Anda di halaman 1dari 18

Nama : Grace Kristina (22.01.

2092)

Joy Immanuel Tarigan (22.01.2107)

Tingkat/Prodi : I B/Teologi

Mata Kuliah : Sejarah Gereja Umum I

Dosen Pengampu : Berthalyna Br. Tarigan M.Th Kelompok 9

PERANG SALIB

(Dampaknya Terhadap Hubungan Gereja Di Barat Dan Gereja Di Timur)

I. Pendahuluan
Disini kami para penyaji akan membahas tentang Perang Salib yang
dimana bahwa Perang salib tidak terjadi secara spontan, akan tetapi benih-
benih timbulnya perang tersebut telah dimulai sejak lama. Ekstensi kerajaan
yang bernaung dibawah bendera Kristen didaerah yang telah mapan tersaingi
oleh munculnya sebuah negara dibawah naungan bendera Islam didaerah
gersang dan membutuhkan area hidup yang lebih luas. Kami para penyaji
mengharapkan bahwa sajian kami dapat diterima dengan baik dan semoga
sajian kami dapat menambah pemahaman kita bersama.

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Perang Salib
Perang salib adalah suatu perang yang dilaksanakan oleh orang Kristen barat
untuk merebut kembali tanah suci dari kekuasaan Islam Turki. Perang salib ini
disebabkan gangguan yang dialami oleh orang Kristen Eropa yang berziarah
ke Yerusalem dan atas permintaan Alexsius Komnenus, kaisar Konstatinopel,
yang terancam oleh serangan Turki. Perang salib dimulai pada tahun 1095 dan
berakhir pada tahun 12701.

II.2. Latar Belakang Perang Salib


Pada tahun 1070 Palestina, Siria dan Asia kecil jatuh kedalam tangan
orang Turki. Bangsa yang beragama islam itu mengancam kebudayaan dan
agama Kristen di Eropa. Orang-orang kristen yang mengunjungi tempat-
1
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1994), 350.
tempat suci di Asia mendapat gangguan dan siksaan oleh orang Turki itu.
Sehingga mereka menyampaikan keberatannya kepada Paus melalui kaisar
Bizantium untuk memohon pertolongan dari barat. 2
Karena Asia Barat direbut oleh bangsa Turki, dan sejak tahun 1078
Yerusalem dikuasai oleh mereka, maka kaisar Byzantium di Constatinopel,
Alexius I Komnenus (1081-1118), mengirim utusan pada konsili lokal yang
diadakan di Piacenza di Eropa Barat dalam tahun 1095, untuk meminta
3
bantuan dalam menghadapi ancaman dari orang-orang Turki Muslim. Pada
waktu kaisar di Timur sangat membutuhkan bantuan, dia memohon kepada
Gregorius untuk menolongnya melawan orang- orang Turki. Kaisar yang
memerintah Gereja Timur, berjanji bahwa jika paus bersedia menolong dia,
maka dia akan mengakhiri skisma yang diakibatkan oleh Patriarkh Michael
Cerularius. Permohonan kalsar Timur itu sangat meng- gerakkan hati paus.
Permohonan itu menyalakan semangatnya. Di sini ada kesempatan yang
sangat jarang terjadi pada siapa pun dalam sejarah. Paus Gregorius berpikir
bahwa mungkin dia mampu menyelesaikan tiga hal yang sangat penting pada
satu kesempatan dan dalam waktu yang sama. Dia mungkin mampu
menyelamatkan Gereja Timur: menyembuhkan luka yang menyakitkan akibat
skisma dengan cara menyatu kembali Gereja Timur dan Gereja Barat, dan
kemudian menetapkan peraturan kepausan sedunia dan universal. Itu adalah
rencana yang sangat besar dan sangat berani. Paus Gregorius VII, sebagai
Napoleon atau penguasa gerejawi abad pertengahan siap menjadi kepala
barisan dari pasukan yang ter- diri lima puluh ribu tentara, dan memimpin
mereka melawan musuh-musuh Allah, bahkan sampai ke kubur Yesus Kristus.
Tetapi bukan hal ini yang terjadi. Gregorius terlibat dalam perselisihan dengan
Henry IV mengenal investitur (penahbisan pejabat), dan dengan demikian dia
dihalangi dalam melaksanakan rencananya. Kendati demikian, Gregorius
adalah orang pertama yang menyusun perang agama atau "perang salib".
Tidak ada paus yang pemah memimpin perang salib secara pribadi, tetapi
perang-perang salib berikutnya telah disemangati oleh para paus

2
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:Bpk Gunung Mulia, 1999), 82.
3
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2020), 210-211.
Kemudian pada tanggal 27 November 10954, Paus Urbanus II membuka
sidang konsili Clermont (Prancis), yang dihadiri banyak pemimpin gerejawi
dan politik dan menyerukan perang suci untuk merebut Tanah Suci dari orang
Islam dengan semboyan “Deus Vult Deus Vult!” yang dimana memiliki arti
Allah mengkehendakinya. Para pasukan perang Salib menempelkan sebuah
salib dari kain merah pada bahu atau dadanya sebagai tanda bahwa mereka
mau pergi untuk merebut tanah suci Yerusalem yang merupakan tempat Yesus
disalibkan.5

II.3. Perang Salib Dari Masa ke Masa


II.3.1. Perang Salib I
Perang Salib pertama dimulai pada tahun 10956. Di Eropa
setelah himbauan perang salib dikumandangkan, banyak orang
yang bukan termasuk seorang ksatria bersemangat untuk berperang
ke Yerusalem. Sehingga gelombang pasukan pertamapun
terbentuk. Sebenarnya kelompok ini tidak terlalu kuat karena
terdiri dari tentara rakyat dan campuran dari Kesatria yang kurang
profesional mereka dipimpin oleh Peter The Hermit sang pendeta
dan kesatria Wolter the penniless sementara itu kelompok tentara
salib yang kedua juga telah terbentuk tapi mereka juga sama-sama
kurang profesional kelompok ini dipimpin oleh Count Emicho dari
Leiningen kemudian mereka tiba di Konstantinopel pada awal
musim panas ditahun 1096 masehi untuk singgah Setelah itu
mereka segera dikirim oleh kaisar Alexius ke Asia kecil tapi
mereka disergap dan berhasil dihancurkan di dekat Nicaea oleh
tentara seljuk yang dipimpin oleh Kilij Arslan I pada tahun 1096.7

Pada musim panas tahun 1096 kekuatan yang jauh lebih kuat
lebih besar dan lebih terorganisir berkumpul dan mulai menuju ke
Timur. Tentara ini dipimpin oleh tokoh-tokoh bangsawan Eropa.
lalu pada akhir tahun 1096 Tentara Eropa tersebut sudah sampai di
4
Yusak Soleiman, Perang-Perang Salib, (Jakarta: Grafika Kreasindo, 2014), 61.
5
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 82.
6
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 350.
7
Yusak Soleiman, Perang-Perang Salib, 62.
ibukota Byzantium Konstantinopel. Tentara salib itu bersumpah
setia kepada kaisar Byzantium ”Alexius I Komnenos” dan berjanji
untuk mengembalikan tanah yang sudah diambil oleh Kesultanan
seljuk demi memperoleh makanan, perbekalan dan transportasi
untuk menyebrangi Bosphorus. Kesepakatan ini diperlukan agar
mereka diberi izin untuk melanjutkan perjalanan ke Timur. Setelah
melintasi Bosphorus tentara salib menuju ke Kota Nicea dan
berhasil merebutnya pada tahun 1097 dengan mengalahkan
pasukan Seljuk di Dorylaeum dan sesuai dengan sumpah mereka
kepada kaisar, kota Nicea dikembalikan ke Byzantium8

Kemudian tentara salib melanjutkan perjalanan mereka di Asia


kecil, tugas Suci mereka merebut Yerusalem terhenti untuk
sementara karena beberapa bagian pasukan yang dipimpin oleh
Baldwin dari Boulogne memutar menuju ke kota Edessa.9
Penaklukkan Kota Edessa ini menjadi bukti penyelewengan dari
tujuan mereka. Karena kota Edessa tidak searah dengan Yerusalem
dan didalamnya tidak ada situs-situs Kristen. Namun tentara utama
bergerak menuju ke Antiokhia sebuah kota yang dijuluki tempat
lahir Kristen karena istilah Kristen pertama kali berasal dari sana.
Pada bulan Juli tahun 1098 Kota Antiokia berhasil direbut oleh
tentara salib. Mereka melanggar sumpah mereka kepada kaisar
Byzantium karena seharusnya Antiokia dikembalikan ke
Byzantium tapi mereka mengangkat Bohemond the Norman
seorang pangeran dari Taranto untuk memerintah disana. Setelah
berhasil merebut Antiokia, pasukan itu akhirnya menuju ke selatan
untuk menyelesaikan tujuan utama mereka yakni menaklukkan
Yerusalem.

Pada tahun 1098 tentara salib mulai bergerak menuju ke


Yerusalem dalam perjalanannya mereka merebut beberapa kota
pelabuhan di Suriah dan mereka akhirnya tiba di Yerusalem pada

8
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 214.
9
Yusak Soleiman, Perang-Perang Salib, 64.
tahun 1099 M. Yerusalem dilindungi oleh tembok besar yang
dilengkapi dengan kombinasi Parit dan tebing sehingga kota ini
memiliki pertahanan militer yang tangguh. Dua malam berturut-
turut, 13-14 Juli mereka menggempur tembok kota. Keesokan
harinya pasukan yang dipimpin Godfrey berhasil menembus
kedalam tembok Yerusalem dan tentara salib berhasil menaklukkan
Yerusalem pada tanggal 15 Juli tahun 1099 M. Lalu merekapun
memulai pembantaian, mereka membunuh orang di jalan di rumah
dan di Gang. Sangat sulit bagi tentara salib untuk membedakan
antara penduduk lokal Kristen, Muslim dan Yahudi karena mereka
semua tampak seperti orang Arab. Lalu dalam sebulan pasukan
Mesir yang besar tiba untuk merebut kembali kota itu tetapi mereka
berhasil dikalahkan di Ascalon.10 Lalu Godfrey of bouillon
pahlawan pengepungan dijadikan raja di Yerusalem namun
Godfrey menolak mahkota emas tanda pangkat raja, karena
katanya: ”Di kota ini yesus telah dimahkotai dengan duri.”
11
kemudia Ia diberi gelar ”Pelindung Makam Suci”. Di Roma,
Paus urbanus II telah meninggal pada tanggal 29 Juni tahun 1099M
tanpa mengetahui keberhasilan perang salibnya12.

II.3.2. Perang Salib II


Perang salib yang kedua dianjurkan oleh Bernhard dari
Clairvaux. Sesudah kerajaan Edessa di Asia kecil yang dibentuk
pada masa perag salib yang pertama, direbut oleh musuh. 13 Perang
salib kedua diawali pada tahun 1144. Namun perang salib kedua
dilancarkan pada tahun 1147-1149. Perang salib ini terjadi karena
Edessa jatuh ke tangan Islam pada tahun 1144. Untuk merebut
Edessa, maka Raja Prancis Louis VII dan Raja Jerman Conrad III
melancarkan perang salib ke II. Pada tanggal 24 Juni 1148,
10
Ibid, hal 66-67.
11
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 83.
12
Yusak Soleiman, Perang-Perang Salib, 67
13
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 83.
pasukan salib kedua bergerak ke Damaskus namun di kalahkan
oleh pasukan Nur ad-Din. Tentara salib ke II ini gagal mencapai
tujuannya.14 Di sisi lain, tentara salib menyerang daerah utara yaitu
Baltik dibawah pimpinan bangsawan Jerman dan Denmark yang
melawan orang-orang Wends yang menganut paganisme yang
bertujuan untuk mengkristenkan penduduk disana.

II.3.3. Perang Salib III


Sesudah Perang Salib kedua yang gagal, Sultan Salahudin
berhasil mempersatukan wilayah Islam mulai dari Mesir hingga
15
Siria dan berhasil menduduki Yerusalem pada Tahun 1187.
Peristiwa itu sangat mengejutkan dan memilukan hati orang-orang
Eropa. Atas seruan Paus Gregorius VIII, tiga orang raja Eropa yang
paling terkemuka yaitu Raja Richard dari Inggris, Raja Philip
Agustus dari Prancis dan Raja Frederick Barbarossa
menggabungkan usahanya.16 Tentara salib melakukan penyerangan
ke Timur dan mengalahkan Arce, pada Juni 1191. Namun, raja
Inggris berselisih dengan raja Prancis. Mereka menarik kembali
tentara mereka sebelum sampai ke Yerusalem, sehingga Kota Suci
tetap di tangan orang-orang Islam.

II.3.4. Perang Salib IV (1202-1204)


Perang salib yang keempat (1202-1204) dimulai oleh paus
Innocentius III. Perang salib ini hanya menghasilkan penghancuran
kota Konstantinopel oleh tentara-tentara salib. Dengan kekerasan
dan kebengisan mereka membunuh ribuan penduduk,
menghancurkan sebagian kota, mencemarkan gereja-gereja
Ortodoks, memerkosa, semuanya luar biasa memalukan. Tetapi
maksud yang sebenarnya ialah untuk memajukan perniagaan
Venetia yang bersaingan hebat dengan Byzantium. Kota ini
dikalahkan dan kerajaan timur diganti dengan suatu kerajaan Latin.

14
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 351.
15
Ibid, hal 351
16
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 215.
Peraturan-peraturan Gereja juga diubah menurut adat Gereja dari
Roma.17 Patriarkh Latin menggantikan Patriarkh gereja Ortodoks
Yunani. Paus Innocentius III memproklamirkan persatuan kembali
gereja Katolik Roma dengan gereja Ortodoks Yunani. Suatu
penipuan diri yang hanya berlangsung selama kaisar Latin itu
memerintah di Nicea (1203-1261). Kejahatan dan kebiadaban pada
1204 ini menghasilkan suatu semboyan diantara anggota-anggota
gereja Ortodoks Yunani: "Lebih baik di bawah pemerintah Turki
daripada Latin." Penyerangan ini tidak berhasil menduduki
Yerusalem tetapi berpengaruh besar bagi ekonomi dan politik serta
memperdalam perselisihan gereja Timur dan Barat.18

II.3.5. Perang Salib Anak-Anak


Tatkala orang-orang dewasa tak suka lagi berangkat ke Palestina,
Diusahakanlah suatu perang salib anak-anak saja, mereka
berangkat dari Marseile dengan menumpang 7 kapal pada Agustus
121219, tetapi tiada seorangpun dari 30.000 anak-anak itu sampai ke
Tanah Suci. Kebanyakan mereka mati kelaparan atau jatuh ke
tangan saudagar-saudagar budak.20

II.3.6. Perang Salib V


Pada tahun 1218 para pasukan tantara perang salib memasuki
Mesir tetapi mereka dikalahkan oleh pasukan yang dimpimpin oleh
Sultan Malik Al-Khamil. Perang ini mengakibatkan timbulnya
sikap fanatisme dari orang-orang Islam terhadap orang Kristen
sehingga pada waktu itu gereja-gereja Ortodoks di Mesir banyak
dihancurkan, dan beberapa wilayah-wilayah penduduk Kristen di
Mesir banyak mengalami penghambatan disertai dengan
pemungutan pajak yang tinggi.21

17
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 83.
18
Jonar T.H Sitomorang, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014), 282.
19
Ibid, hal 282.
20
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 83.
21
G. Van Schie, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani Dalam Konteks Sejarah Agama-Agama Lain,
(Jakarta: Obor 1994), 170.
II.3.7. Perang Salib VI
Hanya perang salib yang ke-enam saja yang berhasil lagi
(1228-1229). Kaisar Frederik II mendapatkan Yerusalem,
Betlehem, Nasaret dan pantai laut dengan jalan diplomasi. 22 Ia
menikah dengan ahli waris takhta kerajaan latin di Yerusalem,
Kaisar Frederik II memahkotai dirinya sendiri di Yerusalem
sebagai raja Yerusalem (1229). Namun hasil ini tidak bertahan
lama, pada tahun 1241 tentara Turki memenangkan Yerusalem
kembali.23

II.3.8. Perang Salib VII (1270)


Akhirnya, pada masa Perang Salib VII (1248), kekuatan
bersenjata Kristen telah semakin berkurang sehingga menyebabkan
kejatuhan Kota Acre (benteng Kristen terakhir) ke tangan pasukan
Muslim pada tahun 1291 Dengan demikian, berakhirlah sudah
seluruh era Perang Salib24

II.4. Dampak Terjadinya Perang Salib


II.4.1. Perpecahan Gereja Timur Dan Gereja Barat
Sebelum terjadinya Perang Salib. Paus Leo IX dan Uskup Michael
Gerularius telah bertindak saling mengucilkan pada tahun 1054. Di
balik peristiwa tersebut, yang tidak banyak diketahui ialah bahwa
kedua belah pihak itu sebetulnya masih memiliki harapan untuk
berdamai. Tetapi, setelah terjadi Perang Salib IV, harapan untuk
penyatuan kembali kedua belah pihak itu nyaris sudah tertutup
sama sekali.

II.4.2. Menguatnya Permusuhan Islam Dan Kristen


Pada mulanya hubungan Gereja-gereja di Timur Tengah
(Nestorian, Yakobit. Koptik, dan Armenian) dengan Islam masih
termasuk lumayan, sebab sesekali masih terlihat adanya tanda-

22
H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 83.
23
Jonar T.H Sitomorang, Sejarah Gereja Umum, 283.
24
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 216.
tanda persahabatan. Tetapi, setelah memasuki Era Perang Salib
sikap toleransi di antara kedua umat telah hilang, dan berubah
menjadi sikap curiga serta benci. Bahkan, bagi kalangan Islam.
Perang Salib tersebut telah menyisakan kenangan pahit yang masih
terasa hingga era sekarang. Akibatnya, aktivitas pemberitaan Injil
ke dunia Islam sering tampak dipersulit dan dihambat.

II.4.3. Munculnya Sikap Anti-Semit (Yahudi)


Salah satu tujuan Perang Salib ialah untuk merebut kembali
makam suci Yesus di Yerusalem Tatkala para militan Kristen
teringat bahwa kaum Yahudi itulah yang membunuh Kristus
bangkitlah fanatisme sempit yang bermaksud untuk meniadakan
keberadaan kaum Yahudi di Eropa.

II.4.4. Perbuatan Yang Menistakan Nama Kristus


Perang Salib dapat ditandai dengan adanya suatu fanatisme
ganjil yang memalukan, pembunuhan kaum Yahudi dan Muslim
yang tidak bersalah, pengkhianatan terhadap Gereja Timur dan
pelbagai kebohongan tentang mereka, perselisihan serta pertikaian
di antara para pemimpin Perang Salib itu sendiri. dan motivasi
yang tidak murni serta hati yang bercabang.25

II.5. Pengaruh Terjadinya Perang Salib


Disisi lain kita melihat akan pengaruh dari perang salib tersebut seperti:
1. Berdirinya organisasi tentara biarawan; sebenarnya biarawan mempunyai
prinsip dasar menyelidiki Alkitab. Sedangkan para serdadu adalah jabatan
kaum awam yang ingin berperang untuk membela kebebasan dan tanah
suci. Mereka bersumpah akan hidup sederhana dan suci, yang pertama
didirikan ialah The Hospitallers. Karena pada abad ke-11 pedagang Italia
telah mendirikan rumah sakit Sr. John di Yerusalem untuk merawat orang-
orang Latin yang berziarah. Rumah sakit ini sangat berfungsi pada perang
salib pertama. Paus sangat memerhatikan rumah sakit ini sehingga
dibentuk pasukan perlindungan dari rumah sakit ini. Sedangkan pada 1119
25
Ibid, hal 217-218.
telah didirikan The Templers, dan mereka diberi tanah di sekitar Bait Allah
oleh pemerintah Yerusalem. Pendirian mereka disahkan oleh Paus pada
1128. Di bawah pertolongan St. Brand mereka menentukan anggaran dasar
Mereka bersama-sama tinggal di asrama, sedikit bergurau, tidak berjudi,
tidak berburu, tidak menuntut kemuliaan, tidak hidup dalam kemewahan,
hanya taat di bawah panji salib. Pada kemudian hari mereka mempunyai
harta yang cukup besar, memiliki benteng di Syria dan Eropa, memiliki
tanah yang luas. Mereka sering mengadakan latihan militer, sehingga
sering membunuh orang islam dengan kejam.
2. Tersebarnya liturgi Latin; ketika tentara salib menyerang ke Timur mereka
juga membawa liturgi gereja Latin ke gereja Timur. Maka, gereja Timur
memakai liturgi Latin dan tidak memakai liturgi Yunani. Hal ini juga yang
sering dianggap perselisihan Timur dan Barat.
3. Memperbesar kekuasaan Paus, perang salib yang pertama dimulai oleh
Paus, bersama-sama menyerang tentara Islam yang menjadi aggressor Hal
ini menambah kekuasaan Paus.
4. Beredarnya surat penghapusan siksa/ dosa; gereja Barat menetapkan hanya
Paus yang berhak mengampuni dosa, dan hak penghukuman terhadap dosa
terletak dalam tangan gereja. Orang yang berdosa harus satu jangka waktu
hanya makan roti dan air tawar, tidak diperkenankan mengikuti perjamuan
suci. Pada abad ke-9 ada sebagian uskup yang berpendapat bahwa jasa
orang-orang suci dapat menebus dosa, tetapi orang-orang yang bertobat itu
harus melakukan kebajikan, membantu orang miskin berziarah, membantu
mendirikan gedung gereja, menghafal Doa Bapa Kami dan Mazmur.
Maka, mulai beredarlah surat penghapusan siksa. Pada 1095, Urbanus II
mengadakan pengampunan besar-besaran bagi pasukan salib. la
mengatakan setiap orang yang giat bagi agama dan ke Yerusalem bukan
dengan motif keuntungan pribadi ataupun kemuliaan pribadi, mereka akan
mendapat pengampunan dosa. Maka, setiap kali ada perang salib selalu
diadakan pengampunan masal. Namun, timbullah banyak keburukan, ada
orang-orang yang sengaja berdosa. Ada juga yang menjual-belikan hak.
5. Perkembangan perdagangan dan kota-kota, karena sekembalinya dari
peperangan mereka membawa barang-barang dagangan dari Timur dan
dipindahkan ke dalam gereja, maka mulailah pembangungan gereja secara
besar-besaran dengan ukiran-ukiran gambar dinding kaca berwarna,
sehingga gereja yang didirikan sekitar abad 12-13 makin megah. Juga
orang-orang Barat mulai mempelajari pikiran theolog Yunani. Misalnya:
Grossetesse, uskup Inggris yang menerjemahkan karangan Dionisyus "The
Areopagite" menganggapnya sebagai karangan gereja yang penting.
6. Perubahan situasi politik; perang salib telah mencegah perkembangan
Islam di pesisir Laut Tengah. Ahli sejarah mengatakan perang salib
mengakibatkan pendudukan Byzantium oleh tentara Islam terhalang
sekitar 200 tahun. Innocent ke-3 yang mengadakan perang salib IV dengan
tujuan merebut kembali tanah suci, telah dibelokkan tujuannya orang-
orang Venice, sehingga tentara salib menduduki Konstantinopel pada
1203, dan mereka sangat mengagumi bangunan Bait Allah. Ketika terjadi
perselisihan antara orang Latin dan orang Yunani dalam kota pada 1204,
orang-orang Latin telah membakar gedung tersebut, sehingga banyak
bangunan jika bukan dimakan api peninggalan kuno telah dibawa ke Barat
sehingga otoritas Konstantinopel telah hancur bentrokan orang Latin dan
orang Yunani makin dalam, juga mendorong orang-orang Islam sehingga
Konstantinopel dihancurkan pada 1453.26
II.6. Tokoh-Tokoh Dalam Peran Salib
II.6.1. Alexius I Komnenos
Alexius I Komnenos (1081-1118) pengganti dari Kaisar
Romanus Diogenes IV yang di tawan oleh tentara Seljuk Turki.
Permohonannya ke Eropa Barat untuk membantu melawan Turki
juga merupakan katalisator yang berkontribusi pada
dimulainya Perang Salib.

II.6.2. Paus Gregorius VII


Paus Gregorius inilah yang memiliki gagasan tentang perang
Suci, dialah yang mempunyai ide melakukan kampanye militer ke
timur untuk merebut kembali makam Yesus Kristus dari tangan
orang-orang muslim namun Ia wafat pada tahun 1085.27

26
Jonar T.H Sitomorang, Sejarah Gereja Umum, 284-286.
27
Klaus Wetzel, Kompendium Sejarah Gereja Asia, (Malang: Gandum Mas, 2000), 87.
II.6.3. Paus Urbanus II
Paus Urbanus II dilahirkan sekitar tahun 1042 di Lagery (dekat
kota Châtillon-sur-Marne) di Prancis. Nama aslinya adalah Odo De
Lagery (bisa juga: Otto atau Odo). Dia berasal dari bangsawan
Prancis dan memperoleh pendidikan yang baik. Saat muda dia
menjadi pastor di kota Rheims, kemudian naik pangkat setingkat
demi setingkat dan jadi Uskup ( Bishop ), dan menjadi Paus tahun
1088. Pope Urban II adalah Paus yang menggerakkan untuk
berperang merebut tanah suci, yang kemudian menjadi Perang
Salib. Dia adalah seorang Bapa Suci atau Paus dari Gereja Katolik
Roma sejak Maret 1088 sampai 29 Juli 1099.28

II.6.4. Peter The Hermit (Petrus Sang Petapa)


Ia adalah seorang imam Katolik Roma dari Amiens dan tokoh
kunci selama ekspedisi militer dari Perancis ke Yerusalem, yang
dikenal sebagai Perang Salib Rakyat dan Perang Salib Pertama.
Pasukan ini merupakan pasukan gelombang pertama yang terdiri
dari rakyat biasa yang tidak memiliki pengalaman bertempur sama
sekali.

II.6.5. Walter The Penniless (Walter Sans Avoir)


Walter The Penniless Merupakan letnan Peter sang Pertapa ,
dia ikut memimpin Perang Salib Rakyat di awal Perang Salib
Pertama. Meninggalkan jauh sebelum pasukan utama ksatria dan
pengikut mereka ("Perang Salib Pangeran" yang lebih terkenal).

II.6.6. Count Emicho


Emicho adalah seorang bangsawan di Rhineland pada akhir
abad ke-11. Ia juga sering disebut sebagai Emicho dari Leiningen
atau Emich dari Flonheim. Pada tahun 1096, dia adalah pemimpin
pembantaian Rhineland (kadang-kadang disebut sebagai "Perang
Salib Jerman tahun 1096") yang merupakan serangkaian

28
Michael H. Hart, 100 Orang Paling Berpengaruh Di Dunia Sepanjang Sejarah (Jakarta: Hikmah
Anggota IKAPI, 2009), 280.
pembunuhan massal orang Yahudi yang terjadi selama Perang
Salib Rakyat.

II.6.7. Kilij Arsian I


Kilij Arsian I adalah Sultan Seljuk Rûm (1092-1107). Dia
memerintah Kesultanan selama masa Perang Salib Pertama dan
selanjutnya ikut menghadapi serangan selama perang salib
pertama.

II.6.8. Raymond IV dari Saint-Gilles


Raymond IV (skt. 1041 atau 1042 – 1105), kadang
disebut Raymond dari St.Gilles, merupakan seorang Comte
Toulouse, Adipati Narbonne, dan Markgraf Provence dan salah
satu pemimpin Perang Salib Pertama. Ia adalah putra Pons dari
Toulouse dan Almodis de La Marche. Ia menerima Saint-
Gilles dengan gelar "comte" dari ayahandanya dan menggantikan
keponakannya Philippa, putri kakandanya Guillaume IV pada
tahun 1094 menjadi ahli waris Toulouse. Ia juga berperang
melawan Moor di Spanyol sebelum tahun 1096, dan ia merupakan
tokoh pertama yang bergabung di dalam khotbah perang salib Paus
Urbanus II di Majelis Clermont.

II.6.9. Baldwin dari Boulogne


Baldwin I, juga dikenal sebagai Baudouin dari
Boulogne (1060-1118), adalah Comte pertama Edessa dari tahun
1098 sampai 1100, dan raja Yerusalem dari tahun 1100 sampai
kematiannya pada tahun 1118. Ia adalah putra bungsu Eustace II,
Pangeran Boulogne , dan Ida dari Lorraine dan menikah dengan
seorang wanita bangsawan Norman, Godehilde dari Tosny. Dia
menerima Kabupaten Verdun pada 1096, tetapi dia segera
bergabung dengan tentara salib saudaranya Godfrey dari
Bouillon dan menjadi salah satu komandan Perang Salib
Pertama yang paling sukses .
II.6.10. Bohemond I
Bohemond I (juga dieja Bohemund atau Boamund) (1058-
1111), Pangeran Taranto dan Pangeran Antiokhia, adalah salah satu
pemimpin Perang Salib Pertama. Ia adalah pendiri Kepangeranan
Antiokhia.

II.6.11. Godfrey dari Bouillon


Godfrey adalah seorang bangsawan Prancis dan pemimpin
unggulan Perang Salib Pertama . Penguasa pertama Kerajaan
Yerusalem dari tahun 1099 hingga 1100.

II.6.12. Bernhard dari Clairvaux


Bernard dilahirkan dari keluarga bangsawan difontaines, dekat
Dijon, Prancis, pada tahun 1090. Sejak kecil ia telah bercita-cita
untuk menjadi birawan. Pada tahun 1112, Bersama tiga orang
saudaranya serta 30 orang pemuda bangsawan lainnya, ia
memasuki biara citaeux. Karena kesalehan dan kepemimpinannya,
maka pemimpin biara citaeux, Stefanus Harding, memintanya agar
memilih suatu tempat yang baru untuk mendirikan sebuah biara
baru. Bernhard memilih sebuah Gedung di Clairvaux tahun 1115.
Bernhard dipilih menjadi pemimpin biara baru. Dibawah
kepemimpinannya biara ini maju dengan pesat dan selama
hidupnya didirikan delapan puluh buah rumah di Clairvaux, yang
menjadi salah satu pusat yang terpenting dari orde Cistersian.
Bernhard juga dipandang sebagai seorang yang sangat gigih
melawan ajaran sesat. Peristiwa terakhir yang memperlihatkan
peranannya adalah mempropagandakan perang salib II. Paus
Eugunius II memerintahkan Bernard untuk mempropagandakan
perang salib berhubungan dengan jatuhnya Edessa, tembeng
kekristenan terakhir di palestina (1145). Khotbah-khotbah perang
salib diadakan di Perancis dan juga di Jerman Bernard . Tentara
salib ini dikalahkan di Damaskus dan Bernard kembali dengan
kecewa. Bernard meninggal di Claivaux, 20 Agustus 1153. Paulus
Alexander mengangkatnya menjadi orang kudus pada tahun 1174
dan Paus Pius VIII menetapkannya sebagai dokter gereja.

II.6.13. Raja Louis VII (Prancis) dan Raja Conrad III (Jerman)
Raja Louis VII adalah seorang raja Prancis, anak dari Louis VI.
Ia memimpin sejak tahun 1137 sampai kematiannya. Ia adalah
anggota Wangsa Kapetia. Pada saat pemerintahannya juga
dibangun katedral Notre Dame dan dilaksanakannya Perang Salib
Kedua di mana Louis VII ikut serta dalam perang ini. Dan Conrad
III merupakan seorang Kaisar Romawi Suci, pada sebuah
konfederasi atas wilayah-wilayah bangsa Jerman. Ia
merupakan putera dari Friedrich I dari Swabia. Pada tahun 1146,
Conrad mendengar Bernardus dari Clairvaux berkhotbah
mengenai Perang Salib Kedua di Speyer, dan ia setuju untuk
bergabung dengan Louis VII di dalam sebuah ekspedisi besar ke
tanah suci di mana akhirnya pasukan Perang Salib kalah.

II.6.14. Sultan Salahuddin Ayyubi


Salahuddin adalah seorang panglima perang dan pejuang
muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan
Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, Sebagian Yaman, Irak,
Mekkah-Medinah Hejaz dan Diyar Bakr Oman Palestina
Salahuddin terkenal di dunia Islam karena memimpin, strategi
militer, dan sifatnya yang ksatria dan adil pada saat ia berperang
melawan Ksatria Salib.

II.6.15. Paus Gregorius VIII


Gregorius VIII, nama lahir Albert de Mora adalah Paus Gereja
Katolik Roma sejak 21 Oktober 1187 sampai 17 Desember 1187.
Ia merupakan Paus yang mencetuskan Perang Salib ke III.

II.6.16. Raja Frederick Barbarossa


Frederick I berasal dari Dinasti Hohenstaufen. Yang berkuasa
atas jerman dari tahun 1138-1264. Ia dilahirkan sekitar tahun 1128
dan menjadi Kaisar Jerman pada tahun 1152. Frederick I dikenal
juga dengan sebutan Barbarossa, yang artinya berjanggut merah.
Hal ini disebabkan janggutnya berwarna merah. Ia seorang
pemberani dan mempunyai kepribadian yang kuat. Pada tahun
1187 Yerusalem jatuh ke tangan Saladin. Paus Gregorius VIII
menyerukan raja-raja di Eropa supaya merebut kembali Yerusalem.
Seruan Paus disambut oleh tiga kaisar Eropa. Maka pecahlah
perang salib yang ketiga dibawah kepemimpinan tiga orang kaisar
Eropa Barat, yaitu Frederick Barbarossa, kaisar Jerman; Filipus
Augustinus, kaisar Prancis: Dan Richard I, kaisar Inggris. Kaisar
Frederick Bersama tentaranya menyebrangi selat Bosporus serts
menduduki ikonium dan tiba di sisilia pada tahun 1190. Frederick
tidak sabar lagi untuk merebut Yerusalem. Oleh karena itu, kaisar
dan tentaranya menyebrangi sungai kalycadnus yang sedang banjir.
Mereka berenang tetapi kaisar mati tenggelam pada 10 Juni 1190.
Kaisar Frederick dikuburkan di Antoikia. 29

II.6.17. Paus Innocentius III


Innocentius III adalah salah seorang paus pada Abad
Pertengahan yang berhasil melepaskan gereja dari kekuasaan dan
pengawasan pemerintah duniawi (negara). Namanya yang asli
adalah Lotario dei Conti di Segni. la dilahirkan dalam sebuah
keluarga bangsawan di Italia. Sepanjang hidupnya ia berjuang
untuk mempersatukan Eropa di bawah kekuasaan seorang raja dan
satu hukum moral Kristen. Ia menyebut dirinya sebagai "Wakil
Kristus". Puncak karya kepausannya adalah pemanggilan Konsili
Lateran IV, tahun 1215 yang menyatakan perang salib terhadap
golongan Al bingensis. Ia juga menggerakkan Perang Salib IV
(1204) untuk merebut kembali Tanah Suci namun gagal dan tentara
salib merampok kota Konstantinopel. Innocentius III meninggal
tahun 1216. Ia telah berjuang untuk kemuliaan gereja (kepausan)
yang kemudian segera merosot.30
29
F.D. Wellem, Riwayat hidup singkat tokoh-tokoh dalam sejarah Gereja, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia
2015), 82-84.
30
F.D. Wellem, Riwayat hidup singkat tokoh-tokoh dalam sejarah Gereja, 106.
II.6.18. Sultan Malik Al-Khamil
Malik al-Kamil adalah sultan ke-empat dari kesultanan
Ayyubiyah dan memerintah pada tahun 1218 hingga 1238 M.
Sebagai sultan dia berkuasa atas Mesir, Palestina dan Syria.

II.6.19. Raja Frederick II


Gelar aslinya adalah Raja Sisilia sehingga ia memperoleh nama
Federico I dari tahun 1198 hingga wafatnya. Gelar-gelar
kebangsawanan lainnya, yang dikumpulkan dari masa hidupnya
yang singkat, adalah Raja Siprus dan Yerusalem yang didapat atas
dasar pernikahan dan hubungannya dengan Perang Salib Keenam.

III. Tinjauan Teologis Perang Salib


Pada mulanya, Perang Salib terlihat sebagai suatu ungkapan kesungguhan hati
untuk melayani Kristus, tetapi ternyata yang bercampur-baur dengan motivasi
yang saling bertentangan. Pada saat sudah itu Gereja seolah-olah bermaksud untuk
mengabdi kepada dua tuan tuan yang rohani dan tuan duniawi Akibatnya, kedua
loyalitas yang saling kontradiktif tersebut telah menjadi pasangan yang saling
tidak sepadan (Mat 6:24, 2 Kor 6:14).

Kalangan yang rohani serta saleh ternyata sama-sama telah ikut keliru karena
kerancuan mereka dalam memaknai Amanat Agung sebab mereka
menyamakannya dengan perintah Allah kepada Israel untuk menaklukkan "Tanah
Perjanjian". Sebagaimana pernah dikatakan oleh Hegel, "Para Laskar Salib itu
mencari kehidupan di antara orang-orang yang mati. Mereka telah salah
menanggapi yang dapat terlihat sebagai sesuatu yang tidak dapat terlihat,
dibingungkan perihal Yerusalem duniawi dan yang surgawi, serta terulang
kembali berkiasan."

IV. Kesimpulan
Perang salib adalah perang yang terjadi antara kerajaan Romawi melawan
kerajaan Turki tujuannya untuk memperoleh wilayah Yerusalem. Jadi disini
perang salib itu tidak perang antar agama melainkan perang yang memperebutkan
wilayah kekuasaan. Salah satu tokoh yang melancarkan perang salib yaitu Paus
Urbanus II dengan semboyan “Deus Vult Deus Vult!” yang dimana memiliki arti
Allah mengkehendakinya. Ada beberapa Perang Salib terjadi dan bahkan
diantaranya ada melibatkan anak-anak.

V. Daftar Pustaka
Wellem F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1994.
Berkhof H., Enklaar I. H., Sejarah Gereja, Jakarta:Bpk Gunung Mulia, 1999.
Culver Jonathan E., Sejarah Gereja Umum, Bandung: Biji Sesawi, 2020.
Soleiman Yusak, Perang-Perang Salib, Jakarta: Grafika Kreasindo, 2014.
Sitomorang Jonar T.H, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014.
Schie G. Van, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani Dalam Konteks Sejarah
Agama-Agama Lain, Jakarta: Obor 1994.
Wetzel Klaus, Kompendium Sejarah Gereja Asia, Malang: Gandum Mas, 2000.
Hart Michael H., 100 Orang Paling Berpengaruh Di Dunia Sepanjang Sejarah
Jakarta: Hikmah Anggota IKAPI, 2009
Wellem F.D., Riwayat hidup singkat tokoh-tokoh dalam sejarah Gereja, Jakarta:
Bpk Gunung Mulia 2015.

Anda mungkin juga menyukai