Anda di halaman 1dari 3

Teori Nativisme

[3/12/2010 01:45:00 AM | 4 comments ]

Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran.


Teori ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme
dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas,
pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran Nativisme adalah Arthur
Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat
bahwa perkembangan individu ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Faktor linkungan
sendiri dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Pada
hakekatnya aliran Nativisme bersumber dari Leibnitzian Tradition, sebuah tradisi yang
menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Hasil perkambangan ditentukan oleh
pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua.

Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu
sendiri. nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahar dari lahir, ia kan menjadi jahat,
dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, maka ia akan menjadi baik. Pendidikan anak
yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu
sendiri.

Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya secara
fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah
pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu
daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya
yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang
sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik
tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan
berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya,
mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya

Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik
akan menjadi baik. Pandanga ini sebagai lawan dari optimisme yaitu pendidikan pesimisme
memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh faktor pendidikan, ditentukan
oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan
berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Walaupun dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak mirip orang
tuanya, secara bakat mewarisi bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat pembawaan genetika itu
bukan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan anak, tetapi masih ada faktor lain
yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan anak menuju kedewasaan, mengetahui
kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri (jatidiri).

Faktor-Faktor perkembangan manusia dalam teori Nativisme

1.Faktor Genetic. Adalah factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu
bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah
seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang
prosentasenya besar.
2.Faktor Kemampuan Anak. Adalah factor yang menjadikan seorang anak mengetahui
potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya
3.Faktor pertumbuhan Anak. Adalah factor yang mendorong anak mengetahui bakat dan
minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan
anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan
yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa
mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Tujuan-Tujuan Teori Nativisme


Didalam teori ini menurut G. Leibnitz:Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu
inti pribadi”. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan
bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Sehingga dengan
teori ini setiap manusia diharapkan:

1.Mampu memunculkan bakat yang dimiliki. Dengan teori ini diharapkan manusia bisa
mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa
dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu
yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.

2.Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi. Jadi dengan teori ini
diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat
dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain
dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan
manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.

3.Mendorong manusia dalam menetukan pilihan. Adanya teori ini manusia bisa bersikap
lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya
manusia tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan
meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.

4.Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang. Teori
ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri
yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.

5.Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki. Dengan adanya teori ini,
maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, denga artian semakin dini manusia
mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan
baakatnya sehingga bisa llebih optimal.

Aplikasi pada masa sekarang


Faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar dan
pendidikan (Arthur Schaupenhauer (1788-1860)). Untuk mendukung teori tersebut di era
sekarang banyak dibuka pelatiahn dan kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang
dibawa sejak lahir itu dilatih dan dikembangkan agar setiap individu manusia mampu
mengolah potensi diri. Sehingga potensi yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia kerena
tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan.
Tetapi pelatihan yang diselenggarakan itu didominasi oleh orang-orang yang memang
mengetahui bakat yang dimiliki, sehingga pada pengenalan bakat dan minat pada usia dini
sedikit mendapat paksaan dari orang tua dan hal itu menyebabkan bakat dan kemampuan anak
cenderung tertutup bahkan hilang karena sikap otoriter orangtua yang tidak
mempertimbangkan bakat, kemampuan dan minat anak.
Lembaga pelatihan ini dibuat agar menjadi suatu wadah untuk menampung suatu bakat agar
kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat tersalurkan dan berkembang denag baik sehingga
hasil yang dicapai dapat maksimal.
Tanpa disadari di lembaga pendidikan pun juga dibuka kegiatan-kegiatn yang bisa
mengembangkan dan menyalurkan bakat anak diluar kegiatan akademik. Sehingga selain
anak mendapat ilmu pengetahuan didalam kelas, tetapi jug bisa mengembangkan bakat yang
dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai