2092)
Tingkat/Prodi : I B/Teologi
PERANG SALIB
I. Pendahuluan
Disini kami para penyaji akan membahas tentang Perang Salib yang
dimana bahwa Perang salib tidak terjadi secara spontan, akan tetapi benih-
benih timbulnya perang tersebut telah dimulai sejak lama. Ekstensi kerajaan
yang bernaung dibawah bendera Kristen didaerah yang telah mapan tersaingi
oleh munculnya sebuah negara dibawah naungan bendera Islam didaerah
gersang dan membutuhkan area hidup yang lebih luas. Kami para penyaji
mengharapkan bahwa sajian kami dapat diterima dengan baik dan semoga
sajian kami dapat menambah pemahaman kita bersama.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Perang Salib
Perang salib adalah suatu perang yang dilaksanakan oleh orang Kristen barat
untuk merebut kembali tanah suci dari kekuasaan Islam Turki. Perang salib ini
disebabkan gangguan yang dialami oleh orang Kristen Eropa yang berziarah
ke Yerusalem dan atas permintaan Alexsius Komnenus, kaisar Konstatinopel,
yang terancam oleh serangan Turki. Perang salib dimulai pada tahun 1095 dan
berakhir pada tahun 12701.
2
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:Bpk Gunung Mulia, 1999), 82.
3
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2020), 210-211.
Kemudian pada tanggal 27 November 10954, Paus Urbanus II membuka
sidang konsili Clermont (Prancis), yang dihadiri banyak pemimpin gerejawi
dan politik dan menyerukan perang suci untuk merebut Tanah Suci dari orang
Islam dengan semboyan “Deus Vult Deus Vult!” yang dimana memiliki arti
Allah mengkehendakinya. Para pasukan perang Salib menempelkan sebuah
salib dari kain merah pada bahu atau dadanya sebagai tanda bahwa mereka
mau pergi untuk merebut tanah suci Yerusalem yang merupakan tempat Yesus
disalibkan.5
Pada musim panas tahun 1096 kekuatan yang jauh lebih kuat
lebih besar dan lebih terorganisir berkumpul dan mulai menuju ke
Timur. Tentara ini dipimpin oleh tokoh-tokoh bangsawan Eropa.
lalu pada akhir tahun 1096 Tentara Eropa tersebut sudah sampai di
4
Yusak Soleiman, Perang-Perang Salib, (Jakarta: Grafika Kreasindo, 2014), 61.
5
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 82.
6
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 350.
7
Yusak Soleiman, Perang-Perang Salib, 62.
ibukota Byzantium Konstantinopel. Tentara salib itu bersumpah
setia kepada kaisar Byzantium ”Alexius I Komnenos” dan berjanji
untuk mengembalikan tanah yang sudah diambil oleh Kesultanan
seljuk demi memperoleh makanan, perbekalan dan transportasi
untuk menyebrangi Bosphorus. Kesepakatan ini diperlukan agar
mereka diberi izin untuk melanjutkan perjalanan ke Timur. Setelah
melintasi Bosphorus tentara salib menuju ke Kota Nicea dan
berhasil merebutnya pada tahun 1097 dengan mengalahkan
pasukan Seljuk di Dorylaeum dan sesuai dengan sumpah mereka
kepada kaisar, kota Nicea dikembalikan ke Byzantium8
8
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 214.
9
Yusak Soleiman, Perang-Perang Salib, 64.
tahun 1099 M. Yerusalem dilindungi oleh tembok besar yang
dilengkapi dengan kombinasi Parit dan tebing sehingga kota ini
memiliki pertahanan militer yang tangguh. Dua malam berturut-
turut, 13-14 Juli mereka menggempur tembok kota. Keesokan
harinya pasukan yang dipimpin Godfrey berhasil menembus
kedalam tembok Yerusalem dan tentara salib berhasil menaklukkan
Yerusalem pada tanggal 15 Juli tahun 1099 M. Lalu merekapun
memulai pembantaian, mereka membunuh orang di jalan di rumah
dan di Gang. Sangat sulit bagi tentara salib untuk membedakan
antara penduduk lokal Kristen, Muslim dan Yahudi karena mereka
semua tampak seperti orang Arab. Lalu dalam sebulan pasukan
Mesir yang besar tiba untuk merebut kembali kota itu tetapi mereka
berhasil dikalahkan di Ascalon.10 Lalu Godfrey of bouillon
pahlawan pengepungan dijadikan raja di Yerusalem namun
Godfrey menolak mahkota emas tanda pangkat raja, karena
katanya: ”Di kota ini yesus telah dimahkotai dengan duri.”
11
kemudia Ia diberi gelar ”Pelindung Makam Suci”. Di Roma,
Paus urbanus II telah meninggal pada tanggal 29 Juni tahun 1099M
tanpa mengetahui keberhasilan perang salibnya12.
14
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 351.
15
Ibid, hal 351
16
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 215.
Peraturan-peraturan Gereja juga diubah menurut adat Gereja dari
Roma.17 Patriarkh Latin menggantikan Patriarkh gereja Ortodoks
Yunani. Paus Innocentius III memproklamirkan persatuan kembali
gereja Katolik Roma dengan gereja Ortodoks Yunani. Suatu
penipuan diri yang hanya berlangsung selama kaisar Latin itu
memerintah di Nicea (1203-1261). Kejahatan dan kebiadaban pada
1204 ini menghasilkan suatu semboyan diantara anggota-anggota
gereja Ortodoks Yunani: "Lebih baik di bawah pemerintah Turki
daripada Latin." Penyerangan ini tidak berhasil menduduki
Yerusalem tetapi berpengaruh besar bagi ekonomi dan politik serta
memperdalam perselisihan gereja Timur dan Barat.18
17
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 83.
18
Jonar T.H Sitomorang, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014), 282.
19
Ibid, hal 282.
20
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 83.
21
G. Van Schie, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani Dalam Konteks Sejarah Agama-Agama Lain,
(Jakarta: Obor 1994), 170.
II.3.7. Perang Salib VI
Hanya perang salib yang ke-enam saja yang berhasil lagi
(1228-1229). Kaisar Frederik II mendapatkan Yerusalem,
Betlehem, Nasaret dan pantai laut dengan jalan diplomasi. 22 Ia
menikah dengan ahli waris takhta kerajaan latin di Yerusalem,
Kaisar Frederik II memahkotai dirinya sendiri di Yerusalem
sebagai raja Yerusalem (1229). Namun hasil ini tidak bertahan
lama, pada tahun 1241 tentara Turki memenangkan Yerusalem
kembali.23
22
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 83.
23
Jonar T.H Sitomorang, Sejarah Gereja Umum, 283.
24
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 216.
tanda persahabatan. Tetapi, setelah memasuki Era Perang Salib
sikap toleransi di antara kedua umat telah hilang, dan berubah
menjadi sikap curiga serta benci. Bahkan, bagi kalangan Islam.
Perang Salib tersebut telah menyisakan kenangan pahit yang masih
terasa hingga era sekarang. Akibatnya, aktivitas pemberitaan Injil
ke dunia Islam sering tampak dipersulit dan dihambat.
26
Jonar T.H Sitomorang, Sejarah Gereja Umum, 284-286.
27
Klaus Wetzel, Kompendium Sejarah Gereja Asia, (Malang: Gandum Mas, 2000), 87.
II.6.3. Paus Urbanus II
Paus Urbanus II dilahirkan sekitar tahun 1042 di Lagery (dekat
kota Châtillon-sur-Marne) di Prancis. Nama aslinya adalah Odo De
Lagery (bisa juga: Otto atau Odo). Dia berasal dari bangsawan
Prancis dan memperoleh pendidikan yang baik. Saat muda dia
menjadi pastor di kota Rheims, kemudian naik pangkat setingkat
demi setingkat dan jadi Uskup ( Bishop ), dan menjadi Paus tahun
1088. Pope Urban II adalah Paus yang menggerakkan untuk
berperang merebut tanah suci, yang kemudian menjadi Perang
Salib. Dia adalah seorang Bapa Suci atau Paus dari Gereja Katolik
Roma sejak Maret 1088 sampai 29 Juli 1099.28
28
Michael H. Hart, 100 Orang Paling Berpengaruh Di Dunia Sepanjang Sejarah (Jakarta: Hikmah
Anggota IKAPI, 2009), 280.
pembunuhan massal orang Yahudi yang terjadi selama Perang
Salib Rakyat.
II.6.13. Raja Louis VII (Prancis) dan Raja Conrad III (Jerman)
Raja Louis VII adalah seorang raja Prancis, anak dari Louis VI.
Ia memimpin sejak tahun 1137 sampai kematiannya. Ia adalah
anggota Wangsa Kapetia. Pada saat pemerintahannya juga
dibangun katedral Notre Dame dan dilaksanakannya Perang Salib
Kedua di mana Louis VII ikut serta dalam perang ini. Dan Conrad
III merupakan seorang Kaisar Romawi Suci, pada sebuah
konfederasi atas wilayah-wilayah bangsa Jerman. Ia
merupakan putera dari Friedrich I dari Swabia. Pada tahun 1146,
Conrad mendengar Bernardus dari Clairvaux berkhotbah
mengenai Perang Salib Kedua di Speyer, dan ia setuju untuk
bergabung dengan Louis VII di dalam sebuah ekspedisi besar ke
tanah suci di mana akhirnya pasukan Perang Salib kalah.
Kalangan yang rohani serta saleh ternyata sama-sama telah ikut keliru karena
kerancuan mereka dalam memaknai Amanat Agung sebab mereka
menyamakannya dengan perintah Allah kepada Israel untuk menaklukkan "Tanah
Perjanjian". Sebagaimana pernah dikatakan oleh Hegel, "Para Laskar Salib itu
mencari kehidupan di antara orang-orang yang mati. Mereka telah salah
menanggapi yang dapat terlihat sebagai sesuatu yang tidak dapat terlihat,
dibingungkan perihal Yerusalem duniawi dan yang surgawi, serta terulang
kembali berkiasan."
IV. Kesimpulan
Perang salib adalah perang yang terjadi antara kerajaan Romawi melawan
kerajaan Turki tujuannya untuk memperoleh wilayah Yerusalem. Jadi disini
perang salib itu tidak perang antar agama melainkan perang yang memperebutkan
wilayah kekuasaan. Salah satu tokoh yang melancarkan perang salib yaitu Paus
Urbanus II dengan semboyan “Deus Vult Deus Vult!” yang dimana memiliki arti
Allah mengkehendakinya. Ada beberapa Perang Salib terjadi dan bahkan
diantaranya ada melibatkan anak-anak.
V. Daftar Pustaka
Wellem F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1994.
Berkhof H., Enklaar I. H., Sejarah Gereja, Jakarta:Bpk Gunung Mulia, 1999.
Culver Jonathan E., Sejarah Gereja Umum, Bandung: Biji Sesawi, 2020.
Soleiman Yusak, Perang-Perang Salib, Jakarta: Grafika Kreasindo, 2014.
Sitomorang Jonar T.H, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014.
Schie G. Van, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani Dalam Konteks Sejarah
Agama-Agama Lain, Jakarta: Obor 1994.
Wetzel Klaus, Kompendium Sejarah Gereja Asia, Malang: Gandum Mas, 2000.
Hart Michael H., 100 Orang Paling Berpengaruh Di Dunia Sepanjang Sejarah
Jakarta: Hikmah Anggota IKAPI, 2009
Wellem F.D., Riwayat hidup singkat tokoh-tokoh dalam sejarah Gereja, Jakarta:
Bpk Gunung Mulia 2015.