Cad Dengan NSTEMI
Cad Dengan NSTEMI
Disusun Oleh :
INTAN AYU SEPTI ANGGRENI
5.20.058
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Ners
Disusun Oleh :
INTAN AYU SEPTI ANGGRENI
5.20.058
i
93
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 5.20.058
DEWAN PENGUJI
ii
93
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan
semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.
NIM : 5.20.058
Tanda Tangan :
iii
93
Ners
Yang menyatakan
ABSTRAK
Coronary Artery Disease (CAD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
aterosklerosis pada arteri koroner yang membatasi aliran darah ke jantung Bentuk
Klinis dari CAD dibagi menjadi dua, yaitu chronic coronary syndromes yang
meliputi stable angina dan stable ischemic heart disease, dan acute coronary
syndromes. Sindrom koroner akut merupakan bagian dari penyakit jantung koroner
dimana penyakit jantung koroner (PJK) adalah istilah generik yang dipakai untuk
semua gangguan yang menyangkut obstruksi aliran darah melalui arteri koronaria
mampu berkuirang.PJK dapat asimtomatik, atau dapat menyebabkan angina pectoris
hingga kematian. NSTEMI merupakan salah satu jenis dari IMA dimana terjadi
penurunan suplai oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner, hal ini
mampu mengakibatkan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan pada jantung yang mengakibatkan gagal jantung.
Tujuan dari pembuatan Karya tulis ilmiah ini adalah untuk dapat analisa asuhan
keperawatan komprehensif pada pasien CAD dengan NSTEMI. Metodologi
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan analisa deskriptif dengan studi
pemaparan kasus. Hasil pengkajian fokus dari kasus pasien mengatakan merasakan
sesak yang memberat disertai dengan hasil gambaran EKG dan Nilai Ejection
Fraction yang menurun. Intervensi utama yang harsu dilakukan yaitu Cardiac care,
Manajemen energi dan Terapi oksigen. Implementasi yang harus dilakukan sesuai
dengan perencanaan intervensi. Evaluasi yang harus diperhatikan adalah nilai
hemodinamika stabil, hasil gambaran EKG tidak menggambarkan adanya infark,
intoleransi terhadap aktivitas baik dan tingkat kelelahan pasien menurun. Saran untuk
pelayanan kesehatan untuk lebih memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif terhadap pasien dengan kasus penurunan curah jantung.
v
93
ABSTRACT
Coronary Artery Disease, CAD, is a disease caused by atherosclerosis on the
coronary artery. It hinders the blood flow toward heart. The clinical indications of
CAD are chronic coronary syndrome, consisting of stable angina and stable
ischemic heart disease; and coronary syndrome. The coronary acute syndrome is
the part of coronary heart disease. It is a generic term for all interruptions dealing
with blood flow obstruction via coronary artery. It can lead to asymptomatic or
pectoral angina and even death. NSTEMI is one of the IMA types that has lower
myocardium oxygen supply. It gets worst due to coronary obstruction that lowers
the capability of left ventricle so the heart pressure increases. This matter leads to
heart failure. This scientific writing aims to analyze the comprehensive nursing
care for CAD patients with NSTEMI. The applied methodology was descriptive
analysis with study case explanation. The review of the cases showed the patients
got breathlessness, proven with EKG results and lower Effect Fraction value. The
main interventions were Cardiac Care, Energy Management, and Oxygen
Therapy. The implementations were in line with the intervention plan. The
evaluation should consider the hemodynamics value stability, the EKG results
without any infarct indication, intolerance toward activity, and the lower
exhausted feeling. The results suggested the health provider to provide
comprehensive care for the patients with lower heart rate.
vi
93
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ners
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Coronary Artery Disease (CAD) dan Non
Jantung di RS Mitra Keluarga” dengan baik dan lancar. Karya Tulis Ilmiah Ners
ini disusun untuk memperoleh gelar Profesi Ners. Penulis menyadari bahwa
penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini dapat terselesaikan berkat dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus
Semarang.
3. Ns. Sri Puguh Kristiyawati, M.Kep., Sp. Kep. MB., selaku Ketua Program
5. Ns. Felicia Risca Ryandini, M.Kep., Sp. Kep. MB, selaku pembimbing yang
6. Ns. Dwi Fitriyanti M.Kep., selaku penguji yang telah meluangkan waktu
vii
93
8. Ibu Sutarmi dan Bapak Mujiyanto atas do’a, dukungan moriil dan materiil
yang tak terhingga serta atas senyum yang selalu membuat saya kuat
menghadapi apapun.
Sahabat-sahabat saya; Hana, Naura, Relia, Yullyana, Ratna, Yunita,yang selalu ada saat suka
Mas kirno yang selalu memberikan dukungan dan doa selama proses penyusunan KTI
Teman-teman kelompok bimbingan peminatan anak atas bantuan selama proses pernyusunan k
Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners tahun 2020 STIKES Telogor
Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ilmiah ners ini masih jauh dari kata sempurna. Ole
Semoga karya tulis ilmiah ners ini dapat bermanfaat.
Penulis
viii
93
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... v
PRAKATA.............................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ......................................................................................... 5
C. Manfaat ....................................................................................... 6
B. Patofisiologi.......................................................................................31
C. Pathway..............................................................................................35
D. Konsep Keperawatan.........................................................................37
A. Pengkajian.........................................................................................55
B. Diagnosa – Evaluasi..........................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN
ix
93
A. Pengkajian.........................................................................................70
B. Diagnosa – Evaluasi..........................................................................90
BAB V PENUTUP
A. Simpulan...........................................................................................93
B. Saran.................................................................................................95
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
x
93
DAFTAR SKEMA
xi
93
DAFTAR LAMPIRAN
xii
93
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jantung (Hinkle& Cheever, 2012). Bentuk Klinis dari CAD dibagi menjadi
dua, yaitu chronic coronary syndromes yang meliputi stable angina dan
Sindrom koroner akut adalah suatu terminology yang dapat dipakai untuk
menunjukkan sekumpulan gejala nyeri dada iskemik yang akut dan perlu
akut merupakan bagian dari penyakit jantung koroner (PJK) dimana yang
1
2
disebut sindrom koroner akut kontinum, dimana plak pecah dan berbentuk
Penyakit kardiovaskular yang ini merupakan salah satu penyebab utama dan
pertama kematian di negara maju dan berkembang. Pada tahun 2010, secara
merupakan salah satu penyebab kematian secara global di dunia. Data World
dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada data
penyakit jantung koroner ini mencapai 1,8 juta kasus di kawasan Asia
secara signifikan menjadi 1,5% dari yang sebelumya pada tahun 2013
mencapai 1,25 juta jiwa jika populasi penduduk di Indonesia mencapai 250
2009). Thrombosis akut pada arteri koroner diawali dengan rupture plak yang
tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang
banyak, densitas otot polos rendah, fibrous cap yang tipis, dan kosentrasi
Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang olahraga dan obesitas
timbulah nyeri dada pada pasien dengan NSTEMI (Davey, 2011). Gambaran
EKG pada non stemi mungkin tidak ada kelainan tetapi ada peningkatan pada
Kondisi nyeri dada yang khas biasanya disertai dengan sesak nafas,
2009). Selain manifestasi itu juga dapat ditemukan tanda klinis seperti
reabsorbsi natrium dan air sehingga beban kerja miokard menjadi meningkat.
Oleh karena itu pada pasien dengan NSTEMI dan menurunnya curah jantung
penurunan curah jantung ini menjadi masalah yang aktual dan harus segera
adalah suatu keadaan dimana adanya penurunan jumlah volume darah yang
konraktilitas.
sehingga penatalaksanaan yang dilakukan harus secara tepat dan cepat dalam
dan metodologi yang berbentuk bio- psiko- sosio- kuktural- spiritual yang
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Mampu menganalisa pengkajian pada kasus Asuhan Keperawatan Coronary Artery Disease
Mampu menganalisa diagnosa pada kasus Asuhan Keperawatan Coronary Artery Disease (
Mampu menganalisa intervensi pada kasus Asuhan Keperawatan Coronary Artery Disease
Mampu menganalisa evaluasi pada kasus Asuhan Keperawatan
Coronary Artery Disease (CAD) - Non ST Elevation Myocardial Infark (NSTEMI) dengan
C. Manfaat Penelitian
Bagi Institusi Rumah Sakit, Karya Tulis Ilmiah ini dapat sebagai bahan
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung, CAD
rasa tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia
miokard. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali,
2. Etiologi
8
9
Dari hasil beberapa penelitan faktor resiko biologis atau faktor yang tidak
diubah pada CAD, meliputi : usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga.
Usia tua >45 tahun akan berpeluang 32 kali menderita penyakit jantung
ini disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup serperti merokok pada laki-
Dari hasil penelitian Januzzi dkk (2014) faktor yang dapat dimodifikasi
aterosklerosis coroner.
3. Manifestasi klinis
Nyeri dada merupakan gejala yang biasanya terjadi pada pasien dengan
Selain itu tanda gejala yang biasanya terjadi adalah sesak nafas yang di
timbulkan oleh infark anterior yang menganggu pada ventrikel kiri. Nyeri
dada dan sesak nafas ini akan disertai oleh perubahan EKG, aneurisma
2012).
Selain itu pada hasil penelitian oleh Pramana (2014) juga dapat
4. Klasifikasi
obstruktif ringan.
e. CAD-RADS 4:
coroner invasife.
5. Komplikasi
a. Aritmia
sistemik.
c. Syok kardiogenik
bisa berakhir
d. Disfungsi otot papilaris
e. Ventrikuler aneurisme
setpa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma vent
Perikarditis
6. Pemeriksaan Penunjang
yang normal atau meningkat sebagai respon terhadap dinding arteri yang
endapan lemak atau endapan calsium pada pembuluh darah arteri koroner,
sehingga dapat ditentukan treatment pengobatan yang lebih baik lagi bagi
atau hilang yang merupakan tanda dari injuri dan gelombang Q yang
& Wijokongko, 2017). Foto Rontgen Dada: Dari foto rontgen dada dapat
Disamping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada coroner
Clinik, 2012).
7. Penatalaksanaan
yang perlu dilalukan pada pasien CAD dengan stenosis berat yaitu
1. Definisi
Pada NSTEMI kerusakan pada yang terjadi pada plak lebih berat dan
(Binfar, 2016).
Etiologi
Adanya berbagai sumbatan secara dinamis seperti kasus spasme arteri, spasme sendiri m
Ateroslerosis progresif berat
Aterosklerosis sendiri biasanya menjadi penyebab utama terjadinya iskemia/infark, atero
Hal ini biasanya sering disebut in- Stent Restenosis (ISR), ISR
d. Peradangan arteri
Perubahan yang terjadi Pda dinding pembuluh darah ini antara lain,
a. Merokok
Jenis bahan kimia merupakan hal yang menjadi perhatian besar bagi
rokok ada berbagai zat oksidan seperti nitrogen, tar dan bahan radikal
lainnya, hal ini dapat mengurangi zat antioksidan yang ada didalam
terjadinya aterosklerosis.
c. Hipertensi
penumpukan plaque.
e. Obesitas
darah tinggi, kadar kolestrol dan trigliserid yang tinggi dan kadar gula
3. Manifestasi Klinis
Tanda klinis utama NSTEMI adalah nyeri dada, biasanya terletak di regio substernum a
Manifestasi klinis lainnya di jelaskan oleh PERKI (2018,) yaitu:
Rasa tertekan/berat didaerah retrosternal yang menjalar ke lengan kiri, leher, area inters
Sering disertai diaforesis
Mual/muntah
Nyeri abdominal
Sesak nafas
Pemerksaan Penunjang
Enzim Jantung
b. EKG
(PERKI, 2018).
c. Laboratorium
koagulasi darah, tes fungsi ginjal dan panel lipid (PERKI, 2018).
d. Angiografi Koroner
grading system:
Komplikasi
Komplikasi menurut Wijaya dan Putri (2013) dan Loscalzo (2014) antara lain:
Gagal Jantung Kongestif
Setelah terjadinya NSTEMI atau terjadi aterosklerosis, ventrikel kiri mengalami serangka
didalam zona nektorik yang mengakibatkan penipisan berlebih dan
dengan ukuran dan lokasi infark dengan dilatasi yang lebih besar
b. Syok kardiogenik
Edema paru akut adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik
yang berat.
d. Aneurisme ventrikel
f. Tromboembolisme
g. Perikarditis
Pada aritmia semua kerja jantung berhenti terjadi kedutan otot yang
1) Iskemia jaringan
2) Hipoksemia
baik.
perfusi jaringan).
tubuh.
26
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
- EKG normal
atau Perubahan ST dan Gelombang T
nondiagnostik Angina berlanjut MarkaEvaluasi
jantung untuk
positifterapi
Hemodirep
- Marka
jantung awal
normal
Definitif SKA
POSITIF
NEGATIF
Terapi NSTEMI
Diagnosis definitif atau sangat mungkin
Diagnosis bukan SKA atau resiko rendah SKA
Skema 2.1
Alogaritma Penatalaksanaan Keperawatan
SKA (Sumber: PERKI, 2018)
27
Diagnosis banding
Bebas nyeri, GRACE < 140
diagnosis banding
Tatalaksana invasif
Pulangkan/tes stress
Skema 2. 2
Alogaritma penatalaksanaan keperawatan NSTEMI
nyeri dada > 3jam (Sumber: PERKI, 2018)
28
a) Terapi anti
iskemik 1).
Nitrat
b) Terapi Antitrombolitik
1) Aspirin
2) Klopidogrel
3) Prasugrle
4) Abciximab
5) Eptifibatid
6) Tirofiban
yang tersumbat). Dosis 0,4 ug/kg permenit selama 30 menit diikuti oleh in
Heparin unfractionated (UHF)
C. Patofisiologi
Gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang olahraga, merokok, diet tinggi
penebalan dinding arteri yang membentuk unit lesi atau ateroma. Lesi
gangguan jantung ditandai engan nyeri dada, serta kematian otot jantung
Selain gaya hidup yang tidak sehat riwayat adanya hipertensi pada pasien
tidak adekuat bagi miokard, maka akan terjadi iskemi miokard. Iskemi
tingkat sel dan jaringan serta menekan fungsi miokard. Oksigen yang
laktat yang akan tertimbuhan dan menurunkan pH. Gabungan dari efek
terserang iskemik cukup kuat atau merupakan suatu respon vagus (Myrtha
2012, hlm. 213). Adanya soft plaque, stenosis ringan hingga sedang
yang membawa darah dari dalam paru- paru le atrium kiri. Peningkatan
D. Pathway
Trombogenik
NSTEMI T/G
sesak nafas
Hipoksia
Infark
Kematian
Saraf otonom vasokontriksi
MK: ANSIETAS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Anamnesa
1) Keluhan utama
(DM).
5) Genogram
6) Pemeriksaan fisik
hipertensi
abnormal.
Jantung
f)Abdomen
Inspeksi :menilaiadanyalesi,perubahan
warna
Auskultasi : menilai peristaltik usus dan bising sistolik oleh karena ane
cairan)
abdomen.
Pengkajian pola fungsional pada pasien NSTEMI menurut (Bernida dan Sugima
Pola persepsi kesehatan
c) Pola eliminasi
Defekasi, berkemih Pada kasus pasien tidak mengalami masalah pada BAK ma
untuk berkemih
oleh keluarganya
i) Pola emosional
untuk berusaha
2. Pemeriksaan penunjang
(CHF) adalah:
a. Pemeriksaan laboratorium:
fungsi ginjal.
protein.
b. Radiologi
c. EKG
d. Ekokardiografi
3. Diagnosa Keperawatan
berikut:
Perubahan kontraktilitas
Perubahan preload
Perubahan afterload Gejala dan tanda mayor
Penyebab :
Agenspencederafisiologis(misnflamasi,iskemia, neoplasma)
Agens pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
Agens pencedera fisik (mis. abses, amputasi terbakar, terpotong, mengangka
Gejala dan tanda mayor Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghinda
tidur
c.Hipervolemia (D.0022)
Definisi : peningkatan volume cairan intravascular, interstitial, dan/atau intraseluler
Penyebab
chlorpropamide)
Objektif : edema anasarka/ edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu s
refleks hepatojugular positif
Tirah baring
Kelemahan
Imobilitas
istirahat
48
4. Intervensi Keperawatan
teraba lemah, capillary refill time >3 detik, warna kulit pucat, edema
(D.0008)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan curah ja
Luaran Utama : Curah jantung (L.02008)
Kriteria Hasil :
peningkatan CVP)
49
aktivitas
Terapeutik
Edukasi
cairan harian
Kolaborasi
Kriteria Hasil :
(I.08238) Tindakan :
Observasi
Terapeutik
terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, ke
Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Kriteria Hasil :
Tindakan :
Observasi
MAP, CVP)
Terapeutik
30o Edukasi
Kolaborasi
Kriteria Hasil :
3 menjadi 5)
(I.05178) Tindakan :
Observasi
Terapeutik
54
suara, kunjungan)
menyenangkan Edukasi
tidak berkurang
Kolaborasi
makanan
BAB III
RESUME KASUS
A. Pengkajian
Penulis melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada pengkajian hari Se
1. Identitas
Didalam kasus didapatkan npengkajian, Nama klien Tn. W dengan usia 59 tahun, jenis kelami
3VD.
2. Riwayat Kesehatan
Pasien datang ke IGD RS Jakarta dengan keluhan sesak nafas dan nyeri di ulu hati dengan s
nyeri yang dirasakan menjalar sampai dada sebelah kiri dan hilang timbul.
didapatkan
55
56
hasil dari pemeriksaan foto thorax kesan kardiomegali dengan edema paru
minimal, hasil dari pemeriksaan EKG didapatkan hasil sinus ritme dengan
old infark inferior dan infark area septal. Kondisi pasien saat datang
dengan kondisi kesadaran sadar penuh dengan GCS E4V5M6 dan saat di
IGD sudah diberikan terapi oral Arixtra 1x2,5 mg, Aspilet loading bolus
160mg, clopidogrel tablet oral 1x75 mg, laxadin tablet oral 1x1 cup,
dengan kesimpulan hasil CAD 3V. Pada saat mengkaji riwayat terdahulu
dengan GCS (E6V5M4) saat pertama kali masuk RS. Dengan hasil
4. Pemeriksaan Fisik
oedema, CRT < 3 detik, pulsasi dorsalis pedis kanan kiri adekuat, turgor
kulit elastis, dan kekuatan otot baik tidak terdapat kelemahan pada
yaitu pasien mengatakan rutin untuk minum obat jantung tetapi tidak bisa
dirasakannya sekarang.
kurang bisa menjaga pola hidup sehat seperti sering makan- makanan
yang berlemak seperti gorengan dan makan jeroan, di rumah sakit dengan
masih merasakan nyeri di ulu hati dengan skala nyeri 5 rasanya seperti
ditusuk- tusuk, durasi < 20 menit, menjalar sampai dada kiri dan hilang
59
saat BAB ataupun BAK, saat di rumah sakit BAK warna urin kuning
jernih, produksi urine 2200 cc/24 jam (pada hari sebelum pengkajian).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan EKG
c. Pemeriksaan Rontgen
paru minimal.
d. Pemeriksaan Angiography
Hasil pemeriksaan dari angiographi yang dilakukan pasien pada
e. Pemeriksaan Ekokardiography
35%..
7. Terapi Obat
mg darah dan
peroral mencegah
penggumpalan
di pembuluh
darah
mg stroke dan
Peroral serangan
jantung atau
gangguan
pembekuan
darah
61
blocker
(ARB)
10mg meredakan
angina (nyeri
dada) akibat
penyakit
jantung koroner
pasien yaitu pasien mengatakan saat masuk IGD terdapat sesak nafas
dan
karena nafas akan memberat. Pada data obyektif didapatkan pasien
di kedua lapang paru dan bunyi tambahan ronkhi di ICS 4-5 kanan- kiri
(1/3 basal) dan pemeriksaan fisik jantung didapat dari hasil perkusi
yaitu batas jantung dikatakan melebar ICS 5 anterior axilla. Untuk data
29.
bawah atau posisi nyaman; Berikan diet jantung yang sesuai (mis.
nasal 3liter/menit.
hentikan intervensi.
pasien mengatakan masih mersakan nyeri di ulu hati dengan skal nyer
dada kiri, hilang timbul. Selanjutnya dilihat dari data obyektif pasien
yaitu dari pemeriksaan EKG dengan kesimpulan sinus ritme dengan old
vasodilator
kemar mandi karena nafas akan memberat. Selanjutnya dilihat dari data
tekanan darah 108/71 mmHg dan nadi 80x/menit, pasien nampak ngos-
monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan ketidaknyaman selama
67
Evaluasi pada pasien hari ketiga telah didapatkan data subjektif pasien
masih sesak napas jika ke kamar mandi. Data objektif yang didapatkan
pasien pulang.
ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat, ajarkan strategi yang dapat
ikut serta dalam perawatan pasien adalah istrinya, serta selalu bersedia
dirumah, rutin minum obat dan bila muncul gejala seperti sesak nafas
ataupun keringat dingin disertai nyeri dada dan lainnya pasien akan
PEMBAHASAN
kesenjangan dan hal baru yang ditemukan oleh penulis sejak pengkajian hingga
evaluasi. Hal tersebut menjadi fokus utama penulisan dalam pembahasan ini untuk
menjawab tujuan penulis. Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas asuhan
A. Pengkajian
masalah kesehatan yang aktual dan potensial (Smeltzer & Bare, 2013).
sampai dada kiri, hilang timbul didapatkan TTV Tekanan darah 122/
edema paru minimal, hasil EKG didapatkan hasil sinus ritme dengan old
infark interior dan infark area septal, kesadaran pasien penuh dengan
70
71
& Hardhi, 2015).Pasien dibawa ke IGD karena alasan nyeri dada di ulu
hati seperti tertusuk- tusuk, durasi < 20 menit menjalar sampai ke dada
Noctural Dispnea (PND) dan ortopnea. Hal ini sesuai dengan penelitian
merupakan serangan akut berupa sesak napas dan batuk yang sampai
meningkat dan udara sulit untuk lewat (Lindenfeld & Albert, 2010).
sebelah sisi lateral jantung. ST depresi dapat dilihat di lead I dan AVL,
dan adanya Q patologis dilead III, AVf, V1 dan gambaran old infark.
Sesuai dengan namanya yaitu Old myocard infark berarti adanya infark
yang lama, jika bersifat akut masih bersifat reversibel dengan tindakan
reperfusi (< 3 jam) atau PCI (< 6 Jam). Menurut (Retno, 2016) pasien
jika sudah didiagnosa gambaran old miokard infark artinya sel otot
jantung ini sudah nekrosis, sel yang nekrosis artinya sudah tidak ada lagi
timbul terjadi karena aktivitas listrik otot jantung disekitar lokasi yang
masi viable.
anaerob karena terjadi iskemik pembuluh darah (Amin & Hardhi, 2013).
Sedangkan sesak nafas yang timbul menurut Retno, dkk (2016) pada
akut yang dapat menyebabkan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri dan
ditemukan bunyi tambahan ronkhi di ICS 4-5 kanan kiri (1/3 basal). Hal
2010).
seperti nasi padang dang gorengan sejak muda. Terjadinya CAD karena
life style yang buruk seperti merokok, obesitas, pola makan dan tingkat
Pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan pasien saat dirumah biasa
sehingga darah beredar tidak sempurna ke seluruh tubuh dan akan sulit
saring atau lunak. Diit ini diberikan sebagai perpindahan dari diit jantung
ruangan ini memiliki beban yang paling berat. Bila ventrikel ini
memiliki beban kerja yang lebih maka lambat laun ototnya akan menebal
pada bagian tertentu jantung bisa disebabkan karena hal seperti serangan
(Adriyanti, 2018).
LCX (Left Circimflex) pada kasus dijelaskan pada RCA adanya oklusi
77
total dan LAD, LCX menggambarkan adanya penyempitan lebih dari >
90%.
1. Diagnosa pertama
normal (60-100 x/menit). Kondisi ini dapat dikaitkan dengan kasus dari
78
2017).
Sedangkan pada kasus juga terjadi kejadian dispnea kondisi ini terkait
miokard yang tidak adekuat atau terkondisi sehingga ventrikel kiri tidak
dapat melakukan ejeksi lebih dari 60% dari volume akhir diastoliknya
dapat teratasi dengan kriteria hasil tanda- tanda vital dan hemodinamika
dan dispnea menurun, hal tersebut sudah sesuai dengan Standar Luaran
saturasi oksigen, keluhan nyeri dada, EKG, adanya aritmia atau tidak,
(SLKI). Dilihat dari hari perawatan yang hanya dilakukan selama 2 hari
hal ini perlu diperhatikan kembali dimana menurut Djaya, Nasution &
sebagai standar indikator efisiensi tata laksana. Lama rawat rata- rata
standar normal yang ada. Tanda- tanda vital ini harus dilihat secara
tanda- tanda vital pada pasien CHF sangat penting jika terjadi
pasien CHF ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer. Ketika
Surtiningsih, 2019).
evaluasi yang belum tercapai juga dilihat dari standar kriteria hasil.
jantung ini berbeda dengan keadaan sesak pada pasien dengan penyakit
karena hal ini adanya ventilasi yang maksimal. Keadaan sesak ini
dikarenakan adanya ronchi pada 1/3 basal, hal ini diakibatkan karena
2018).
2. Diagnosa kedua
Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisiologis (mis. Iskemia). Penulis menega
berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3bulan.
enzym jantung.
Data yang mendukung dari kasus yaitu saat nyeri datang pasien
diskusi tentang nyeri yang dirasakan pasien dan ajarkan pasien untuk
mandiri.
pasien yaitu nyeri yang dirasakan di ulu hati masih dirasakan tetapi
melakukan relaksasi nafas dalam saat nyeri datang dan pemberian obat
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada Achmad, Dewi & Mila (2018) bah
2015).
Rencana tindak lanjut pada Tn.W dengan diagnosa nyeri akut dan
SIKI, 2018).
86
3. Diagnosa ketiga
tidak kuat, aktivitas pasien dibantu. Hal ini sesuai dengan gejala dan
tanda mayor (PPNI, 2017) bahwa gejala dan tanda mayor intoleransi
aktivitas sesuai dengan kriteria hasil TTV dalam rentang normal 120/80
gagal jantung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
NSTEMI dengan nilai sig (<0,05). Latihan ini juga bertujuan untuk
Evaluasi pada pasien hari ketiga telah didapatkan data subjektif pasien
masih sesak napas jika ke kamar mandi. Data objektif yang didapatkan
pasien pulang. Hal ini sesuai dengan penelitian Budiyanti (2013) bahwa
hasil bahwa level toleransi aktivitas pasien dari hari ke hari mengalami
(Wijayanti, 2012).
4. Diagnosa keempat
yang asin, bersantan dan gorengan. Pasien tidak mau minum obat jika
adalah patuh menjalankan pola hidup sehat. Pola hidup adalah nilai dan
(Engelbrecht, Nel & Jacobs, 2009). Pola hidup yang sehat akan
menurunkan faktor resiko terjadinya PJK berulang. Pola hidup sehat ini
Rafiyah, 2016).
hasil evaluasi akhir pada tanggal 20 Desember 2016 yaitu, pasien dan
pasien juga sudah mematuhi mau untuk membatasi cairan rutin minum
obat dan bila muncul gejala seperti sesak nafas, keringat dingin, nyeri
dada dan lainnya maka akan segera pergi ke fasilitas kesehatan. Dari
dilakukan sebelumnya.
92
Pokja SIKI,2018).
1. Hipervolemia
oksigen dan nutrisi serta bahan buangan dari sisa metabolisme sel
jantung tidak lagi berkontraksi maka aliran darah akan terhenti dan
2. Ansietas
sebjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengkajian fokus yang harus dilakukan pada kasus ini gambaran hasil
EKG didapatkan hasil sinus ritme dengan old infark interior dan
ulu hati yang menyebar, hal ini sudah sesuai dengan teori sehingga
93
94
diagnosa kedua yaitu nyeri akut b.d agen cidera fisiologis (iskemia)
dua dilihat dari hasil subyektif pasien adanya penurunan skala nyeri
B. Saran
Aaronson, Phillip I., and Ward, Jeremy PT. (2010). At a Glance Sistem
Kardiovaskular 3th ed. Jakarta: Erlangga
Brashers. (2010). Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis Alih bahasa Eny
Meilliya & Esti Wahyuningsih. Jakarta: EGC
Hajira Basit & Malik Ahmad. (2020). Non ST Sement Elevation (NSTEMI)
Myocardial Infarction https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books
/NBK513228/ diakses pada 15 Juli 2020
Ida Bernida & Tantani Sugiman. (2016). Asuhan Respirasi dan Kegawat
daruratan.nJakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Lemone, Priscillia., Karen Burke, dan Gerene Bauldoff alih bahasa Nike
Budhi Subekti. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:
Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC
Murti Kurnia A. (2019). Gambaran Lama Hari Rawat Inap Pasien Dengan
Gagal Jantung di RSUD DR. MOEWARDI Kota Surakarta.
www.indonesiajournslchest.com diakses pada 16 Juli 2020
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid II Edisi V. Jakarta :Interna Publishing
LEMBAR KONSULTASI
NIM 520058
Curah Jantung
2021 Koreksi :
- Bab 1 tambahkan
untuk prevalensi
NSTEMI R.,M.Kep.Sp.Kep.MB
- Bab 2, teori
penyakit dimulai
- Bab 3, Resume
abnormal
2. Senin, 23 Konsul bab 1-5
Agustus Koreksi :
pustaka
Ns.Felicia Risca
R.,M.Kep.Sp.Kep.MB
Agustus
2021
Ns.Felicia Risca
R.,M.Kep.Sp.Kep.MB
Agutus
2021
Ns.Felicia Risca
R.,M.Kep.Sp.Kep.MB
September Koreksi :
- Cek penulisan
Calibri
6. Sabtu, 11 Revisi KTIN
September Koreksi :
2021 - Tambahkan
rencana tindak
diagnosa
- Perbaiki penulisan
September Koreksi :
September Koreksi :
memakai kata RS
September
2021
September
R.,M.Kep.Sp.Kep.MB
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. W No RM : 2016-417439
Jenis Kelamin : laki-laki Tanggal masuk RS : 17 Desember 2016
Usia : 59 tahun Tanggal pengkajian : 19 Desember
2016 Alamat : Jagakarsa, Jakarta Dx awal: NSTEMI, CHF Fc II pada old
inferior MCI Suku : Jawa hipertensi, CAD 3 VD,
insufisiensi renal Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
Status : menikah
2 Jenis Kelamin Pasien seorang ayah dengan 2 orang anak, saat ini pasien tinggal dengan istrinya
saja.
3 Status Pasien merupakan seorang ayah sebaga tulang punggung keluarga yang berpenghasilan
perkembangan menetap yang dapatmencukupi kebutuhan keluarganya. Selama proses asuhan pasien
kooperatif dan mempunyai respon yang baik
terhadap perawat dan petugas kesehatan lainnya.
4 Status kesehatan Riwayat kesehatan dahulu:
dan keadaan Pasien memiliki riwayat hipertensi saat berumur 30an (± 20 tahun yang lalu), saat itu
fisik gejala dirasakan seperti pusing dan tengkuk terasa berat, pasien hanya ke puskesmas
untuk cek tekanan darah, mendapatkan obat tapi tidak dikonsumsi karena memiliki
keyakinan usia masih muda penyakit akan sembuh dengan sendirinya.
Gejala yang dirasakan selanjutnya sekitar 2 tahun terakhir ini pasien mengatakan
mudah merasa lelah, terkadang seperti orang mau pingsan. Yang dilakukan saat
itu hanya beristirahat dan tidak memeriksakan diri ke fasilkes. Pasien mengatakan
sejak saat itu aktivitas menurun, dan produktifitas kerja berkurang karena cepat
lelah.
Sesampainya di rumah pada hari Jumat (16 Des), pasien merasakan nyeri berulang
dan lebih berat dari sebelumnya, sehingga memutuskan langsung ke RS Harapan
Kita. Pasien datang ke IGD RS Harapan Kita (17 Des) dengan keluhan nyeri di ulu
hati, dengan skala 8, rasanya seperti ditusuk- tusuk, durasi <20 menit, menjalar
sampai ke dada kiri, hilang timbul.
Tekanan darah : 122/71mmHg, nadi 80 x/mnt, RR
20x/mnt, Suhu 36.50C, SaO2 100%
Selain itu, gejala yang dirasakan pasien antara lain nyeri dada berulang yang semakin
sering dirasakan sejak 1 bulan terakhir dan 1 hari SMRS yang paling berat dirasakan,
tidak ada keringat dingin, tidak ada muntah, ada keluhan mual. Terdapat sesak napas
namun tidak memberat, dipsnea on effort, paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea
position, tidur menggunakan 2 bantal, tidak ada edema.
Penatalaksanaan di IGD:
Pemeriksaan EKG, foto thoraks, dan laboratorium (hasil terlampir)
Terapi:
Arixtra 1x2.5 mg
(setelah diberikan nampak adanya tanda alergi yaitu bintik-bintik merah di area
wajah, kemudian dihentikan dan diberikan injeksi Dexamethason extra 1 ampul dan
pemberian Arixtra dihentikan)
Aspilet loading 160 mg, maintenance 1x80 mg
Clopidogrel 1x75 mg
ISDN 3x5 mg Candesartan
1x8 mg Laxadine 1x1 cup
Diazepam 1x5 mg
Atorvastatin 1x20 mg
Bisoprolol 1x2.5 mg Lasix
1x40 mg (per oral)
5 Pola hidup Pasien hidup bersama dengan istrinya, anaknya sudah pisah dengan orang tuanya
setelah menikah. Kesehariannya pasien masih bekerja dan mengendarai kendaraan
bermotor sendiri. Namun 1 bulan terakhir pasien sering tidak masuk kerja karena
mudah merasa lelah, pernah dalam suatu kondisi berjalan 10 langkah napas terasa
berat. Yang dilakukan pasien hanya
beristirahat. Dulu pasien mempunyai kepercayaan jika sakit tidak perlu
berobat, karena lama kelamaan penyakit akan hilang sendrinya, sehingga setelah
didiagnosa hipertensi asien tidak pernah mengkonsumsi obat, sampai akhirnya dirawat
di RS sekarang ini. Pasien mengatakan saat muda tidak pernah mengontrol pola dan
jenis makanan, sehingga suka sekali makan di luar rumah. Makanan yang disukai
seperti nasi padang, dan makanan berlemak lainnya, waktu muda pasien sangat
menyukai minuman bersoda.
Selain itu sejak berumur 20 tahunan pasien merokok dan sampai sekarang
masih dengan jumalh 1 bungkus/ hari.
6 Sistem Pasien menggunakan fasilitas kesehatan yaitu BPJS, sehingga semua biaya pengobatan
pelayanan dan tindakan dicover oleh BPJS.
kesehatan
7 Faktor keluarga Kebersamaan dalam perawatan:
Selama ini, pasien selalu diantar oleh keluarga yaitu istri dan anaknya untuk
memeriksakan diri ke RS sehingga pasien selalu ada yang menemani.
Selama perawatan di RS, setiap hari istrinya selalu berkunjung ke RS.
Dukungan keluarga:
Pasien mengatakan bahwa istrinya dan anak-anaknya sangat memperhatikan kondisi
nya, selalu ada komunikasi walaupun tidak tinggal di tempat yang sama.
10 Faktor Pasien tinggal di daerah Depok, di sana terdapat rumah sakit daerah dan beberapa
lingkungan luar puskesmas yang dapat digunakan sebagai tujuan pertama untuk memeriksakan
kesehatannya.
UNIVERSAL SELF CARE REQUISITES
1 Udara dan - Saluran pernapasan pasien adekuat
Sirkulasi - Terkadang napas terasa berat, terutama setelah aktivitas,
tidak menggunakan otot bantu napas
- Posisi tidur semifowler 600
- Tekanan darah 108/71 mmHg, MAP 84 mmHg
- Nadi 53 x/mnt, irama regular
- Pulsasi arteri radialis kanan-kiri, dorsalis pedis kanan-kiri adekuat
- Capillary refill < 3 detik, akral hangat
- Konjungtiva tidak anemis
- PF paru:
- I : pengembangan paru simetris kanan-kiri, tidak ada retraksi otot
sensoris, RR 20x/menit
- Pa : vocal fremitus kanan-kiri seimbang
- Pe : sonor
- A : Bunyi napas vesikuler, ditemukan bunyi ronkhi di ICS 4-5 kanan- kiri
(1/3 basal)
- PF jantung:
- I : ictus cordis nampak di ICS 5 midklavikula sinistra
- Pa : ictus kuat angkat, denyutan teratur
- Pe : batas jantung kanan melebar ICS 5 anterior axilla
- A : BJ I dan BJ II regular, tidak terdapat gallop/mur-mur
- Pasien masih merasakan nyeri di ulu hati, dengan skala 5, rasanya seperti ditusuk-
tusuk, durasi <20 menit, menjalar sampai ke dada kiri, hilang timbul, dengan
frekuensi berkurang dari hari sebelumnya.
2 Cairan dan - Pasien mengatakan selama di rumah BAK 2-3x/hari dan berwarna pekat
elektrolit - Mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis
- Tidak terdapat pitting edema di ekstremitas
- JVP 5 +2 cmH2O
- PF abdomen:
- I : supel, tidak terdapat asites
- A : bising usus +
- Pa : tidak ada nyeri tekan
- Pe : timpani di seluruh area
- Balance cairan -985 cc/ 24 jam (hari sebelumya)
3 Nutrisi - Pasien mengatakan kebiasaan makan 3x/ hari, pasien mengatakan selama di rumah
nafsu makan baik. Makanan pasien selama di rumah disiapkan oleh istrinya,
garam dan micin sudah dikurangi, namun terkadang masih menggunakan
penyedap rasa. Pasien mengatakan suka makan goreng- gorengan, makanan
bersantan, berlemak dan makanan asin sebelum sakit.
- Pasien makan 1 porsi habis
- Tidak terdapat keluhan mual-muntah
- BB= 75kg, TB=165 cm, IMT=27 kg/m2 (BB berlebih)
- Pasien mendapatkan diet DJ II 2100 kalori dalam 2100 ml
4 Eliminasi - Di RS, produksi urin +, warna urin kuning jernih
- Produksi urine 2200cc/ 24 jam (hari sebelumnya)
- BAB rutin 1x/hari, tidak ada keluhan dalam BAB
5 Aktivitas dan - Di RS pasien berbaring lemas di tempat tidur, jika diajak berbincang cukup lama
istirahat napas terasa berat
- Pasien mengatakan belum kuat untuk berjalan ke kamar mandi karena napas
akan memberat, seperti ditimpa beban berat
- Barthel index
Faktor ketergantungan Faktor ketergantungan
Personal hygiene Memakai pakaian
Mandi BAB
Makan BAK
Toileting Ambulasi
Menaiki tangga Transfer kursi-TT
- Tingkat kebutuhan: partial care (skor 50)
- Perubahan hemodinamik:
Saat istirahat TD 108/71 mmHg, nadi 63 x/mnt, RR 20 x/mnt Setelah
aktivitas TD 116/79 mmHg, nadi 82 x/mnt, RR 24 x/mnt
6 Interaksi sosial Selama perawatan interaksi pasien dengan perawat dan petugas kesehatan lainnya
baik. Pasien mengikuti semua arahan yang diberikan demi kesehatannya.
7 Pencegahan - Pasien mengetahui memiliki hipertensi sejak usia 20an, dengan riwayat tidak
bahaya terkontrol
- Saat ini keluhan seperti cepat lelah, sesak napas dan nyeri epigastric tidak
dihiraukan lagi oleh pasien setelah tahu bahwa tanda tersebut merupakan
gangguan di jantungnya
- Pasien mengatakan selama di rumah satu bulan terakhir sudah banyak
membatasi aktivitas, disamping karena kondisi pasien yang cepat lelah, pasien
juga tidak mau penyakitnya bertambah buruk.
8 Promosi ke Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti semula,
arah normal sehingga akan mengikuti semua program peningkatan kesehatan yang akan diberikan
3 Pencegahan atau - Pasien mengatakan sudah paham dengan penyakit yang dialaminya, namun belum
penanggulangan tahu bagaimana perawatan setelah dirawat di RS.
dampak dari
kondisi yang
dialami
Aspilet 1x80 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Candesartan 1x8 mg
Laxadin syrup 1x1 cup
Diazepam 1x5 mg
Atorvastatin 1x20 mg
Bisoprolol 1x2.5 mg
Lasix 1x40 mg
Cetrizine 2x10 mg
ISDN 3x10 mg
UFH (unfractionated heparin) 700unit/jam (dimulai sejak 18 Desember)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan foto thorax
Kesan:
- Aorta dan mediastinum tidak melebar
- Cor kesan membesar ke kiri dan kanan
- Kedua hilus normal
- Corakan bronkovaskular meningkat
- Tampak infiltrate tersebar di kedua paru terutama di kanan
- Sinus dan diafragma baik
- Tulang dan jaringan thorak baik
Kesimpulan: kardiomegali dengan edema paru minimal
M-mode
- EDV 279 ml - TAPSE 2.8 cm
- ESV 144 ml
- LVPW 1.3 cm
- Ao diameter 4 cm
- LA diameter 4.9 cm
Temuan:
- Left ventricle: dilated, left ventricular systolic function mild-moderate with EF 35%, impared
relaxation in diastolic filling
- Left atrium: Normal
- Right ventricle: normal
- Right atrium: normal
- Aortic valve: aortic regurgitation
- Mitral valve: mitral regurgitation
- Tricuspid valve: not well visualized
- Pulmonic valve: normal
Hasil EKG
Interpretasi:
- Irama teratur
- HR 60x/menit
- Axis deviasi ke kiri (LAD)
- Gelombang P dalam batas normal
- Interval PR 0.16-0.2 msec (normal)
- Q patologis di lead III, aVF
- ST elevasi di lead IIInbv
- T inverted di lead I, aVL, V4, V5, V6
- Hipertrofi ventrikel kiri ( T inverted di V5, V6; Gelomb R di aVL > 11 mm)
- Kesimpulan: sinus ritme dengan gambaran old infark inferior
19 Desember 2016:
Interpretasi:
- Irama teratur
- HR 60x/menit
- Axis deviasi ke kiri (LAD)
- Gelombang P dalam batas normal
- Interval PR 0.16-0.2 msec (normal)
- Q patologis di lead III, aVF, V1
- ST elevasi di V1, V2, V3
- T inverted di lead I, aVL, V4, V5, V6
- Hipertrofi ventrikel kiri ( T inverted di V5, V6; Gelomb R di aVL > 11 mm)
- Kesimpulan: sinus ritme dengan gambaran old infark inferior
Hasil angiography
13 Desemeber
RCA : total oklusi on proximal part
(CTO), distal was collateral by
LAD
LM : normal
LAD : stenosis on proximal 90-
95% LCx : stenosis on proximal
80-90% Kesimpulan: CAD 3
VD
Pemeriksaan Laboratorium:
17 Desemb 19 Desemb
Hemoglobin 16.7
Leukosit 12350
Hematokrit 47.1
Eritrosit 5.82
Trombosit 241
CKMB 20
Trop T 29
Ureum 115.9 ↑
BUN 54
Creatinine 2.73 ↑
Natrium 134 ↓
Kalium 5
Clorida 100
APTT 35.1 (↑)
Cholesterol total 115
HDL 33
LDL 73
Trigliserid 99
Ratio 3.48
Asam urat 11.7
GD puasa 93
GD 2jamPP 100
ANALISA DATA
WAKTU DATA PROBLEM ETIOLOGI
Therapeutic self care demand
Senin, 19 DS: Penurunan curah Perubahan
Desemb - Pasien mengatakan saat masuk IGD jantung kontraktilitas
terdapat sesak napas namun tidak
memberat, dipsnea on effort, paroxysmal
nocturnal dyspnea, orthopnea position, di
rumah tidur menggunakan 2 bantal
Gejala yang dirasakan selanjutnya sekitar 2 tahun
terakhir ini pasien mengatakan mudah merasa
lelah, terkadang seperti orang mau pingsan
- Di RS Pasien mengatakan belum kuat untuk
berjalan ke kamar mandi karena napas akan
memberat, seperti ditimpa beban berat
DO:
- Terkadang napas terasa berat, terutama
setelah aktivitas, tidak menggunakan
otot bantu napas
- Hemodinamik:
Saat istirahat: Tekanan darah 108/71
mmHg, MAP 84 mmHg
Setelah aktivitas: TD 116/79 mmHg, nadi 82
x/mnt, RR 24 x/mnt
- Nadi 53 x/mnt, irama regular
- Pulsasi arteri radialis kanan-kiri, dorsalis
pedis kanan-kiri adekuat
- Pasien berbaring lemas di tempat tidur dg
posisi semifowler 600 , jika diajak berbincang
cukup lama napas terasa berat
- Tingkat kebutuhan: partial care (skor 50)
- PF paru:
- I : pengembangan paru simetris kanan-
kiri, tidak ada retraksi otot sensoris, RR
20x/menit
- Pa : vocal fremitus kanan-kiri seimbang
- Pe : sonor
- A : Bunyi napas vesikuler, ditemukan
bunyi ronkhi di ICS 4-5 kanan-kiri (1/3
basal)
- PF jantung:
- I : ictus cordis nampak di ICS 5
midklavikula sinistra
- Pa : ictus kuat angkat, denyutan teratur
- Pe : batas jantung kanan melebar ICS 5
anterior axilla
- A : BJ I dan BJ II regular, tidak
terdapat gallop/mur-mur
- Foto thoraks: kardiomegali dengan
edema paru minimal
- Echocardiography:
- LVEF 35%
- SV 44 ml
- CO 3500 ml/min
- LVPW 1.3 cm
- TAPSE 2.8 cm
- E/A ratio 145.29
- Left ventricle: dilated, left ventricular
systolic function mild-moderate with EF
35%, impared relaxation in diastolic
filling
- Aortic valve: aortic regurgitation
- Mitral valve: mitral regurgitation
- Cardiac index:
CI= SV x HR / BSA
CI= 1.26 (↓)
- EKG: Axis deviasi ke kiri (LAD),
hipertrofi ventrikel kiri
- Laboratorium:
Natrium 134 ↓
CKMB 20
Trop T 29
DO:
EKG (19 Desemb)
- Irama teratur
- HR 60x/menit
- Axis deviasi ke kiri (LAD)
- Q patologis di lead III, aVF, V1
- ST elevasi di V1, V2, V3
- T inverted di lead I, aVL, V4, V5, V6
- Kesimpulan: sinus ritme
dengan gambaran old infark
inferior
Hasil angiography
13 Desemeber
RCA : total oklusi on proximal part (CTO),
distal was collateral by LAD
LM : normal
LAD : stenosis on proximal 90-95%
LCx : stenosis on proximal 80-90%
Kesimpulan: CAD 3 VD
Senin, 19 DS: Kesiapan dalam
Desemb - 1 bulan terakhir pasien sering tidak masuk meningkatkan
kerja karena mudah merasa lelah, pernah manajemen
dalam suatu kondisi berjalan 10 langkah kesehatan diri
napas terasa berat. Yang dilakukan pasien
hanya beristirahat.
- Dulu pasien mempunyai kepercayaan jika
Pasien mengatakan saat muda tidak pernah
mengontrol pola dan jenis makanan, sehingga
suka sekali makan di luar rumah. Makanan yang
disukai seperti nasi padang, dan makanan
berlemak lainnya, waktu muda pasien sangat
menyukai minuman bersoda. Selain itu sejak
berumur 20 tahunan pasien merokok dan sampai
sekarang masih dengan jumalh 1 bungkus/ hari.
- Pasien memiliki kepercayaan bahwa jika sakit
tidak perlu berobat, karena penyakit akan
sembuh dengan sendirinya. Namun setelah
dirawat di RS awal desember pasien mulai
menyadari bahwa pengobatan dan perawatan
itu penting mengingat usianya sudah tidak
muda lagi.
- Pasien mengetahui memiliki hipertensi sejak usia
20an, dengan riwayat tidak terkontrol
- Selama di rumah, sebelum masuk ke RS
pada awal bulan Desember pasien cenderung
tidak memperhatikan penyakitnya, nampak
dengan sudah menyadari adanya kondisi
hipertensi namun tidak minum obat dan tidak
mau memeriksakan dirinya secara rutin.
- Tindakan pencegahan yang sudah dilakukan saat
di rumah hanya dengan mengurangi aktivitas
yang berlebih dan beristirahat.
- Setelah dirasakan gejala yang dialami makin
berat baru pasien memeriksakan diri ke
RS
di awal desember. Sejak saat itu pasien mulai
memperhatikan kondisi nya dan mulai
mengikuti upaya perawatan di RS.
- Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan
bisa kembali beraktivitas seperti semula,
sehingga akan mengikuti semua program
peningkatan kesehatan yang akan diberikan
- Pasien menyadari bahwa kondisi yang dialami
saat ini karena penyakitnya yang sudah bersifat
kronis, dikarenakan pencegahan di awal tidak
dilaksanakan. Pasien mengatakan selama
perawatan di RS kondisinya makin membaik,
dan berharap jika nanti kembali ke rumah, pasien
dapat kembali seperti semula
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
MANAJEMEN ENERGI
Guidance:
Monitor status fisiologis pasien yang menyebabkan keletihan
Koreksi deficit status fisiologis
Monitor intake nutrisi untuk menghasilkan energy yang adekuat
Monitor cardiorespirasi dalam merespon aktifitas
Monitor kelelapan tidur pasien dan jumlah jam tidur
Support:
Atur pembatasan aktifitas
Tentukam bersama pasien mengenai pembatasan aktifitas
Monitor respon oksigen pasien untuk melakukan ADL
Bantu pasien dalam melakukan ADL sesuai kebutuhan
Teaching:
Ajarkan tanda dan gejala perburukan kondisi (lelah yang tidak
berkurang dengan istirahat)
Ajarkan untuk menghentikan aktivitas bila lelah tidak dapat ditoleransi
Nyeri akut NOC : PAIN MANAGEMENT
berhubungan dengan ❖ Pain Level,
penurunan suplai O2 ❖ pain control, Guidance:
❖ comfort level Lakukan monitor nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
ke miokard
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
selama perawatan Pasien bertoleransi Diskusikan pengalaman nyeri masa lampau dan ketidakefektifan
terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : kontrol nyeri masa lampau
❖ Mampu mengontrol nyeri (tahu Support:
penyebab nyeri, mampu menggunakan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi pasien
nyeri, mencari bantuan) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
❖ Melaporkan bahwa nyeri berkurang Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
dengan menggunakan manajemen nyeri
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
❖ Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Kurangi faktor presipitasi nyeri
❖ Menyatakan rasa nyaman setelah Teaching:
nyeri berkurang Ajarkan tentang teknik non farmakologi: relaksasi, distraksi
❖ Tanda vital dalam rentang normal Anjurkan untuk meningkatkan istirahat
Provider the developmental environment:
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
ANALGESIC ADMINISTRATION
Guidance:
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Support:
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Teaching:
Ajarkan untuk melakukan evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Provider the developmental environment:
Cek APTT 6 jam setelah pemberian UFH pertama kali, dilanjutkan tiap 12
jam
Kolaborasi pemberian terapi:
Aspilet 1x80 mg
Clopidogrel 1x75 mg
ISDN 3x10 mg
UFH (unfractionated heparin) 700unit/jam
Memantau output urin dan mengevaluasi O: pasien berbaring lemas di TT, tidur 60 derajat, dipsnea
edema ekstremitas on effort
Pemantauan hemodinamik:
Mengevaluasi kelelahan yang dirasakan pasien
Jam TD HR RR
9.00 105/80 65 24
Membantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas 11.00 93/56 71 22
yang mampu dilakukan dan harus dibatasi 13.00 91/62 58 22
-
- Barthel index
Membatu aktivitas harian pasein sesuai
dengan kebutuhan Faktor Faktor
ketergantungan ketergantungan
Melanjutkan terapi Heparin 700 unit/jam
Personal hygiene Memakai pakaian
Memonitor resiko perdarahan menggunakan
skoring HAS BLED Mandi BAB
Makan BAK
Toileting Ambulasi
Membantu memberikan posisi semifowler 60 Menaiki tangga Transfer kursi-TT
derajat
Melakukan diskusi dengan keluarga terkait: - Tingkat kebutuhan: partial care (skor 40)
Faktor resiko yang mempengaruhi fungsi - Perbandingan hemodinamik :
jantung pasien ( merokok, obesitas, Saat istirahat TD 91/62 mmHg, nadi 58 x/mnt, RR 22
lifestyle, hipertensi,riwayat penyakit jantung x/mnt
sebelumnya, riwayat penyakit jantung dari Setelah aktivitas TD 103/79 mmHg, nadi 72 x/mnt, RR
keluarga) 26 x/mnt
Kesiapan pasien untuk melakukan - ronchi di 1/3 basal paru kanan-kiri
modifikasi gaya hidupnya ( diet,
- EKG: sinus ritme dengan gambaran old infark inferior
hindari merokok, hindari minuman
beralkohol, latihan, dan tingkat - Skoring NEWSS: 2
kolesterol) - Intake: 650 cc, output 900 cc,
Cara mengidentifikasi stress dan beri - Balace cairan -250cc/7 jam
teknik efektif untuk mengurangi - Masih menggunakan nasal kanul 3 liter/mnt
stress nya - Skor resiko perdarahan HAS BLED low risk (1.1%
Melakukan kolaborasi untuk dilakukan konferensi beresiko terjadi perdarahan)
bedah coroner (berdasarkan hasil angiography)
A: masalah belum teratasi P:
lanjutkan intervensi
Mengajarkan teknik napas dalam untuk mengatasi
kelelahan dan bila sesak dirasakan lagi Diagnosa 2:
S: Pasien masih merasakan nyeri di ulu hati, dengan skala 5,
Mengajarkan dan lindungi pasien dari trauma rasanya seperti ditusuk-tusuk, durasi <20 menit, menjalar
yang dapat menyebabkan perdarahan sampai ke dada kiri, hilang timbul, sejak pagi dirasakan
sebanyak 3x.
O: TD 91/62 mmHg, nadi 58 x/mnt, RR 22 x/mnt
Melakukan evaluasi nyeri yang dirasakan pasien Jika nyeri muncul pasien sambil memegangi perut
dan enggan untuk membuka mata.
A: masalah belum teratasi P:
Memberikan nutrisi dengan Diet jantung II 2100kal pertahankan intervensi
berupa nasi lembek
Diagnosa 3:
Melanjutkan terapi
S: pasien mengatakan setelah pulang ke rumah akan terus
Bisoprolol 1x 2.5 mg
Lasix 1x40 mg ISDN meningkatkan kesehatannya dengan mencegah faktor resiko
1x10 mg Cetrizine seperti merokok, stress, aktivitas berat yang akan memperberat
2x10 mg kondisinya.
Keluarga mengatakan akan terus memberikan dukungan demi
Mengevaluasi kebutuhan oksigenasi pasien kesehatan pasien.
Pasien dan keluarga bersedia untuk mendapatkan pendidikan
Menghitung balance cairan
kesehatan selanjutnya.
O:-
A: masalah belum teratasi P:
lanjutkan intervensi
Diagnosa 3:
S: keluarga mengatakan bahwa yang ikut serta dalam
perawatan pasien adalah istrinya, karena yang tinggal
serumah dan tahu kebiasaan pasien. Serta bersedia untuk
dilibatkan dalam proses perawatan selama di RS dan nnti
saat di rumah.
Pasien bersedia untuk berupaya membatasi cairan selama
perawatan di rumah, rutin minum obat dan bila muncul
tanda gejala seperti sesak napas, keringat dingin, nyeri dada
dan lainnya maka akan segera memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan terdekat.
O:-
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi