TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Cemburu
Cemburu merupakan reaksi terhadap ancaman yang dianggap terjadi dalam suatu
hubungan (Pines, 1998). Salovey (1991) berpendapat cemburu adalah emosi yang dialami
ketika seseorang merasa hubungan dengan pasangan terancam dan mengakibatkan hilangnya
kepemilikan, biasanya ini akan timbul apabila ada pihak ketiga dalam hubungan tersebut.
Mameros (Duma, 2009) menyatakan cemburu merupakan reaksi yang terjadi pada hubungan
romantis yang sedang terancam oleh pihak ketiga, ancaman ini bersifat subyektif dan nyata.
Menurut Surbakti (2009), cemburu timbul karena ingin memiliki sendiri pasangannya dan
perasaan terancam karena kehadiran orang lain dalam hubungannya. Saat mengalami rasa
cemburu biasanya sistem rasionalnya tidak bekerja sebagaimana mestinya. Buunk and
Bringle (1987) berpendapat bahwa perilaku cemburu adalah emosi yang berpotensi merusak
dalam hubungan intim. White and Mullen (1989) mengemukakan bahwa kecemburuan
berhubungan erat dengan gaya cinta “mania,” yang dicirikan oleh ketidakpastian tentang
cinta pasangan dan oleh reaksi emosional yang ekstrem, seringkali dalam cara yang obsesif.
Tiga perasaan yang paling menggambarkan cemburu adalah hurt, fear, dan anger (Miller,
2007). Terluka (hurt) timbul dari persepsi bahwa pasangan kita tidak menghargai komitmen
pada hubungan kita, sedangkan takut (fear) dan cemas (anxiety) timbul dari ketakutan akan
diabaikan dan kehilangan. Marah (angry) timbul dari perasaan dinomorduakan dari orang
lain. Pada perwujudan terburuknya, kecemburuan dikaitkan dengan agresi dan kekerasan.
Kecemburuan telah dilaporkan sebagai motif dalam perilaku agresif terhadap pasangan.
(DeSteno, Valdesolo, & Bartlett, 2006; Paul, Foss, & Galloway, 1993). Kecemburuan yang
ekstrem atau sering disebut “kecemburuan tidak sehat” memiliki dampak dalam beberapa
kejahatan dengan hasrat membunuh (Mullen, 1993; Wilson & Daly, 1996).
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan
masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Pada periode ini terjadi perubahan-
perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah,
fungsi seksual (Kartono, 1995). Dalam rangka memenuhi tugas perkembangannya, remaja
memiliki tugas membina hubungan baik dengan lawan jenis dan mempersiapkan diri untuk
memasuki perkawinan (Hurlock, 2004). Sehingga pada masa remaja, remaja mulai membina
hubungan romantis dengan lawan jenis atau yang sering disebut dengan berpacaran.
Bila di lihat dari definisinya, pacaran adalah aktifitas sosial yang membolehkan dua orang
yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangannya
yang tidak ada hubungan keluarga. Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003) pengalaman
romantis pada masa remaja dipercaya memainkan peran yang penting dalam perkembangan
identitas dan keakraban. Pacaran pada masa remaja membantu individu dalam membentuk
Berdasarkan uraian diatas, perilaku cemburu adalah reaksi dari emosi negatif yang dialami
seseorang dalam hubungan yang merasa hubungan romantisnya merasa terancam karena
kehadiran orang lain dan perilaku tersebut bisa berujung dengan perilaku agresi kepada
pasangannya tersebut. Pada penelitian ini, perilaku cemburu yang akan diteliti adalah pada
remaja yang berpacaran. Perilaku cemburu pada remaja yang berpacaran adalah reaksi dari
emosi negatif yang dialami remaja dalam aktifitas sosial dengan pasangan lawan jenisnya
yang merasa hubungan romantisnya dalam hal ini berpacaran yang merasa terancam karena
kehadiran orang lain dan perilaku tersebut bisa berujung dengan perilaku agresi kepada
pasangannya tersebut.
2. Ciri-Ciri Perilaku Cemburu
a. Rasa rendah diri adalah menganggap diri terlalu kecil. Salah satu ukuran tidak
menguntungkan yang dipakai orang pencemburu untuk menilai kepantasan itu adalah
b. Mentalitas Tuan-Hamba adalah sama seperti rasa rendah diri yang menjadi dasar rasa
c. Perilaku merusak diri merupakan ciri khas seorang pencemburu dan posesif. Sebenarnya
pencemburu mampu dan menonjol dalam banyak bidang kehidupan. Tetapi apabila
d. Kesulitan menerima tanggung jawab, hampir dapat dipastikan seorang pencemburu akan
e. Mementingkan diri sendiri dan tidak matang adalah selalu mementingkan diri sendiri
apabila ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan cintanya, tidak peduli akan perasaan
siapapun kecuali perasaan sendiri, merasa bahwa orang lain tidak berhak mengubah
pikirannya.
f. Rasa takut adalah merasa terancam oleh kejadian yang sama sekali tidak mengancam.
Seorang pencemburu persaingan dan kemungkinan orang yang dicintai terus menerus
menjadi obsesi.
Menurut Dryden dan Gordon (1994), ciri-ciri orang yang cemburu yaitu :
a. Merendahkan diri sendiri : Sikap yang paling menonjol dari orang yang pencemburu
adalah rasa kurang menerima diri sendiri. Umumnya memiliki sedikit atau sama sekali
b. Rasa sensitif yang berlebihan, karena orang-orang pencemburu selalumerasa dikritik orang
lain, meski tidak ada orang lain yang bermaksud begitu.Apabila dikomentari sesuatu akan
menimbulkan salah paham dan komentar itu dianggap sebagai kritik terhadap tingkah
lakunya, meskipun orang lain sudah memilih kata-kata yang baik tetapi tetap saja salah
c. Pemerasan emosional adalah seorang pencemburu menganggap tidak cocok dan tidak
mempunyai harga diri, menjadi kurang keyakinan untuk mengungkapkan dan berbicara
apa yang diinginkan sehingga seorang pencemburu berusaha agar dapat diterima orang
lain dengan cara melemparkan perasaan bersalah kepada orang lain yang menjadi sasaran
d. Bersikap terlalu curiga merupakan bagian dari gangguan mental parapen cemburu, tidak
hanya terlampau sensitif terhadap setiap kritik dan selalu menyimpulkan kritikan untuk
diri sendiri padahal sebenarnya bukan ditujukan kepada dirinya. Hal lainnya seperti
merasa curiga tanpa kejelasan terhadap sikap dan motif orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri cemburu adalah
rasa rendah diri, mentalitas tuan-hamba, perilaku merusak diri, kesulitan menerima tanggung
jawab, mementingkan diri sendiri, menyalahkan orang lain, takut, rasa sensitif yang
berlebihan, bersikap terlalu curiga, dan melampiaskan kemarahan. Dari dua teori tersebut,
peneliti akan menggunakan teori dari Sarwono. Adapun alasan peneliti menggunakan teori
dari Hauck karena uraian dari ciri-ciri perilaku cemburu yang dikemukakan lebih spesifik
dalam hal perilakunya dan konteksnya pada pasangan, sehingga lebih memudahkan peneliti
untuk membuat aitem dalam skala dibanding menurut Dyrden dan Gordon. Keenam ciri-ciri
tersebut yang nantinya peneliti gunakan menjadi acuan dalam penyusunan alat ukur untuk
Menurut Herron dan Peter (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi cemburu adalah:
merasa tidak aman tentang hidup secara umum, khususnya yang berkaitan dengan
hubungan antar sesama, mungkin juga karena hidup di lingkungan orang-orang yang
kurang menghargai diri orang tersebut. Pencemburu bergantung pada orang lain untuk
bisa merasa berguna dan harus mempunyai seseorang yang mencintainya, jika orang
yang dicintai tidak memberikan perhatian lagi atau memperhatikan orang lain maka
orang yang cemburu akan melakukan sesuatu untuk mencegah agar orang yang
orang yang sangat takut ditinggalkan atau kehilangan cinta dan kasih sayang mungkin
dapat berasal dari masa lalu yang pernah kehilangan, seperti kehilangan orangtua,
teman atau orang yang disayangi meninggal. Ketika seseorang kehilangan orang yang
dicintai maka perasaan kehilangan itu tertancap kuat dalam ingatannya dan hal ini
a. Kehadiran pihak ketiga yang identitasnya tidak jelas, hal ini merupakan ancaman bagi
pasangannya karena merasa tersaingi. Banyak para remaja yang mengakhiri masa pacaran
b. Kesetiaan yang meragukan : perasaan cemburu bisa disebabkan oleh kecurigaan pada
pasangan terhadap komitmen bersama. Perasaan cinta para remaja seringkali timbul akibat
daya tarik fisik, sehingga mudah berubah jika ada pesaing yang secara fisik lebih menarik.
Hal ini menimbulkan perasaan cemburu bagi pihak yang merasa dikhianati.
c. Takut kehilangan : salah satu unsur terbesar yang sering membuat perasaan cemburu
timbul adalah takut kehilangan orang yang dicintai. Kebanyakan remaja yang sedang
sebagai kekalahan yang memalukan dan kehilangan harga diri. Maka dari itu, setiap
perasaan cemburu.
Seseorang yang memiliki kepribadian yang tidak bersahabat, kurang memiliki empati
biasanya membuat keputusan berdasarkan prinsip pribadi bukan perasaan dan bersifat
perilaku cemburu menurut Herron dan Peter (2005) ada dua, yaitu tidak nyaman dengan diri
sendiri dan kemungkinan memiliki pengalaman kehilangan di masa lalu, sedangkan menurut
Surbhakti (2009) ada empat, yaitu kehadiran pihak ketiga yang tidak jelas, kesetiaan yang
meragukan, takut kehilangan, dan berkaitan dengan kepribadian. Dari kedua teori yang
teori dari Surbhakti (2009) karena didalamnya terdapat faktor yang berkaitan dengan
kepribadian. Kepribadian seseorang yang tertutup dan kurang memiliki empati sulit
kecenderungan alexithymia. Dalam hal ini yang akan diteliti lebih lanjut adalah faktor
kecenderungan alexithymia.
B. Kecenderungan Alexythimia
1. Pengertian Alexithymia
Nemiah & Sifneos (1970) menyatakan bahwa alexithymia adalah sindrom dengan
yang dapat diimajinasikan yang menghasilkan gaya berfikir tanpa fantasi dan kiasan. Lebih
lanjut lagi Taylor, Bagby & Parker (1997) mencirikan alexithymia sebagai trait merupakan
emosi melalui sensasi tubuh, memiliki kesulitan dalam menggambarkan perasaan terutama
dalam pengungkapan perasaan yang dalam melalui kata-kata, serta memiliki gaya berpikir
yang terikat dengan dunia luar dan juga dicirikan sebagai karakteristik yang memiliki
merupakan gangguan pada kapasitas merasakan emosi secara sadar yang menghasilkan
yang merefleksikan kekurangan pada kemampuan pemrosesan kognitif dari informasi emosi.
Lebih lanjut, Swart, Kortekaas & Aleman (2009) mengartikan alexithymia sebagai trait
merupakan kepribadian yang diasosiasikan dengan kesulitan dalam kesadaran emosi dan
meregulasi emosi.
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini dikarenakan mereka sulit
memahami, merespon, dan kurang peka dengan masalah yang dialami orang lain. Oleh
karena itu, orang lain akan menilai orang alexithymia sebagai orang yang sulit berempati.
kehidupan sosial sehingga mereka sulit memahami, dan kurang empati terhadap apa yang
2. Karakteristik Alexithymia
Terdapat beberapa karakteristik gejala alexithymia menurut Taylor, Bagby & Parker
sedang marah, senang, sedih maupun kecewa, mereka tidak tahu pasti emosi apa yang
perasaan mereka. Mereka sulit menceritakan kepada orang lain emosi yang sedang
stimulus eksternal. Orang dengan alexithymia memiliki disposisi untuk fokus pada
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan menurut Taylor, Bagby, dan
Parker (1994) karakteristik alexithymia dapat dilihat dari tiga karakteristik yakni, kesulitan
eksternal. Ketiga karakteristik dari Taylor, dkk (1994) tersebut nantinya akan peneliti
gunakan sebagai acuan dalam penyusunan alat ukur guna mengungkap tingkat
kecenderungan alexithymia karena penjelasan dan contohnyalebih kongkrit dan ada acuan
dari 20 items Toronto Alexithymia Scale sehingga memudahkan penulis dalam menyusun
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan
masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).Pada periode ini terjadi perubahan-
perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah,
fungsi seksual (Kartono, 1995). Dalam rangka memenuhi tugas perkembangannya, remaja
memiliki tugas membina hubungan baik dengan lawan jenis dan mempersiapkan diri untuk
memasuki perkawinan (Hurlock, 2004). Sehingga pada masa remaja, remaja mulai membina
hubungan romantis dengan lawan jenis atau yang sering disebut dengan berpacaran.
Bila dilihat dari definisinya, pacaran adalah aktifitas sosial yang membolehkan dua
orang yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan
pasangannya yang tidak ada hubungan keluarga. Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003)
pengalaman romantis pada masa remaja dipercaya memainkan peran yang penting dalam
perkembangan identitas dan keakraban. Pacaran pada masa remaja membantu individu dalam
membentuk hubungan romantis selanjutnya dan bahkan pernikahan pada masa dewasa.
Sesuai dengan tugas perkembangannya, remaja memang diharapkan bergaul tidak hanya
dengan sesama jenis, tetapi juga dengan lawan jenis sehingga bergaul dengan lawan jenis
mendorong remaja untuk menjalin hubungan yang semakin dekat seperti berpacaran
(Hurlock, 2004). Melalui pacaran remaja bisa menerapkan tugas perkembangannya yaitu
membina hubungan baik dengan lawan jenis sehingga kemandirian emosi dapat tercapai
dengan mengenali dan memahami dirinya, tetapi fakta dilapangan beberapa remaja
memperlihatkan penyimpangan dalam relasinya dengan lawan jenis yang berdampak pada
Sesuai dengan penjelasan Gregory (2003) seseorang yang selalu merasa cemburu
pikirannya akan selalu dipenuhi rasa curiga dan berdampak menjadi paranoid terhadap setiap
orang yang dekat dengan pasangannya, depresi, dan sulit mengontrol kemarahannya sehingga
mereka sulit mengotrol emosionalnya bahkan berujung melakukan kekerasan baik kepada
Salah satu faktor yang mempengaruhi remaja memiliki perilaku cemburu yang
empati biasanya membuat keputusan berdasarkan prinsip pribadi bukan perasaan dan bersifat
dan kesulitan mendeskripsikan perasaannya. Taylor, Bagby & Parker (1997) mencirikan
ketidakmampuan dalam mengenali emosi melalui sensasi tubuh, memiliki kesulitan dalam
menggambarkan perasaan terutama dalam pengungkapan perasaan yang dalam melalui kata-
kata.
memahami perubahan emosi yang terjadi. Kondisi ini membuat seseorang dengan
alexithymia mengalami keterbatasan dalam fungsi personal dan interpersonal (Parker, Taylor,
& Bagby, 2001; Thompson, 2009) Sebagai sebuah gangguan, alexithymia dapat ditemukan
pada populasi umum, berdasarkan penelitian yang dilakukan Moriguchi dkk. (2006) yang
perspektif orang lain. Kemampuan ini terlibat dalam proses memahami diri sendiri dan orang
mereka memiliki kekurangan dalam pengaturan emosi sehingga cinta yang posesif muncul
dalam hubungan berpacaran remaja tetapi seseorang tersebut tidak bisa mengutarakan
cemburu yang berbahaya. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Linda
Wahyuning Lestari (2016) terdapat hasil yang sangat signifikan membuktikan bahwa
mengidentifikasi perasaan. Menurut Taylor, Bagby & Parker (1994) Orang dengan
alexithymia sulit mengenali emosi mereka, contohnya ketika mereka sedang marah, senang,
sedih maupun kecewa, mereka tidak tahu pasti emosi apa yang sedang mereka rasakan.
Perkembangan emosional merupakan perkembangan yang ada pada diri setiap manusia dan
perubahan emosi biasanya semakin cepat berkembang selama awal remaja (Hurlock, 2004).
emosi yang sedang dirasakan sehingga remaja tidak dapat menyampaikan ketidaknyamanan
yang mereka rasakan pada hubungan berpacaran, seperti perilaku cemburu yang berbahaya.
sulit menceritakan kepada orang lain emosi yang sedang mereka rasakan terutama melalui
kata-kata (dalam Taylor, Bagby & Parker, 1994). Sama halnya dengan gejala alexythimia
yang pertama, remaja yang kesulitan mendeskripsikan perasaannya membuat remaja tersebut
tidak dapat mengungkapkan apa yang sedang mereka rasakan sehingga mereka hanya bisa
memendam semua perasaan yang dirasakan. Semua perasaan terpendam yang tidak dapat
mereka tuangkan dengan bercerita kepada pasangan sehingga membuat mereka membentuk
cinta yang posesif. Cinta yang posesif terhadap pasangan akan memunculkan perilaku
pengalaman afektif, cenderung merespon stimulus eksternal. Menurut Taylor, Bagby &
Parker (1994) orang dengan alexithymia memiliki disposisi untuk fokus pada eksternal
daripada peristiwa internal dan sebuah pengalaman. Taylor (2000) menjelaskan bahwa orang
dengan gejala alexythimia kurang mampu dalam merefleksikan pemrosesan kognitif dari
informasi emosi. Dalam hal ini remaja yang memiliki gejala tersebut sering bertindak
memutuskan tanpa banyak pertimbangan sehingga stimulus eksternal yang diterima kurang
dapat diproses dengan baik dan sulit meregulasi emosi ketika dihadapkan dengan suatu
mendorong remaja untuk berperilaku cemburu yang berbahaya. Jika dalam kepribadiannya
memiliki kecenderungan alexythimia maka remaja juga akan semakin berpeluang memiliki
remaja, maka semakin tinggi pula tingkat perilaku cemburu yang berbahaya pada remaja
yang berpacaran.
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara
kecenderungan alexithymia maka perilaku cemburu pada remaja yang berpacaran semakin