Anda di halaman 1dari 2

Pesta Pelindung Lingkungan A-8 - Paroki SaYuKa, Surabaya

18 Agustus 2020

Helena adalah istri dari kaisar Romawi Konstantinus Klorus dan ibu dari Kaisar Konstantinus Agung,
seorang tokoh penting dalam sejarah Kristen. Helena terlahir dengan nama Flavia Julia Helena pada
sekitar tahun 250 Masehi di Drepanum (kota ini kemudian dikenal sebagai Helenopolis atau kota Helena).
Helena adalah seorang pelayan atau setidaknya biasa melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kasar seperti
yang dikerjakan oleh para pelayan. Namun rencana Tuhan bagi Helena sungguh indah. Tidak ada yang
pernah menyangka kalau wanita bersahaja dari kota kecil ini kelak akan menjadi wanita yang paling
berkuasa diseluruh kekaisaran Romawi.

Selama tahun 270-an Dikisahkan bahwa Jendral Konstantinus merasa menemukan belahan jiwanya
setelah melihat gelang perak ditangan Helena yang sama persis dengan gelang perak yang dipakainya.
Mereka kemudian menikah dan beberapa tahun kemudian Helena melahirkan anak satu-satunya yang di
beri nama Flavius Valerius Aurelius Konstantinus Augustus atau yang kelak dikenal dengan nama
Konstantinus Agung.

Namun belum lama hidup berbahagia bersama suami dan putranya; Helena harus menghadapi cobaan
yang berat. Karena tekanan politik; pada tahun 289 Konstantinus Klorus terpaksa menceraikan
Helena dan menikah dengan Theodora, putri dari Kaisar Maximianus. Helena sedih, namun
dapat menerima perceraiannya dengan tegar. Ia juga tetap tegar saat dibuang ke
Nikomedia bersama anaknya Konstantinus, karena ketahuan sebagai seorang Kristen.
Helena percaya dan berserah diri sepenuhnya kepada Yesus. Ia yakin Yesus tidak akan
pernah meninggalkannya. Kesucian hidup dan keteguhan hati Helena selama hidup di
pengasingan membawa kesan mendalam bagi Konstantinus. Ia mengagumi Helena, dan
memuja ibunya sebagai satu-satunya wanita yang akan ia patuhi.

Helena dan putranya masih berada di tempat pembuangan saat mantan suaminya
Konstantinus Klorus dinobatkan sebagai Kaisar pada tahun 305.
Namun kematian mendadak suaminya pada tanggal
25 Juli 306, mengubah jalan hidup mereka. Saat
sedang sekarat; Kaisar Konstantinus Klorus
menunjuk anaknya Flavius Valerius Aurelius Konstantinus Augustus, Putra Helena, sebagai penggantinya.
Karena itu sesaat setelah kematian ayahnya; Konstantinus pun dinyatakan sebagai kaisar yang baru.
Helena sangat bersyukur atas berkat Tuhan yang ia terima. Namun masih ada suatu hal yang sangat
menyusahkan hatinya, putranya itu belumlah dibabtis menjadi seorang Kristen. Dengan tekun Helena
terus berdoa memohon agar suatu hari nanti anaknya akan dimenangkan dalam iman. Dan tidak berapa
lama kemudian doanya pun dikabulkan Tuhan. Putranya; sang Kaisar Kerajaan Romawi dibabtis menjadi
seorang Kristen.

Pada Tahun 326 Santa Helena melakukan perjalanan Ziarah ke tempat-tempat suci di Palestina. Disana
selama dua tahun ia berkelana mengunjungi semua situs-situs bersejarah dimana Yesus pernah hidup dan
berkarya. Di Bethlehem, di situs tempat kelahiran Yesus, Santa Helena membangun Gereja yang kini
disebut Church of the Nativity, Bethlehem. Di Bukit Zaitun, santa Helena mengidentifikasikan dua situs
yang sangat berhubungan dengan kehidupan Tuhan Yesus; yaitu situs tempat Yesus mengajarkan doa
Bapa Kami dan situs tempat Kenaikan Yesus ke Surga.

Namun keinginan utama Santa Helena pada perjalanan ziarahnya itu adalah untuk menemukan tempat
penyaliban dan Salib Suci yang sebenarnya dimana Yesus pernah menyerahkan nyawanya. Setelah
berkerja keras selama setahun lebih, ia mendapat keterangan dari seorang Yahudi tua yang mengatakan
bahwa Salib Suci itu terkubur di bawah kuil dewa Venus yang dibangun oleh kaisar Hadrian pada Tahun
119. Helena segera memerintahkan agar kuil itu diruntuhkan, dan dengan takjub ia menemukan tiga salib
kayu diruang bawah tanah kuil tersebut. Lengkap dengan paku-pakunya. Ada tiga buah salib; tapi yang
manakah Salib Yesus?? Patriark Jerusalem(Gelar yang diberikan sebagai Bapa kepala adat/kaum, saat
ini digunakan sebagai gelar Uskup untuk gereja Katolik Ortodoks), yang bernama Makarios, memberi
saran agar ketiga salib tersebut disentuhkan pada orang yang sakit parah. Maka dibawalah seorang wanita
yang sudah sekarat dan hampir mati. Ketika wanita itu menyentuh salib pertama dan yang kedua,
kondisinya tetap tidak berubah; tetapi ketika dia menyentuh salib ketiga ia tiba-tiba pulih dan sehat
kembali. Dengan bercucuran airmata sukacita St.Helena dan Patriark Makarius menegakkan Salib Suci ini
dan membawanya ketengah orang-orang untuk dihormati, dimana mereka semua jatuh berlutut, dan
dengan bercucuran airmata mereka mendaraskan doa Kryie eleison… (Tuhan Kasihanilah kami).

Berita penemuan Salib Suci ini segera saja menggemparkan seluruh negeri. Tahun 327 Helena
meninggalkan Yerusalem untuk kembali ke Roma dengan membawa sebagian potongan dari Salib Suci
dan peninggalan lainnya, yang kemudian ia simpan dalam kapela pribadinya di istana. Kapel dan relik
Salib Suci tersebut masih tersimpan sampai hari ini. Istana Santa Helena saat ini telah menjadi sebuah
Basilika yang indah yang disebut Basilika Salib Suci Yerusalem di kota Roma. Santa Helena; seorang
gadis bersahaja dari sebuah kota kecil, telah dipilih Tuhan untuk berperan dalam membebaskan
umat-NYA dari penganiayaan yang telah berlangsung selama lebih dari 3 abad. Ia menjalani sisa
hidupnya dengan tenang sebagai Ratu Kekaisaran Romawi Kristen sampai tutup usia pada tahun 330.

Anda mungkin juga menyukai