Bab 6
Bab 6
id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecemburuan
1. Pengertian Kecemburuan
dasar cemburu yang berarti kurang senang, curiga, kurang percaya terhadap
sesuatu. Kata kecemburuan (jealousy) berasal dari bahasa Perancis jaloux atau
jalousie yang terbentuk dari bahasa Latin zelosus dan zelos dalam bahasa Yunani
yang berarti membara, hangat, terbakar atau keinginan yang kuat (Buss, 2000).
White dan Mullen (dalam Adams dan Jones, 1999) menyatakan, bahwa
cemburu merupakan pikiran, emosi dan tindakan kompleks yang muncul karena
adanya perasaan kehilangan atau ancaman terhadap harga diri dan eksistensi atau
kualitas hubungan romantis. Senada dengan White dan Mullen, Clanton dan
tersebut. Reaksi protektif tersebut melibatkan pikiran, emosi, atau tindakan (dalam
kehilangan kasih sayang dari seseorang yang berharga karena kasih sayang
tersebut diberikan kepada orang lain (Strongman, 2003). Menurut Daly dan
10
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Wilson, cemburu merupakan sebuah keadaan (state) akibat adanya ancaman yang
2000).
peluang kehilangan hubungan karena rival yang nyata maupun imajiner (Salovey,
1991). Lebih lanjut, DeSteno dan Salovey (dalam Trnka, Balcar, dan Kuska,
yang semakin meningkat ketika hubungan terancam hancur dan ditandai dengan
paling tepat dalam mendefinisikan kecemburuan, yaitu perasaan sakit hati, marah
dan takut. Perasaan sakit hati, marah dan takut tersebut merupakan hasil dari
adanya ancaman akan kehilangan hubungan yang dimiliki. Perasaan sakit hati
terjadi karena adanya persepsi, bahwa pasangan tidak menghargai komitmen yang
telah disepakati; adapun perasaan takut dan cemas muncul akibat adanya
merupakan reaksi kompleks yang melibatkan pikiran, emosi dan perilaku sebagai
respons terhadap ancaman nyata maupun imajiner yang dirasakan pada suatu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang
berasal dari luar individu seperti situasi dan lingkungan sekitar, sedangkan faktor
internal meliputi faktor personal yang ada pad diri tiap-tiap individu. Adapun
a. Faktor eksternal
(infidelity) pasangan. Buss membagi stimulus tersebut dalam dua bentuk, yaitu:
1) Kecemburuan seksual
2) Kecemburuan emosional
kepada keakraban suatu hubungan seperti rindu atau selalu ingin berbicara
emosional dan seksual pada seseorang atau sesuatu yang lain dan kurangnya
b. Faktor internal
tersebut adalah:
1) Ketidakpercayaan (mistrust)
hubungan yang akan dan sedang dijalin. Pengalaman memiliki pasangan di masa
lalu yang tidak setia, mengalami kekecewaan pada hubungan sebelumnya dan
kepada pasangannya yang sekarang. Hal ini akan berdampak pada kecenderungan
Individu dengan harga diri rendah sulit mempercayai orang lain untuk
(Khanchandani, dalam Knox dan Scahct, 2010). Perasaan tidak berharga tersebut
3) Kecemasan (anxiety)
yang lebih.
Individu yang tidak memiliki alternatif pasangan yang lain atau tidak merasa
tertarik lagi pada orang lain cenderung lebih mudah merasa cemburu. Mereka
merasa demikian karena jika mereka tidak menjaga pasangannya saat ini, maka
kecemburuan. Individu yang merasa terancam dan tidak aman (insecure) dalam
tinggi.
Brehm, dkk. (2002) menyatakan, terdapat lima faktor personal yang dapat
1) Ketergantungan (Dependence)
yang dapat membuat dirinya bahagia dan tidak ada orang lain yang dapat
menggantikannya, maka akan semakin besar pula rasa kecemburuan yang dialami
tidak mempunyai alternatif lain di luar hubungan tersebut (Choice dan Lamke,
2) Ketidakcakapan (inadequacy)
Individu yang merasa takut bahwa mereka tidak mampu memenuhi ekpektasi
pasangan atau khawatir bahwa mereka bukanlah orang yang dicari oleh
Secara keseluruhan kepercayaan diri dipengaruhi oleh harga diri individu itu
sendiri, namun individu dengan harga diri yang tinggi tidak selalu memiliki risiko
mengalami kecemburuan yang lebih kecil daripada individu dengan harga diri
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
kemampuannya sebagai pasangan merupakan hal yang penting. Hal ini sangat
bergantung pada besarnya cinta dan kebutuhan pasangan akan individu daripada
besar individu menyukai dirinya (harga diri). Individu dengan harga diri yang
tinggi dapat rentan mengalami kecemburuan, jika mereka ragu akan kemampuan
Salah satu pemicu keraguan dalam sebuah hubungan adalah perbedaan mate
value setiap individu (Buss, 2000). Mate value adalah nilai pasangan di mata
mengalami kecemasan bila bertemu dengan orang lain yang lebih baik darinya
lain yang lebih baik untuk menjadi pendamping pasangannya dibanding dengan
diri individu.
kriteria yang diinginkan dan cocok dengan individu, maka individu akan semakin
takut kehilangan pasangannya. Hal ini menjadi suatu ancaman ketika individu
daripada mereka.
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
kecemburuan yang tinggi. Pada umumnya faktor ekslusivitas seksual ini berlaku
kecemburuan pada hubungan yang akan dan sedang dijalin. Individu yang
memiliki pasangan yang tidak setia dan mengalami kekecewaan pada pengalaman
masa depan. Hal ini menyebabkan individu lebuh mudah merasa cemburu dan
3. Aspek Kecemburuan
terdiri atas tiga aspek, yaitu pikiran (cognitive), perasaan (emotional), dan perilaku
(behavioral).
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
pasangan.
kemarahan, perasaan tidak aman, ketakutan, dan kesedihan. Hal yang sama
seperti: marah, sedih, cemas, sakit hati, terancam, merasa dikhianati, tertekan,
protektif yang diambil seseorang ketika terdapat rival baik nyata maupun
rival. Individu mungkin akan membahas keburukan rival atau turut serta
dalam kegiatan pasangan dengan rival sebagai cara untuk memantau dan
realisasi ancaman tersebut dan pada akhirnya individu menyusun strategi coping
negatif (White, dalam Trnka, dkk., 2011). Meskipun setuju dengan teori White
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
(dalam Pfeiffer dan Wong, 1989) komponen afeksi selalu mengikuti penilaian
berpendapat, bahwa kognisi, afeksi dan perilaku yang terdapat pada kecemburuan
tidak saling mengikuti satu dengan yang lain tetapi tidak menutup kemungkinan
untuk saling berinteraksi satu dengan yang lain. Aspek kecemburuan dari White
inilah yang akan digunakan untuk menyusun skala dalam penelitian ini.
4. Proses Kecemburuan
memunculkan cemburu. Bagi individu yang merasa tidak aman pada suatu
Pada tahapan kedua, individu berusaha untuk memahami situasi dengan lebih
baik dan memikirkan cara mengatasi kecemburuan tersebut. Tetapi individu pada
seseorang cemburu karena pasangannya tidak membalas pesan, lalu orang tersebut
lain, padahal pasangannya tersebut sedang sibuk melakukan kegiatan dan tidak
dapat diganggu.
mereka pikirkan adalah hal yang irasional. Marah terhadap pasangan dan orang
ketiga, cemas akan kehilangan hubungan percintaannya, depresi dan sedih akan
ketika cemburu.
Tahap selanjutnya adalah tahap coping. Bryson (dalam Brehm, dkk., 2002)
orientasi tujuan. Tujuan pertama adalah perilaku coping sebagai usaha untuk
masalah dan bersama-sama mencari jalan keluar, sedangkan contoh usaha yang
bersifat destruktif adalah menghindari konflik dan bertindak seolah tidak ada
self-esteem. Usaha ini juga dapat bersifat konstruktif maupun destruktif. Usaha
e. Tahap kelima
Tahap terakhir adalah hasil dari perilaku coping. Perilaku coping yang
kecemburuan dan berguna untuk efek jangka panjang serta kualitas hubungan
tersebut.
5. Tipe Kecemburuan
aktual pada hubungan yang dianggapnya berharga (Bringle dan Buunk, 1991;
Parrot, 1991 dalam Brehm, dkk., 2002). Stimulus penyebab kecemburuan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
mungkin tidak terjadi pada saat ini, namun juga dapat berasal dari masa lalu atau
mempunyai bukti nyata tentang hal-hal yang dicurigai (Bringle dan Buunk, 1991;
Parrot, 1991 dalam Brehm, dkk., 2002). Kecemburuan tipe ini menyebabkan rasa
khawatir, tidak percaya, waspada dan tingkah laku memata-matai pasangan untuk
merupakan hasil imajinasi indivdiu itu sendiri karena rasa tidak aman dan tidak
beralasan.
individu untuk menjadi bagian dari pengalaman penting pasangan atau ketika
baik dibanding dengan individu dalam bidang yang menjadi minar individu.
pasangan.
Barelds dan Dijkstra (dalam Knox dan Scacht, 2010) mengidentifikasi tiga
a. Usia
Seseorang dengan harga diri yang rendah cenderung lebih mudah terluka akan
semakin kuat.
e. Jenis hubungan
individu yang sudah menikah. Terlebih pada wanita, wanita yang belum menikah
mengalami tingkat kecemburuan yang lebih tinggi daripada wanita yang telah
pernikahan meningkatkan perasaan aman pada wanita. Tetapi wanita yang telah
atau kelekatan romantis. Menurut Sperling dan Berman (1994), kelekatan dewasa
tertentu yang menyediakan kebutuhan rasa aman secara fisik maupun psikologis.
dewasa merupakan konsep kelekatan yang dibangun Hazan dan Shaver (1987)
seorang psikolog asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Kelekatan
(attachment) mengacu kepada suatu relasi antara dua orang yang memiliki
perasaan yang kuat satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk
hubungan emosional yang intim antara dua orang, seperti pada bayi dan pengasuh,
ditandai dengan kasih sayang timbal balik dan keinginan untuk menjaga
suatu ikatan emosional antara dua orang yang pada dasarnya untuk
mengidentifikasi satu sama lain, mencintai, dan memiliki hasrat dengan orang lain
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
1995) menyebut kelekatan sebagai ikatan emosi, yaitu ikatan dengan pasangan
yang merupakan individu unik dan tidak dapat tergantikan oleh orang lain dan
bersifat relatif kekal. Hubungan ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk
senang saat bertemu dan sedih saat kehilangan. Ikatan ibu-anak, ayah-anak,
pasangan seksual, hubungan saudara kandung dan teman dekat merupakan contoh
ikatan emosi.
Hubungan kelekatan pada ibu merupakan salah satu hal penting dalam
dengan seseorang atau beberapa orang pada tahun pertama kehidupannya akan
dewasa (dalam Desmita, 2007). Bowlby (dalam Baron dan Byrne, 2005)
kesadaran berdasarkan dua sikap dasar yaitu evaluasi mengenai diri sendiri dan
sikap diri sosial yang meliputi kepercayaan dan harapan terhadap orang lain
Model kerja yang terbentuk pada masa kanak-kanak dibawa oleh individu ke
dalam hubungan baru dan memandu harapan, persepsi dan perilaku individu
dalam hubungan baru tersebut. Model kerja ini sebut sebagai mental model oleh
yang terbentuk pada masa kanak-kanak (Sperling dan Berman, 1994). Main,
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
Kaplan dan Cassidy (dalam Lemme, 1995) menambahkan bahwa gaya kelekatan
stabil selama masa hidup dan mempengaruhi semua hubungan dekat individu.
Gaya kelekatan merupakan derajat akan pengalaman rasa aman dalam hubungan
antar pribadi (Baron dan Byrne, 2005). Fraley dan Shaver (2000) mengartikan
gaya kelekatan romantis sebagai pola dari berbagai harapan, kebutuhan, emosi
dan perilaku sosial sebagai hasil dari pengalaman kelekatan masa lalu, yang
Definisi gaya kelekatan romantis dalam penelitian ini adalah pola berbagai
yang terbentuk dari pengalaman hubungan antar pribadi terhadap figur lekat di
Collins dan Read (1990) menyatakan, bahwa terdapat tiga aspek yang dapat
klasifikasi gaya kelekatan romantis oleh Hazan dan Shaver (1987) yang meliputi
gaya kelekatan aman, cemas, dan menghindar. Tiga aspek kelekatan tersebut
a. Kedekatan (Closeness)
b. Ketergantungan (Dependency)
lain, khususnya pasangan. Individu nyaman bergantung kepada orang lain dan
c. Kecemasan (Anxiety)
a. Model of self
Gambaran diri merupakan hasil pengalaman masa lalu individu beserta cara
mempunyai perasaan bahwa dirinya berarti atau bernilai dan berharap orang
secara positif, sehingga merasa berharga serta pantas untuk mencintai dan
dicintai. Individu dengan gambaran diri negatif merasa tidak berharga, tidak
orang lain. Gambaran diri negatif cenderung berasumsi bahwa orang lain
b. Model of others
Gambaran mengenai orang lain juga merupakan hasil dari pengalaman masa
lalu individu yang berkaitan dengan sikap orang lain terhadap individu.
Individu yang memiliki gambaran mengenai orang lain yang positif akan
orang yang kurang dapat diandalkan, sering membuat kecewa, tidak mampu
Aspek gaya kelekatan romantis yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah aspek gaya kelekatan oleh Collins dan Read (1990) yang meliputi
strange situation, yaitu sebuah studi observasi terhadap kelekatan bayi melalui
pengenalan, pemisahan, dan pertemuan kembali antara bayi dengan pengasuh dan
orang asing dalam urutan tertentu. Berdasarkan respons bayi ketika menghadapi
yang aman (secure) dan tidak aman (insecure). Gaya kelekatan tidak aman
individu dalam tahapan selanjutnya. Hazan dan Shaver (1987) menyatakan bahwa
gaya mencintai dalam hubungan romantis pada masa dewasa merupakan proses
yang serupa dan berdasarkan gaya kelekatan pada masa bayi. Berikut gaya
kelekatan romantis menurut Hazan dan Shaver (1987) berdasarkan gaya kelekatan
Ainsworth.
Bayi dengan gaya kekekatan aman biasanya menggunakan ibu sebagai suatu
dalam keintiman ketika dewasa (Hazan dan Shaver, 1987). Gaya kelekatan aman
berkorelasi positif dengan ketiga komponen cinta, orang cenderung aman untuk
mengalami keintiman yang tinggi, gairah, dan komitmen (Brehm, dkk., 2002).
dengan orang lain, merasa nyaman bergantung pada orang lain dan sebaliknya,
mereka juga tidak merasa khawatir akan ditinggalkan atau terlalu dekat dengan
orang lain. Brehm, dkk., (2002) menyebutkan bahwa individu dengan gaya
kelekatan aman cenderung lebih percaya, berkomitmen dan puas dalam hubungan
bahagia, hangat, percaya, menerima, dan cenderung bertahan lebih lama dalam
secara sosial, ceria dan menyenangkan daripada individu dengan gaya kelekatan
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
tidak aman (Kobak dan Sceery dalam Lemme, 1995). Individu dengan gaya
kelekatan aman menggambarkan kualitas hubungan dengan orang tua yang hangat
individu dengan gaya kelekatan cemas atau ambivalen merasa bahwa orang lain
dan meninggalkannya suatu saat (Hazan dan Shaver, dalam Wide dan Travis,
2008) Individu ingin menggabungkan diri dengan orang lain secara keseluruhan,
namun keinginan tersebut seringkali membuat orang lain menghindar. Hal ini
yang naik dan turun, keinginan akan balasan, dan hasrat seksual yang intens.
Individu dengan gaya kelekatan cemas melihat orang tua sebagai sosok yang
tidak terduga dan tidak adil. Individu tidak memiliki rasa percaya diri dan
beranggapan bahwa orang lain tidak mau berkomitmen untuk hubungan jangka
panjang dengan dirinya. Mereka biasanya jatuh cinta dengan cepat dan mudah
ibunya sama sekali (Seiffert dan Hoffnung dalam Desmita, 2007). Pada hubungan
intim, Hazan dan Shaver (1987) menyebutkan bahwa individu dengan gaya
untuk bergantung pada orang lain, dan merasa kurang nyaman apabila seseorang
yang lebih intim, individu cenderung merasa gugup bahkan tidak nyaman. Cinta
romantis digambarkan sebagai suatu hubungan yang sulit dan jarang berlangsung
lama. Individu dengan gaya kelekatan menghindar (avoidant) melihat orang tua
sebagai sosok yang menuntut dan tidak peduli, juga menggambarkan diri sendiri
sebagai seorang yang tidak disukai orang lain dan mandiri (Lemme, 1995).
(model of self) dan orang lain (model of others). Individu dengan model of self
positif mempunyai perasaan bahwa dirinya berarti atau bernilai dan berharap
orang lain merespon individu tersebut secara postif. Model of self negatif
mendorong individu ke arah harapan bahwa orang lain akan meresponnya secara
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
negatif pula. Bagian positif model of others menjelaskan harapan individu bahwa
ada orang lain yang akan mendukung dan menjalin kedekatan dengan diri mereka.
Hazan dan Shaver menjadi empat gaya kelekatan dengan membedakan gaya
bahwa gaya kelekatan menghindar bersifat lebih kompleks. Terdapat dua sudut
orang lain namun tetap waspada terhadap mereka, takut akan penolakan, dan tidak
otonomi dan kebebasan untuk menjalin kedekatan dengan orang lain. Adapun
empat tipe kelekatan menurut Bartholomew (dalam Baron dan Byrne, 2005)
Model of Self
(Anxiety)
Positive Negative
(Low) (High)
Positive
Secure Preoccupied
(Low)
Model of
Others
(Avoidance)
Negative
Dismissing Fearful
(High)
Gaya kelekatan secure merupakan hasil dari kombinasi model of self dan
model of others yang positif. Sama seperti gaya kelekatan aman yang
dijelaskan Hazan dan Shaver, individu mudah dekat secara emosional dengan
orang lain. Mereka merasa nyaman menjadikan orang lain sebagai dukungan
dan bisa menjadikan dirinya sebagai sumber dukungan bagi orang lain.
Individu tidak merasa khawatir hidup sendiri atau jika orang lain tidak
menikmati seksualitas dalam konteks hubungan yang penuh rasa aman dan
1996; Feeney dan Noller, 1990; Simpson, dkk., 1992 dalam Myers, 2012)
Individu yang mempunyai model of self negatif dan model of others yang
ambivalent. Individu dengan gaya kelekatan ini memiliki harapan yang positif
terhadap terhadap orang lain, tetapi merasa bahwa diri mereka tidak berharga
(Myers, 2012). Mereka sangat ingin terlibat secara emosional dengan orang
lain, namun merasa bahwa orang lain enggan menginginkan kedekatan yang
penerimaan oleh orang lain. Bila mendapatkan respon baik dari orang lain,
dengan orang yang sama. Saat membahas konflik, mereka menjadi emosional
dan sering kali marah (Cassidy, 200; Simpson, dkk., dalam Myers, 2012).
Gaya kelekatan fearful ditandai dengan model of self dan model of others
yang negatif. Gaya kelekatan ini merupakan turunan dari gaya kelekatan
tidak nyaman bila semakin dekat dengan orang lain. Ingin memiliki
kedekatan dengan orang lain namun sulit untuk mempercayai atau bergantung
pada orang lain. Sama halnya dengan individu preoccupied, individu dengan
gaya kelekatan fearful sangat bergantung pada penerimaan orang lain dan
merasa tidak berharga dan dicintai. Individu takut dan menghindari keintiman
karena takut akan kehilangan dan penolakan (Cassidy dan Shaver, 2008).
Model of self positif dan model of others yang negatif menghasilkan gaya
adanya perkiraan yang negatif mengenai orang lain. individu merasa nyaman
dismissing memilih untuk mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
tidak peduli bila orang lain menerima mereka atau tidak (Bartholomew,
Gaya kelekatan romantis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
gaya kelekatan romantis menurut Hazan dan Shaver (1987) yang meliputi gaya
4. Fungsi Kelekatan
relief (pengurangan rasa takut, cemas, atau sakit) maka individu rentan
individu tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
Kelekatan yang terjalin antara individu dengan figur lekatnya dapat berfungsi
dan mengatasi perasaan emosi negatif selama berada di dalam situasi yang penuh
tekanan.
C. Kematangan Emosi
Seseorang yang telah dewasa mampu mengatasi masalah dengan baik sehingga
stabil dan tenang secara emosional. Hurlock (1980) secara umum menyatakan
terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional dan tidak lagi bereaksi tanpa
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain dan mampu menunggu saat dan
tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya tersebut dengan cara yang
lebih diterima. Lebih lanjut Hurlock (1980) menjelaskan bahwa pada masa remaja
akhir yang merupakan masa awal dewasa, yaitu rentang usia 19-22 tahun, individu
kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional dan pada akhirnya
mampu memberikan reaksi emosional yang stabil. Oleh sebab itu, kematangan
itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan emosi seperti pada masa
emosi mengacu pada kapasitas seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi
kehidupan dengan cara-cara yang lebih bermanfaat bukan dengan cara bereaksi
emosi yang berlebihan dan ungkapan emosi yang tak terkendali. Individu yang
situasi tertentu.
tidak terpengaruh oleh rangsangan-stimulus baik dari dalam maupun dari luar.
Emosi yang sudah matang akan selalu belajar menerima kritik, mampu
kasih, simpati, altruis (senang menolong orang lain) dan sikap hormat atau
tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis dan tidak putus asa, dan dapat
menerima hal-hal negatif dari lingkungan tanpa membalasnya dengan sikap yang
negatif, orang tersebut tidak lantas membalas dengan emosi yang negatif, namun
menelaah dan memikirkan reaksi yang akan ditampilkan agar tidak berdampak
dengan cara yang dapat serta mampu bereaksi secara obyektif, rasional, dan bijak.
bertingkah laku seperti anak kecil, menangis dan meledakkan marahnya agar
yang cukup. Orang yang mempunyai perasaan yang dangkal sebagai contoh
c. Kontrol emosi. Ciri dari ketidakmatangan emosi adalah orang yang selalu
dan kebencian.
aspek, yakni:
a. Adanya adekuasi emosi : cinta kasih, simpati, altruis (senang menolong orang
lain), respek (sikap hormat atau menghargai orang lain) dan ramah.
bersikap optimis, dan tidak mudah putus asa, serta dapat menghadapi situasi
a. Kontrol Emosi
mampu menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkaplan emosi
dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Seseorang yang mempunyai
diterima secara sosial atau membebaskan diri dari dari energi fisik dan mental
Individu memiliki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak berubah-ubah dari
satu suasana hati ke suasana hati yang lain. Individu mampu memahami
emosi diri sendiri, memahami hal yang sedang dirasakan, dan mengetahui
Individu yang matang emosinya adalah individu yang mampu menilai situasi
tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebagaimana anak-anak atau individu yang
belum matang.
a. Emotional awareness
emosi yang terjadi pada diri sendiri dan orang lain. Individu yang matang
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
secara emosi akan menyadari dan merasakan emosi yang ada pada dirinya.
untuk mengatasi stres dan dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas
dalam pergaulan.
b. Emotional acceptance
sendiri atau orang lain. Emotional acceptance mencakup tiga lapisan penting
kemampuan untuk bersyukur atas segala hal yang telah dimiliki dan
kemampuan untuk merasa bangga akan diri sendiri. Selain menerima dirinya
secara apa adanya, individu yang matang emosinya juga menerima orang lain
tanpa syarat.
c. Emotional affection
berinteraksi dengan orang lain. Interaksi yang dibangun adalah interaksi yang
1) Individual differences,
2) Different treatment,
4) Risk taking.
d. Emotional affirmation
Emotional affirmation adalah penguatan emosi baik bagi diri sendiri maupun
a. Kontrol emosi. Individu mampu mengontrol emosi dengan baik walau dalam
atau kenyataan diri sendiri dan orang lain, baik itu kelebihan maupun
kekurangan.
cara berpikir dengan baik serta mampu mengatur pikirannya secara baik pula
ini akan bersikap sabar, pengertian, berpikir, dan bersikap secara objektif.
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
rasa tanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dikerjakan, dapat berdiri
penuh pertimbangan.
Hurlock (1980) yang meliputi aspek kontrol emosi, pemahaman diri (self-
berikut.
Orang yang matang secara emosi, mengenal dirinya sendiri dengan lebih
baik dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Individu mampu
menerima tanggung jawab atas semua hal dan mempunyai dorongan untuk
d. Percaya diri
Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain
e. Sabar
Humor merupakan bagian emosi yang sehat, individu yang telah matang
rasa sakit harus dipikul, kesalahan harus diperbaiki, dan tidak perlu
sendiri.
i. Memiliki integritas
Individu matang bukan orang yang mudah beralih dan menyimpang karena
j. Senang bekerja
Seseorang yang mempunyai emosi yang sehat dan kepribadian matang tahu
Perasaan nilai yang kuat dan filsafat pokok sebagai pembimbing tingkah laku
Seseorang yang sudah matang akan mampu hidup dengan suasana hati yang
seimbang. Artinya, ketika ada peralihan dari satu situasi ke situasi yang lain
menjadikannya kacau.
a. Dapat menerima keadaan dirinya sendiri maupun orang lain dengan apa
belum matang.
sehingga akan bersifat sabar, penuh pengertian dan mempunyai toleransi yang
baik.
D. Pasangan Muda
ditandai dengan ikrar antara dua individu di depan umum berdasarkan pada
adalah ikatan lahir-batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
dewasa muda. Menurut Hurlok (1980) masa dewasa muda berlangsung dari umur
Havighurst (dalam Sobur, 2003), undang-undang RI No.1 tahun 1974 pasal 7 ayat
sudah mencapai usia 19 tahun untuk pria dan mencapai usia 16 tahun untuk
wanita (dalam Walgito, 2010). Usia 16 tahun dan 19 tahun termasuk dalam masa
remaja akhir yang merupakan masa awal dewasa muda. Pasangan muda adalah
individu yang telah mencapai usia dewasa muda dan sudah memiliki pasangan
Selain masa penyesuaian diri terhadap pola kehidupan dan harapan sosial
yang baru, masa dewasa muda juga merupakan masa ketegangan emosi.
yang umumnya berpusat pada masalah perkawinan, peran sebagai orang tua atau
dan Suryanti (2006) mengemukakan bahwa masa perkawinan yang masih muda
atau awal (periode awal perkawinan) merupakan masa rawan dalam perkawinan,
yaitu kurang dari sepuluh tahun. Mengenai periode awal perkawinan, sejalan
dengan Anjani dan Suryanto, Strong dan De Vault (1989) menyatakan bahwa
penelitian ini adalah individu yang telah menikah (suami atau isteri), telah
mencapai usia dewasa muda, batas minimal usia adalah 18 tahun dan tidak lebih
dari 40 tahun serta usia pernikahan yang masih tergolong dalam periode awal,
Kecemburuan oleh White dan Mullen (dalam Adam dan Jones, 1999)
diartikan sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang muncul karena
adanya perasaan kehilangan atau ancaman terhadap harga diri dan eksistensi atau
kualitas hubungan romantis tersebut. Knox dan Scacht (2010) menyatakan, bahwa
ketertarikan emosional dan seksual pada sesuatu atau individu lain dan kurangnya
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
(Knox dan Scacht, 2010). Kecemburuan juga disebabkan oleh faktor internal
(Pines, 1988).
yaitu sebuah proses biososial yang ikatan emosi antara pasangan dewasa serupa
dengan ikatan emosi yang telah terbentuk sebelumnya pada masa bayi. Cinta
dipandang sebagai bentuk kelekatan, kedekatam, dan ikatan emosional yang terus
berkembang dan berakar pada hubungan individu dengan orang tua semenjak
bayi. Kelekatan pada individu dewasa ini disebut sebagai kelekatan dewasa (adult
merupakan konsep kelekatan yang dibangun Hazan dan Shaver (1987) yaitu suatu
kelekatan dengan pasangan sebagai figur lekat. Seperti halnya kelekatan pada
masa bayi, terdapat tiga kategori gaya kelekatan yaitu tipe aman (secure), cemas
Barret, dalam Baron dan Byrne, 2005). Berinteraksi dengan seseorang dalam
sebuah hubungan cinta romantis memiliki kaitan yang lebih erat dengan kelekatan
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
dalam hubungan mereka (Baron dan Byrne, 2005). Hal ini secara tidak langsung
1997).
tersebut menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara tipe kelekatan dan
paranoid dan terdapat hubungan yang signifikan antara pola kelekatan dengantipe
interpersonal sensitivity.
individu dewasa awal. Demirtas dan Donmez (2006) menyatakan bahwa jenis
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gaya kelekatan romantis dan
tingkat kecemburuan pada individu dewasa awal yang telah menikah (pasangan
muda).
emosi yang negatif akibat adanya peluang kehilangan hubungan karena rival yang
meningkat ketika hubungan terancam hancur dan ditandai dengan perasaan marah,
sedih dan ketakutan (dalam Trnka, dkk., 2011). Berdasarkan definisi Salovey
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
banyak perasaan, namun terdapat tiga hal yang paling tepat dalam mendefinisikan
kecemburuan yaitu perasaan sakit hati, marah dan takut (Guerrero dan Andersen,
1998).
akhir remaja yang ditandai dengan tidak meledaknya emosi di hadapan orang lain
melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosi
dengan cara yang lebih dapat diterima. Individu yang matang secara emosi tidak
emosi adalah individu yang dapat mengendalikan emosinya maka individu akan
emosinya ketika ia sedang cemburu dan dapat berpikir secara obyektif sesuai
dengan kenyataan, tidak berdasarkan asumsi semata. Individu yang tidak matang
mungkin akan menyikapi cemburu dengan penuh amarah sehingga tidak berpikir
Semakin rendah kematangan emosi maka akan semakin tinggi tingkat agresivitas
seseorang maka akan semakin rendah tingkat agresivitasnya (Putri, 2010). Hal ini
tindakan irrasional.
memiliki kematangan emosi dalam menghadapi segala hal yang terjadi, dalam hal
ini kecemburuan yang mungkin terjadi dalam hubungan pernikahan yang dimiliki.
emosi dan mampu berpikir secara matang dan objektif terhadap peristiwa-
yang harmonis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi
muda yang berada pada tahap perkembangan psikolosial Erikson, intimacy versus
isolation, guna memenuhi kebutuhan akan intimacy tersebut (dalam Papalia, dkk.,
muda untuk memenuhi kebutuhan keintiman. Sebagai salah satu bentuk hubungan
yang terlibat dalam sebuah hubungan membuat individu merasa takut kehilangan.
kecemburuan sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang muncul karena
adanya perasaan kehilangan atau ancaman terhadap harga diri dan eksistensi atau
proses kelekatan yaitu sebuah proses biososial yang ikatan emosi antara pasangan
dewasa serupa dengan ikatan emosi yang telah terbentuk sebelumnya antara bayi
dengan orang tua. Cinta dipandang sebagai bentuk kelekatan, kedekatan, dan
ikatan emosional yang terus berkembang dan berakar pada hubungan individu
romantis yang tidak lain merupakan proses kelekatan pada individu dewasa.
antara gaya kelekatan romantis dan kecemburuan. Selain itu Felicia (2013)
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
perasaan marah, sedih dan ketakutan (DeSteno dan Salovey dalam Trnka, 2011).
dan reaksi. Kecemburuan melibatkan banyak perasaan, namun terdapat tiga hal
yang paling tepat dalam mendefinisikan kecemburuan yaitu perasaan sakit hati,
marah dan takut (Guerrero dan Andersen, 1998). Kemampuan seseorang untuk
hubungan romantis jika ingin hubungan romantis tersebut harmonis dan bertahan
lama.
akhir remaja yang ditandai dengan tidak meledaknya emosi di hadapan ornag lain
melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosi
emosi adalah individu yang dapat mengendalikan emosinya maka individu akan
emosi dan mampu berpikir secara matang dan objektif terhadap peristiwa-
yang harmonis. Ketika sedang cemburu, individu yang matang secara emosi
cenderung akan mampu emosinya dan dapat berpikir secara obyektif sesuai
dengan kenyataan, tidak berdasarkan asumsi semata. Individu yang tidak matang
mungkin akan menyikapi cemburu dengan penuh amarah sehingga tidak berpikir
dengan penelitian oleh Putri (2010) yang menyatakan bahwa semakin rendah
kematangan emosi maka akan semakin tinggi tingkat agresivitas yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
seseorang, dan sebaliknya semakin tinggi kematangan emosi seseorang maka akan
kematangan emosi belum banyak dilakukan, namun dari uraian diatas gaya
serta keputusan yang diambil terhadap konflik yang muncul dalam hubungan
romantis yang sedang dijalani. Terkait dengan kecemburuan individu dengan gaya
Trnka, dkk., 2011). Dimilikinya gaya kelekatan romantis aman diantara pasangan
serta adanya kematangan emosi yang tinggi, diasumsikan individu akan semakin
kelekatan romantis yang aman dan kematangan emosi yang tinggi perlu dimiliki
dijalani, dalam hal ini pernikahan sehingga dapat tercipta pernikahan yang
harmonis.
hubungan romantis terkait dengan kecemburuan. Oleh karena itu penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
dilakukan guna melihat tingkat kecemburuan pada pasangan muda ditinjau dari
F. Kerangka Pemikiran
H2
Gaya Kelekatan
Romantis
H1 Tingkat
Kecemburuan
Kematangan
H3
Emosi
Keterangan:
H1 : Hipotesis 1
H2 : Hipotesis 2
H3 : Hipotesis 3
G. Hipotesis