Anda di halaman 1dari 30

EXTENDED ABSTRACT

DAMPAK BALAP LIAR TERHADAP TINGKAT PENYIMPANGAN SOSIAL


GENERASI MUDA DI KECAMATAN TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI
UTARA
Arta Eka Yuli Rajagukguk, Anastasya Sihol Harito Manalu, Cristanty Paulina Hutauruk
Pembimbing : H.Ambarita S. Pd
SMP Swasta Santa MariaTarutung, Tapanuli Utara-Sumatera Utara/Indonesia

1. PENDAHULUAN Tinjauan Pustaka (Literature


Menurut Kamus Besar Bahasa Review). Untuk memperoleh data
Indonesia (KBBI), ‘menyimpang’ dalam penelitian ini, penulis
memiliki beberapa arti, salah satunya menggunakan metode penelitian
menyeleweng (dari hukum, Kualitatif, dengan metode Studi
kebenaran, agama, dan sebagainya). Lapangan (field research).
Sedangkan kata 'sosial' memiliki arti
yaitu berkenaan dengan masyarakat. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sehingga arti dari penyimpangan Zaman sekarang, manusia
sosial secara umum adalah semua semakin memiliki kebebasan yang
tindakan yang menyimpang dari tidak bisa dibatasi oleh siapapun,
norma-norma yang berlaku di suatu sehingga sering terjadi
sistem sosial. penyimpangan-penyimpangan dalam
Hal demikian terjadi pula di setiap aspek kehidupan. Salah satu
Kabupaten Tapanuli Utara contoh nyata dari penyimpangan
Kecamatan Tarutung. Di wilayah ini, yang marak terjadi saat ini adalah
salah satu penyimpangan sosial yang balap liar. Pelaku utama dalam balap
marak terjadi adalah balap liar. liar ini adalah para generasi muda.
Kurangnya perhatian dari pemerintah Terjadinya penyimpangan
membuat balap liar semakin marak di sosial berupa balap liar, dapat
Tarutung dan memudahkan generasi ditimbulkan dari beberapa faktor,
muda untuk terjerumus ke dalamnya. diantaranya adalah faktor internal
1. METODE PENELITIAN yang muncul dari dalam diri
Sebelum melaksanaan seseorang. Seperti keinginan untuk
penelitian, penulis melakukan dipuji, generasi muda akan

1
menonjolkan kelebihan yang sosial berupa balap liar. Diantaranya
dimilikinya untuk ditunjukkan yaitu, arena balap atau lintasan balap
kepada publik. Namun, yang menjadi belum tersedia. Hal ini membuat para
permasalahannya adalah bagaimana pecinta otomotif di Tarutung memilih
cara mereka menunjukkannya. Tidak jalan raya sebagai alternatif.
jarang generasi muda menghalalkan Kurangnya perhatian, komunikasi
berbagai cara, bahkan tindakan- serta gagalnya seseorang dalam
tindakan yang bisa berakibat fatal, proses sosialisasi juga dapat menjadi
seperti balap liar ini. Selain itu, balap sarana generasi muda melakukan
liar juga dilakukan karena hasrat balap liar.
untuk memicu adrenalin. Sikap Banyak dijumpai anak muda
mental yang tidak sehat juga dapat yang masih bersekolah, dari SMP
menjadi faktor penyebab terjadinya sampai SMA yang melakukan
balap liar. kegiatan balapan liar sepeda motor.
Saat kami melakukan Kegiatan ini bisa dibilang sebagai
wawancara di Kepolisian Resort hobi oleh mereka, penuh tantangan
(POLRES) Tarutung, Bapak Ibda dan sportifitas yang mereka rasakan.
Harapan Sihombing, selaku Kepala Namun mereka tidak sadar mengenai
Sektor Binmas mengatakan bahwa dampak yang lebih besar bagi mereka
para pelaku tidak hanya satu dua kali dan bagi lingkungan sekitar mereka.
mengikuti aksi balap liar ini, bahkan Seperti kecelakaan pada saat balap
ada yang sampai lima kali keluar liar, kalah taruhan merupakan suatu
masuk kantor polisi hanya karena dampak negatif yang muncul dari
masalah balap liar. Balap liar yang balap liar ini. Bahkan banyak yang
terjadi di Kecamatan Tarutung ini bolos ataupun putus sekolah hanya
juga terjadi karena adanya motivasi karena penyimpangan ini. Bukan
untuk mendapatkan uang dengan cara hanya pelaku saja yang akan
‘taruhan’. Mereka akan membuat merasakan dampak negatif balap liar
ketentuan harga, membawa uang ini, tetapi masyarakat pun dapat
dengan jumlah yang sudah merasakannya juga. Balap liar
disepakati, dan melakukan taruhan. menyebabkan kenyamanan,
Kemudian, ada pula faktor ketentraman, dan kelancaran
eksternal yang menyebabkan generasi masyarakat dalam berkendara
muda melakukan penyimpangan terganggu.
2
Maka dari itu, untuk
menghindari serta menanggulangi
masalah balap liar ini, perlu diberikan
arahan dan binaan kepada para
remaja khususnya yang ikut serta
dalam aksi balap liar tersebut. Binaan
serta dukungan dari orang tua dan
guru memberikan pengaruh terhadap
diri anak muda. Penyuluhan dari
pihak Kepolisian juga bisa menjadi
salah satu upaya penanggulangan
penyimpangan sosial balap liar.
Tetapi dari itu semua, kesadaran dan
sikap mental diri sendirilah yang
akan mengubah perilaku seseorang
menjadi lebih baik.
3. KESIMPULAN
Terjadinya balap liar di Tarutung
disebabkan oleh beberapa faktor yang
dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor
internal dari terjadinya balap liar di
Tarutung adalah dari diri si pelaku, yaitu
keinginan untuk dipuji, kesenangan dan

3
memacu arenalin, sikap mental yang tidak 7. https://www.gurupendidikan.co.id/10-
sehat, dan ingin berpenghasilan dengan cara pengertian-pranata-sosial-dan-sosial/
yang salah. Faktor eksternal terjadinya balap 8. http://www.portal-statistik.com/2014/02/
liar di Tarutung adalah dari kondisi teknik-pengambilan-sampel-dengan-
lingkungan, seperti tidak tersedianya fasilitas metode.html?
Sirkuit atau Lintasan Balap, keluarga dan
showComment=1532663372949
lingkungan, serta gagalnya dalam proses
9. http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/
sosialisasi.
materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-
Balap Liar ini memberikan dampak
penelitian-kualitatif.html
buruk bagi generasi muda dalam sistem
Kata kunci :
sosial terutama proses sosialisasi. Sehingga
Penyimpangan, Generasi muda, Sosial,
harus ada usaha untuk menanggulangi
Sosialisasi, Balap Liar, Tarutung.
deviasi tersebut. Penanggulangan dari
penyimpangan sosial ini bisa berupa binaan,
arahan, dan motivasi dari orang terdekat,
seperti orang tua dan saudara, juga binaan
dari para guru sangat berdampak bagi
kesadaran anak muda yang mengikuti aksi
balap liar.
4. REFERENSI
1. Sundawa Dadang dkk. 2004. Pengetahuan
Sosial, Konsep Karya Imiah. Jakarta:
Departemen Penddikan Nasional
2. Feryanto Agung dkk. 2010. Buku Panduan
Pendidik IPS Terpdu untuk SMP/MTS.
Surabaya: JePe Press Media Utama
3. Sudarmi Sri dan Wahyuno. 2008. Galeri
Pengetahuan Sosial Terpadu. Jakarta:
Departemen Penddikan Nasional
4. https://kbbi.web.id/balap
5. https://kbbi.web.id/liar
6. https://www.gurupendidikan.co.id/
penyimpangan-sosial/

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas penyertan – Nya, penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini dengan segala
kekurangan dan kesederhanaannya dengan tepat dan sesuai ketentuan.

Karya tulis ilmiah ini disusun atas partisipasi penulis untuk mengikuti Lomba Riset
Sosial yang diselenggarakan oleh SMA Unggul Del Laguboti. Dalam penulisan
penelitian ini penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, masukan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengungkapkan rasa terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah – Nya penulis diberikan
kesabaran dan bimbingan untuk menyelesaikan penelitian ini.
2. Kepala sekolah SMP Swasta Santa Maria Tarutung, ibu Ir. Risda
Turnip,S.Pd yang telah memberi dukungan dan izin atas penulisan
penelitian ini.
3. Ibu H. Ambarita, S.Pd, Ibu V. Parhusip, S.Pd, dan Ibu T. Peranginangin,
S.Kom yang telah memberikan banyak bantuan, masukan, dan bimbingan
untuk menyelesaikan penelitian ini.
4. Abang Sandy Yudha Pratama Hulu yang telah membantu dan memberi
pedoman untuk menyelesaikan penelitian ini.
5. Polres (Kepolisian Resort) kecamatan Tarutung, khususnya kepada
kepolisian bagian BINMAS.yang memberi banyak aspirasi, informasi, dan
kesediaan atas waktunya untuk menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis memohon maaf atas adanya kesalahan dan kekurangan di sana sini. Dan
kiranya para pembaca sekalian dapat memberi kritik dan saran guna meninjau dan
memperbaiki ke arah yang lebih baik. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Tarutung, 24 Agustus 2019
Penulis

(Arta, Anastasya, Cristanty)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1


masalah ...............................................................................................

1.2 Identifikasi 1
masalah ....................................................................................................

1.3 Batasan 2
masalah ..........................................................................................................

1.4 Rumusan 2
Masalah .......................................................................................................

1.5 Tujuan 2
Penelitian ........................................................................................................

1.6 Manfaat 2
Penelitian ......................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Landasan 3
Teori ............................................................................................................

2.1.1 Penyimpangan 3
Sosial ......................................................................................

2.1.1.1 Pengertian Penyimpangan 3

ii
Sosial ..........................................................

2.1.1.2 Bentuk Bentuk Penyimpangan 3


Sosial ...................................................

2.1.1.3 Faktor Faktor Penyebab Penyimpangan 4


Sosial ....................................

2.1.2 Balap 5
Liar .......................................................................................................

2.1.2.1 Pengertian Balap 5


Liar ...........................................................................

2.1.2.2 Sejarah Balap 5


Liar ................................................................................

2.1.3 Pranata 5
Sosial ..................................................................................................

2.1.3.1 Pengertian Pranata 5


Sosial .....................................................................

2.1.3.2 Fungsi Pranata 5


Sosial ............................................................................

2.1.4 Undang Undang yang berkaitan dengan Balap 6


Liar .......................................

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 7

3.1 Metode Penelitian 7


Kualitatif .......................................................................................

3.1.1 Tinjauan 7
Pustaka .............................................................................................

iii
3.1.2 Studi 7
Lapangan ..............................................................................................

3.2 Lokasi dan Waktu 7


Penelitian ......................................................................................

3.2.1 Lokasi 7
Penelitian ............................................................................................

3.2.2 Waktu 8
Penelitian..............................................................................................

3.3 Subjek 8
Penelitian .........................................................................................................

3.4 Teknik Pengambilan 8


Sampel .......................................................................................

3.5 Metode Pengumpulan 8


Data .........................................................................................

3.5.1 8
Wawancara .....................................................................................................

3.6 Instrumen Pengumpulan 8


Data .....................................................................................

3.6.1 Pedoman 8
Wawancara ......................................................................................

3.7 Uji 8
Keabsahan .............................................................................................................

3.8 Metode Analisis 9


Data ..................................................................................................

3.8.1 Reduksi 9
data ....................................................................................................

3.8.2 Penyajian 9

iv
data .................................................................................................

3.8.3 Penarikan 9
Kesimpulan ....................................................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 10

4.1 Faktor Terjadinya Balap Liar di 10


Tarutung ..................................................................

4.2 Dampak Negatif dari Balap Liar bagi Pelaku dan Masyarakat di Kecamatan 12
Tarutung, Kabupaten Tapanuli
Utara ................................................................................

4.3 Upaya Penanggulangan Terjadinya Balap Liar di 14


Tarutung .......................................

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 15

5.1 15
Kesimpulan ...............................................................................................................
..

5.2 Saran 15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
3.1 Lokasi Penelitian

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah


Dewasa ini, kehidupan dalam bermasyarakat, terutama generasi muda di
Indonesia, secara garis besar sudah sangat disayangkan. Akhir-akhir ini marak
sekali berita-berita mengenai penyimpangan sosial di negara kita, khususnya pada
kaum remaja, mulai dari menyontek, bolos sekolah, pencurian, narkoba, balap liar,
pembullyan, hingga pembunuhan. Itu semua terjadi akibat adanya penyimpangan
dalam suatu hubungan sosial di dalam masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘menyimpang’ memiliki
beberapa arti, salah satunya menyeleweng (dari hukum, kebenaran, agama, dan
sebagainya). Sedangkan kata 'sosial' memiliki arti yaitu berkenaan dengan
masyarakat. Sehingga arti dari penyimpangan sosial secara umum adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di suatu sistem sosial.
Hal demikian terjadi pula di Kabupaten Tapanuli Utara Kecamatan Tarutung.
Di wilayah ini, salah satu penyimpangan sosial yang marak terjadi adalah balap liar.
Tidak bisa dipungkiri, kegiatan balap liar ini sudah menjadi hal yang tak asing lagi
di dengar masyarakat Tarutung, dan biasanya pelaku utama dari kegiatan balap liar
ini adalah generasi muda. Dampak dari kegiatan tersebut tentu akan mempengaruhi
sistem sosial pelaku.
Oleh karna itu, hal-hal inilah yang melatarbelakangi penulis melakukan riset
yang berjudul “DAMPAK BALAP LIAR TERHADAP TINGKAT
PENYIMPANGAN SOSIAL GENERASI MUDA DI KECAMATAN
TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA.”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi antara lain :
1. Untuk mengidentifikasi faktor terjadinya balap liar di Tarutung.
2. Untuk mengidentifikasi dampak negatif dari balap liar bagi pelaku dan
masyarakat di kecamatan Tarutung kabupaten Tapanuli Utara.
3. Untuk mengidentifikasi upaya penanggulangan terjadinya balap liar di Tarutung

1
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah akan dibatasi pada :
1. Faktor terjadinya balap liar di Tarutung.
2. Bagaimana dampak negatif bagi pelaku dan masyarakat Tarutung.
3. Bagaimana upaya penanggulangan terjadinya balap liar di tarutung.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah yang tercantum diatas, adapun rumusan masalah
dalam penelitian penulis adalah:
1. Apa saja faktor yang mendasari terjadinya balap liar di Tarutung?
2. Bagaimana dampak negatif bagi pelaku dan masyarakat Tarutung?
3. Bagaimana upaya penanggulangan terjadinya balap liar di tarutung?

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui faktor terjadinya balap liar di Tarutung.
2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan terjadinya balap liar di tarutung
3. Untuk mengetahui dampak negatif bagi pelaku dan masyarakat di Tarutung.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penulis melakukan penelitian ini antara lain:
1. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai dampak balap
liar di Tarutung.
2. Menjadi suatu referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Penyimpangan Sosial

2.1.1.1 Pengertian Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial atau yang biasa dikenal dengan perilaku


menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan atau kepatuhan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan
secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada
makhluk sosial. Dalam bahasa Inggris, penyimpangan sosial adalah
social deviation. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perilaku
menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan
seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma dan
hukum yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Pengertian dari penyimpangan sosial menurut beberapa ahli di


antaranya:

1. Robert. M. Z. Lawang; Penyimpangan sosial adalah semua tindakan


yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
2. Paul B. Horton; penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang
dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok
atau masyarakat.
3. James Vander Zenden; perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
4. Bruce J. Cohen; Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang
tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak
masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

2.1.1.2 Bentuk-bentuk Penyimpangan Sosial

Berdasarkan sifatnya, Penyimpangan Sosial terbagi menjadi dua


bagian, diantaranya:

1. Penyimpangan Primer
merupakan penyimpangan sosial yang bersifat sementara dan
biasanya tidak diulangi lagi. Penyimpangan ini masih dapat ditolerir
oleh masyarakat. Seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah
adalah salah satu contoh perilaku penyimpangan sosial Primer.
3
2. Penyimpangan Sekunder
Merupakan penyimpangan sosial yang nyata dan dilakukan secara
berulang-ulang bahkan menjadi kebiasaan. Penyimpangan ini
biasanya tidak dapat ditolerir atau dimaklumi oleh masyarakat.
Tindak kriminal dan seksualitas merupakan salah satu contoh
tindakan penyimpangan sosial sekunder.

Berdasarkan jumlah pelakunya, penyimpangan sosial terbagi


menjadi dua bagian, diantaranya:
1. Penyimpangan Individu
penyimpangan yang dilakukan seorang diri yang berlawanan
dengan Norma. Contohnya: kegiatan mencuri yang dilakukan
seorang diri.
2. Penyimpangan Kelompok
penyimpangan yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki
aturan tersendiri yang bertentangan dengan norma yang berlaku
dalam
masyarakat.
Contohnya: kelompok pengedar narkotika.

2.1.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Sosial


a. Lingkungan Pergaulan
Dalam lingkungan pergaulan, seseorang akan mengamati dan
menghayati lingkungan kelompoknya dan perlahan-lahan
mensosialisasi sesuatu yang menjadi nilai dan norma yang dianut
oleh kelompok tersebut.

b. Keluarga yang Broken Home


Retaknya hubungan keluarga menyebabkan anggota keluarga
mencari kesenangan di luar rumah karena kebutuhan baik jasmani
maupun rohaninya tidak bisa terpenuhi dalam keluarga. Misalnya
kenakalan remaja yang disebabkan rumah tangga orangtua yang
tidak harmonis.

c. Gangguan Jiwa atau Mental


Orang yang terganggu mentalnya tidak mampu lagi memahami
nilai dan norma yang berlaku sehingga setiap perilaku yang
dilakukan berupa penyimpangan.

d. Pengaruh Media Massa


Keberadaan media massa dapat pula menyebabkan seseorang
melakukan penyimpangan. Sebagaimana pendapat Sudjito
Sastrodiharjo, jika seseorang menonton film tentang kekerasan,

4
setelah selesai menonton film dia akan bersikap seperti pelaku dalam
film tersebut.
e. Pelampiasan rasa Kecewa
Seseorang yang mengalami kekecewaan sering melampiaskan
kekecewaannya dengan melakukan hal-hal yang menyimpang,
misalnya melampiaskan ke narkoba, berjudi, balap liar, dan
sebagainya.

2.1.2 Balap Liar


2.1.2.1 Pengertian Balap Liar
Balap liar terdiri dari dua kata, yaitu 'balap' yang memiliki
makna lomba/adu kecepatan, dan kata ‘liar’ yang berarti tidak resmi
ditunjuk atau diakui oleh yang berwenang; tanpa izin resmi dari yang
berwenang. Sehingga pengertian dari balap liar adalah suatu kegiatan
atau ajang adu kecepatan kendaraan baik sepeda motor maupun mobil
yang dilakukan di lintasan umum tanpa izin dari pihak yang
berwenang.

2.1.2.2 Sejarah Balap Liar

Balap liar bermula pada saat bangsa Romawi Kuno yang terpaksa
menggunakan lintasan umum sebagai arena pertandingan balap kuda.
Hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan penggunaan area yang
hanya diperuntukkan bagi para bangsawan dan peserta pertandingan.
Seiring berkembangnya zaman, balap lliar kereta kuda bertransformasi
menjadi balap liar mobil maupun sepeda motor. Balap liar pun
semakin merajalela di seluruh dunia, khususnya di Indonesia.

2.1.3 Pranata Sosial


2.1.3.1 Pengertian Pranata Sosial
Secara umum 'pranata' adalah norma atau aturan mengenai suatu
aktivitas masyarakat yang khusus.
Para Sosiolog juga mengemukakan gagasan mereka mengenai
pranata sosial, diantaranya:
1. Koentjaraningrat; menyatakan bahwa pranata Sosial adalah suatu
sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-
aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus
dalam kehidupan masyarakat.
2. Soerjono soekamto; pranata sosial ialah himpunan dari norma dan
perilaku dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok di dalam kehidupan bermasyarakat.

5
3. Horton and Hunt; pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk
mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat
dipandang penting.
2.1.3.2 Fungsi Pranata Sosial
Secara umum pranata sosial memiliki fungsibagi kehidupan sosial
masyarakat, yaitu:
a. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap
dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang
menyangkut kebutuhan pokok.
b. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan.
c. Memberi pegangan kepada anggota masyarakay untuk mengadakan
pengawasan terhadap tingkah laku para anggotanya (sosial control).

Selain fungsi umum tersebut, pranata sosial memiliki dua fungsi


besar, yaitu:
a. Fungsi manifes, adalah fungsi pranata sosial yang nyata, tampak,
disasari, dan menjadi harapan sebagian besar anggota masyarakat.
Misalnya, dalam pranata keluarga mempunyai fungsi reproduksi
yaitu mengatur hubungan seksual untuk dapat melahirkan
keturunan.
b. Fungsi laten, adalah fungsi pranata sosial yang tidak tampak,
tidak disadari,dan tidak diharapkan orang banyak, tetapi ada.
Misalnya dalam pranata keluarga mempunyai fungsi laten dalam
pewarisan gelar atau sebagai pengendali sosial dari perilaku
menyimpang.

2.1.4 Undang – Undang yang Berkaitan dengan Balap Liar


1. Larangan balapan di jalan raya
Pasal 115 UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan mengatur sebagai berikut:
Pengemudi kendaraan bermotor di jalan dilarang:
a. Mengemudikan Kendaraan melebihi batas kecepatan paling tinggi
yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;
dan/atau
b. Berbalapan dengan Kendaraan Bermotor lain.

Pengendara kendaraan bermotor yang berbalapan di jalan


dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda
paling banyak Rp3.000.000,- (tiga juta rupiah)

2. Suara Mengganggu Pada Malam Hari


Jika balapan liar tersebut menimbulkan kegaduhan, maka dapat
juga dijerat dengan pidana berdasarkan Pasal 503 angka 1 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) berbunyi: 

6
a. “Dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga hari atau denda
sebanyak-banyaknya Rp.225.000,- (dua ratus dua puluh lima ribu
rupiah) barangsiapa membuat riuh atau ingar, sehingga pada malam
hari waktunya orang tidur dapat terganggu.”

7
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Kualitatif

Dalam suatu penelitian, diperlukan adanya suatu metode untuk mempermudah


klasifikasi data dan arah penelitian. Dalam melakukan penelitian, terdapat dua jenis
metode yang dapat digunakan. Jenis metode yang pertama yaitu Metode Penelitian
Kualitatif, dimana metode ini menggunakan landasan teori sebagai panduan untuk
memfokuskan penelitian serta menonjolkan proses dan makna yang terdapat dalam
fenomena tersebut. Metode yang kedua adalah metode penelitian kuantitatif,
dimana penelitian ini menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

3.1.1 Tinjauan Pustaka (Literature Review)

Tinjauan Pustaka atau literature review adalah uraian tentang


teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari
bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian untuk
menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah
yang ingin diteliti.

3.1.2 Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan penelitian kualitatif dimana peneliti


mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala
sosial kecil dan mengamati sistem sosial setempat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Dampak Balap Liar terhadap Tingkat


Penyimpangan Sosial Generasi Muda di Kecamatan Tarutung
Kabupaten Tapanuli Utara” dilaksanakan di Kecamatan Tarutung,
Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Tarutung dipilih sebagai
objek penelitian karena banyaknya kawula muda yang terlibat dalam
balap liar sebagai salah satu fenomena yang terjadi dalam
penyimpangan sosial.

8
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 - 16 Agustus 2019.

3.3 Subjek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah sejumlah masyarakat di Kelurahan Partali Julu dan Kelurahan Partali Toruan
di Kecamatan Tarutung.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah teknik pengambilan data yang diambil secara kesatuan
atau keseluruhan untuk mendapatkan gambaran mengenai hal tersebut. Peneliti
melakukan tanya jawab kepada narasumber untuk mendapatkan informasi tentang
objek yang diperlukan peneliti. Sampel diambil berdasarkan validitas data yang
diberikan oleh narasumber. Oleh karena itu, teknik pengambilan sampel yang
digunakan oleh peneliti adalah cluster random sampling atau pengambilan sampel
acak berdasar area.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan data yang dikumpulkan, peneliti menggunakan data primer yaitu


sumber data penelitian diperoleh secara langsung dari sumber aslinya dalam berupa
wawancara. Pengambilan data primer melibatkan kontak atau komunikasi langsung
antara peneliti dengan narasumbernya.

3.5.1 Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan


komunikasi, yaitu melalui hubungan pribadi antara peneliti dengan

9
sumber data. Wawancara dilakukan karena dirasa penting untuk
mengetahui kondisi dan pengaruh balap liar bagi masyarakat dan
pelaku, sehingga informasi yang tidak didapatkan melalui
pengamatan atau alat lain, akan diperoleh melalui wawancara.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, namun
karena fokus penelitian sudah jelas yaitu “Dampak Balap Liar terhadap Tingkat
Penyimpangan Sosial Generasi Muda di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli
Utara”, maka dibutuhkan instrumen pembantu lain untuk mempermudah proses
pengumpulan data, yaitu:

3.6.1 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara (inteview guide) adalah rancangan yang


disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang belum
dapat diketahui atau kurang jelas saat observasi. Sebelum melakukan
wawancara perlu dilakukan penyusunan daftar pertanyaan agar
wawancara lebih sistematis dan terarah.

3.7 Uji Keabsahan

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan, peneliti perlu


melakukan uji keabsahan data. Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan
apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah
sekaligus untuk menguji data yang diperoleh.

Teknik-teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini
adalah:

a. Ketekunan dan keajegan pengamatan


Meningkatkan ketekunan dalam wawancara dan observasi maka data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan data lain di luar data tersebut sebagai pembanding terhadap
data tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 3 triangulasi, yaitu:

 Triangulasi Sumber Data

10
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
 Triangulasi Metode
Membandingkan suatu data yang diperoleh dengan data lain
yang didapat dengan cara yang berbeda, namun memiliki
permasalahan yang sama.
 Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai perspektif untuk menafsirkan suatu data.
Penggunaan beragam teori dapat membantu memberikan
pemahaman yang lebih baik saat memahami data.

3.8 Metode Analisis Data


Analisis data merupakan langkah yang terpenting untuk memperoleh temuan-
temuan hasil penelitian. Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan
bermanfaat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode analisis kualitatif yaitu metode yang bertujuan untuk
memberikan gambaran menyeluruh mengenai subjek yang diteliti dan tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis.

3.8.1 Reduksi Data (Data Reduction)


Reduksi data dilakukan untuk merangkum data yang diperoleh. Jika
informasi yang diperoleh terlalu luas, maka dilakukanlah reduksi data untuk
mendapatkan intisari dari informasi yang diperoleh dari narasumber.

3.8.2 Penyajian Data (Data Display)


Setelah mereduksi data, perlu dilakukan penyajian data agar data yang
diperoleh dapat diutarakan dalam suatu bentuk narasi dan dapat dipahami
oleh khalayak umum.

3.8.3 Penarikan Kesimpulan (Verification)


Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data selanjutnya.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor Terjadinya Balap Liar di Tarutung

Di era globalisasi ini, manusia semakin memiliki kebebasan yang tidak bisa
dibatasi oleh siapapun, sehingga sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
setiap aspek kehidupan. Salah satu contoh nyata dari penyimpangan yang marak
terjadi saat ini adalah balap liar. Pelaku utama dalam balap liar ini adalah para
generasi muda. Terjadinya balap liar ini disertakan dengan beberapa faktor. Adapun
faktor terjadinya balap liar ini adalah:

a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang
dan mempengaruhinya untuk melakukan suatu hal yang baik maupun buruk.
Berikut adalah faktor internal yang menyebabkan generasi muda terjerumus ke
dalam kegiatan balap liar:
 Keinginan Untuk Dipuji
Generasi milenial cenderung ingin menonjolkan kelebihan yang
mereka punya kepada publik, baik itu dari segi penampilan, materi,
maupun bakat. Namun, yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana cara mereka menunjukkannya. Tidak jarang generasi
muda menghalalkan berbagai cara, bahkan tindakan-tindakan yang
bisa berakibat fatal, seperti balap liar ini. Resiko dari kegiatan ini
tentu saja besar, namun banyak dari generasi muda rela
melakukannya demi mendapatkan eksistensi lebih.

 Kesenangan dan Memacu Adrenalin


Ketika pelaku melakukan balap liar, pada saat itulah timbul rasa
senang dan adrenalin yang terus dipacu, yang membuat mereka
semakin memperlaju kecepatan kendaraan yang mereka gunakan.

12
 Sikap Mental yang Tidak Sehat
Sikap mental yang tidak sehat juga dapat mempengaruhi
seseorang untuk melakukan deviasi. Saat sikap mental ataupun pola
pikir si pelaku tidak sehat, maka ia tidak akan pernah merasa
bersalah atas apa yang dia lakukan dan tidak akan ada perubahan
dalam dirinya. Saat kami melakukan wawancara di Kepolisian
Resort (POLRES) Tarutung, Bapak Ibda Harapan Sihombing, selaku
Kepala Sektor Binmas mengatakan bahwa para pelaku tidak hanya
satu dua kali mengikuti aksi balap liar ini, ada yang sampai lima kali
dibawa ke kantor polisi karena kedapatan melakukan balap liar lagi.
Kedua orangtua pelaku pun sampai lima kali keluar masuk kantor
polisi akibat ulah si anak. Rusaknya sikap mental generasi muda
dewasa ini, juga memicu terjadinya penyimpangan sosial ini.

 Ingin Berpenghasilan Dengan Cara yang Salah


Balap liar yang terjadi di Kecamatan Tarutung dengan tokoh
utama para generasi muda cenderung memiliki motivasi untuk
mendapatkan uang dengan cara ‘taruhan’. Mereka akan membuat
ketentuan harga, membawa uang dengan jumlah yang sudah
disepakati, dan melakukan taruhan. Harga taruhan balap liar di
Tarutung ini beragam. Berdasarkan informasi yang didapat, taruhan
ini berkisar pada Rp 200.000,- (Dua Ratus Ribu Rupiah) sampai Rp.
2.000.00,- (Dua Juta Rupiah).
b. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang,
dimana faktor ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan orang orang
terdekat. Berikut adalah faktor Eksternal yang menyebabkan generasi muda
terjerumus ke dalam kegiatan balap liar:
 Tidak Tersedianya Fasilitas Sirkuit atau Lintasan Balap
Di Kecamatan Tarutung, arena balap atau lintasan balap belum
tersedia. Hal ini membuat para pecinta otomotif di Tarutung memilih
jalan raya sebagai alternatif lintasan dan tentu saja hal ini tidak
mendapatkan izin dari pihak yang berwenang.

13
 Keluarga dan Lingkungan
Kurangnya perhatian, komunikasi, dan binaan dari orang tua
membuat anak lebih memilih mencari kesenangan dan motivasi dari
lingkungan sekitar. Parahnya lagi, jika motivasi yang didapat
merupakan motivasi yang salah, hal itu akan berpotensi untuk
menjerumuskan si anak menjadi seorang ‘deviasi’.
 Gagal Dalam Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi dikatakan tidak berhasil apabila seseorang
tersebut tidak mampu mendalami norma-norma masyarakat. Para
pelaku balap liar adalah salah satu contoh kelompok yang gagal
dalam proses sosialisasi.

4.2 Dampak Negatif dari Balap Liar Bagi Pelaku dan Masyarakat
Di kecamatan Tarutung kabupaten Tapanuli Utara

Banyak dijumpai anak muda yang masih bersekolah, dari SMP sampai SMA
yang melakukan kegiatan balapan liar sepeda motor. Kegiatan ini bisa dibilang
sebagai hobi oleh mereka, penuh tantangan dan sportifitas yang mereka rasakan.
Namun mereka tidak sadar mengenai dampak yang lebih besar bagi mereka dan
bagi lingkungan sekitar mereka. Dampak negatif yang muncul akibat balap liar ini
adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pelaku
- Terjadinya kecelakaan yang berpotensi untuk kehilangan nyawa.
- Rugi secara materi, karena jika pelaku yang satu kalah bersaing dengan
pelaku lain, maka dia harus membayar harga yang sudah disepakati, dan
tentu saja dalam jumlah yang besar.
- Sosialisasi mereka akan terganggu, karena biasanya para pelaku balap liar
ini mengarah kepada remaja yang nakal dan tidak disiplin, maka sosialisasi
mereka cenderung kepada teman sepergaulan mereka.
- Pendidikan mereka akan terganggu. Menurut informasi yang kami dapat
dari pihak kepolisian Tarutung, para pelaku balap liar ini berada pada
rentang usia 15-20 tahun. Itu berarti pelaku masih berada pada masa SMA

14
dan Masa Perkuliahan yang seharusnya mereka emban. Namun, akibat
penyimpangan inilah membuat mereka ada yang bolos dari sekolah dan ada
juga yang sampai putus sekolah.

b. Bagi Masyarakat
- mengganggu kelancaran jalan raya. Balap liar di Tarutung memiliki rute-
rute khusus sebagai arena balap mereka, seperti di jalan Siarangarang,
jalan Tarutung Kota (depan Sopo Partungkoan), dan jalan Sipoholon. Di
Jalan siarangarang dan jalan Sipoholon sering dilakukan aksi balap liar
pukul 3 sore. Hal ini dapat mengganggu kelancaran masyarakat dalam
berlalu lintas.
- Mengganggu Ketentraman masyarakat sekitar akibat suara knalpot.
Sepeda motor yang digunakan oleh para pelaku balap liar pasti sudah
mengalami modifikasi, salah satunya adalah bagian knalpot. Istilah knalpot
yang mereka gunakan sering disebut ‘knalpot blong’ karena suara yang
dihasilkan nyaring dan keras. Inilah salah satu alasan yang menjadi
dampak buruk bagi masyarakat.

4.3 Upaya Penanggulangan Terjadinya Balap Liar di Tarutung


Penyebab pelajar bergabung dengan geng motor untuk mengikuti balapan liar
diantaranya yakni tidak adanya kesempatan dalam menyalurkan minat, kurangnya
komunikasi dengan orangtua, serta proses sosialisasi yang menyimpang. Dari
faktor-faktor tersebut, dapat kita tarik kesimpulan mengenai upaya penanggulangan
dari aksi balap liar tersebut, yaitu memberikan arahan dan binaan kepada para
remaja khususnya yang ikut serta dalam aksi balap liar tersebut. Binaan serta
dukungan dari orang tua dan guru memberikan pengaruh terhadap diri anak muda,
khususnya binaan mengenai dampak-dampak yang akan terjadi apabila terjerumus
dalam aksi balap liar. Penyuluhan dari pihak Kepolisian juga bisa menjadi salah
satu upaya penanggulangan penyimpangan sosial balap liar. Tetapi dari itu semua,
kesadaran dan sikap mental diri sendirilah yang akan mengubah perilaku seseorang
menjadi lebih baik.

15
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1) Terjadinya balap liar di Tarutung disebabkan oleh beberapa faktor yang
dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu, sedangkan Faktor Eksternal merupakan faktor yang
berasal dari luar diri seseorang, dimana faktor ini dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar dan orang orang terdekat.
2) Faktor internal dari terjadinya balap liar di Tarutung adalah dari diri si
pelaku, yaitu keinginan untuk dipuji, kesenangan dan memacu arenalin,
sikap mental yang tidak sehat, dan ingin berpenghasilan dengan cara yang
salah. Faktor eksternal terjadinya balap liar di Tarutung adalah dari kondisi
lingkungan, seperti tidak tersedianya fasilitas Sirkuit atau Lintasan Balap,
keluarga dan lingkungan, serta gagalnya dalam proses sosialisasi.
3) Dampak buruk yang terjadi akibat maraknya aksi balap liar di Tarutung
adalah kecelakaan yang berpotensi untuk kehilangan nyawa, rugi secara
materi, Sosialisasi mereka terganggu, Pendidikan juga akan terganggu,
mengganggu kelancaran jalan raya, Mengganggu Ketentraman masyarakat
sekitar akibat suara knalpot.
4) Balap Liar ini memberikan dampak buruk bagi generasi muda dalam sistem
sosial terutama proses sosialisasi. Sehingga harus ada usaha untuk
menanggulangi deviasi tersebut. Penanggulangan dari penyimpangan sosial
ini bisa berupa binaan, arahan, dan motivasi dari orang terdekat, seperti
orang tua dan saudara, juga binaan dari para guru sangat berdampak bagi
kesadaran anak muda yang mengikuti aksi balap liar. Penyuluhan yang
dilakukan oleh pihak kepolisian ke sekolah-sekolah terutama tingkat SMP
dan SMA akan membantu anak muda untuk membuka pikiran dan wawasan
dalam memahami dampak dari balap liar tersebut. Tetapi daripada itu semua,

16
kesadaran dari diri sendiri dan keinginan untuk berubah itulah yang menjadi
dasar dalam penanggulangan balap liar ini. Rasa bersalah dan menyesal
dalam diri seorang pelaku pasti akan mengubah sikap mental dan perilaku
dalam dirinya.

5.2 Saran
1) Diharapkan pelaku balap liar agar segera meyadari akan bahayanya balap liar
yang mengancam nyawanya dan segera bertobat untuk berubah menuju ke
arah yang lebih baik untuk menggapai masa depannya.
2) Diharapkan kepada orang tua dari generasi muda agar selalu membimbing
dan membantu anaknya agar senantiasa menjauhi yang Namanya
penyimpangan sosial dan kepada orangtua pelaku balap liar agar segera
membimbing dan menyadarkan anaknya serta menjauhkan anak tersebut
dari penyimpangan sosial yang lain yang mungkin terjadi.
3) Diharapkan kepada masyarakat sekitar yang mengalami pengaruh buruk
balap liar tersebut agar selalu sabar dan mendukung tugas kepolisian dalam
meringkus tindakan kriminal ini.
4) Diharapkan kepada pihak yang berwajib agar tetap menindaklanjuti balap liar
ini dengan mengupayakan keamanan dan kenyamanan masyarakat.
5) Diharapan kepada para pembaca untuk menjauhi penyimpangan sosial dari
segi manapun yang dapat merugikan orang lain dan merusak masa depan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sundawa Dadang dkk. 2004. Pengetahuan Sosial, Konsep Karya Imiah. Jakarta:
Departemen Penddikan Nasional
Feryanto Agung dkk. 2010. Buku Panduan Pendidik IPS Terpdu untuk SMP/MTS.
Surabaya: JePe Press Media Utama
Sudarmi Sri dan Wahyuno. 2008. Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu. Jakarta:
Departemen Penddikan Nasional

Referensi Internet:
https://kbbi.web.id/balap
https://kbbi.web.id/liar
https://www.gurupendidikan.co.id/penyimpangan-sosial/
https://www.gurupendidikan.co.id/10-pengertian-pranata-sosial-dan-sosial/
http://www.portal-statistik.com/2014/02/teknik-pengambilan-sampel-dengan-metode.html?
showComment=1532663372949
http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitian-
kualitatif.html

18
Lampiran 1
PETA LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara

19
Lampiran 2
DAFTAR PERTANYAAN

 Pertanyaan Umum
1. Siapa nama bapak/ibu/saudara?
2. Berapa umur bapak/ibu/saudara?
3. Berapa lama tinggal di Tarutung?
 Untuk Instansi Kepolisian
1. Pernah atau tidak pernahkah terjadi balap liar di Tarutung?
2. Seberapa sering terjadi balap liar di Tarutung?
3. Di daerah manakah sering terjadi balap liar?
4. Apa sanksi yang diberikan oleh pihak kepolisian kepada para pelaku?
5. Apakah ada tindak kriminal lain yang terjadi selama balap liar
berlangsung?
6. Apa tanggapan bapak terhadap balap liar ini?

 Untuk Masyarakat
1. Pernah atau tidak pernahkah terjadi balap liar di Tarutung?
2. Pernah atau tidak pernahkah bapak/ibu/saudara terlibat dalam balap liar?
3. Seberapa sering terjadi balap liar di tarutung?
4. Apakah ada kerabat/kenalan bapak/ibu/saudara yang ikut dalam balap
liar?
5. Apa keluhan bapak/ibu/saudara terhadap balap liar tersebut?
6. Bagaimna pengaruh balap liar kepada bapak/ibu/saudara?

 Untuk yang Terlibat


1. Seberapa sering anda mengikuti balap liar?
2. Di daerah mana saja sering terjadi balap liar?
3. Kapan balap liar biasanya dilakukan?
4. Apa motivasi anda melakukan balap liar tersebut?
5. Siapa saja yang terlibat dalam balap liar tersebut?
6. Menurut anda apa pengaruh balap liar tersebut kepada diri anda sendiri?

20
7. Menurut anda apa pengaruh balap liar tersebut kepada masyarakat
sekitar?

Lampiran 3
DOKUMENTASI PENELITIAN

Penulis mewawancarai ketua polisi bagian BINMAS

Petugas kepolisian sedang menginterogasi para generasi muda


pelaku balap liar di Tarutung

21

Anda mungkin juga menyukai