Anda di halaman 1dari 79

Advanced Trauma Life Support (ATLS)

Leonardo Darmawi 201906010056


Karina Sylvana 201906010067
Josephine Immanuel M 201906010121
Novia Angelina Z 201906010129
Nadya Savitri 201906010134
Reynaldo Chandra 201906010157
Galih Yogi Handaru 201906010166
Eli Sania 201906010181
Jeniffer Christy Zefanya S 201906010192

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK UNIKA ATMA JAYA
PERIODE 4 JULI - 2 SEPTEMBER 2022
01
Primary Survey
PRIMARY SURVEY

A-B-C-D-E
A- Airway and Restriction of Spine motion

AIRWAY ● Listen: Suara abnormal (Snoring,


● Inspeksi: gurgling, stridor, disfonia)
-Benda asing ● Pasien tidak sadar dan tidak
- Suction jika terdapat bekuan darah ditemukan gag reflex -> oropharyngeal
atau akumulasi sekret airway atau definitive airway
-Fraktur (Mandibula, trakea, laring) (intubasi)
-Luka bakar pada wajah dan trauma ● Pasien dengan GCS <8 -> definitive
inhalasi airway
-Tingkah laku: Agitasi, obtundasi, ● 10 second assessment → perkenalkan
mengamuk diri atau komunikasi dengan pasien →
-Sianosis, dan trauma lain yang dapat respon =Airway + Breathing normal
menyebabkan obstruksi jalan napas
AIRWAY MAINTENANCE
a.Chin-lift maneuver
b.Manuver jaw thrust
c.Oropharyngeal airway
i.Pipa nasofaring
ii.Pipa orofaring
d.Extraglottic dan Supraglottic Devices
i.Laryngeal Mask Airway
ii.Laryngeal Tube Airway
e.Airway definitif
i.Intubasi orotrakeal
ii.Krikotiroidotomi
Definitive Airway
SPINE
Restriction of c-spine motion / restriksi gerakan servikal
-Pada pasien multitrauma, pasien tidak sadar, pasien dengan gangguan
kesadaran, atau jejas/memar/trauma diatas klavikula -> anggap terdapat
cedera servikal sebelum terkonfirmasi sebaliknya
● Prinsip umum
○ Lindungi spine hingga eksklusi dengan
radiografi atau PF
● Proteksi
○ Cervical spinal collar
○ Papan penyokong tulang belakang
● Intisari
○ Imobilisasi sebelum diagnosis
○ Kembalikan kepala ke posisi netral
○ =/= traksi
○ Resusitasi dulu → dx spine
B-Breathing and Ventilation

-Patensi jalan napas tidak menjamin


ventilasi yang adekuat

-Assessment:
-Look : Perhatikan kesimetrisan
lapang dada saat inspirasi dan
ekspirasi
-Listen : Dengarkan suara napas
pada kedua hemitoraks
-Ukur saturasi oksigen dengan pulse
oximetry
● Penyebab
○ Hemothorax masif
○ Flail chest
○ Fraktur tulang dada
○ Pneumothorax terbuka
○ Kontusi pulmoner
○ Pneumothorax tensi/ Tension pneumothorax

TANGANI
Manajemen ventilasi

-Manajemen ventilasi yang baik dapat


dicapai melalui pemasangan bag mask
yang adekuat, terutama pemasangan bag
mask dengan dua orang personnel
-Pasien yang mengalami kesulitan dalam
pemasangan intubasi tetap harus dibelikan
bantuan ventilasi diantara usaha
pemasangan intubasi
-Sangat penting untuk menjaga oksigenasi
dan ventilasi sebelum, saat, dan sesudah
pemasangan definitive airway.
Manajemen Oksigenasi

-Metode manajemen oksigenasi:


-Tight fitting oxygen reservoir
mask dengan flow rate 10 L/min
-Nasal kateter dan nasal kanula
-Non rebreather mask
-Pulse oximetry untuk memantau dan
melakukan assessment secara cepat
terhadap perubahan saturasi oksigen
pada darah arteri
-> 95% = oksigenasi arteri perifer
adekuat
C-Sirkulasi dan Pendarahan

-Perdarahan = penyebab -Tanda - tanda klinis terkait masalah


kematian yang dapat hemodinamika:

dicegah setelah terjadinya -Kesadaran → perfusi serebral menurun

trauma → identifikasi dan → kesadaran menurun

penanganan yang cepat -Perfusi kulit → pasien dengan

perlu dilakukan terkait gangguan hemodinamika (hipovolemia)

hemodinamikanya → wajah dan ekstremitas pucat


-Denyut nadi → pasien dengan gangguan hemodinamika → denyut

nadi yang cepat, tidak teratur → SEGERA LAKUKAN RESUSITASI

jika tidak ada nadi terasa


-Identifikasi perdarahan dan lakukan penanganan → internal / eksternal!
-Perdarahan eksternal
-Berikan tekanan secara manual pada daerah perdarahan eksternal → gunakan torniket jika
tidak berhasil
-Perdarahan internal
-Bagian tersering → toraks, abdomen, retroperitoneum, pelvis, serta tulang panjang
-Identifikasi perdarahan → pemeriksaan fisik dan modalitas radiologi (CXR, PXR, FAST,DPL)
-Penanganan segera → dekompresi dada, penstabilan pelvis dan pemasangan splint
-Penanganan definitif → tindakan operatif dan stabilisasi
-Kontrol perdarahan sangat diperlukan, berikut dengan administrasi cairan untuk memenuhi
cairan intravaskular → pasang IV line
-Resusitasi cairan yang bersifat terus menerus bukan merupakan terapi definitif untuk
mengontrol perdarahan → justru meningkatkan mortalitas dan morbiditas
D- Defisit Neurologi

-Evaluasi neurologis, untuk menilai:


-Tingkat kesadaran pasien
-Reaksi dan ukuran pupil
-Tanda - tanda lateralisasi
-Cedera pada spinal cord
-Tingkat kesadaran pasien → GCS
-Penurunan kesadaran, dapat disebabkan :
-Hipoksia dan hipoperfusi
-Hipoglikemia
-Alkohol dan narkotika
-Cedera sistem saraf pusat
- Tujuan dari penanganan awal terkait Disability → mencegah progresivitas cedera kepala primer
menjadi sekunder
E-Exposure dan Environment Control

-Mencegah terjadinya hipotermia


-Selimuti pasien atau gunakan alat
penghangat
-Berikan IV fluid hangat
-Pastikan lingkungan sekitar hangat
-Hipotermia dapat terjadi saat masuk
rumah sakit atau beberapa saat
setelah masuk rumah sakit → perlu
dilakukan intervensi yang agresif
untuk mempertahankan suhu tubuh
pasien.
Tambahan

-Monitor elektrokardiografi
-Pulse oksimetri
-ABG (monitoring CO2)
-Urinary catheters
-Gastric catheters
-Modalitas radiologi (foto polos)
-Studi diagnostik lainnya (FAST, eFAST, DPL)
02
Secondary Survey
● Dilakukan setelah resusitasi
● TTV abnormal =/= survei sekunder
● Terdiri dari
○ Anamnesa lengkap
○ Pemeriksaan fisik
● Kemudian diikuti (bila perlu)
○ Pemeriksaan penunjang
○ Transfer
Assessment

a.History: AMPLE b.Head to toe evaluation


i.A = Allergy i.Head
ii.M = Medications ii.Maxillofacial structures
iii.P = Past illness/Pregnancy iii.Cervical spine and neck
iv.L = Last meal iv.Chest
v.E = Event/Environment related to v.Abdomen and pelvis
injury vi.Perineum, rectum, dan vagina
Musculoskeletal system
Neurological system
a.Dilakukan pemeriksaan secara serial:
-Pemeriksaan skor GCS
-Tanda lateralisasi
-Reaksi pupil.
b.Evaluasi tanda awal herniasi lobus temporal:
-Dilatasi pupil
-Hilangnya respons pupil terhadap cahaya.
03
Trauma Abdomen
Anatomi Abdomen

sldfnskljdfnsd
Mechanism of Injury
Trauma Tumpul
● Direct blow
○ Cedera tekan pada abdominopelvis viscera dan
tulang panggul yang dapat merusak organ
padat dan berongga → ruptur dan perdarahan
sekunder → kontaminasi → peritonitis
● Shearing injuries
○ Bentuk dari crush injury apabila restrain device
yang digunakan tidak tepat.
○ Deceleration injury (laserasi hepar, limpa,
bucket handle injury)
Pola cedera yang diakibatkan oleh restrain
Organ yang Paling Sering Terdampak device

1. Limpa (40-55%)
2. Hepar (35-45%)
3. Usus halus (5-10%)
Mechanism of Injury
Trauma Tembus (Penetrating)
● Luka tusuk
○ Luka berenergi rendah menyebabkan
kerusakan jaringan dengan laserasi
dan tearing; melintasi struktur perut
yang berdekatan.
● Luka tembak
○ Luka berenergi tinggi dengan energi
kinetik tinggi mengakibatkan
kerusakan di sekitar lintasan rudal
karena kavitasi sementara; dapat
dipengaruhi oleh fragmentasi peluru.
Mechanism of Injury

Blast
● Merupakan trauma eksplosif yang didapat melalui
kombinasi trauma tajam (oleh fragmen-fragmen) dan
tumpul (terlempar).
Anamnesis Trauma Abdomen

Kecelakaan Lalu lintas Jatuh

● Kecepataan kendaraan ● Ketinggian


● Arah tabrakan (frontal,
lateral, gesekan, Trauma Tembus
belakang, terbalik) ● Onset
● Jenis pengaman ● Jenis senjata (pisau, handgun, rifle,
● Airbag shotgun)
● Posisi pasien ● Jarak pelaku
● Status penumpang lain ● Jumlah luka
● Jumlah perdarahan eksternal
● Lokasi dan intensitas nyeri
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi

● Inspeksi
○ Abdomen anterior dan posterior; thorax bawah dan perineum;
melihat abrasi dan kontusi dari pengaman, laserasi, luka tembus,
benda asing, eviserasi omentum, hamil.
○ Panggul, skrotum, meatus uretra, daerah perianal; melihat
perdarahan, bengkak, memar.
○ Laserasi perineum, vagina, rektum, bokong; mungkin berkaitan
dengan fraktur pelvis terbuka
Pemeriksaan Fisik

● Auskultasi
○ Ada tidaknya bising usus tidak selalu berkaitan dengan cedera
● Perkusi
○ Tanda-tanda iritasi peritoneal akibat gerakan minimal dari peritoneum
○ Nyeri tekan (+) → jangan mencari bukti iritasi lebih lanjut karena dapat
menyebabkan rasa sakit yang tidak perlu
● Palpasi
○ Menimbulkan dan membedakan nyeri tekan superfisial (dinding
abdomen) dan profunda.
● Pencegahan hipotermia dengan selimut hangat saat pemeriksaan sudah
selesai.
Pemeriksaan Penunjang

● Abnormalitas hemodinamik
○ FAST atau DPL; mengeksklusi perdarahan intra-abdominal
● Indikasi evaluasi lanjutan untuk identifikasi atau mengeksklusi cedera
abdomen
○ Perubahan sensorium
○ Perubahan sensasi
○ Cedera pada struktur yang berdekatan (lower ribs, pelvis, lumbar)
○ Pemeriksaan fisik equivocal
○ Kehilangan kontak yang lama dengan pasien yang diantisipasi
○ Seat-belt sign disertai kecurigaan bowel injury
Pemeriksaan Penunjang

X-ray

● AP chest x-ray direkomendasikan untuk pasien dengan trauma tumpul


multisistem
○ Menyingkirkan hemothorax atau pneumothorax
○ Melihat ada tidaknya udara pada intraperitoneal
● X-ray abdomen posisi supine
○ Memperlihatkan arah jalan peluru
○ Melihat ada tidaknya udara retroperitoneal
● X-ray 2 posisi → orientasi spasial benda asing
● X-ray AP Pelvik → menentukan sumber kehilangan darah
Pemeriksaan Penunjang

Focus Assessment with Sonography for Trauma (FAST)

● Identifikasi cairan intraperitoneal


● Indikasi → trauma tumpul abdomen dengan hemodinamik tidak stabil
● Pemeriksaan 4 regio yaitu pericardial sac, fossa hepatorenal, fossa
splenorenal, pelvik atau pouch of Douglas.
Pemeriksaan Penunjang

Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

● Identifikasi darah dalam abdomen


● Indikasi
○ Trauma tumpul dengan hemodinamik tidak stabil
○ Trauma tembus dengan multikavitas
● Membutuhkan dekompresi lambung dan VU untuk mencegah komplikasi
● DPL dapat digunakan jika FAST atau CT tidak tersedia
● Kontraindikasi relatif
○ Operasi abdomen sebelumnya
○ Obesitas morbid
○ Sirosis berat
○ Preexisting coagulopathy
Pemeriksaan Penunjang

CT Scan

● Dilakukan pada pasien dengan hemodinamik stabil


● Menyediakan informasi cedera organ dan perluasannya;
diagnosis cedera organ retroperitoneal dan pelvis yang disulit
dinilai dengan PF, FAST, dan DPL.
● Kontraindikasi relatif
○ Pasien tidak kooperatif
○ Alergi dengan agen kontras
Pemeriksaan Penunjang

Laparoskopi Diagnostik

● Evaluasi pasien trauma tembus tanpa indikasi laparotomi dengan


hemodinamik stabil
● Berguna untuk mendiagnosis cedera diafragma dan trauma
tembus peritoneal

Contrast Studies

● Membantu diagnosis kecurigaan cedera


● PP: uretrografi, cystography, intravenous pyelogram, GI contrast
Laparotomi

Indikasi

● Trauma abdomen tumpul dengan hipotensi, dengan FAST positif atau bukti klinis
perdarahan intraperitoneal, atau tanpa adanya sumber perdarahan lainnya
● Hipotensi dengan luka abdomen yang menembus fascia anterior
● Luka tembak yang melintasi kavitas peritoneal
● Eviserasi
● Perdarahan lambung, rektum, atau traktus genitourinarius akibat trauma tembus
● Peritonitis
● Udara bebas, udara retroperitoneal, ruptur hemidiafragma
● CT kontras yang memperlihatkan ruptur traktus gastrointestinal, cedera kandung kemih
intraperitoneal, dan lainnya yang diakibatkan oleh trauma tembus atau trauma tumpul
● Trauma tembus atau tumpul dengan aspirasi isi GI, vegetable fibers, atau cairan empedu
pada DPL, atau aspirasi darah 10 cc atau lebih pada pasien hemodinamik tidak stabil
Tatalaksana

1. Delienasi mekanisme cedera


2. Memperbaiki fungsi vital dan optimalisasi oksigen dan perfusi
jaringan
3. Identifikasi segera sumber perdarahan disertai kontrol perdarahan
4. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh yang dilakukan secara rutin
5. Stabilisasi pelvis
6. Laparotomi
7. Embolisasi angiografi dan pre-peritoneal packing
8. Pemilihan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
9. Selalu curiga terhadap cedera vaskular dan peritoneal yang
tersembunyi
04
Trauma Thorax
Trauma Thorax
● Mengakibatkan mortalitas signifikan
● Akibat dari trauma thorax
○ Hipoksia
○ Hiperkarbia
○ Asidosis
● Tatalaksana
○ Primary survey
○ Secondary survey
○ Pengobatan definitif
Primary Survey - Airway (Obstruksi)
Etiologi

● Pembengkakan
● Perdarahan
● Aspirasi muntahan
● Mekanisme
○ Cedera laringeal
○ Trauma langsung pada daerah leher
dan bahu
○ Trauma tembus daerah leher atau
dada
Primary Survey - Airway (Obstruksi)
ASSESSMENT

LOOK LISTEN FEEL

- Air hunger → - Pergerakan udara - Krepitus pada leher


retraksi otot di hidung, mulut, anterior
intercostal dan dan paru
supraklavikular - Bukti obstruksi
- Orofaring → jalan napas atas
obstruksi benda (stridor)
asing - Perubahan suara
pasien
Primary Survey - Airway
Tatalaksana

Obstruksi jalan napas


- Sementara → suction
- Jalan napas definitif
- Reduksi dislokasi posterior atau fraktur klavikula
- Maneuver (ekstensi bahu atau genggam klavikula
dengan penetrating towel clamp)
Primary Survey - Airway
Cedera Saluran
Trakeobronkial

● Jarang namun fatal; angka mortalitas tinggi (tension


pneumothorax, tension pneumopericardium)
● Umumnya terjadi sektiar 1 inci dari carina
● Jenis trauma cedera
○ Tumpul
○ Tembus
○ Ledakan
○ Intubasi
Primary Survey - Breathing
ASSESSMENT

LOOK LISTEN FEEL

- Membuka seluruh bagian - Evaluasi suara nafas yang - Identifikasi nyeri tekan,
dada dan leher pasien untuk sama krepitasi, atau defek
menilai vena dan pernapasan - Identifikasi bunyi nafas
- Batasi gerakan servikal tambahan yang mungkin
secara aktif dengan mengindikasikan adanya
memegang kepala pasien efusi atau kontusio
saat kerah baju dilonggarkan
- Inspeksi dinding dada →
gerakan pernapasan simetris
/ asimetris
- Pernapasan adekuat / tidak
Primary Survey - Breathing
HIPOKSIA

- Tanda-tanda cedera dada dan/atau hipoksia yang signifikan,


namun seringkali tidak terdeteksi :
- RR ↑
- Perubahan pola pernapasan (semakin dangkal)
- Sianosis = tanda terakhir hipoksia!
- Tidak ada sianosis tidak selalu menunjukkan oksigenasi jaringan
atau jalan napas yang memadai.
Primary Survey - Breathing

Tension Pneumothorax Open Pneumothorax Massive Hemothorax

Cedera dada utama yang mempengaruhi pernapasan sehingga sangat penting bagi
dokter untuk dikenali saat primary survey
Primary Survey - Breathing
Tension Pneumothorax

● Kebocoran udara "katup satu arah" dari paru atau dinding dada
● Udara masuk ke rongga pleura tapi tidak bisa keluar → kolaps paru
● Mediastinum bergeser ke sisi yang berlawanan, menurunkan aliran
balik vena dan menekan paru-paru yang berlawanan.
● Penurunan aliran balik vena → syok obstruktif → CO ↓
● Etiologi:
○ Ventilasi tekanan positif mekanis saat cedera pleura visceral
○ Komplikasi simple pneumothorax
○ Lainnya: akibat balutan oklusif yang dipasang pada keempat
sisinya, pergeseran fraktur tulang belakang toraks

Tension pneumothorax → diagnosis klinis yang mencerminkan udara bertekanan rendah pada ruang pleura.
Jangan menunda pengobatan untuk mendapatkan konfirmasi radiologis
Primary Survey - Breathing
Tension Pneumothorax

Tanda dan gejala klinis:


● Gangguan pernapasan:
○ Jika bernapas spontan → takipnea ekstrim dan air hunger
○ Jika menggunakan ventilasi mekanik → kolaps hemodinamik
● Takikardia
● Hipotensi
● Deviasi trakea
● Distensi vena leher
● (-) suara nafas unilateral, hyperresonant
● Hemitoraks meninggi tanpa gerakan pernapasan
● ↓ saturasi oksigen arterial → sianosis
Primary Survey - Breathing
Tension Pneumothorax

● Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan


extended FAST (eFAST)
● Tatalaksana:
○ Segera dekompresi dengan
over-the-needle catheter
○ Dekompresi jarum mungkin tidak berhasil
karena:
■ Ketebalan dinding dada yang
bervariasi
■ Kateter yang tertekuk
■ Komplikasi teknis atau anatomi
lainnya
● Alternatif: torakostomi jari
Primary Survey - Breathing
Open Pneumothorax

● Open pneumothorax = sucking chest wound


● Etiologi: cedera besar pada dinding dada yang tetap
terbuka
○ Tekanan intratoraks = tekanan atmosfer
○ Udara → mengikuti jalur dengan resistensi ↓
○ Diameter dinding dada >> trakea
○ Udara cenderung melewati defek dinding dada
pada setiap inspirasi.
○ Ventilasi yang efektif terganggu → hipoksia dan
hiperkarbia.
● Tanda dan gejala klinis:
○ Nyeri, kesulitan bernapas, takipnea, penurunan
suara napas pada sisi yang terkena, dan
pergerakan udara yang bising melalui cedera
dinding dada.
Primary Survey - Breathing
Open Pneumothorax

● Manajemen awal:
○ Tutup defek dengan balutan steril ukuran besar yang
cukup untuk menutupi tepi luka.
○ Setiap dressing oklusif (misalnya bungkus plastik atau
kasa petrolatum) dapat digunakan sementara.
○ Rekatkan hanya di tiga sisi → efek flutter-valve
● Inhalasi → balutan mencegah masuknya udara.
● Ekshalasi → ujung balutan yang terbuka memungkinkan
udara keluar dari rongga pleura.
● Jika 4 tepi merekat → udara menumpuk di rongga dada →
tension pneumotoraks (kecuali jika chest tube dipasang)
● Manajemen lanjutan:
○ Pasang chest tube secepat mungkin.
○ Penutupan luka bedah definitif selanjutnya seringkali
diperlukan
Primary Survey - Breathing
Massive Hemothorax

● Akumulasi >1500 ml darah di satu sisi dada dengan


hemotoraks massif dapat secara signifikan mengganggu
upaya pernapasan dengan menekan paru-paru dan
mencegah oksigenasi dan ventilasi yang memadai.
● Pasang chest tube untuk meningkatkan ventilasi dan
oksigenasi.
● Konsultasi bedah darurat dan mulai resusitasi yang sesuai.
● Akumulasi darah akut yang masif menghasilkan hipotensi
dan syok.
Primary Survey - Breathing
Primary Survey - Circulation

● Look
Pulseless electrical activity (PEA)
○ Inspeksi kulit → bintik-bintik, sianosis,
● Ritme pada EKG (+), denyut nadi (-)
pucat
● Etiologi:
○ Nilai distensi vena leher → mungkin
○ Cardiac tamponade, tension
(-) pasien hypovolemia
pneumotoraks, hipovolemia berat
● Listen
○ Dapat menjadi satu-satunya
○ Detak jantung → teratur, kualitas
manifestasi cedera tumpul parah
● Feel
yang mengakibatkan pecahnya
○ Nadi sentral → kualitas, kecepatan,
atrium atau ventrikel tumpul
teratur
○ Hipovolemia, hipoksia, ion hidrogen
○ Jika hipovolemia → denyut distal
(asidosis), hipokalemia/hiperkalemia,
mungkin (-) karena << volume
hipoglikemia, hipotermia, toksin,
○ Palpasi kulit → nilai suhu, tentukan
trombosis (koroner atau paru).
kulit kering/berkeringat
Primary Survey - Circulation

Massive Pneumothorax Cardiac Tamponade Traumatic circulation arrest


Primary Survey - Circulation
Massive Pneumothorax

● Pasien yang memiliki keluaran awal <1500


mL cairan, tetapi terus berdarah, mungkin
● Akumulasi cepat ≥1500 mL darah atau ≥1/3
juga memerlukan torakotomi. Pertimbangan:
volume darah pasien di rongga dada.
○ Kehilangan darah yang terus menerus
● Etiologi: luka tembus pembuluh darah
(200 mL/jam selama 2-4 jam)
sistemik atau hilus (tersering), trauma tumpul
○ Status fisiologis pasien dan apakah
● Vena leher:
dada benar-benar dievakuasi dari darah.
○ Mungkin datar jika hipovolemia berat
○ Kebutuhan transfusi darah yang
○ Mungkin melebar jika terkait dengan
terus-menerus (indikasi torakotomi)
tension pneumotoraks
● Selama resusitasi pasien, volume darah yang
○ Jarang sekali efek mekanis dari darah
awalnya dikeluarkan dari selang dada dan
intratoraks yang masif menggeser
laju kehilangan darah yang berkelanjutan
mediastinum cukup untuk menyebabkan
harus diperhitungkan dalam resusitasi yang
distensi vena leher.
diperlukan.
● Curiga jika: syok diiringi oleh suara napas (-)
● Warna darah (menunjukkan sumber arteri
atau redup pada perkusi di satu sisi dada.
atau vena) → indikator buruk tentang
perlunya torakotomi.
Primary Survey - Circulation
Cardiac Tamponade

Kompresi jantung akibat akumulasi cairan di kantung


pericardial → aliran balik jantung ↓ → CO ↓
● Kantung perikardial manusia → struktur fibrosa
tetap
● Jumlah darah yang relatif kecil dapat membatasi
aktivitas jantung dan mengganggu pengisian
jantung.

● Etiologi:
○ Cedera tembus (paling sering)
○ Cedera tumpul (dapat menyebabkan perikardium terisi darah dari jantung, pembuluh darah besar,
atau pembuluh epicardial)
● Cardiac tamponade berkembang perlahan, memungkinkan evaluasi yang kurang mendesak
● Trias klinis klasik
○ Muffled heart sounds (suara jantung teredam) sulit didengar
○ Hipotensi
○ Distensi vena bisa (-) akibat hypovolemia
● Tanda Kussmaul (kenaikan tekanan vena dengan inspirasi saat bernafas spontan)
Primary Survey - Circulation
Traumatic circulation arrest

● Pasien trauma yang tidak sadar dan tidak memiliki denyut nadi → circulatory arrest
○ PEA (seperti yang diamati pada hipovolemia ekstrim)
○ Fibrilasi ventrikel
○ Asistol (henti jantung sejati)
● Penyebab henti sirkulasi traumatis:
○ Hipoksia berat, tension pneumotoraks, hipovolemia berat, tamponade jantung, herniasi jantung,
dan kontusio miokard parah.
● Diagnosis berdasarkan temuan klinis → tidak sadar dan tidak ada denyut nadi
● Memerlukan tindakan segera.
● Setiap detik penting. Tidak boleh ada penundaan untuk pemantauan EKG atau ekokardiografi.
○ 1,9% pasien dapat bertahan hidup jika CPR dan resusitasi yang tepat segera dilakukan.
Primary Survey - Circulation
Traumatic circulation arrest

● Manajemen
○ Mulai CPR tertutup secara bersamaan dengan manajemen ABC.
○ Amankan jalan napas definitif dengan intubasi orotrakeal.
○ Berikan ventilasi mekanis dengan oksigen 100%.
○ Lakukan torakostomi jari atau tabung bilateral → ↓ potensi tension pneumothorax
○ (-) anestesi lokal karena pasien tidak sadar.
○ Pantau EKG dan saturasi oksigen secara terus menerus, dan mulai resusitasi cairan secara cepat
melalui jalur IV lubang besar atau jarum intraoseus.
○ Berikan epinefrin (1 mg)
○ Jika fibrilasi ventrikel (+) → obati sesuai ACLS
● Torakotomi resusitasi mungkin diperlukan jika tidak ada kembalinya sirkulasi spontan (ROSC).
● Jika tidak ada ahli bedah yang tersedia untuk melakukan torakotomi → perikardiosentesis jarum
dekompresi (dengan ultrasound).
Primary Survey - Circulation
Assessment lainnya

● Ukur tekanan darah dan tekanan nadi


● Pantau pasien dengan EKG dan oksimetri nadi
● Pasien dengan cedera dada tumpul berisiko mengalami disfungsi miokard, yang
meningkat dengan adanya hipoksia dan asidosis → disritmia harus dikelola sesuai
dengan protokol standar.
Secondary Survey - Circulation

Trauma yang mengancam


Manifestasi trauma dada
jiwa
Trauma yang Mengancam Jiwa
Trauma yang Mengancam Jiwa
Simple Pneumothorax

● Pneumothoraks terjadi karena adanya


udara yang memasuki ruang antara
pleura viseral dan parietal →
mengganggu gaya kohesi pleura parietal
dan viseral → paru kolaps → defek
ventilasi-perfusi.
● Etiologi : Trauma tajam dan tumpul
● Ditemukan adanya laserasi, memar atau
kontusio pada dinding dada
● Pemeriksaan Penunjang :X-Ray
● Tatalaksana : Chest tube pada ICS V ant
linea midaxilaris
Trauma yang Mengancam Jiwa
Hemothorax

● Tipe efusi pleura dimana darah (<1.500 ml) terakumulasi pada rongga pleura
● Etiologi : laserasi pada paru atau pembuluh darah besar atau pembuluh darah intercostal,
fraktur tulang belakang
● Pemeriksaan Penunjang : X-ray
● Tatalaksana : 28-32 French chest tube
○ Operasi (> 1.500mL spontan atau 200mL/jam selama 2- 4 jam)
Trauma yang Mengancam Jiwa
Flail Chest & Kontusio Paru

● Segmen dinding dada yang tidak


memiliki kontinuitas tulang
● Etiologi : Fraktur rusuk multipel (>= 2
rusuk fraktur pada tempat yang
berdekatan)
● Patofisiologi :
○ Memar pada paru yang
disebabkan adanya trauma toraks
○ Akumulasi darah dan cairan pada
jaringan paru mengganggu
ventilasi
○ Hipoksia
● Tata laksana : Administrasi oksigen,
ventilasi yang adekuat, resusitasi
cairan, analgetik.
Trauma yang Mengancam Jiwa
Trauma Tumpul pada Jantung

● 50% berhubungan dengan kecelakaan kendaraan


● jatuh dari ketinggian
● trombosis, dll
● Pemeriksaan Fisik : nyeri dada, hipotensi, disaritmia
● Pemeriksaan Penunjang :
○ Ekokardiografi : abnormalitas dinding jantung
○ EKG : fibrilasi atrial, sinus takikardi
● Monitor 24 jam
Trauma yang Mengancam Jiwa
Trauma Tumpul pada Jantung

● Penyebab paling sering dari kematian mendadak


● Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan X-Ray
dan CT scan
● Tanda spesifik pada X-Ray :
○ Pelebaran mediastinum
○ Deviasi trakea ke kanan
○ Fraktur pada rusuk pertama, kedua atau
skapula

● Jika hasil samar bisa dilakukan aortography


● Tatalaksana : manajemen nyeri (analgesik)
denyut nadi (SABA)
perbaikan endovaskular
Trauma yang Mengancam Jiwa
Trauma Diafragma

● Terjadi lebih sering pada bagian kiri


● Trauma tumpul dapat menyebabkan herniasi
● Trauma tajam dapat menyebabkan perforasi
● Endoskopi invasif dapat berguna dalam mengevaluasi diafragma
● Tatalaksana : Perbaikan secara langsung
Trauma yang Mengancam Jiwa
Ruptur Tumpul Esofagus

● Etiologi : tekanan kuat isi gaster ke esofagus akibat pukulan keras ke perut
bagian atas
● Dapat menyebabkan mediastinitis dan empiema
● Tatalaksana : Drainase ruang pleura dan mediastinum serta perbaikan langsung
pada luka.
05
Manifestasi Trauma Lain
EMFISEMA
SUBKUTAN
●Udara yang terperangkap
dibawah kulit
●Etiologi : Trauma paru, ledakan
●Tidak membutuhkan tatalaksana
khusus
CRUSHING INJURY TO
THE CHEST
● Pertolongan pertama → ABC
● Asesmen survei primer
● Obati trauma yang berhubungan
FRAKTUR RUSUK, STERNUM, DAN SKAPULA

●Rusuk adalah bagian yang paling sering terkena trauma


●Fraktur skapula, costae I dan II, atau sternum diasosiasikan dengan trauma
kepala, leher, tulang belakang, paru, dan pembuluh darah besar.
●Fraktur costae IV hingga IX biasanya disebabkan oleh trauma tumpul
●Fraktur costae X hingga XII dapat meningkatkan suspek trauma hepatosplenik
●Osteopenia umum pada usia tua, sehingga trauma minimal dapat menyebabkan
fraktur
●X-ray dan CT dapat digunakan untuk menentukan etiologi
●Tatalaksana : atasi nyeri
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai