Anda di halaman 1dari 55

DASAR TEORI

PERUBAHAN
PERILAKU
KUSWARDANI SUSARI PUTRI
PERILAKU…???????
• “Behavior as a single, observable
action performed by an individual”.
(Perilaku,secara tunggal, adalah aksi dari
seseorang yang dapat diamati).
• Walaupun perilaku tersebut barangkali
dilaksanakan menurut kebiasaan
(habit), tapi hal itu merupakan sebuah
keputusan yang sadar.
Ajzen dan Fishbein (1980)
Perilaku mempunyai empat
elemen, yakni :
action
target
context
and time
action
• yakni segala tindakan yang
dilakukan
• sangat mudah dimengerti,
karena berkaitan dengan apa
yang dikerjakan.
TARGET
• Merujuk kepada perorangan atau
kelompok yang dipengaruhi oleh action
tersebut.
• Berkaitan dengan SIAPA yang akan
melakukan perubahan; SIAPA yang akan
dikenai perubahan dan SIAPA yang akan
mendapatkan akibat dari perubahan
perilaku tersebut.
context
Merujuk kepada
BAGAIMANA action
dilakukan.
Misalnya: Perilaku BAB,
Perilaku Cuci Tangan dsb
Time
• Merujuk kepada KAPAN
action tersebut dilakukan.
• Misalnya: masyarakat urban
biasa buang air di kanal
pada malam hari.
BEBERAPA TEORI
PERUBAHAN
PERILAKU
LEARNING THEORY
• Bahwa dlm mempelajari
sesuatu yg baru (pola perilaku
yg sangat kompleks) biasanya
menghendaki adanya
perubahan dari banyak
perilaku-perilaku kecil yg
menyusun keseluruhan
perilaku yg kompleks tsb.
• Perilaku-perilaku yg mengarah kpd
perilaku tujuan utama membutuhkan
penguatan & penegakkan dng
pemberian penghargaan pada
pencapaian dari setiap bagian bila
diperlukan.
• Peningkatan dilakukan secara
bertahap, kemudian dibutuhkan dlm
rangka menuju bentuk perilaku yg
diinginkan.
Berikutnya, tantangan akan dihadapi
bila proses perubahan ke arah
perilaku yg baru itu dihadapkan atau
dikompetisikan dgn perilaku-perilaku
lama yg sudah memberikan kepuasan
& sudah menjadi kebiasaan atau
adanya pengaruh lingkungan.
Inilah permasalahan yg sering kita
jumpai dlm mempromosikan
pemakaian jamban kpd masyarakat.
• Dalam masyarakat telah mengkristal
perilaku lama yg sangat mudah
dikerjakan, praktis, tak memerlukan
biaya & sudah dilakukan bertahun-
tahun, yakni buang air besar di
sebarang tempat.
• Walapun perilaku tsb kotor & jorok,
mereka telah terbiasa dgn keadaan
itu & sama sekali tak merasa
terganggu.
Diperparah tidak adacontrol
social yg melarang perilaku
tersebut, karena semua
anggota masyarakat,
termasuk para tokoh
masyarakatnya pun
melakukan hal yg sama.
• Upaya penguatan, menggambarkan
konsekwensi-konsekwensi yg
memotivasi individu untuk MAU atau
MENOLAK untuk merubah
perilakunya.
• Sebagian besar perilaku dipelajari
dan dipelihara/dipertahankan
dibawah skedul penguatan &
antisipasi future reward yg
kompleks.
• Future rewards atau
insentives bisa berupa
konsekwensi-konsekwensi
fisik (seperti menjadi lebih
bersih & sehat), extrinsic
rewards (seperti penerimaan
hadiah/penghargaan), dan
intrinsic rewards
Penting untuk dicatat bahwa
walaupun pemberian
penghargaan dari luar dapat
merubah perilaku, tetapi tidak
menjamin terjadinya
perubahan perilaku yang
lestari dan dalam jangka
panjang.
Tokohnya :
• Thorndike,
• Watson,
• Clark Hull,
• Edwin Guthrie,
• dan Skinner.
Health Belief Model
Bahwa perilaku seseorang yg berkaitan
dng kesehatan tergantung pada
persepsi seseorang terhadap 4 area
kritis, yaitu:
1. Keganasan penyakit tersebut,
2. Kerentanan seseorang terhadap
penyakit itu,
3. Keuntungan yang dirasakan bila
melakukan perilaku yang baru
• Seseorang akan lebih mudah
mengikuti anjuran untuk hidup
sehat apabila :
Dia pernah merasakan atau paling
kurang melihat keganasan
penyakit yg akan menyerangnya,
apabila ia TIDAK MAU merubah
perilakunya.
• Dia merasakan bahwa dia rentan
terhadap penyakit tersebut.
• Contoh, karena yg bersangkutan
selamanya tidak pernah
merasakan sakit diare, walaupun
selalu minum air mentah, maka
amat sulit menganjurkannya
untuk minum air air masak.
• Menganjurkan seseorang
yang sedang menderita
sesuatu penyakit adalah
lebih mudah dari pada yang
sedang sehat, karena akan
merasakan manfaatnya bila
ia mau mengikuti anjuran
kita.
• Akhirnya, seseorang akan mau
merubah perilakunya apabila dia tahu
bahwa dengan sumberdaya yg ada
padanya dia mampu melakukan
perilaku baru tersebut.
• Misalnya, setelah tahu manfaat
jamban bagi kesehatan diri & klganya,
ketika punya uang atau tidak sulit
mendapatkan material di desanya
maka ia membangun jamban.
Social Cognitive Theory
• Bahwa perubahan perilaku
dipengaruhi oleh lingkungan,
faktor personal & atribut dari
perilaku itu sendiri.
• Masing-masing atau dua
diantaranya bisa
mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh lainnya.
• Inti dari theory ini adalah Concept of Self
Efficacy dan Expextation
• Seseorang harus yakin dalam dirinya
sendiri akan kemampuannya untuk
melakukan perilakunya ( yaitu seseorang
harus memiliki self efficacy) dan harus
merasakan suatu insentif dalam
mengerjakan itu (yaitu ekspektasi-
ekspektasi positif seseorang pada saat
melakukan perilaku itu, dan harus
mempertimbangkan pula ekspektasi-
ekspektasi negatifnya).
• Sebagai tambahan, seseorang
harus menghargai hasil-hasil
akhir (outcomes) atau
konsekuensi-konsekuensinya,
yang dia yakini akan terjadi
sebagai hasil dari melakukan
sebuah perilaku atau action
tertentu/spesisifik.
• Hasil-hasil akhir dimaksud
barangkali bisa diklasifikasikan
sebagai keuntungan jangka
pendek/ immediate benefits(
seperti rasa semangat mengikuti
kegiatan fisik/olah raga, misalnya)
atau keuntungan jangka panjang
(seperti mengalami peningkatan
kesehatan jantung sebagai hasil
dari kegiatan fisik).
• Self-efficacy diyakini sangat
penting dalam menentukan
perubahan perilaku seseorang,
karena ekspektasi jangka panjang
dari seseorang akan disaring
melalui ekspektasi-ekspekatasi
atau persepsi-persepsi akan
kemampuannya melakukan
perilaku tersebut.
Self efficacy bisa ditingkatkan
melalui berbagai cara, yaitu dengan
memberikan :
(1) instruksi yang jelas,
(2) kesempatan untuk
pengembangan kemampuan
atau pelatihan, dan
(3) pemberian model tentang
perilaku yang diinginkan.
• Untuk bisa menjadi efektif, model
harus bisa menimbulkan
kepercayaan (trust), kekaguman
(admiration) dan rasa hormat
(respect) dari si observer.
• Tetapi, si model tidak harus, muncul
untuk mewakili suatu tingkat
perilaku yang tidak mampu
diwujudkan oleh si pengamat.
Ecological Approaches
(Pendekatan Ekologi)
• Satu kritik terhadap sebagian
besar teori dan model perubahan
perilaku adalah bahwa teori-teori
tersebut menekankan kepada
proses perubahan perilaku
individual dan sedikit memberikan
perhatian kepada pengaruh sosio-
kultural dan lingkungan fisik
terhadap perilaku.
• Belakangan ini, interest
telah dikembangkan
dalam pendekatan ekologi
guna meningkatkan
partisipasi dalam
kegiatan fisik.
• Konsep sebuah lingkungan dalam
promosi kesehatan telah
didemonstrasikan dengan
menggambarkan bagaimana kegiatan
fisik dapat di promosikan melalui
mewujudkan dukungan-dukungan
lingkungan, seperti bersepeda santai,
jalan santai di taman, dan penghargaan-
penghargaan untuk memberikan
semangat kepada kebiasaan berjalan
atau bersepeda ke tempat kerja.
• Sebuah tema dasar dari
perspektif ekologi adalah
bahwa sebagian besar
intervensi yang efektif
terjadi pada multiple levels
(tingkatan-tingakatan
ganda).
• Sebuah model telah diusulkan
bahwa meliputi beberapa
tingkatan pengaruh terhadap
perilaku sehat, yaitu faktor
intrapersonal, faktor
interpersonal dan kelompok,
faktor institutional, faktor
masyarakat dan kebijakan publik.
• Dengan cara yang sama,
model lain mempunyai tiga
tingkatan (individual,
organizational, dan
governmental) di dalam 4
setting yaitu : sekolah, tempat
kerja, institusi pelayanan
kesehatan dan masyarakat).
• Intervensi-intervensi yang
secara bersamaan
mempengaruhi multiple levels
dan multiple settings itu bisa
diharapkan mengarahkan
kepada perubahan-perubahan
yang lebih besar dan lestari dan
pemeliharaan promosi
kebiasaan hidup sehat.
• Ini adalah sebuah area
yang dijanjikan untuk
mendesign riset
intervensi kedepan
untuk mempromosikan
kegiatan-kegiatan fisik.
The Precede-Proceed Framework
(L. Green)

• Lawrence Green
mengemukakan bahwa
ada 3 faktor utama yang
berpengaruh terhadap
terjadinya perilaku,
yaitu :
Predisposing factors
yaitu faktor-faktor yang
memberi kecenderungan
seseorang untuk
berperilaku, yang
mencakup pengetahuan,
sikap, keyakinan dan
nilai.
Enabling factors
• atau faktor pemungkin, yaitu
faktor-faktor lingkungan dan
masyarakat dari
seseorang/individu yang
memungkinkan atau yang
hadir sebagai hambatan
dalam perubahan.
Reinforcing factors
atau faktor pendorong, yaitu
pengaruh-pengaruh positif
atau negatif dari penerimaan
(adopsi) perilaku (termasuk
dukungan sosial) yang
mempengaruhi keberlanjutan
perilaku tersebut.
• Teori ini sering dipakai
sebagai pendekatan dalam
penyusunan perencanaan,
yang dekenal sebagai The
Precede-Proceed
Framework
• Menurut teori L.Green, seseorang
akan merubah perilakunya bila ia
paham akan manfaat perubahan
itu bagi kesehatan diri, keluarga
dan masyarakat sekitarnya; dia
punya keyakinan akan manfaat itu
dan mampu mencapainya; serta
sesuai dengan nilai-nilai atau
norma yang selam ini dianutnya.
• Yang bersangkutan juga akan bersedia
merubah perilakunya apabila tak ada
hambatan dari lingkungannya.
• Misalnya, anjuran kepada PSK untuk
memakai kondom, dimana semua
pelanggannya menolak memakai
kondom, sementara di sangat
membutuhkan uang untuk hidup
sehari-harinya, adalah sangat tidak
relevan.
• Akhirnya, biasanya
seseorang mau merubah
perilakunya bila orang-
orang di sekitarnya,
mendukung perubahan
itu.
Kelman
• Berkaitan dengan mengapa
seseorang mau merubah
perilakunya, Kelman
mengemukakan bahwa
seseorang mau merubah
perilakunya karena alasan-
alasan sebagai berikut :
1. Dipaksa (Coersive), karena instruksi
, dipaksa atau ancaman.
2. Terpaksa (Compliance), menuruti
anjuran orang lain karena ingin
mendapatkan imbalan, baik berupa
materi maupun non materi.
3. Karena ingin meniru atau ingin
dipersamakan (Identification)
dengan seseorang yang ia kagumi.
4. Karena menyadari manfaatnya
(Internalization).
• Patut menjadi catatan
bahwa perubahan yang
paling baik adalah
apabila seseorang
menyadari benar akan
manfaat perubahan
perilakunya.
KESIMPULAN
Beberapa hal yang hampir
sama dapat dicatat diantara
teori-teori perilaku dan ilmu
sosial dan model-model yang
digunakan untuk memahami
dan meningkatkan perilaku
hidup sehat.
• Banyak pendekatan teoritikal yang
menyorot peran dari hasil akhir
perilaku yang dirasakan, walaupun
istilah-istilah berbeda digunakan
untuk mengkonstruksikan, termasuk
manfaat yang dirasakan dan
halangan-halangannya (Health Belief
Model) dan hasil akhir yang
diharapkan (Social Cognitive Theory
And Theory Of Planned Behavior).
• Beberapa pendekatan juga
menekankan pengaruh dari
persepsi dari control /
pengendalian terhadap perilaku,
pengaruh ini diberikan label
sebagai semacam Self-Efficacy
(Health Belief Model, Social
Cognitive Theory) dan Perceived
Behavioral Control (Theory Of
Planned Behavior).
• Teori-teori dan model-model lain
menggambarkan peran pengaruh-
pengaruh sosial, sebagaimana
dalam konsep-konsep Observational
Learning (Social Cognitive Theory),
Perceived Norm (Theory Of
Reasoned Action And Theory Of
Planned Behavior), Social Support,
dan Interpersonal Influences
(Ecological Perspective).
Terimakasih
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai