tinggi
90 – 100 Sangat tinggi

b. Analisis Statistik Inferensial

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti

menggunakan teknik statistik t (uji t). Dengan tahapan sebagai

berikut:

Md
t=
√ ∑ x2d
N (N−1)

Keterangan :

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest

X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

d = Deviasi masing-masing subjek

∑X²d = Jumlah kuadrat deviasi

N = Subjek pada sampel

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:


∑d
Md =
N

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest

∑d = Jumlah dari gain (posttest – pretest)

N = Subjek pada sampel

b. Mencari harga “∑x²d” dengan menggunakan rumus:

( Σ d) ²
∑x²d = ∑d-
N

Keterangan:

∑x²d = Jumlah kuadrat deviasi

∑d = jumlah dari gain (posttes – pretest)

N = Subjek pada sampel

c. Menentukan harga t hitung dengan menggunakan rumus:

Md
t=
√ ∑ x2d
N (N−1)

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest


X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

d = Deviasi masing-masing subjek

d. Membuat kesimpulan hasil penelitian

H1 diterima apabila t hitung > t tabel

Ho ditolak apabila t hitung < t tabel

Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti penerapan

metode pembelajaran tebak kata berpengaruh terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas V MIN 7 Bone.

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak, berarti

penerapan metode pembelajaran tebak kata berpengaruh terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas V MIN 7 Bone.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Metode Pembelajaran

1. Defenisi Metode Pembelajaran


Menurut Slameto (2003), metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang

harus dilalui di dalam mengajar, ini berarti metode pembelajaran merupakan cara

yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”

sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (sanjaya, 2007)26.

Metode pembelajaran mengacu pada suatu cara yang akan digunakan

oleh guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa

metode memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran

sehingga guru dapat mengelola kelas yang interaktif serta tidak membosankan.

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran,metode

dipakai sebagai cara menyampaikan materi dan mengelola kegiatan pembelajaran

sehingga siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pada saat mengajar, seorang guru pastinya menggunakan suatu metode

mengajar tertentu dengan berbagai pertimbangan sehingga dapat digunakan

26
Nining Mariyaningsih dan Mistina Hidayati, BUKAN KELAS BIASA: Teori dan Praktik
Berbagai Model Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-Kelas Inspiratif (Cet. I;
Surakarta: Kekata Publisher, 2018), h. 10-11.
secara efektif di dalam pembelajaran. Berikut merupakan beberapa indikator ciri-

ciri metode pembelajaran yang efektif27:

1. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. kita dapat

mengatakan sebuah metode pembelajaran efektif apabila metode tersebut

dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan

guru dengan baik. Apapun metodenya, jika pada akhirnya siswa tidak

memahami materi maka guru perlu mengkaji ulang metode yang dipilih

karena pada muaranya tujuan dari pembelajaran itu sendiri adalah membuat

siswa menjadi paham mengenai materi yang diajarkan.

2. Membuat siswa tertantang. Ciri lain yang mengidentifikasikan suatu metode

pembelajaran dikatakan efektif adalah apabila metode tersebut dapat

membuat siswa tertantang untuk menenmukan alternative-alternatif

pemecahan masalah. Bila metode yang dipakai guru menarik, tanpa disuruh

siswa berusaha mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas dari guru.

Untuk itu, guru hendaknya menentukan metode yang member ruang gerak

kepada siswa untuk berekspresi dalam menyelesaikan masalah.

3. Membangun rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu merupakan awal dari

pengetahuan. Unttuk itu, rasa ingin tahgu perlu ditumbuhkan dalam diri

siswa melalui metode pembelajaran yang tepat pula. Rasa ingin tahu dapat

27
Nining Mariyaningsih dan Mistina Hidayati, BUKAN KELAS BIASA: Teori dan Praktik
Berbagai Model Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-Kelas Inspiratif. h. 11-12.
memunculkan motivasi baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik

sehingga siswa m,enjadi pembelajar yang mandiri.

4. Meningkatkan keaktifan siswa. Salah satu prinsip yang sangat penting dalam

pembelajaran adalah keefektifaan. Bila metode belajar yang digunakan guru

efektif, maka aktivitas belajar siswa akan terlihat secara nyata. Metode

belajar yang efektif akan merangsang siswa melakukan berbagai aktivitas

belajar baik secvara mental, fisik maupun psikis sehiongga siswa dapat

belajar kebermaknaan dan siswa akan mendapatkan hasil belajar yang

bertahan lebih lama.

5. Merangsang daya kreativitas siswa. Aspek lain dari indicator metode yang

efektif adalah dapat tidaknya sebuah metode membantu siswa tumbuh

menjadi individu yang kreatif. Metode yang efektif membantu siswa berlatih

menggunakan berbagai keterampilan berpikir sampai pada tahap berpikir

tingkat tinggi (high order thinking) dalam menyelesaikan tugas-tugas

pembelajaran dari guru. Dengan berlatih keterampilan yang membutuhkan

daya piker tingkat tinggi maka akan mendorong siswa tumbuh menjadi

pribadi yang kreatif.

6. Mudah dilaksanakan oleh guru. Pada dasarnya metode dikatakan efektif

apabila guru mampu melaksanakan metode yang dipilih dengan baik. Dalam

hal ini metode yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan guru

dalam menghandel kelasnya dan tidak memberatkan serta terjangkau bagi

guru. Namun walau demikian, hendaknya guru tidak hanya berpatokan


dengan indicator kemudahan ini saja, tetapi sebaiknya guru terus

meningkatkan kompetensi dalam mengelola kelas.

2. Macam-macam Metode Pembelajaran

a. Metode umum (metode umum pembelajaran) adalah metode yang

digunakan untuk semua bidang studi atau mata pelajaran. Misalnya

ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi, demonstrasi, simulasi,

laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, symposium,

dan sebagainya.

b. Metode khusus (metode khusus pembelajaran bidang studi tertentu)

adalah metode pembelajaran tiap-tiap bidang studi, misalnya metode

khusus pengajaran bahasa.

Untuk memilih metode pembelajaran ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah28:

1. Tujuan yang akan dicapai

2. Bahan yang akan diberikan

3. Waktu dan perlengkapan yang tersedia

4. Kemampuan dan banyaknya murid

5. Kemampuan guru mengajar

B. Konsep Model Pembelajaran Tebak Kata

1. Defenisi Pembelajaran Tebak Kata

28
Kusnadi, Metode Pembelajaran Kolaboratif: Penggunaan Tools SPSS dan Video Scribe
(Cet. I; Tasikmalaya: Edu Publishing, 2018), h. 13-14.
Menurut Turniasih (2013), model pembelajaran tebak kata ini

dilaksanakan dengan cara peserta didik menjodohkan kartu soal teka-teki

dengan kartu jawaban yang tepat. Selain siswa menjadi tertarik untuk belajar

juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan

siswa29. Model pembelajaran tebak kata ini merupakan model pembelajaran

yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu

jawaban teka-teki30.

Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan oleh orang tua atau

pendidik dalam rangka mengembangkan calistung anak usia dini adalah

dengan permainan tebak kata. Permaianan tebak kata ini dapat menambah

kosakata perbendaharaan kata pada anak. Permaianan tebak kata merupakan

salah satu permainan yang mengasyikkan. Anak bias diajak untuk menebak

kata apa yang cocok untuk pertanyaan yang telah dilontarkan. Permainan

tebak kata dapat dimainkan dimana saja, misalnya di rumah, di sekolah, atau

di halaman dengan melibatkan dua orang atau lebih. Permainan tebak kata ini

dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak31.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Tebak Kata

a. Kelebihan

1. Anak akan mempunyai kekayaan bahasa


29
Zaini Ashari, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Menggunakan Model
Pembelajaran Tebak Kata pada Peserta Didik Kelas II SDN 3 Menteng (Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya, 2014), h. 20.
30
Wiwy T. Pulukadang, Buku Ajar Pembelajaran Terpadu. h. 95.
31
Dwi Haryanti dan Dhiarti Tejaningrum, Keaksaraan Awal Anak Usia Dini (Cet. I; Pekalongan:
PT. Nasya Expanding Management, 2020), h. 139-140.
2. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya

3. Siswa menjadi tertarik untuk belajar

4. Memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan

siswa

b. Kekurangan

1. Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit disampaikan

2. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa

dapat maju karena waktu terbatas32.

3. Tujuan penggunaan permainan tebak kata

Adapun tujuan dalam permainan tebak kata yaitu33:

a. Melatih para siswa lebih tenang

b. Membuat para siswa supaya lebih dewasa

c. Melatih siswa agar lebih bertanggung jawab

d. Menjadikan siswa lebih berani dalam membuat pertanyaan

4. Langkah-langkah metode pembelajaran tebak kata

Adapun langka-langkah dalam metode pembelajaran tebak kata yaitu34:

a. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai tujuan/kompetensi yang

akan dicapai

b. Siswa menyimak penyampaian guru tenytang materi selama ±45 menit

32
Wiwy T. Pulukadang, Buku Ajar Pembelajaran Terpadu. h. 95-96.
33
Fitriyeni dan Rissa, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Metode
Permainan Tebak Kata pada Peserta Didik Kelas III SDN 6 Panarung Palangkaraya (Palangkaraya:
Universitas Muhammadiyah palangkaraya, 2014), h. 21.
34
Wiwy T. Pulukadang, Buku Ajar Pembelajaran Terpadu. h. 96.
c. Siswa diminta untuk berdiri di depan kelas

d. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti

dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu

yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boelh dibaca (dilipat)

kemudian ditempelkan di dahi atau di selipkan de telinga.

e. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang

tertulis di dalamnya sementara pasanagnnya menebak apa yang

dimaksud dalam kartu tersebut. Jawaban yang tepat bila sesuai dengan isi

kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.

f. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis dikartu) maka pasangan

itu boleh dudul. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh

mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung member

jawaban.

g. Siswa diberikan penilaian

h. Siswa dibimbing guru untuk membuat kesimpulan

i. Evaluasi refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran

j. Penutup

C. Hakekat Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan

banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa.
Oleh sebab itu, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Lalu

apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar?

Ada beberapa pengertian belajar ditinjau dari beberapa sumber,

diantaranya, Skinner mengartikan belajar sebagai suatu perilaku. Pada saat

orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak

belajar maka responnya menurun35. Menurut Suprijono “Belajar adalah

perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman”36.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh

suatu perubahan atau perilaku yang baru, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Hasil Belajar

Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-

perubahan tingkah laku dalam bidang pengetahuan, keterampilan, nilai dan

sikap melalui proses yang dilakukan secara terarah dan sadar. Perubahan-

perubahan inilah yang dikatakan sebagai hasil belajar. Sesuai dengan

pandangan yang dikemukakan oleh Bloom hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik37.

Perubahan yang terjadisebagai hasil belajar dapat dilihat dari

perkembangan kognitif, psikomotorik dan afektif yang merupakan tujuan

35
Dimyanti dan Mudjono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 9.
36
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori Aplikasi PAIKEM . h. 3.
37
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori Aplikasi PAIKEM. h. 6.
utama yang akan dicapai oleh siswa. Menurut Gagne ada lima macam hasil

belajar siswa yang dijabarkan sebagai berikut: “1) kemampuan intelektual

yang mencakup belajar konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang

kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan oleh guru di sekolah; 2)

strategi kognitif, yaitu kemampuan individu dalam memperhatikan,

mengingat dan berpikir; 3) informasi verbal, yaitu kemampuan untuk

mendekskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur

informasi-informasi yang relevan; 4) keterampilan motorik, yaitu

keterampilan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan

yang berhubungan dengan otot; serta 5) sikap, yaitu kemampuan internal

yang mempengaruhi tingkah laku sesorang didasari oleh emosi, kepercayaan-

kepercayaan, serta faktor intelektual”38.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang menjadi

kemampuan dari siswa itu sendiri setelah melalui proses penerimaan

pengalaman belajar yang meliputi perubahan kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan serangkaian kegiatan atau perbuatan yang

berhubungan dengan banyak faktor. Sungguh tepat jika dikemukakan bahwa

belajar itu bukan perbuatan yang sederhana, melainkan justru amat kompleks.
38
Sutikno dan Sobry, Belajar dan Pembelajaran (Lombok: Holistica, 2013), h. 6.
Sutikno menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar,

yaitu faktor yang berasal dari individu yang belajar (internal) maupun faktor

yang berasal dari luar (eksternal). Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Faktor dari dalam diri Individu (Internal). Faktor yang berasal dari dalam

diri individu terdiri dari dua bagian penting yaitu faktor jasmaniah dan

faktor psikologis. Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis sangat

berpengaruh terhadap proses maupun prestasi belajar anak. Yang termasuk

faktor jasmani yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Sedangkan

faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu

tingkat inteligensi yang kurang, motivasi belajar yang rendah, serta minat

dan bakat yang disesuaikan dengan kematangan belajar siswa.

2. Faktor yang berasal dari luar (Eksternal). Keberhasilan belajar juga sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar diri siswa. Adapun faktor eksternal

yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi tiga bagian,

yaitu a) faktor keluarga; b) faktor sekolah; dan c) faktor masyarakat.

3. Faktor keluarga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar

siswa karena anak lebih banyak berinteraksi di dalam keluarga daripada

sekolah. Yang termasuk faktor keluarga dapat kita lihat dari cara orang tua

mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan

ekonomi keluarga
4. Faktor sekolah yang dapat mempengaruhi proses belajar anak, diantaranya

penggunaan kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, metode

pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa, dan hubungan antara

siswa dengan siswa.

5. Faktor masyarakat yang berpengaruh pada hasil belajar anak, jika siswa

berada pada lingkungan yang baik maka akan berpengaruh baik pula pada

kegiatan belajarnya. Sebaliknya jika siswa berada pada lingkungan yang

tidak baik akan menimbulkan kebiasaan yang tidak baik bagi anak.

D. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidayah

a. Hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) senantiasa berkenaan

dengan kemampuan manusia. Dalam pengertiannya, yaitu upaya sadar untuk

membina dan \mengembangkan kemampuan dasar manusia seoptimal

mungkin sesuai dengan kapasitasnya. Menurut Hatibe mengatakan bahwa

pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam pada dasarnya terjadi dalam situasi

alamiah, yaitu interaksi antara fenomena alam, dan interaksi manusia dengan

alam lingkungannya39.

Sebagaimana, Carin menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-

39
Hatibe Amiruddin, Metodologi Penelitian Pendidikan IPA (Yogyakarta: SUKA-Press UIN
Sunan Kalijaga, 2021), h.4.
hukum dan teori IPA. Jadi pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk

ilmiah dan tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai

macam fakta.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai pemupukan sikap ilmiah

dapat dipandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap dan pandangan

terhadap alam semesta, dari sudut pandang mitologis menjadi sudut pandang

ilmiah. Menurut Wynne Harlen aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan

pada anak usia Sekolah Dasar, yaitu: 1) sikap ingin tahu (curiousity); 2) sikap

ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality); 3) sikap kerja sama

(cooperation); 4) sikap tidak putus asa (perseverence); 5) sikap tidak

berprasangka; 6) sikap mawas diri self criticism); 7) sikap bertanggung jawab

(responsibility); 8) sikap berfikir bebas (independence in thinking); 9) sikap

kedisiplinan diri (self discipline)”40.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dipandang sebagai suatu proses dari

upaya untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan suatu tata

cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta berhubungan

dengan gejala yang satu dengan gejala yang lain sehingga keseluruhannya

membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang objek yang diamatinya.

Jadi pada hakikatnya dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) diperlukan jenis-jenis keterampilan dasar, seperti yang diutarakan oleh


40
Darmodjo, dkk. Pendidikan IPA 2. h. 7.
Hafid dan Asmah bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran IPA yaitu,

“mengamati, menggolongkan (mengklasifikasikan), menafsirkan atau

menginterpretasikan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan

mengkomunikasikan”41.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat pula dipandang sebagai “suatu

produk dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam”. Produk

ini berupa prinsip-prinsip teori-teori, hukum, konsep, maupun fakta-fakta

yang kesemuanya itu ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai gejala

alam42.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alambukan hanya hasil dari interaksi manusia dan

lingkungannyamelainkan merupakan suatu bentuk upaya yang membuat

berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir ilmiah yang

diperoleh dari proses ditandai dengan adanya produk berupa pengetahuan

baru yang ditunjukkan dengan perubahan sikap yang sesuai dengan sudut

pandang ilmiah.

b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidayah

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah diselenggarakan dengan tujuan

untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan

41
Hafid, dkk. Pendidikan IPA 1 (Bone: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Bone, 2012), h. 5.
42
Darmodjo, dkk. Pendidikan IPA 2. h. 5.
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam

masyarakat serta mempersiapkan peserta didik mengikuti jenjang pendidikan

selanjutnya. Rumusan ini sebagai tujuan Instruksional pendidikan, jadi guru

sebagai pendidik, tentunya perlu mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan

instruksional tersebut telah tercapai.

Tujuan yang diharapkan dari pembelajaran pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) yang direncanakan akan diberikan dengan baik dan

benar, sebagaimana Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Badan

Standar Pendidikan Nasional (BSNP), merumuskan bahwa mata pelajaran

IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.“1)

memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2)

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3)

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat; 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) meningkatkan

kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam; 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan

segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; serta 7) memperoleh


bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs”.

Pencapaian dan perumusan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kemampuan siswa

dengan berpedoman pada tujuan Instruksional pendidikan dan kurikulum

tingkat satuan pendidikan yang dibuat oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP).Tujuan pembelajaran IPA yang telah disusn oleh guru

akan ditandai berhasil tidaknya dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa

sesuai dengan standar ketuntasan belajar yang telah ditentukan.

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Harre “pendidikan IPA memuat dua hal penting, yaitu IPA

merupakan suatu kumpulan pengetahuan yaitu berupa teori-teori dan teori-

teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam”. Dari pendapa tersebut

teori-teori yang ada dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan menjadi

kajian ruang lingkup dalam bahan mata pelajaran IPA untuk SD/MI,adapun

ruang lingkup pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013 meliputi aspek-

aspek sebagai berikut:“1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu

manusia, hewan, tumbuhan dan interaksi dengan lingkungan serta kesehatan;

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3)

Energy dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,


cahaya dan pesawat sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah,

bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya”43.

Berdasarkan ruang lingkup tersebut dapat disimpulkan bahwa,

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar/MI mencakup pengetahuan tentang alam

semesta dengan segala isinya. Pengetahuan tersebut disesuaikan dengan

kajian yang telah dirumuskan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan

yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta menerapkannya di dalam kehidupan sehari-

hari.

d. Karakteristik IPA

Ilmu pengetahuan alam sebagai ilmu disiplin ilmu memiliki cirri-ciri

sebagaimana disiplin imu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri

umum, juga mempunyai cirri khusus/karakteristik. Adapun cirri umum dari

suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang

menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut

disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti

sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi44.

Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya

dengan bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan sebagai berikut

ini,

43
Darmodjo, dkk. Pendidikan IPA 2. h. 4.
44
Tim dosen, Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Ragam Model
Pembelajaran di Sekolah Dasar (Cet. I; Sumedang: Upi Sumedang Press, 2015), h. 2.
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat

dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah

dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemuannya.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-

gejala alam.

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan

cara yang khas atau khusus.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah k. Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian. Cet. I; Watampone: Lugman

Al-Hakim Pers, 2013.

Amiruddin, Hatibe. Metodologi Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: SUKA-

Press UIN Sunan Kalijaga, 2021.


Ashari, Zaini. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Menggunakan

Model Pembelajaran Tebak Kata pada Peserta Didik Kelas II SDN 3

Menteng. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, 2014.

Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya. Riset Keuangan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2005.

Darmodjo, dkk. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud, 1993.

Depdiknas, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran IPA

untuk Tingkat SD/MI”. Jakarta: Depdiknas, 2007.

Dilla, Raficho Ratna. “Pengaruh Model Pembelajaran Tebak Kata Terhadap Hasil

Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas III SD Negeri 7 Letta Kabupaten

Bantaeng”. Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar, 2018.

Dimyanti dan Mudjono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Dosen, Tim. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Ragam Model

Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cet. I; Sumedang: Upi Sumedang Press,

2015.

Fadilah, Dilla. “Pengaruh Metode Tebak Kata Terhadap Keterampilan Menulis Puisi

Siswa Kelas IV SDN Taman Cibodas Kota Tangerang, South Sumatera:

Prodi pendidikan Bahasa Indonesia”. STKIP PGRI Luubuklinggau,Vol. 2,

No. 1, 2019.
Fitriyeni dan Rissa. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan

Metode Permainan Tebak Kata pada Peserta Didik Kelas III SDN 6 Panarung

Palangkaraya. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah palangkaraya, 2014.

Hafid, dkk. Pendidikan IPA 1. Bone: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Bone, 2012.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.

Haryanti, Dwi dan Dhiarti Tejaningrum. Keaksaraan Awal Anak Usia Dini. Cet. I;

Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management, 2020.

Jaya, I Made Laut Mertha. Metode Penelitian Kuangtitatif dan Kualitatif : Teori,

Penerapan, dan Riset Nyata. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2020.

Kusnadi. Metode Pembelajaran Kolaboratif: Penggunaan Tools SPSS dan Video

Scribe. Cet. I; Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018.

Latifah, Sri. “Pengembangan Modul IPA Terpadu Terintegrasi Ayat-Ayat Al-Quran

pada Materi Air Sebagai Sumber Kehidupan, Vol. 7, No. 1, April 2016.

Mariyaningsih, Nining dan Mistina Hidayati, BUKAN KELAS BIASA: Teori dan

Praktik Berbagai Model dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi

Pembelajaran di Kelas-Kelas Inspiratif. Cet. I; Surakarta: Kekata

Publisher, 2018.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Cet. VII; Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003.
Pebriani, Mira dan Asih Rosnaningsih. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Tebak Kata Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Siswa

Kelas V SDN Pasar Kemis II Kabupaten Tangerang”. Universitas

Muhammadiyah Tangerang, Vol. 2, No. 2, juli 2018.

Pulukadang, Wiwy T. Buku Ajar Pembelajaran Terpadu. Gorontalo: Ideas

Publishing, 2021.

Semiawan, Conny R. Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik dan

Keunggulannya. t.c; Jakarta: Grasindo, 2003.

Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi

Aksara, 2012.

Sobry, Sutikno. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica, 2013.

Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2013.

Suprijono, Agus. Cooperatif Learning Teori Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2009.

Syamsiah, Nur dan Nelly Wedyawati, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tebak

Kata Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana

Kelas V”. STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, 2017.

Syamsu S. Strategi Pembelajaran Meningkatkan Kompetensi Guru. Makassar:

Aksara Timur, 2015.


Untari, Dhian Tyas. Metodologi Penelitian Kontenporer Bidang Ekonomi dan Bisnis.

Cet. I; Banyumas: Pena Persada, 2018.

Anda mungkin juga menyukai