Anda di halaman 1dari 4

A.

Aliran Nativisme
a) Tokoh-tokoh aliran nativisme
1. Schopen Hauwer (Jerman : 1788-1860): yang berpendapat bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan
dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak, yang
baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini
berpendapat sekalipun diperlukan pendidikan, pendidikan tersebut hanya
bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak
lahir.
2. Noam A. Chomsky: Ahli linguistik ini berpendapat bahwa perkembangan
bahasa pada manusia tidak didapatkan dari pendidikan manusia itu, namun
oleh bawaan biologis sejak lahir dari orang tuanya
3. Gottfried Wilhemleibnit: Sama seperti Schopenhauer, baginya
perkembangan manusia itu sudah ditentukan sejak manusia itu dilahirkan.

b) Pengertian Aliran Nativisme


Aliran Nativisme berasal dari kata dasar “natus” artinya lahir dan
“nativius” artinya kelahiran, pembawaan.Nativisme berpendapat bahwa
perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor pembawaan yang
dibawa sejak lahir. Aliran ini memandang hereditas (heredity) sebagai penentu
kepribadian. Jadi, menurut aliran ini pembawaan yang dibawa sejak manusia
dilahirkan itulah yang menentukan perkembangan berikutnya. Asumsi yang
mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak dan orang tua terdapat
banyak kesamaan baik fisik maupun psikis. Berdasarkan pandangan ini maka
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Penganut
pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat
maka dia akan menjadi jahat. Sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan
baik maka ia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak
dapat diubah dari kekuatan luar. Dalam ilmu pendidikan nativisme disebut
juga dengan pesimisme pedagogik. Jika benar segala sesuatu ditentukan dan
tergantung pada dasar atau pembawaan, maka pengaruh lingkungan dan
pendidikan dianggap tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap perkembangan
manusia. Oleh karena itu dalam menyelenggarakan suatu pendidikan harus
disesuaikan dengan bakat yang dibawanya agar mempunyai hasil baik dan
tidak akan sia-sia.
Dalam teori nativisme telah ditegaskan bahwa sifat-sifat yang dibawa
dari lahir akan menentukan keadaannya. Hal ini dapat diklaim bahwa unsur
yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsure genetic
individu yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam perkembangannya tersebut
anak akan berkembang dalam cara yang terpola sebagai contoh anak akan
tumbuh cepat pada masa bayi, berkurang pada masa anak, kemudian
berkembang fisiknya dengan maksimum pada masa remaja dan seterusnya.
Menurut teori nativisme ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan manusia yaitu
1. Faktor genetik
Orang tua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan bertemunya
atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan mewariskan keturunan yang akan
memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai seperti
orang tuanya seorang artis dan anaknya juga memiliki bakat seperti orang
tuanya sebagai artis.
2. Faktor kemampuan anak

Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan bakat yang


dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat mengembangkan
bakatnya tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak tidak
dituntut untuk menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit
untuk mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa
sebenarnya bakat yang dimilikinya.

3. Faktor pertumbuhan anak

Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan anak,


bedanya yaitu di setiap pertumbuhan dan perkembangannya anak selalu
didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan
bersikap responsif atau bersikap positif terhadap kemampuannya.

c. ) Pandangan Pendidikan Terhadap Teori Nativisme

. Dalam praktek pendidikan suatu kematangan atau keberhasilan tidak


hanya dari bawaan sejak lahir. Akan tetapi banyak faktor-faktor yang
dapat mempengaruhinya seperti lingkungan. Dapat diambil contoh lagi
yaitu orang tua yang tidak mampu dan kurang cerdas melahirkan anak
yang cerdas daripada orang tuanya. Hal tersebut tidak hanya terpaut
masalah gen, tetapi ada dorongan-dorongan dari luar yang mempengaruhi
anak tersebut.

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sekarang ini yang ada dalam
praktek pendididkan tidak lagi memperhatikan apakah manusia memiliki
bakat dari lahir atau tidak, melainkan kemauan atau usaha yang dilakukan
oleh manusia tersebut untuk kemajuan yang besar bagi dirinya. Memang
secara teoritis pendidikan tidaklah berpengaruh atau tidak berdaya dalam
membentuk atau mengubah sifat dan bakat yang dibawa sejak lahir.
Kemudian potensi kodrat menjadi cirri khas pribadi anak dan bukan dari
hasil pendidikan. Terlihat jelas bahwa anatara teori nativisme dan
pendidikan tidak mempunyai hubungan serta tidak saling terkait antara
yang satu dengan lainnya. Oleh sebab itulah aliran atau teori nativisme ini
dianggap aliran pesimistis, karena menerima kepribadian anak
sebagaimana adanya tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan yang
dapat ditanamkan intuk merubah kepribadiannya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak


dapat mengubah perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh
sama sekali. Menurut mereka baik buruknya seorang anak ditentukan oleh
pembawaan sejak lahir, dan peran pendidikan disini hanya sebatas
mengembangkan bakat saja.
Contoh:“seorang pemuda sekolah
menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang tuanya sering menasehati
bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap
tertuju pada musik dan dia akan tetap berbakat menjadi pemusik
Contoh orang tua yang menginginkan anaknya menjadi seniman, ia
berusaha mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk memahat dan melukis
serta
mendatangkan guru untuk mengajarkannya melukis. Oleh karena itu
pemikiran ini merupakan pemikiran pesimis didalam pendidikan (pesimisme).

Anda mungkin juga menyukai