Anda di halaman 1dari 5

RESOLUSI KONFLIK PADA INSTANSI KERJA DI KEPOLISIAN SURABAYA

“Study Kasus: Konflik antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota
Surabaya dalam Penggunaan Mobil PCR di Masa Pandemi Covid-19”

Salah satu dari kasus yang terjadi terkait permasalahan antara Pemerintah Provinsi
Jawa Timur dengan Pemerintah Kota Surabaya terkait penggunaan kendaraan PCR selama
pandemi Covid-19. Konflik bermula ketika bantuan pemerintah pusat datang berupa
kendaraan PCR untuk membantu mempercepat pendeteksian virus Covid-19 pada pasien
rumah sakit, namun mengalami kendala saat dialihkan ke wilayah Jawa Timur khususnya
Surabaya, plus video terekam oleh Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini, berisi paragraf
bahwa Kota Surabaya telah meminta bantuan sebelumnya tetapi oleh pemerintah Provinsi
Jawa Timur dialihkan ke kota lain. Beberapa akibat dari konflik, keberadaan komunitas milisi
di Surabaya yang melindungi pemerintah kota Surabaya hingga disalahkan pada pemerintah
provinsi Jawa Timur dan stigma masyarakat terhadap pemerintah provinsi Jawa Timur
semakin serius.
Latar belakang permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik bantuan mobil
PCR yang dialami oleh Pemprov Jawa Timur dengan pemerintahan kota Surabaya yaitu
pertama perbedaan kepentingan yang menjadi penyebab konflik karena ada dua pihak yang
mengelola wilayah yang berbeda oleh sebab itu kepentingan seorang pemimpun daerah akan
berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Dalam permasalahan ini kepentingan pihak
pemerintah kota Surabaya adalah mendapatkan bantuan mobil PCR tersebut untuk
mempercepat medeteksi virus Covid-19 pada warga kota Surabaya sehingga memperlancar
dan mempercepat pendataan para pasien yang belum terkonfirmasi positif Covid-19,
dikarenakan kondisi kota Surabaya pada saat itu untuk kasus Covid-19 mengalami kenaikan
yang signifikan, sedangkan kepetingan pihak PEMPROV Jawa Timur khusunya wilayah-
wilayah Kabupaten yang belum memiliki fasilitas sarana dan prasarana Swab PCR sehingga
dengan adanya bantuan mobil PCR ini akan membantu penanganan virus Covid-19 seperti
pada wilayang Kabupaten Tulungangung dan Kabupaten Lamongan.
Permasalahan berikutnya adanya miskoordinasi yang terjadi antara kedua belah pihak.
Dapat ditinjau dari jadwal pengoperasian mobil PCR tersebut untuk jadwal Kota Surabaya
pada tanggal 27 Mei 2020 sebanyak dua buah mobil PCR yang akan beroperasi di Kota
Surabaya. Kemudian pada tanggal 28 Mei 2020 sebanyak satu mobil PCR beroperasi ke
wilayah Kabupaten Sidoarjo dan pada tanggal 29 Mei 2020 hanya satu mobil PCR yang
digunakan untuk Kabupaten Lamongan dan satu unit lagi digunakan untuk Kabupaten
Tulungangung.
Pada permasalahan yang terjadi berbentuk konflik interpersonal yaitu permasalahan
yang melibatkan banyak pihak yaitu mulai dari pemerintah kota Surabaya, pemerintah
Provinsi Jawa Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur dan Gugus Tugas
Jawa Timur. Disini terdapat permasalahan berbentuk konflik antar kelompok yang berada di
dalam suatu organisasi yang sama, sebab yang menjadi pihak yang terlibat adalah pemerintah
yang bertugas di wilayah provinsi Jawa Timur.
Dari bentuk polanya dapat dikatakan bahwa konflik-konflik tersebut bersifat laten dan
manifes. Dalam bentuk konflik laten karena pemicu konflik tidak terlihat, ketika pemicu
konflik mulai terlihat akan berubah menjadi konflik nyata. Dalam konflik ini, penyebab
insiden adalah kekecewaan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, dengan pengiriman
bantuan unit kendaraan PCR ke daerah lain. Jika pemicunya tidak ditembakkan secara
terbuka, maka konflik sedang berlangsung. potensi konflik karena tetap tersembunyi, tetapi
ketika pemicu telah diaktifkan secara publik dan diketahui banyak pihak, konflik tersebut
akan berbentuk manifest.
Resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur dan
Pemerintah Kota Surabaya dalam menyelesaiakan konflik memperebutkan bantuan mobil
PCR dari pemerintah pusat menggunakan pendekatan negosiasi, dimana penjadwalan ulang
untuk pengoperasian mobil PCR sesuai dengan permintaan kota Surabaya. Pada tanggal 30
Mei 2020 langsung dijadwalkan di wilayah kota Surabaya sebanyak 2 unit. Penggunaan
negosiasi diambil sebab semua pihak yang terlibat langsung mendiskusikan ketika adanya
konflik sehingga tanpa bantuan ataupun pihak lain yang membantu menyelesaikan konflik
ini.
Negosiasi sendiri termasuk penyelesaian konflik secara damai, karena pihak-pihak
yang terlibat memilih untuk bertatap muka tanpa bantuan pihak lain yang tidak terkait.
Bentuk negosiasi biasanya berupa pertukaran tatap muka untuk mencapai kesepakatan
bersama.
Salah satu faktor keberhasilan dalam resolusi konflik adalah komunikasi, resolusi
konflik jika tidak dilakukan dengan komunikasi yang baik akan membuat semuanya menjadi
sia-sia atau bahkan lebih buruk lagi menciptakan konflik baru. Untuk alasan ini, penting
untuk menggunakan komunikasi yang baik untuk menyelesaikan konflik , untuk membatasi
keegoisan pihak-pihak yang terlibat untuk kebaikan bersama.
Seharusnya, agar tidak terjadi permasalahan yang serupa mengingat penanganan virus
Covid-19 masih ada hingga saat ini, sehingga jika terjadi konflik secepatnya diselesaikan
agar pandemic Covid-19 cepat selesai. Kedua belah pihak baik pemerintah kota Surabaya
dengan pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk saling berkoordinasi dengan baik jika esok
ada bantuan yang sama dari pemerintah pusat. Sekecil bantuan apapun jika tidak ditangani
dengan cepat maka akan menjadi permasalahan yang besar sebab menyangkut pelayanan
masyarakat. Hendaknya kedua belah pihak baik juga pemerintah kota Surabbaya dan
pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk tidak mengedepankan kepentingan sepihak dan
mengedepankan kepentingan Bersama. Sebab kedua Lembaga pemerintah ini saling
berhubungan unyuk kelangsungan penangan Covid-19 di wilayah Jawa Timur khususnya
Kota Suraya dengan penduduk yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Aliyah, Nur. 2015, “Manajemen konflik”, (Makassar: Alauddin Univerity Press)

Amin, Ali Syamsuddin. 2017 “Komunikasi Sebagai Penyebab Dan Solusi Konflik Sosial”,
Jurnal Common | Volume 1 Nomor 2

Anwar, Choerul. 2015, “Manajemen Konflik Untuk Menciptakan Komunikasi Yang Efektif
(Studi Kasus Di Departemen Purchasing PT. Sumi Rubber Indonesia)”, JURNAL
INTERAKSI, Vol 4 No 2.

Hikmat, Mahi M. 2011, “Komunikasi Politik Teori dan Praktik” (Bandung: Remaja
Rosdakarya)

Irwandi. 2017 “Analisis Konflik Antara Masyarakat, Pemerintah Dan Swasta” (Studi Kasus
di Dusun Sungai Samak, Desa Sungai Samak, Kecamatan Badau, Kabupaten
Belitung)”, JISPO VOL. 7 No. 2.

Putra, Ahmad Pratama. 2016, Bahaya Konflik Sosia Berbasisperencanaan Pengembangan


Wilayahdi Kabupaten Banggai Laut, Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana,
Vol. 11, No. 2.

Rosyana, Firda 2019 “Pendekatan Negosiasi Konflik Dalam Resolusi Konflik Di Sudan
Selatan”, Jurnal ICMES Volume 3, No. 1.

Setyaningsih, Kris. 2017, “Esensi Transformasi Sistem Sentralisasi-Desentralisasi Pendidikan


dalam Pembangunan Masyarakat”, Jurnal of Islamic Education Management Vol 3
No 1

Waris, Irwan. 2012 “Pergeseran Paradigma Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam mewujudkan


Good Governance”, Jurnal Kebijakan Politik Vol. 3 No. 1

Wicaksono, Kristian Widya. 2012 “Problematika dan Tantangan Desentralisasi di Indonesia”.


Jurnal Bina Praja Vol. 4 No. 1
Wirawan. 2013, “Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian”. (Jakarta:
Salemba Humanika)

Anda mungkin juga menyukai