Efektivitas Terapi Menggambar Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
Efektivitas Terapi Menggambar Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
ZUL CHAIRANI
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Email: nha_ran@yahoo.com
INTISARI
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas dari terapi menggambar
untuk meningkatkan kebermaknaan hidup warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Yogyakarta. Subjek dalam penelitian
ini adalah warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA
Yogyakarta, berstatus narapidana, yang terdiri dari wanita dan pria.
Subjek dipilih berdasarkan randomisasi yang diukur dengan
menggunakan skala kebermaknaan hidup berdasarkan aspek-aspek
kebermaknaan hidup dari Frankl, dkk (Koeswara, 1992). Subjek dibagi
dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
kelompok eksperimen berjumlah 4 orang dan kelompok kontrol berjumlah
5 orang. rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest
control group design. Subjek diberi perlakuan berupa terapi menggambar
yang terdiri dari tiga tahapan antara lain adalah warm up, mindfulness,
dan drawing. Terapi menggambar ini dilakukan sebanyak 6 kali
pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi menggambar
efektif meningkatkan kebermaknaan hidup warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Yogyakarta. Aspek-aspek
kebermaknaan hidup yang terpengaruh oleh terapi menggambar yaitu,
makna hidup, kepuasan hidup, sikap terhadap kematian, pikiran tentang
bunuh diri dan kepantasan untuk hidup. Meskipun begitu, hanya dua
aspek yang memberikan sumbangan skor terbesar yaitu, makna hidup
29% dan kepuasan hidup 26%. Dengan demikian, makna hidup dan
kepuasan hidup berpengaruh terhadap meningkatnya kebermaknaan
hidup secara bersama-sama sebesar 55%.
1
EFECTIVENESS OF DRAWING THERAPY TO INCREASE THE MEANING
OF LIFE PRISONERS IN NARCOTICS PRISON OF CLASS IIA
YOGYAKARTA
ZUL CHAIRANI
Faculty of Psychology. Ahmad Dahlan University, Yogyakarta
Email: nha_ran@yahoo.com
ABSTRACT
2
Pendahuluan
Indonesia mencapai angka 3,8 juta orang yang meningkat dari tahun
3
Istimewa Yogyakarta sendiri mencapai 87.473 orang, meningkat dari
4
Salah satu terapi psikologis yang mampu mengeksplorasi alam
bawah sadar individu untuk merefleksikan masa lalunya serta hal yang
mempengaruhinya pada saat ini dan pada masa depan adalah terapi
seni yang melibatkan proses berpikir serta perasaannya. Setiap karya seni
5
bawah sadar tentang potensi positif dari dirinya akan memberikan
produktif. Oleh karena itu, terapi menggambar ini butuh kepekaan dari
positif yang diperoleh dari alam bawah sadar. Hal ini mendorong klien
(Synder, 1995).
pada akhirnya akan direspon dengan berbagai cara. Respon positif seperti
terdapat nilai-nilai yang bisa menjadi sumber makna hidup, salah satunya
6
Permasalahan hidup Frustrasi eksistensial:
Penggunaan obat-obatan
terlarang, alkoholisme, seks
bebas, kasus bunuh diri,
Repression keinginan berlebihan pada
kekuasaan, sikap masa bodoh
terhadap hidup ataupun pesimis
terhadap masa depan, putus
Hidup tidak bermakna asa, dan perasaan hampa.
Metode Penelitian
control group design. Desain ini menggunakan dua kelompok yang dipilih
secara random, yang kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan
awal dan diberi post test setelah perlakuan untuk mengetahui apakah ada
7
perbedaan antara kedua kelompok tersebut. Penelitian ini menggunakan
kematian, pikiran tentang bunuh diri dan kepantasan untuk hidup. Jumlah
aitem dari skala kebermaknaan hidup ini sebanyak 30 aitem (15 aitem
disusun berdsarkan modifikasi dari skala likert. Semakin tinggi total skor
subjek yang memiliki karakteristik yang sama, yaitu sebagai warga binaan
hanya 24 aitem valid dan 6 aitem gugur yaitu 1, 16, 17, 21, 24, dan 26.
Terdapat 24 aitem yang valid dengan indeks korelasi aitem total bergerak
dari 0,321 sampai 0,724 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,903 sehingga
Pada hasil pre test yang diberikan pada 22 orang warga binaan,
8
mengikuti intervensi. Selanjutnya subjek penelitian dibagi kedalam dua
orang.
pendekatan yang didalamnya terdapat tiga tahapan, yaitu tahap warm up,
akan dilakukan tiga kali seminggu yang terbagi dalam 6 kali pertemuan.
proses saling menguatkan dan menerima informasi baru yang positif dari
9
Tabel 1
Rangkuman Hasil Uji Mann Whitney
Eksperimen Kontrol
Hasil uji Mann Whitney pada skor pre test dan post test antara
dengan nilai p = 0,016 (p<0,05), dengan kata lain ada perbedaan yang
skor kebermaknaan hidup antara pre test dan post test pada kelompok
Tabel 2
Rangkuman hasil uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
Mean Rank Z Sig
Eksperimen 4,50 -2,527 0,012
Kontrol 5,50 -2,807 0,005
antara skor pre test dan post test yang memiliki nilai Z = -2,527 dan nilai p
10
= 0,012 (p<0,05). Uji perbedaan kebermaknaan hidup juga dilakukan pada
skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Skor pre test dan post
test dengan nilai Z = -2,807 dan nilai p = 0,005 (p<0,05). Hasil uji
hidup antara skor pre test dan post test meskipun begitu peningkatannya
kurang berarti.
Tabel 3
Rangkuman hasil uji Mann Whitney untuk aspek-aspek kebermaknaan
hidup kelompok eksperimen
Tabel 4
Skor aspek-aspek kebermaknaan hidup kelompok eksperimen
Aspek Pre test Post test Gain score
Makna hidup 30 59 29
Kepuasan hidup 31 57 26
Kebebasan 53 55 2
Sikap terhadap kematian 42 55 13
Pikiran tentang bunuh diri 40 51 11
Kepantasan untuk hidup 37 56 19
11
Hasil uji Mann Whitney tersebut menunjukkan bahwa dari enam
yang signifikan antara skor pre test dan post test. Aspek makna hidup dan
2,477 dengan nilai p = 0,013 (p<0,05) dan aspek kepantasan untuk hidup
menggambar. Meskipun begitu, jika dilihat dari gain score yang diperoleh
tiap aspek, hanya aspek makna hidup, dan kepuasan hidup yang
aspek makna hidup 29% dan aspek kepuasan untuk hidup 26%. Dengan
12
Gambar 2. Diagram pie perolehan skor aspek-aspek kebermaknaan
hidup di lihat dari Gain Score pre test dan post test kelompok
eksperimen
dari hasil skor pre test dengan skor post test. Pada kelompok kontrol, hasil
antara skor pre test dan post test meskipun begitu peningkatannya kurang
berarti.
perubahan yang berbeda satu sama lain. Pada tahap warm up para
13
menggambar. Secara keseluruhan para subjek mulai menemukan insight
menjadi lebih tenang dan beban masalah yang mereka pendam menjadi
yang berusaha dikendalikan atau tanda dari kehilangan kontrol. Hal ini
proses terapeutik yang aman sehingga individu bisa merasa lebih tenang
dan nyaman.
tentang kondisi dirinya kepada orang lain. Meskipun begitu, pada tahapan
perasaan, dan pikirannya sehingga bisa menjadi lebih tenang dan nyaman
14
dan memahami apa yang mungkin tersembunyi bagi dirinya sendiri
potensi positif dari dirinya yang selama ini terabaikan. Hal ini menguatkan
pendapat dari Moon (Jim & Alfor, 1995) tentang kegiatan menggambar
merupakan salah satu cara terbaik untuk bisa masuk kedalam alam
nilai yang spesifik, serta dapat dijadikan sebagai tujuan hidup bagi individu
adanya tujuan hidup untuk merubah diri menjadi lebih baik dari
sebelumnya serta harapan untuk bekerja keras ketika keluar dari lapas
15
agar bisa membahagiakan keluarga. Adanya harapan dan tujuan hidup
menjadi termotivasi dan optimis untuk meraih kehidupan yang lebih baik
terhadap hidup yang dijalani, sejauh mana individu mampu menikmati dan
menerima kondisi mereka saat ini. Menjadi warga binaan di lapas tetap
terhadap hidupnya, sejauh mana bisa merasa bahwa apa yang telah
dialami dalam hidup adalah sebagai sesuatu hal yang wajar. Subjek
mampu memetik hikmah dari kondisinya saat ini sebagai warga binaan di
16
kebaikan terhadap sesama umat manusia. Hal ini ditunjukkan oleh
perilaku subjek yang kembali melaksanakan shalat dan puasa. Shalat dan
perubahan skor yang diperoleh subjek pada saat pre test dan post test.
adalah kasus bunuh diri. Hal ini berbeda dengan yang dialami subjek,
baik dari sebelumnya dengan cara selektif dalam memilih teman agar
17
menunjukkan bahwa subjek mampu mengendalikan kebebasan hidupnya
dirinya.
menggambar dari Bulchalter (2009) yang telah diuji cobakan dan telah
peran andil terhadap keaktifan dan kemauan diri subjek untuk terus
bahwa mereka tidak sendiri dalam mengalami permasalahan ini. Hal ini
18
menawarkan empati dan dorongan seperti dinamika yang terjadi dalam
pendekatan kelompok.
digunakan pada saat pelaksanaan uji coba alat ukur tidak menggunakan
ditunjukkan baik dari perilaku atau perkataan subjek pada saat jalannya
hasil skor dari skala kebermaknaan hidup yaitu kelompok eksperimen dan
ruangan kantor yang warga binaan lain pun ikut berinteraksi dengan calon
subjek penelitian. Hal ini membuat calon subjek penelitian merasa tidak
terapi, ruangan yang diberikan oleh pihak lapas berada dalam satu
19
bangunan dengan poliklinik, dan pintu ruangan tidak bisa di kunci. Warga
masuk melalui pintu dan suara di luar ruangan cukup ramai sehingga
Simpulan
Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis data yang
diterima.
20
terapi menggambar. Hal ini ditinjau dari kondisi subjek yang menjadi
seperti orang lain serta segala hal dibatasi dengan berbagai aturan-aturan
sebelumnya.
terhadap masa depan, merasa optimis dan penuh percaya diri untuk
harapan saja tidak cukup untuk memaknai hidup, karena pada dasarnya
semua manusia juga butuh nilai-nilai yang dapat menjadi panutan dan
penguat dirinya dalam meraih makna dalam hidupnya. Hal inilah yang
21
menjalankan tugas yang diberikan oleh petugas lapas dengan penuh
Sehingga nilai-nilai ini bisa menjadi suatu cara yang akan membuat
digeneralisasikan.
22
berbeda sehingga tidak terjadinya pertukaran informasi tentang
intervensi psikologi yang lain. Hal ini akan membantu warga binaan
23
Daftar Pustaka
24