Anda di halaman 1dari 7

Teknologi EM4 dukung pertanian organik di Indonesia

Teknologi EM dikembangkan pertama kali oleh Prof Dr Teruo Higa dari University of The Ryukyus,
Okinawa, Jepang, pada 1980,

Denpasar (ANTARA) - Teknologi EM dengan produknya di Indonesia disebut Effective Microorganism 4


(EM4), yang secara internasional bernama EM1, telah konsisten mendukung sistem pertanian organik
dan kini posisinya terdepan dalam memasarkan pupuk organik cair di Tanah Air.

"Teknologi EM dikembangkan pertama kali oleh Prof Dr Teruo Higa dari University of The Ryukyus,
Okinawa, Jepang, pada 1980," kata Direktur Utama PT Songgolangit Persada Dr Ir Gede Ngurah
Wididana, MAgr di Denpasar, Bali, Selasa.

Selanjutnya Teknologi EM mulai berkembang ke seluruh dunia sejak 1989, setelah dibentuk organisasi
penelitian pertanian organik Kyusei (Asia Pasific Natural Agriculture Network-APNAN) yang berkantor
pusat di Thailand.

"Indonesia sebagai anggota APNAN menyumbangkan banyak pemikiran dan hasil-hasil penelitian
pertanian organik dengan Teknologi EM sejak 1990," ujar pria yang biasa disapa Pak Oles itu.

Hasil-hasil penelitian pertanian organik di Indonesia yang pada saat itu dimotori oleh Yayasan Bumi
Lestari dan Yayasan Kyusei Nature Farming menjadi modal awal untuk mendaftarkan produk EM4
sebagai pupuk organik cair di Indonesia oleh PT Songgolangit Persada pada 1995. Pak Oles sendiri
merupakan alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa Jepang tahun 1990 atau
mantan mahasiswa dari Prof Dr Teruo Higa.

Sejak menyelesaikan pendidikan di Negeri Sakura, ia aktif mengajarkan dan melatih teknologi EM
kepada petani dan masyarakat, serta pada Yayasan Istitut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA)
untuk melakukan pelatihan dan pendidikan Teknologi EM sejak 1997. Hingga saat ini telah menamatkan
6.000 peserta yang bersertifikat dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk dari Malaysia.

Mereka umumnya merupakan karyawan instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan
perusahaan swasta menjelang purna tugas untuk mendalami pertanian organik dan teknologi EM
dengan harapan dapat menerapkannya setelah mereka menjalani masa pensiun.

Selain itu juga tercatat sekitar 10.000 orang mengadakan studi banding ke IPSA Bali untuk mengenal
teknologi EM dan tanaman langka berkhasiat obat yang berhasil dikoleksi Pak Oles. Selanjutnya Yayasan
IPSA berganti nama menjadi Yayasan Gede Ngurah Wididana karena alasan perizinan sejak tahun 2022.

PT Songgolangit Persada secara tekun mengembangkan dan memasarkan produk EM4 ke seluruh
Indonesia dengan tiga varian produk EM4, yaitu untuk pertanian, peternakan dan perikanan. Hal ini juga
berkat perjalanan panjang EM4 di Indonesia sejak tahun 1990 (32 tahun), dengan tetap konsisten pada
pengembangan produk pertanian organik, yang dimotori oleh PT Songgolangit Persada sejak 1993 (29
tahun).
Banyak pengalaman dalam bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, produksi dan pemasaran yang
dimiliki oleh Sumber Daya Manusia PT Songgolangit Persada, sebagai modal utama untuk menjalankan
bisnis EM4 di Indonesia. "Bantuan penelitian dan pengembangan Teknologi EM dari EMRO (Effective
Microorganisms Research Organization), Jepang sangat mendukung perkembangan penerapan EM4 di
Indonesia," ujarnya menambahkan.

Penerapan EM4 di bidang perkebunan dilakukan pada perkebunan kelapa sawit, karet, kopi dan teh.
EM4 diterapkan dalam bidang pertanian tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura (buah, bunga
dan sayur), serta pada pertanian perkotaan (urban farming), dan pertamanan (taman kota, hotel dan
villa).

EM4 juga diterapkan pada peternakan ayam, bebek, babi, sapi dan kambing, untuk mengurangi bau/
polusi yang dihasilkan oleh kotoran ternak, sekaligus juga untuk mengolah kotoran ternak menjadi
pupuk organik. EM4 juga diterapkan pada perikanan/tambak udang, ikan, serta untuk pemeliharaan ikan
hias.

Dalam bidang pengolahan limbah EM4 diterapkan untuk mengolah limbah organik menjadi pupuk
organik, mengolah limbah organik kota, hotel dan restoran, serta limbah organik rumah tangga.

Menurut dia, penggunaan EM4 yang sangat luas dan mudah diterapkan, sangat mendukung pemasaran
EM4 di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, kesehatan
manusia, tanaman dan hewan juga sangat mendukung penerapan EM4 di Indonesia.

Kecepatan dan pertukaran informasi penggunaan, manfaat dan hasil penelitian EM4 dan pertanian
organik melalui internet juga sangat mendukung pengembangan EM4 di Indonesia. Saat ini EM4 menjadi
terdepan (pemimpin) pasar produk pupuk organik cair di Indonesia, menjadi pelopor teknologi
pertanian organik.

"Peluang pasar EM4 di Indonesia masih terbuka lebar, mengingat potensi pengembangan pertanian
yang sangat besar untuk meningkatkan produksi produk pertanian, peternakan dan perikanan, serta
menjaga kualitas tanah, air dan udara dengan Teknologi EM," kata Pak Oles.

Ia menambahkan, pengembangan pertanian organik, khususnya pada produk makanan, kesehatan,


lingkungan dan pariwisata masih sangat terbuka luas. Pertanian organik dan Teknologi EM merupakan
dua sisi yang saling melengkapi.

Hal ini karena Teknologi EM mendukung keberhasilan pertanian organik, dengan menyuburkan tanah
secara organik, mencegah berkembangnya hama penyakit tanaman dan hewan, serta membersihkan
lingkungan pertanian.

"Arus globalisasi yang menginginkan kelestarian lingkungan, kesehatan, perdamaian dan kesejahteraan
bersama sangat membuka peluang penerapan Teknologi EM lebih membumi untuk seluruh lapisan
masyarakat," kata Pak Oles. Hal itu bisa mulai dari tingkat rumah tangga (limbah organik dapur dan
rumah tangga), pengolahan sampah kota, limbah organik industri dan pertanian dalam arti luas.
Hilangnya Pesona Makanan Tradisional di Tengah Arus Globalisasi

Globalisasi membawa pengaruh yang luar biasa pada bidang politik, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan suatu negara. Salah satu masalah yang cukup terkena dampak adalah bidang sosial budaya,
yaitu terkait konsumsi makanan tradisional. Makanan tradisional sekarang cukup langka untuk ditemui
di pasaran. Padahal makanan tradisional merupakan makanan yang telah turun temurun untuk
dihidangkan atau di konsumsi. Makanan tradisional bersejarah dalam hidangan nasional, masakan
daerah atau masakan lokal.

Sejak dulu, makanan tradisional sudah disajikan dalam acara-acara tertentu. Seperti acara pernikahan,
acara syukuran, acara peringatan kematian, dan sebagainya. Makanan tradisional juga menyimpan
makna filosofis mendalam. Baik dari bahan pembuatan nya maupun teknik pembuatan nya. Sehingga
menambah kekaguman ketika menikmati makanan tersebut sambil menyelami makna yang terkandung
dalam makanan tersebut.

Namun, sejak tahun 1970-an, makanan junk food seperti KFC, McDonald’s, Burger King, dan sebagainya
mulai masuk ke Indonesia dan merambah di pasar domestik. Makanan ini lebih diminati oleh anak-anak,
kaum muda, bahkan orang dewasa dibandingkan makanan tradisional yang selama ini telah menjadi
makanan sehari-hari mereka. Makanan junk food dinilai memiliki tampilan lebih “eye cathing” dengan
warna-warna yang memikat dan rasa yang lebih bervariasi dibandingkan dengan makanan tradisional.
Selain itu, hal tersebut juga tidak terlepas dari peran media yang turut meramaikan tren makanan luar
negeri dengan iklan-iklan yang menarik, sehingga makanan tradisional yang biasanya di konsumsi makin
berkurang “pesona-nya” di tengah-tengah masyarakat.

Zaman sekarang sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari banyak dari kalangan muda maupun
anak-anak lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki “brand luar negeri”. Hal ini
dikarenakan makanan tersebut terkesan lebih mewah dan mahal, serta tak semua kalangan masyarakat
yang memiliki kemampuan untuk membeli produk makanan tersebut.

Fast food dan junk food mulai merajai dunia kuliner dikarenakan kemudahan dalam pembuatan dan
penyajian yang juga tidak membutuhkan waktu lama. Sementara untuk sebagian makanan tradisional
kadang kalanya memang membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang lebih banyak dikarenakan bahan
serta metode pembuatan yang cukup beragam.

Misalnya rendang, makanan khas asli Sumatra Barat ini membutuhkan bahan yang cukup banyak dan
waktu yang tidak sedikit dalam pembuatan nya. Bahan-bahan rempah yang beragam seperti cabai
merah giling, jahe, lengkuas, bawang merah dan bawang putih, santan, daging, dan sebagainya
membutuhkan biaya yang cukup banyak. Pengolahan makanan dari mentah sampai menjadi siap santap
cukup lama. Paling tidak dibutuhkan ± 3 jam untuk memasak daging hingga matang.
Hal ini sangat berbeda dengan junk food dan fast food. Untuk jenis fast food, makanan dapat untuk
dinikmati ± 15 menit. Bahkan untuk makanan yang cepat saji seperti mie instan hanya memerlukan 3 -
10 menit pembuatan hingga siap untuk dinikmati, bahkan makan tersebut juga menghasilkan aroma
yang lebih memikat dan menggugah selera. Hal inilah yang menjadikan fast food dan junk food lebih
populer untuk dikonsumsi dikalangan manapun. Akhirnya, makanan tradisional yang dahulunya sangat
mudah ditemukan di tengah-tengah masyarakat makin langka jumlahnya karena telah kehilangan
peminatnya.

Dilansir dari situs CNN, dibalik tren junk food dan fast food yang dinilai keren. sebenarnya gaya hidup
tersebut dapat menimbulkan pola konsumsi yang kurang baik dan bahkan berdampak buruk bagi
Kesehatan. Makanan junk food dan fast food kebanyakan memiliki kandungan minyak yang tinggi.

Beberapa dari junk food dan fast food juga disertai penyedap makanan yang berdampak buruk bagi
sistem percernaan, bahkan sebagian dari bumbu dan penyedap yang disertakan untuk menambah
aroma dan rasa gurih pada junk food dan fast food dapat merusak sistem saraf yang ada dalam tubuh.

Apakah kebanyakan dari kalangan yang sangat mencintai budaya mengkonsumsi junk food dan fast food
tidak mengetahui bahaya dan dampak jangka panjang jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan junk
food dan fast food?

Apakah generasi selanjutnya masih akan merasakan cita rasa khas dari makanan tradisional bangsanya
sendiri?

Apakah suatu saat nanti makanan tradisional yang selama berabad-abad telah menjadi kebanggaan
bangsa tidak akan dikenali lagi?

Jika dibiarkan terus-menerus,tentu makanan tradisional lama kelamaan akan menghilang dari peredaran
dan semakin tidak dikenali lagi oleh generasi selanjutnya. Karena transformasi pengetahuan tentang
makanan tradisional tersebut tidak diwariskan oleh generasi sebelumnya. Untuk itu, perlu dilakukan
pengenalan serta pelestarian terhadap makanan tradisional melalui penggalakkan kepada masyarakat
umum, khususnya kepada anak-anak dan kaum muda. Selain itu, pada tingkat keluarga juga diharapkan
orang tua mengenalkan makanan tradisional kepada anak-anak nya sehingga proses transformasi
pengetahuan tetap berjalan hingga masa mendatang.

Agar bisa diterima dan diminati oleh semua kalangan, usaha-usaha lain yang telah ditempuh dalam
rangka melestarikan makanan tradisional dilakukan dengan membuat tampilan makanan tradisional
lebih menarik dengan ditata secara epik, baik dalam bentuk kemasan maupun bentuk makanan
tersebut. Serta juga dapat dilakukan festival makanan tradisional sehingga banyak masyarakat yang
berkunjung dapat mengetahui secara langsung makanan tradisional yang cukup langka di festival
tersebut.

Apalagi kita sebagai generasi muda, sudah sepatutnya kita yang menjaga kelestarian makanan
tradisional yang merupakan salah satu kekayaan dari budaya bangsa. kita boleh mengikuti tren yang ada
dan kita pun tidak dilarang untuk mengkonsumsi makanan junk food maupun fast food, tapi jangan lupa
kita juga memiliki makanan tradisional yang merupakan kebanggaan bangsa kita. Makanan tradisional
yang bahkan setiap bahan dan proses pembuatannya memiliki filosofi yang harus kita ketahui dan kita
kenalkan ke dunia luar dan mancanegara.

Tersisihnya Budaya Lokal karena Globalisasi

Di samping memiliki nilai positif, globalisasi berpotensi mengancam budaya lokal. Masyarakat menjadi
lebih individualistik, sifat gotongroyong kian terkikis.

BandungBergerak.id - Globalisasi dan budaya menjadi dua hal yang memiliki kaitan sangat erat.
Perkembangan globalisasi memengaruhi budaya lokal dalam sebuah negara, begitupun sebaliknya. Lalu,
apa itu budaya dan globalisasi?

Budaya adalah cara hidup yang berkembang dalam berbagai lingkungan kehidupan dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya dapat dikenal sebagai ciri khas dalam suatu negara. Kebudayaan
merupakan salah satu unsur penting untuk membentuk identitas bangsa.

Dalam kebudayaan, terdapat berbagai unsur, yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi
sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi,
serta kesenian. Selain itu, budaya juga meliputi kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.

Globalisasi adalah sebuah proses masuknya ilmu pengetahuan dan kebudayaan ke lingkup dunia.
Dengan adanya globalisasi, dunia yang sangat luas tidak lagi menjadi penghalang untuk negara saling
berhubungan. Proses globalisasi sendiri didukung oleh kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi. Dengan adanya kemajuan tersebut hubungan antarmanusia menjadi lebih mudah.

Oleh karena itu, setiap globalisasi akan berpengaruh pada masyarakat dalam menyikapi perkembangan
budaya lokal yang ada, apakah memilih untuk mempertahankannya atau justru disisihkan. Tentu, hal ini
menjadi tantangan berat bagi banyak negara, salah satunya Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Kekayaan budaya di Indonesia terjadi karena
Indonesia termasuk salah satu negara yang luas dan memiliki banyak suku bangsa. Dengan demikian,
terdapat banyak bahasa daerah, adat istiadat, tarian daerah, lagu daerah, rumah adat, dan warisan
budaya lainnya.

Kekayaan budaya Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia. Warisan budaya yang dimiliki Indonesia
sudah mendunia. Beberapa budaya yang dimiliki Indonesia telah diakui oleh Organisasi Pendidikan,
Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), seperti angklung, batik, wayang, tari saman, keris, dan lain-
lain.
Kehadiran globalisasi memberikan dampak positif dalam perkembangan budaya lokal. Ilmu pengetahuan
dan teknologi menjadi semakin luas dan dapat mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju.
Globalisasi juga menghadirkan pertukaran budaya sehingga budaya asing dapat masuk dengan mudah
ke suatu negara. Dengan begitu, budaya suatu negara dapat terserap dan dipelajari dengan mudah di
negara lain.

Meskipun globalisasi memberikan pengaruh positif, tetap ada pula dampak negatifnya, antara lain,
terancam lunturnya nilai budaya lokal. Masyarakat lebih tertarik untuk menyerap budaya asing yang
masuk dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Budaya asing dianggap lebih modern dan
menyenangkan daripada budaya lokal. Dampak negatif lainnya adalah nilai kebersamaan dalam
gotongroyong dan musyawarah sudah mulai hilang. Masyarakat menjadi lebih bersifat individualis
sehingga rasa solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar menjadi berkurang.

Sifat individualis menyebabkan masyarakat lebih mengutamakan kepentingan individu daripada


kepentingan bersama. Selain sifat individualis, kesenjangan sosial juga terjadi bagi masyarakat yang
tidak dapat mengimbangi globalisasi. Kesenjangan sosial menyebabkan masyarakat menjadi tertinggal
dalam kehidupan yang semakin berkembang di era globalisasi. Seiring berkembangnya era globalisasi,
kebudayaan lokal sudah mulai hilang karena adanya perubahan pola hidup masyarakat. Hal ini dapat
diketahui dari bukti-bukti yang menunjukkan terjadinya perubahan pola hidup masyarakat, terutama di
kota-kota besar.

Di Indonesia, terdapat masyarakat yang tertarik dengan perilaku hedonisme, konsumerisme, dan
materialisme sehingga masyarakat tidak memikirkan dan mengutamakan kepentingan untuk kebutuhan
yang akan datang. Tidak hanya itu, pergaulan bebas, foya-foya, dan bullying juga terjadi akibat pengaruh
dari arus globalisasi. Perilaku-perilaku tersebut tidak menguntungkan karena memberikan dampak yang
merugikan diri sendiri dan orang lain.

Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya lokal di tengah
maraknya globalisasi. Penjelasan mengenai pentingnya kebudayaan lokal perlu dilakukan sejak dini
untuk menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaan lokal.

Masyarakat perlu mempelajari sejarah dan nilai-nilai kebudayaan agar dapat menyadari pentingnya
kebudayaan lokal. Peran pemerintah juga diperlukan mengenai kebijakan yang mengarah pada
kebudayaan. Selain itu, festival budaya perlu sering diselenggarakan untuk mendorong masyarakat agar
sadar betapa indahnya kekayaan budaya Indonesia. Dengan demikian, masyarakat dapat menjaga dan
melestarikan kebudayaan lokal dengan baik untuk meningkatkan eksistensi budaya bangsa.

Komentar atau pendapat saya tentang globalisasi yaitu globalisasi memiliki dampak positif yang dapat
mempermudah kehidupan manusia namun terdapat juga dampak negatif yang dapat menghilangkan
budaya-budaya bangsa dan norma atau etika masyarakat Indonesia.
Daftar Pustaka

Sumber : http://hot.liputan6.com , http://Kompasiana.com , http://BandungBergerak.id

Anda mungkin juga menyukai