Politik uang juga tergolong kedalam kasus pelanggaran. hal ini tertuang jelas
dalam Pasal 73 ayat 3 Undang Undang No. 3 tahun 1999 berbunyi:
Di sekolah, intimidasi dapat terjadi dimana saja dan dapat dilakukan oleh
siapa saja. Pelaku intimidasi bisa siswa atau orang dewasa.
Pelaku intimidasi para saksi atau penonton yang tidak akan berbuat apa pun
untuk menghentikan intimidasi itu atau malah mendukung perbuatan tersebut.
Intimidasi dapat berlangsung untuk waktu jangka pendek atau untuk waktu
yang tidak terbatas.
Seorang siswa yang populer, menarik dan berprestasi, yang dipandang oleh
orang dewasa sebagai sosok yang patut ditiru dan seorang pemimpin kelas,
namun dibalik itu dia memiliki pengaruh sosial untuk mendominasi,
mengendalikan dan secara selektif mengucilkan teman-temannya.
Seorang guru pekerja keras yang dimata orang tua dianggap sebagai
seorang yang profesional dan mampu mengendalikan kelas dengan
sempurna, serta memiliki standar-standar tinggi, tetapi secara berkala
membuat siswa menangis karena kata-kata kasarnya, tindakan-tindakan yang
mempermalukan dan ejekan-ejekannya.
Kepala sekolah yang dengan seksama dan sistematis melecehkan staf dan
guru yang dianggap sebagai saingannya, sementara dihadapan atasannya ia
terlihat berperilaku lembut dan penurut.
Orang tua agresif; untuk menekan perilaku agesif anaknya di rumah, tetapi
merespons luapan keagresifan terpendamnya di sekolah dengan
menyalahkan pihak sekolah secara keji dan berang, secara terus menerus
melecehkan sekolah atas setiap kecerobohan yang mereka lihat.
Siswa yang melakukan intimidasi pada siswa lain terdorong oleh beberapa
alasan:
Siswa seperti ini merasa berselisih dengan dunia yang serba bermusuhan.
Mereka mengalami kegelisahan emosional, salah menafsirkan dan salah
memahami segala bentuk interaksi dengan orang lain, dan tidak mampu
mengendalikan dorongan-dorongan agresif; yang muncul. Mereka sering
melanggar peraturan, memulai tindakan agresif, ;merusak milik orang,
menyalahkan orang lain, dan menunjukkan kurang pengertian atau simpati
terhadap hak-hak dan perasaan orang lain.
Setiap sekolah haruslah menjadi tempat dimana siswa dan seluruh komunitas
merasa aman dan tentram secara fisik maupun emosional. Intimidasi dalam
bentuk apa pun, baik yang dilakukan oleh siswa, guru atau kepala sekolah
dapat menjadi ancaman dan menghalangi proses pembelajaran. Satu-
satunya cara untuk secara tegas menghalau dan menjauhkan intimidasi
adalah dengan memaksakan keadilan bagi semua. Hanya dengan itulah
sekolah-sekolah akan menjadi lingkungan belajar yang positif, di mana proses
pembelajaran dapat dimaksimalkan dan setiap siswa merasa dihargai