Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN KARIR

Disusun oleh:
Devina Della Indriani (01.1.18.00837)
Kris Hernawati (01.1.18.00843)
Leonardo Putra Murdoko (01.1.17.00813)

DALAM RANGKA TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN


KEPRIBADIAN DAN KARIR

Dosen Pengampu:
Dewi Ika Sari H. P., SST., M.Kes
Yoyok Febrijanto, A.Md Kep., M.Pd

PROGAM STUDI: KEPERAWATAN DIPLOMA III


STIKES RS BAPTIS KEDIRI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
kami. Dengan makalah ini juga dapat digunakan untuk bahan pembelajaran
“Pengembangan Kepribadian dan Karir”.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami berharap para pembaca
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Kediri, September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan karier merupakan suatu keniscayaan bagi perjalanan
pekerjaan seseorang dalam sebuah organisasi. Sebab, hampir semua manusia
ingin kariernya berkembang, ingin mengalami peningkatan dan merasakan
kemajuan dengan kondisi yang lebih baik dalam berkarier. Sebaliknya, hampir
tidak ada manusia yang ingin mengalami kemunduran dari karier terbaiknya
apalagi kalau sampai terhenti.
Pengembangan karier merupakan hal yang tidak boleh diabaikan,
mengabaikan pengembangan karier sama saja dengan mengabaikan
perkembangan lembaga. Ketika karier sumberdaya manusia dalam sebuah
organisasi tidak berkembang, berarti ada permasalahan serius yang perlu
diperhatikan di dalam organisasi tersebut. Boleh jadi permasalahan tersebut
berasal dari individu yang bersangkutan atau dari pihak lembaga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teori psikologi perkembangan
2. Bagaimana dinamika sistem kepribadian
3. Bagaimana perkembangan sistem kepribadian
4. Apa yang dimaksud pengembangan karir
5. Bagaimana fase pengembangan karir

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Membantu memahami mengenai teori psikologi perkembangan
2. Membantu memahami mengenai dinamika sistem kepribadian
3. Membantu memahami perkembangan sistem kepribadian
4. Membantu memahami pengembangan karir dan fase-fase pengembangan
karir
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Psikologi Perkembangan


2.1.1 Teori Empirisme
Istilah teori empirisme diambail dari bahasa Yunani empeiria yang
berarti coba – coba atau pelajaran masa lalu. Teori emirisme
menjelaskan bahwa kebenaran yang sempurna tak diperoleh dengan
akal tetapi diperoleh atau bersumber dari panca indra individu. Teori
empirisme adalah teori psikologi perkembangan yang mementingkan
stimulasi eksternal dalam perkembangan individu dan menyatakan
bahwa perkembangan individu tergantung dari keadaan
lingkungannya dimana dia berada sedangkan pembawaan tak
berpengaruh. Filsuf empirisme yang pertama dan terkenal adalah John
Locke.
Adapun ajaran pokok teori empirisme dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi
yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami
b. Pelajaran masa lalu indrawi ialah salah satunya sumber
pengetahuan, dan bukan akal atau rasio
c. Semua yang individu ketahui pada akhirnya bergantung pada data
inderawi
d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan
secara tak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa
kebenaran definisional logika dan matematika)
e. Akal budi sendiri tak dapat memberikan kita pengetahuan tentang
realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan
panca indera. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan –
bahan yang diperoleh dari pengalaman
f. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa
pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan
2.1.2 Teori Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori
ini muncul dari filsafat nativisme (terlahir) dari kata sebagai suatu
bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan
bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan
sejak lahir, dan faktor alam yang kodratif. Pelopor aliran Nativisme
adalah Arthur Scopenhauer.
Menurut teori Nativisme ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia, yaitu:
a. Faktor Genetik
Orangtua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan
bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan
mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti
orangtuanya.
b. Faktor Kemampuan Anak
Dalam faktor tersebut, anak dituntut untuk menemukan bakat
yang dimilikinya, dengan menemukannya anak dapat
mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali
kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk menemukan
bakatnya maka anak akan sulit untuk mengembangkan bakatnya
dan mengetahui sebenarnya bakat apa yang dimilikinya.
c. Faktor Pertumbuhan Anak
Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan
anak, perbedaannya yaitu setiap pertumbuhan dan
perkembangnnya anak sesalu didorong untuk mengetahui bakat
dan minatnya. Dengan begitu anak akan bersikap rensponsif dan
positif terhadap kemampuannya
Dalam teori Nativisme dinyatakan bahwa perkembangan manusia
merupakan pembawaan sejak lahir/bakat, sehingga dengan teori ini
setiap manusia diharapkan:
a. Dapat memunculkan bakat yang dimiliki
b. Menjadikan diri yang berkompetensi
c. Mendorong manusia dalam menentukan pilihan
d. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam
diri seseorang
e. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki

2.1.3 Teori Konvergensi


Konvergensi berasal dari kata konvergen artinya bersifat menuju
satu titik pertemuan. Teori ini berpendapat bahwa perkembangan
individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan,
keduanya memiliki peranan penting. Perintis aliran konvergensi
adalah William Stern (1871-1939) yang berbendapat bahwa seorang
anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan baik maupun buruk.
Bakat yang dibawa anak sejak lahir tidak berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
bakat itu.
Penganut teori ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan
baik faktor lingkungan maupun pembawaan sama-sama penting.
Pendidikan sebagai salah satu contohnya, diartikan sebagai
pertolongan yang diberikan lingkungan untuk mengembangkan
potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang
baik. Yang membatasi hasil pendidikan adalah lingkungan dan
pembawaannya. Jadi, menurut teori konvergensi:
a. Pendidikan mungkin dilaksanakan
b. Pendidikan diartikan sebagai pertolingan yang diberikan
lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi
yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang
baik
c. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan
2.1.4 Teori Psikodinamika
Teori ini memandang komponen yang bersifat sosioafektif sebagai
fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang.
Menurut teori ini komponen yang bersifat sosioafektif yaitu
ketegangan yang ada dalam diri seseorang sebagai penentu
dinamikanya. Menurut Freud, menyatakan seorang anak dilahirkan
dengan 2 macam kekuatan biologis yaitu libido dan nafsu mati.
Kekuatan ini mengusasi orang atau semua benda yang berarti bagi
anak melalui proses yang oleh Freud disebut kathexis. Kathexis berarti
konsentrasi energi psikis terhadap suatu objek atau suatu ide yang
spesifik atau terhadap suatu person yang spesifik.
Teori perkembangan yang berorientasi psikodinamika mempunyai
kelemahan yaitu tidak dapat diuji secara empiris. Teori tersebut
menitikberatkan akan perkembangan sosioafektif. Bila dalam teori ini
seksualitas menduduki tempat utama, perlu juga diketahui bahwa
libido dan nafsu mati (agresi) selalu berjalan bersama-sama. Hal ini
mempunyai pengaruh yang menentukan bagi perkembangan
kepribadian anak.

2.1.5 Teori Kognitif Jean Peaget


Jean Piaget mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif
duania kognitif mereka sendiri. Dalam pandangannya terdapat
beberapa proses yang mendasari perkembangan dunia individu yaitu
pengorganisasian dan penyesuaian. Piaget yakin seseorang
menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke
dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi
adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi
baru.
2.1.6 Teori Perkembangan Psikososial
Teori Erik Erikson (1964) tentang perkembangan manusia dikenal
dengan teori perkembangan psikososial. Salah satu elemen penting
dari teori ini adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego
adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial.
Menurut Erikson perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Erikson membagi hidup manusia menjadi beberapa
fase atas dasar proses – proses tertentu beserta akibat-akibatnya.
Proses-proses tadi dapat berakhir baik atau tidak. Bila berakhir baik
dapat memperlancar perkembangan sebaliknya bila tidak baik akan
menghambat perkembangan.

2.2 Dinamika Sistem Kepribadian


a. Insting
Insting adalah suatu representasi mental dari kebutuhan fisik atau tubuh.
Dengan demikian, insting dapat didefinisikan sebagai perwujudan
psikologis dari sumber rangsangan somatic dalam yang dibawa sejak lahir.
Ada empat ciri khas insting, yaitu:
1. Impetus (pressure), yaitu daya atau kekuatan yang ditentukan oleh
intensitas kebutuhan yang mendasarinya
2. Sumber, yakni asal dari insting yang harus dicari pada proses-proses
kimia dan fisika pada tubuh
3. Tujuan. Dorongan-dorongan insting tertuju pada satu tujuan : kepuasan
atau reduksi tegangan
4. Objek, adalah seluruh kegiatan yang menjembatani antara munculnya
suatu hasrat dan pemenuhannya.
b. Kecemasan (Anxiety)
adalah perasaan tidak menyenangkan yang disertai sensasi tubuh yang
memberikan tanda pada seseorang akan adanya bahaya. Hanya ego yang
merasakan anxiety, namun id, superego dan dunia nyata masing-masing
menciptakan anxiety yang berbeda:
1. Neurotic anxiety bersumber dari id, rasa cemas terhadap sesuatu yang
tidak jelas atau rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan
menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya
terhukum
2. Moral anxiety bersumber dari superego, rasa cemas akibat tidak
mampu memenuhi standar moral/kesempurnaan tertentu atau rasa
takut terhadap hati nuraninya sendiri
3. Realistic anxiety bersumber dari dunia luar yang nyata, mendekati rasa
takut akibat penghayatan akan kejadian nyata atau rasa takut akan
bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam
itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. Kecemasan berfungsi
sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan member
sinyal kepada kita ahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan
yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
(Triton, 2010)

2.3 Perkembangan Sistem Kepribadian


a. Identifikasi
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang
untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya sebagai
bagian tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Identifikasi juga
merupakan cara memperolah kembali suatu objek yang telah hilang,
dengan mengidentifikasikan diri dengan orang terkasih yang telah
meninggal atau berpisah. Maka orang yang telah hilang itu dijelmakan
kembali dalam bentuk ciri tertentu yang meresap atau melekat pada
kepribadian seseorang. Orang juga dapat mengidentifikasikan diri dengan
seseorang karena takut. Identifikasi semacam ini merupakan dasar
pembentukan superego
b. Mekanisme pertahanan
Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego
terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu.
Tindakan yang demikian itu, disebut mekanisme pertahanan, sebab
tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan
kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan
yang penting adalah:
1. Represi, dorongan-dorongan yang mengancam dimasukan ke alam
bawah sadar, atau sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta
perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran.
Represi dikatakan mendasar
2. Reaction formation, menciptakan perilaku tersamar yang bentuknya
berlawanan dengan dorongan aslinya. individu mungkin
menyembunyikan kebencian dengan kepura- puraan cinta, atau
menutupi kekejaman dengan keramahan yang berlebihan
3. Displacement, salah satu cara menghadapi anxietas adalah dengan
memindahkannya dari objek yang mengancam kepada objek "yang
lebih aman". misalnya orang penakut yang tidak kuasa melawan
atasannya melampiaskan hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya
4. Fixation, kelekatan libido secara permanen pada tahap perkembangan
yang lebih awal/primitive
5. Regression, Beberapa orang kembali kepada bentuk tingkah laku yang
sudah ditinggalkan. menghadapi stres atau tantangan besar, individu
mungkin sudah berusaha untuk menanggulangi kecemasan dengan
bertingkah laku tidak dewasa atau tak pantas
6. Projection, melihat perasaan – perasaan atau kecenderungan –
kecenderungan yang tidak diterima pada orang lain (yang sebetulnya
ada dalam diri), atau memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat
dalam diri kita sendiri ke dunia luar
7. Introjection, Mekanisme introjeksi terdiri dari mengambil alih dan
"menelan" nilai-nilai standar orang lain. misalnya seorang anak yang
mengalami penganiayaan, mengambil alih cara orang tuanya
menanggulanngi stress, dan dengan demikian mengabadikan siklus
penganiayaan anak intropoyeksi dapat pula positif, apabila yang
diambil alih adalah nilai-nilai positifdari orang–orang lain
8. Sublimation, mencari bentuk-bentuk tujuan pengganti yang bersifat
kultural/sosial atau suatu cara untuk mengalihkan energi seksual
kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada
yang dikagumi. (Rosyidi, 2010)

2.4 Pengembangan Karir


Karir adalah sejumlah posisi kerja yang dijabat seseorang selama siklus
kehidupan pekerjaan sejak dari posisi paling bawah hingga posisi paling atas
(Sinambela, 2016). Beberapa pendapat tentang pengertian pengembangan
karier adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan karier adalah suatu rangkaian posisi atau jabatan yang
ditempati seseorang selama masa kehidupan tertentu
b. Pengembangan karier adalah perubahan nilai-nilai, sikap, dan motivasi
yang terjadi pada seseorang, karena dengan penambahan usia akan
semakin matang
c. Pengembangan karier adalah usaha yang dilakukan secara formal dan
berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan
kemampuan seseorang
d. Pengembangan karier (career development) adalah suatu kondisi yang
menunjukkan adanya peningkatan status seseorang dalam suatu organisasi
pada jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi yang
bersangkutan. (Samsudin, 2010)
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan karier merupakan suatu proses yang dilakukan oleh suatu
organisasi dalam rangka melakukan perubahan status, posisi, atau kedudukan
seseorang yang ternaung di dalam organisasi tersebut.
2.5 Fase Pengembangan Karir
Menurut (Sinambela, 2016) terdapat empat fase pengembangan, yaitu :
a. Fase Awal
Fase awal atau sering disebut dengan karier awal adalah fase yang
menekankan pada perhatian untuk memperoleh jaminan terpenuhinya
kebutuhan dalam tahun awal pekerjaan.
b. Fase Lanjutan
Fase lanjutan, yaitu fase pertimbangan jaminan keamanan sudah mulai
berkurang, akan tetapi masih lebih menitikberatkan pada pencapaian,
harga diri dan pembebasan.
c. Fase Mempertahankan
Fase mempertahanakan, yaitu fase di mana individu mempertahankan
pencapaian keuntungan atau manfaat yang telah dicapainya sebagai hasil
pekerjaan pada masa yang lampau
d. Fase Pensiun
Fase pensiun, yakni individu telah melampaui suatu karier yang
diharapkan dan akan berpindah ke karier yang lain sepanjang masih
memiliki tenaga dan kemampuan
Secara umum, proses pengembangan karir dimulai dengan beberapa fase,
yaitu perencanaan, pengarahan, dan pengembangan. Ketiga fase ini
bergantung pada dua aspek yang saling berinteraksi menghasilkan output yang
dinamakan sumber daya manusia yang unggul, baik berbasis kompetensi,
kinerja, maupun sasaran yang akan dituju. Aspek pertama adalah karyawan itu
sendiri dimana setiap individu merencanakan dan mempunyai tujuan karirnya
secara jelas dan yang kedua adalah organisasi yang seharusnya merancang dan
menyusun program-program pengembangan karir karyawan.
a. Fase Perencanaan
Pada fase ini, aktivitas organisasi adalah menyelaraskan rancangan
pengembangan karir pekerja dengan rancangan organisasi/perusahaan.
Fase ini berkenaan dengan proses mengidentifikasi kualifikasi pekerjaan
dari dua sisi, yaitu karyawan dan organisasi. Prosesnya dengan
mengevaluasi kinerja karyawan melalui penilaian kinerja (performance
appraisal). Selanjutnya akan ada hasil dari penilaian kinerja tersebut yang
akan didapatkan masukan untuk menyusun metode bagaimana semua hasil
analisis tadi diwujudkan dalam bentuk program nyata.
1. Kualifikasi Pekerjaan
pada fase awal adalah bagaimana organisasi memberikan informasi
tentang kualifikasi pekerjaan yang akan ditawarkan atau diberikan
kepada karyawan.kualifikasi pekerjaan juga menjadi penentu apakah
seorang karyawan layak, mampu, dan memenuhi standar kompetensi
untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.
2. Identifikasi performansi Organisasi
Program pengembangan diri dan karir karyawan harus diiringi dengan
program yang direncanakan secara berjangka, tetapi fleksibel terhadap
dinamika. Dalam upaya pengembangan karir karyawan, perlu bagi
organisasi untuk mengidentifikasi kinerja atau performanya terlebih
dahulu.
3. Identifikasi Performa Individual
Yang perlu dipertimbangkan dalam identifikasi performa individu
karyawan sebagai berikut:
a) Tersedianya data dan latar belakang tenaga kerja
b) Tercapainya produktivitas kerja
c) Terpenuhinya standar pengembangan personal
b. Fase Pengarahan
Pada fase ini yang harus menjadi perhatian bagi manajemen dan individu
adalah bagaimana menyediakan suatu program yang juga sarana untuk
mengarahkan performa keduanya. Umumnya, pengarahan dalam upaya
pengembangan karir, baik untuk karyawan baru maupun karyawan untuk
pemenuhan jabatan, haruslah berbentuk konseling atau bimbingan.
1. Konseling Karir
Konseling karir merupakan suatu kegiatan pembimbingan yang diikuti
oleh individu dalam mempersiapkan diri mengenali setiap potensi
dunia pekerjaannya. Konseling karir juga dapat dipakai sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan perkembangan karyawan dalam proses
peningkatan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari
lapangan pekerjaan yang dimasuki.
2. Pelayanan Informasi Karir
Kesulitan dalam memahami, mengenali, dan menentukan orientasi,
peta, jalur, dan fokus karir ini pun dapat dihindari apabila para
karyawan ini memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal –
hal yang berhubungan dengan dunia karirnya. Untuk mendukung
terpenuhinya informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh
konseli, manajemen harus menyiapkan layanan informasi terpadu yang
berfungsi membantu karyawan terhindar dari berbagai masalah yang
dpat mengganggu pencapaian perkembangan karir personal, baik yang
berhubungan dengan pribadi, sosial, pekerjaan, maupun karirnya.
c. Fase Pengembangan
Fase ini merupakan praktik dari desain pengembangan karir yang
difokuskan pada persyaratan yang harus dipenuhi karyawan. Seorang
karyawan dapat mengembangkan potensi dirinya dengan melakukan
beberapa kegiatan yang mengiringnya pada suatu lompatan besar dalam
karir bekerjanya. Fase ini juga memungkinnkan karyawan akan mengubah
orientasi karirnya saat mulai memasuki akhir bekerja atau pensiun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengembangan karier sumber daya manusia organisasi merupakan suatu
hal penting untuk diperhatikan, baik oleh pihak karyawan/staf mapun oleh
pihak pimpinan organisasi itu sendiri, memperjuangkannya sama dengan
berjuang untuk memajukan organisasi, dan mengabaikannya sama dengan
mengabaikan dan menelantarkan organisasi. Pengembangan karier pada
dasarnya memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan karyawan. Dengan pengembangan karier
melalui pendidikan dan pelatihan, akan lebih meningkatkan kemampuan
intelektual dan keterampilan karyawan yang dapat disumbangkan pada
organisasi
b. Meningkatkan suplai karyawan yang berkemampuan. Jumlah karyawan
yang lebih tinggi kemampuannya dari sebelumnya akan menjadi
bertambah sehingga memudahkan pihak pimpinan (manajemen) untuk
menempatkan karyawan dalam pekerjaan yang lebih tepat. Dengan
demikian, suplai karyawan yang berkemampuan bertambah dan jelas akan
menguntungkan organisasi

3.2 Saran
Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja,
penyaji menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna
memahami tentang konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di
sampaikan dalam makalah memberi manfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Triton. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia: Perspektif Partnership dan


Kolektivitas. Yogyakarta: Oryza
Sadili, Samsudin. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka
Setia
Sinambela, Lijan Poltak. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
Rozalena, Agustin dan Sri Komala Dewi. 2016. Panduan Praktis Menyusun
Pemngembangan Karier dan Pelatihan Karyawan. Jakrta: Raih Asa Sukses
Muri’ah, Siti dan Khusnul Wardan. 2020. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: Literasi Nusantara

Anda mungkin juga menyukai