Anda di halaman 1dari 65

PROSES PERUBAHAN DAN

PEMBENTUKAN PERILAKU AMAN


Pokok Bahasan :
• Jenis perilaku
• Faktor Pembentukan Perilaku
• Model Proses Perubahan perilaku menurut
Lewin
• Tahap perubahan Perilaku (Rogers)
• Teori Perubahan Perilaku
• Bentuk perubahan perilaku
• Strategi perubahan perilaku
• Pendekatan persuasif dalam perilaku
• Proses pembentukan perilaku dapat berlangsung
cepat atau dalam waktu pendek dan dalam waktu
yang lama atau lambat.
• Menurut Maslow, proses pembentukan perilaku
didasarkan pada tingkat kebutuhan manusia.
Manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis/biologis, kebutuhan rasa
aman/selamat, kebutuhan sosial/mencintai dan
dicintai, kebutuhan akan harga diri, kebutuahan
aktualisasi diri.
• Dalam mempelajari kebutuhan manusia,
penting untuk mempelajari motivasi
yang mengacu adanya kekuatan
dorongan yang menggerakkan diri
untuk berperilaku.
Untuk meningkatkan motivasi dalam berperilaku dapat
dilakukan empat cara (Sunaryo, 2004) :
•Memberikan reward berbentuk hadiah, pujian, piagam,
penghargaan, promosi pendidikan, dan jabatan.
•Kompetisi atau persaingan yang sehat
•Menjelaskan tujuan atau menciptakan tujuan antara
(pace making).
•Memberikan informasi mengenai keberhasilan kegiatan
yang telah dilakukan untuk mendorong keberhasilan
lebih.
Menurut Dahro (2012), jenis perilaku dibagi
menjadi dua yaitu ;
1. Perilaku yang refleksif
•Perilaku yang refleksif merupakan perilaku
secara spontan yang terjadi atas reaksi
terhadap stimulus yang didapatkan organism
tersebut bertujuan menghindari ancaman yang
dapat merusak keberadaan individu.
•Ex : peraturan, sanksi/hukuman
2. Perilaku non refleksif
•Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh
kesadaran atau otak. Perilaku ini
merupakan perilaku yang dibentuk dan
dapat dikendalikan. Oleh karena itu,
perilaku ini dapat berubah dari waktu ke
waktu sebagai hasil proses belajar.
•Ex : pelatihan, sosialisasi, program
berbasis perilaku.
FAKTOR PEMBENTUKAN PERILAKU

• Informasi yang diterima (pengetahuan)


• Persepsi
• Pola pikir
• Kebiasaan (habit)
Informasi yang diterima
• Informasi yang didapat oleh seseorang dapat
membentuk persepsi yang nantinya akan
diyakini kebenarannya
• Apabila seorang pekerja secara terus-
menerus mendapatkan informasi positif dari
praktek kerja aman, maka tidak menutup
kemungkinan dapat merubah seorang pekerja
untuk selalu melakukan praktek kerja aman
dan dapat menjadi perilaku yang positif /
perilaku aman.
Persepsi
• Merupakan tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan
informasi sensoris guna memberikan gambaran dan
pemahaman tentang lingkungan.
• Pengalaman masa lalu dan asumsi merupakan beberapa
pembentuk dari persepsi.
• Contohnya adalah seseorang yang pernah mengalami near
miss, maka kejadian tersebut menjadi pengalaman positif yang
masuk kedalam pikirannya dan menjadi persepsi kemudian
seseorang tersebut akan terus mengingat kejadian itu dan
mencoba untuk mencegah atau menghindarinya.
Pola Pikir
• Tindakan seseorang yang dipengaruhi oleh pola pikir,
dapat terjadi baik di sengaja atau tidak di sengaja.
Pola pikir ini juga dipengaruhi oleh informasi yang
diterima baik formal atau informal (pengetahuan)
pengalaman, dan emosi.
• Contoh sederhana pola pikir yang kurang tepat
terjadi di dunia K3 yaitu keselamatan kerja
merupakan tanggung jawab perusahaan, jadi apabila
terjadi kecelakaan kerja merupakan tanggung jawab
perusahaan. Padahal Keselamatan Kerja merupakan
tanggung jawab masing-masing individu
Kebiasaan (Habit)
• Tindakan yang dilakukan terus menerus dan diakui
kebenarannya (walaupun tidak selalu benar) akan
menjadi kebiasaan. Kebiasaan tersebut bisa
berbentuk positif atau negative. Kebiasaan negative /
positif tersebut dilakukan juga dengan coba-coba
(trial and error) dan barulah diakui kebenarannya
• Contoh : Mengencangkan sabuk pengaman setiap
kali memasuki mobil, menggunakan pegangan saat
naik/turun tangga, melakukan pengecekan
kendaraan sebelum berkendara,
Model Proses Perubahan perilaku menurut
Lewin
• Lewin ( 1951 ) mengemukakan teori perubahan
“ Unfreezing to refreezing” yang berlangsung
dalam lima tahap berikut :
a. Fase Pencairan ( the unfreezing phase)
b. Fase Diagnosa masalah (problem diagnosis
phase)
c. Fase penentuan tujuan (Goal Setting Phase)
d. Fase Tingkah Laku baru (new behavior phase)
e. Fase pembekuan ulang (the refreezing phase)
a. Fase Pencairan ( the unfreezing phase) :
• Individu mulai mempertimbangkan
penerimaan terhadap perubahan.
• Dalam keadaan ini ia siap menerima
perubahan sikap dasar, Motivasi dan
tingkah laku.
b. Fase Diagnosa masalah (problem
diagnosis phase) :
Individu mulai mengidentifikasi kekuatan-
kekuatan, baik yang mendukung perlunya
perubahan maupun menetang perubahan
itu serta menganalisa kekuatan itu.
c. Fase penentuan tujuan (Goal Setting
Phase) :
Apabila masalahnya telah dipahami,
maka individu menentukan tujuannya
sesuai dengan perubahan yang
diterimanya.
d. Fase Tingkah Laku baru (new behavior
phase) :
Pada fase ini individu mulai
mencobanya dan membandingkan
dengan praktik – praktik yang telah
dilakukan dan diharapkan.
e. Fase pembekuan ulang (the refreezing
phase) :
Apabila dianggap berguna, perubahan
kemudian diasimilasikan menjadi pola
tingkah laku yang permanen, misalnya :
arti kesehatan bagi kehidupan manusia
dan cara-cara pemeliharaan kesehatan.
Tahapan perubahan seseorang untuk
mengadopsi suatu perilaku yang baru
(Rogers & Shoemaker, (1971):

Awareness

Interest

Evaluation

Trial

Adoption
Awareness
– Mengetahui/menyadari tentang
adanya ide baru
– Tahap seseorang tahu dan sadar ada
terdapat suatu inovasi sehingga
muncul adanya suatu kesadaran
terhadap hal tersebut
Interest
• Menaruh perhatian terhadap ide
• Tahap seseorang mempertimbangkan
atau sedang membentuk sikap terhadap
inovasi yang telah diketahuinya tersebut
sehingga ia mulai tertarik pada hal
tersebut.
Evaluation
• Memberikan penilaian
• tahap seseorang membuat putusan
apakah ia menolak atau menerima
inovasi yang ditawarkan sehingga saat
itu ia mulai mengevaluasi
Trial
• Mencoba memakainya
• Tahap seseorang melaksanakan
keputusan yang telah dibuatnya
sehingga ia mulai mencoba suatu
perilaku yang baru
Adoption
• Menerima ide/hal baru
• Tahap seseorang memastikan atau
mengkonfirmasikan putusan yang
diambilnya sehingga ia mulai
mengadopsi perilaku baru tersebut
TEORI PERUBAHAN

1. Teori Stimulus Organisme ( S – O – R )


2. Teori Festinger ( Dissonance Theory ) (
1957 )
3. Teori ABC
Teori Stimulus Organisme
(S–O–R)
• Didasarkan pada asumsi bahwa penyebab
terjadinya perubahan perilaku tergantung
kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme.
• Artinya, kualitas dari sumber komunikasi,
misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya
berbicara, sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.
• Hosland, et al ( 1953) mengatakan bahwa
perubahan perilaku pada hakikatnya adalah
sama dengan proses belajar.
• Teori ini mengatakan bahwa perilaku berubah
hanya apabila stimulus ( rangsang ) yang
diberikan benar – benar melebihi dari
rangsang semula.
• Rangsang yang dapat melabihi stimulus
semula ini berarti stimulus yang diberikan
harus dapat meyakinkan organisme.
• Dalam meyakinkan organisme ini faktor
reinforcement memegang peranan penting.
Teori Festinger ( Dissonance Theory )
( 1957 )
• Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau
objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat
atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam
diri individu itu sendiri maka terjadilah
ketidakharmonisan/ketidakseimbangan (dissonance)
• Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu
terdapat elemen kognisi (pengetahuan, pendapat
atau keyakinan) yang saling bertentangan.
• Sebagai contoh, seorang perokok tetap merokok,
meski tahu bahwa rokok berbahaya bagi
kesehatannya
• Situasi tersebut dapat menimbulkan perasaan
tidak nyaman pada seseorang berupa
kecemasan, malu, atau perasaan bersalah
dan menyesal. Perasaan ini pun bisa
memengaruhi perilaku, pikiran, keputusan,
sikap, hingga kesehatan mental seseorang
sehingga hal ini mengarah pada perubahan
salah satu sikap, keyakinan, atau perilaku
untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut
• Melalui teori ini, Festinger menunjukkan bahwa
setiap orang memiliki dorongan batin untuk
menjaga semua sikap dan perilaku tetap
selaras serta menghindari ketidakharmonisan
(disonansi). Bila disonansi ini terjadi, sesuatu
harus berubah untuk menyelaraskan kembali
situasi tersebut.
• Keberhasilan yang ditunjukkan dengan
tercapainya keseimbangan menunjukkan
adanya perubahan sikap dan akhirnya akan
terjadi perubahan perilaku
Teori ABC

• Didalam ilmu psikologi, dikembangkan metode


dalam menganalisa suatu perilaku. Teori ini dikenal
sebagai Model dasar ABC yang dikembangkan oleh
B.F. Skinner pada tahun 1930an. Dimana
• A = Antecedent / Pemicu
• B = Behavior / Perilaku
• C = Consequence / Konsekuensi
Konsep Teori ABC

• Perilaku dipicu oleh beberapa rangkaian


peristiwa anteseden (sesuatu yang
mendahului sebuah perilakau dan secara
kausal terhubung dengan perilaku itu
sendiri) dan diikuti oleh konsekuensi (hasil
nyata dari perilaku bagi individu) yang dapat
meningkatkan atau menurunkan
kemungkinan perilaku tersebut akan
terulang kembali
• Misalnya : ketika seseorang akan
menyebrang jalan (pencetus/pemicu), maka
orang tersebut akan menoleh ke kanan dan
ke kiri untuk memastikan bahwa tidak ada
kendaraan yang melintas (perilaku), dari
perilaku tersebut maka konsekuensi dari
perilakunya, orang tersebut menyeberang
dengan kondisi aman
Anteseden
• Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang
membentuk tahap atau pemicu perilaku.
Anteseden yang secara reliable
mengisyaratkan waktu untuk menjalankan
sebuah perilaku dapat meningkatkan
kecenderungan terjadinya suatu perilaku pada
saat dan tempat yang tepat.
• Anteseden dapat bersifat alamiah (dipicu oleh
peristiwa- peristiwa lingkungan) dan terencana
(dipicu oleh pesan/peringatan yang dibuat
oleh komunikator)
• Contoh anteseden yaitu peraturan dan
prosedur, peralatan dan perlengkapan yang
sesuai, informasi, rambu-rambu, keterampilan
dan pengetahuan, serta pelatihan, safety
meetings, penetapan tujuan, peraturan,
perjanjian kontrak, kebijakan dan prosedur,
penambahan dan pengurangan insentif,
intruksi, penempatan rambu atau label
keselamatan, pemodelan
• Meskipun anteseden diperlukan untuk memicu
perilaku, namun kehadirannya tidak menjamin
kemunculan suatu perilaku.
• Sebagai contoh, adanya peraturan dan prosedur
keselamatan belum tentu memunculkan perilaku aman.
• Bagaimanapun adanya anteseden yang memiliki efek
jangka panjang seperti pengetahuan sangat penting
untuk menciptakan perilaku aman.
• Anteseden adalah penting untuk memunculkan
perilaku, tetapi pengaruhnya tidak cukup untuk
membuat perilaku tersebut bertahan selamanya
Konsekuensi (Consequences)
• Konsekuensi adalah perstiwa lingkungan
yang mengikuti sebuah perilaku, yang juga
menguatkan, melemahkan atau
menghentikan suatu perilaku.
• Secara umum, orang cenderung mengulangi
perilaku-perilaku yang membawa hasil-hasil
positif dan menghindari perilaku-perilaku
yang memberikan hasil-hasil negatif
• Contoh : Konsekuensi dapat berupa
pembuktian diri, penerimaan atau
penolakan dari rekan kerja, sanksi, umpan
balik, cedera atau cacat, penghargaan,
kenyamanan atau ketidaknyamanan, rasa
terima kasih, dan penghematan waktu
Ada tiga macam konsekuensi yang
mempengaruhi perilaku yaitu :
• Penguatan positif
– berupa mendapatkan sesuatu yang diinginkan seperti umpan
balik positif terhadap pencapaian, dikenal oleh atasan, pujian dari
rekan kerja, dan penghargaan
• Penguatan negatif
– berupa terhindar dai sesuatu yang tidak diinginkan seperti
terhindar dari pengucilan oleh rekan kerja, terhindar dari rasa
sakit, terhindar dari kehilangan insentif, dan terhindar dari denda
• Hukuman
– mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan atau kehilangan
sesuatu yang dimiliki atau diinginkan seperti kehilangan
keuntungan, aksipendisiplinan, rasa sakit/cedera, dan perasaan
bersalah
• Meskipun penguatan positif dan penguatan
negatif sama-sama meningkatkan frekuensi
kemunculan suatu perilaku, keduanya
menimbulkan hasil yang berbeda.
• Penguatan negatif hanya menghasilkan perilaku
untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
• Penguatan positif menghasilkan perilaku lebih dari
yang diharapkan, dengan kata lain mempengaruhi
penilaian individu. Seseorang memunculkan
perilaku karena memang “keinginannya” bukan
karena “keharusan”
Krausse (1996) menyatakan bahwa kekuatan
konsekuensi dalam mempengaruhi perilaku ditentukan
oleh:
•Waktu : konsekuensi yang segera (sooner) mengikuti
perilaku berpengaruh lebih kuat dibandingkan dengan
konsekuensi yang muncul belakangan (later).
•Konsistensi : konsistensi yang lebih pasti mengikuti
perilaku (certain) berpengaruh lebih kuat daripada
konsistensi yang tidak dapat diprediksi atau tidak pasti
(uncertain).
•Signifikansi : konsekuensi positif berpengaruh lebih
kuat dibandingkan dengan konsekuensi negatif.
Hubungan Anteseden, Behavior dan
Consequence

Antecedent Consequence
Behavior
• Anteseden juga disebut sebagai activator
dapat memunculkan suatu perilaku untuk
mendapatkan konsekuensi yang diharapkan
(reward) atau menghindari konsekuensi
yang tidak diharapkan (penalty).
• Anteseden mengarahkan suatu perilaku dan
konsekuensi menentukan apakah perilaku
tersebut akan muncul kembali
• Konsekuensi mempengaruhi kemungkinan
perilaku tersebut akan muncul kembali.
• Konsekuensi dapat menguatkan atau
melemahkan perilaku sehingga dapat
meningkatkan atau mengrangi frekuensi
kemunculan perilaku tersebut dalam kondisi
yang serupa
• Anteseden adalah penting namun tidak
cukup berpengaruh untuk menghasilkan
perilaku. Konsekuensi menjelaskan
mengapa orang mengadopsi perilaku
tertentu
BENTUK – BENTUK PERUBAHAN PERILAKU

1. Perubahan Alamiah ( Natural Change )


Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian
perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Contoh : perubahan perilaku yang
disebabkan karena usia seseorang
2. Perubahan terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek.
contoh : perubahan perilaku seseorang
karena tujuan tertentu atau ingin
mendapatkan sesuatu yang bernilai baginya
3. Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to
Change )
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-
program di tempat kerja, maka yang sering
terjadi adalah sebagian orang sangat cepat
untuk menerima inovasi atau perubahan
tersebut, dan sebagian orang lagi sangat
lambat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut. Contoh : perubahan
akibat penggunaan teknologi baru
STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU

• Beberapa strategi untuk memperoleh


perubahan perilaku tersebut oleh WHO
dikelompokkan menjadi tiga :
1.Menggunakan kekuatan / kekuasaan
2.Pemberian informasi
3.Diskusi partisipatif
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan
atau dorongan
• Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan
kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan.
• Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang –
undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat.
• Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan
tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena
perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran
sendiri.
2. Pemberian informasi
• Adanya informasi tentang cara menggunakan
APD yang benar, cara kerja yang aman,
pemeliharaan kesehatan , cara menghindari
penyakit dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan pekerja.
• Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi
menimbulkan kesadaran yang pada akhirnya
akan menyebabkan orang berperilaku sesuai
pengetahuan yang dimilikinya.
• Perubahan semacam ini akan memakan
waktu lama tapi perubahan yang dicapai
akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
• Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua
dimana penyampaian informasi kesehatan bukan
hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif.
• Hal ini berarti bahwa pekerja bukan hanya penerima
yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam
diskusi tentang informasi yang diterimanya.
• Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding
cara kedua ataupun pertama akan tetapi
pengetahuan sebagai dasar perilaku akan lebih
mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka
juga akan lebih mantap.
• Apapun cara yang dilakukan harus jelas
bahwa perubahan perilaku akan
terjadi ketika ada partisipasi sukarela
dari pekerja.
• Pemaksaan, propaganda politis yang
mengancam akan tidak banyak berguna
untuk mewujudkan perubahan yang
langgeng.
• Perilaku K3 harus terus dilatih agar
menjadi suatu kebiasaan (safe behavior).
• Proses latihan perilaku K3 dapat
dilakukan melalui tahapan:
1.Observation (pengamatan)
2.Feedback (umpan balik)
3.Reinforcement (penguatan)
4.Behavior change (perubahan perilaku)
• Observation (Pengamatan)
Mengamati dan memonitor perilaku
pekerja dan mengidentifikasikan
(mengenali) manakah perilaku
selamat dan manakah perilaku tidak
selamat.
• Feedback (Umpan Balik)
Memberikan umpan balik. Katakan
kepada pekerja anda apakah ia
melakukan tindakan selamat atau
tidak selamat. Umpan balik yang tepat
merupakan pemicu kepada pekerja
untuk meneruskan atau merubah
perilakunya
• Reinforcement (penguatan)
Pemberian suatu suatu penguatan
yang positif sesudah pekerja
melakukan tindakan selamat
dapat mendorong pekerja tersebut
melakukan lagi tindakan tersebut.
• Contohnya: "Saya lihat anda memakai
kacamata pelindung dengan baik hari ini.
Itu merupakan perilaku yang selamat.
Saya senang melihat hal itu".
• Behavior Change (Perubahan Perilaku)
Perubahan ini terjadi hanya bila selalu
dilakukan penguatan ke arah "safe
behavior", ini merupakan tujuan dari
ketiga proses sebelumnya.
PENDEKATAN PERSUASIF DALAM
PERILAKU K3

• Pembangkitan sisi pikiran pekerja


• Faktor pikiran berisi tentang keyakinan
seseorang mengenai apa yang berlaku. Sekali
kepercayaan telah terbentuk, maka keyakinan
tersebut akan menjadi dasar pertimbangan
seseorang mengenai perbuatan yang akan
dilakukan. Keyakinan sendiri terbentuk dari
informasi yang didapat seseorang.
• Bisa saja pekerja berperilaku tidak aman
karena tidak mengerti bagaimana cara
berperilaku aman. Oleh karena itu dalam
komponen ini direncanakan program
untuk meningkatkan pengetahuan
pekerja tentang keselamatan kerja, yaitu
dengan pelatihan singkat, simulasi, dan
workshop sesuai analisa kebutuhan
pelatihan.
• Pembangkitan sisi perasaan pekerja
Usaha selanjutnya dalam pendekatan
persuasi dalam peningkatan keselamatan
kerja adalah berusaha mengubah reaksi
emosional pekerja. Faktor yang paling
berperan disini adalah pembangkitan sisi
perasaan dari pekerja untuk berperilaku
disiplin dalam bekerja.
• Pada dasarnya pekerja tahu cara berperilaku
yang aman, namun karena berbagai hal
seperti menghemat waktu, menghemat
usaha, merasa lebih nyaman, dan menarik
perhatian membuat pekerja menomorduakan
keselamatan. Untuk mengubah pemahaman
pekerja ini diperlukan program-program
antara lain :
a. Kampanye dan Sosialisasi Keselamatan Kerja
b. Publikasi Data Kecelakaan Kerja
• Pembangkitan Sisi Tindakan
Perilaku atau kebiasaan yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek lain yang
ada disekitar lingkungannya. Ketika
lingkungan sekitarnya tidak nyaman atau
mendorong kearah negatif (negatif
reinforcement) maka kecenderungan perilaku
manusia tersebut juga ke arah negatif. Jadi
untuk mempengaruhi perilaku seseorang juga
harus merubah lingkungan fisiknya.
• Perilaku tidak aman juga sering dipicu oleh
adanya pengawas atau manajemen yang
tidak peduli dengan keselamatan kerja. Pihak
manajemen ini secara tidak langsung
memotivasi para pekerja untuk mengambil
jalan pintas, mengabaikan bahwa perilakunya
berbahaya demi kepentingan tercapainya
target produksi.
• Perilaku tidak aman juga bisa dipicu oleh
tidak tersedianya Alat Pelindung Diri di
lokasi kerja. Karena tuntutan deadline
pekerjaan, sehingga tanpa alat pelindung diri
pekerja terpaksa melakukan pekerjaan yang
berpotensi bahaya. Jika hal ini dibiarkan maka
akan menjadi kebiasaan dalam bekerja.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai