Oleh :
ANNISA’ SUCI RAHMADINI
2221112005
Roti didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dari tepung terigu yang
diragikan dengan ragi roti dan dipanggang. Salah satu bahan baku roti yang paling
peting dalam proses pembuatan soft bread adalah ragi atau yeast. Ragi adalah
utama ragi adalah mengembangkan adonan. Pengembannan adonan terjadi karena ragi
Ragi/yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu diaduk-aduk
merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa waktu. Ragi/yeast sendiri
sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari jenis
Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air
yang cukup dan adanya makanan bagi ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan
tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa beraroma.
Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga adonan
menjadi mengembang.
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui bagaimana teknologi
Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang
pemanggangan dalam oven. Bahan dan proses yang dilaluinya membuat roti memiliki
tekstur yang khas. Menurut Koswara (2009) secara garis besar prinsip pembuatan roti
pencampuran adalah membuat dan mengembangkan sifat daya rekat, gluten tidak ada
dalam tepung.
Setiap tahap pembuatan roti ini memiliki fungsi masing-masing. Fungsi dari
glutein, mendapatkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, serta
menahan gas pada glutein. Pencampuran harus tetap dilakukan hingga glutein
berkembang dan air menyerap secara optimal. Proses pencampuran tidak boleh terlalu
lama karena akan merusak susunan glutein, adonan menjadi panas, dan proses
fermentasi semakin lambat. Proses mixing tergantung pada alat yang digunakan,
kecepatan pencampuran, penyerapan air dari glutein, formula dan masa peragian, dan
jenis roti yang diinginkan. Waktu mixing umumnya selama 8-10 menit atau 10-12
dipengaruhi oleh suhu pembuatan dan kelembaban udara. Kondisi yang baik saat
fermentasi adonan roti yaitu dengan kelembaban udara 75 dan suhu ruangan 35°C.
Semakin panas suhu ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti.
Namun sebaliknya, semakin dingin suhu ruangan semakin lama proses fermentasinya.
Selama peragian, adonan menjadi lebih besar dan ringan. Pada adonan langsung,
adonan perlu sekali dilipar, ditusuk, atau dipukul 1-2 kali selama peragian dan pada
akhir peragian. Pemukulan dilakukan agar suhu adonan rata, gas CO2 hilang, dan udara
segar tertarik kedalam adonan sehingga rasa asam pada roti dapat hilang (Winarno,
2004).
dilakukan dengan cara adonan yang telah diistirahatkan digiling menggunakan roll pin,
kemudian digiling atau dibentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. Pada saat
penggilingan, gas yang ada di dalam adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan
yang diinginkan sehingga mudah untuk digulung atau dibentuk (Mudjajanto dan
Yulianti, 2004).
sampai kulit atas roti biasanya berwarna coklat, bahkan ada yang sedikit gosong.
Mikroglobule menggelembung karena gas CO2 mengembang oleh suhu oven yang
sehingga konsistensi roti seperti spons yang lunak dan empuk (Sediaoetama, 1993).
METODE KERJA
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
Alat Bahan
Timbangan Tepung Terigu 2000 gr
Wadah Ragi Roti 2.5%
Pengaduk Gula 20%
Kain Susu Skim 2%
Kuas Shortening 16%
Sendok Garam
Air Dingin
Cokelat atau Keju
Perlakuan I (A1)
Larutkan 25% tepung, ragi dan garam dengan menggunakan air dingin (babon).
Perlakuan II (A2)
Campurkan seluruh bahan.
Setelah adonan dicampurkan sesuai perlakuan, bulatkan adonan hingga kalis dan
diamkan selama 10 menit.
Bagi dan bulatkan adonan menjadi bagian denga berat 40 gr, lalu bulatkan menjadi
bola halus, diamkan selama 10 menit.
Buang gas dengan cara menekan adonan, pipihkan adonan dengan menggunakan
roll.
Isi adonan dengan cokelat atau keju, kemudian gulung dan disil dengan rapat.
Susun di atas Loyang yang telah dioleh shortening, atur agar jarak tidak terlalu
rapat.
Biarkan adonan mengembang sesuai perlakuan : suhu ruang (B1) dan suhu 38°C
(B2).
Setelah matang, dinginkan roti pada suhu ruang. Kemas roti dengan kantong
plastic.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun data pengamatan mutu hedonik pada praktikum ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Produk Pengamatan A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Roti Warna Putih Putih Putih Putih
Kekuningan Kekuningan Kekuningan Kekuningan
Pucat Pucat Terang Terang
Rasa Tape Tape Tape Tape
Tekstur Lembut Lembut Keras Keras
Penampilan Halus Halus Tidak Halus Tidak Halus
Adapun data pengamatan uji hedonik pada praktikum ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Produk Pengamatan A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Roti Warna Sangat Sangat Suka Suka
Suka Suka
Rasa Suka Suka Suka Suka
Tekstur Suka Suka Kurang Kurang
Suka Suka
Penampilan Suka Suka Kurang Kurang
Suka Suka
4.2. Pembahasan Praktikum
A1B1 dan A1B2 warna yang dihasilkan sedikit lebih pucat dibandingkan
dengan A2B1 dan A2B2. Hal ini bisa saja disebabkan karena terjadinya
Warna yang timbul sebaian besar berasal dari bahan pembuatan roti
seperti tepung dan gula. Menurut Winarno (2008), warna alami dari produk
Hasil pengamatan terhadap rasa roti sama sekali tidak berbeda nyata,
rasa tetap sama pada setiap perlakuan. Menurut Haryati dan Zeuni (2005), rasa
merupakan sensasi yang terbentuk dari perpaduan pada suatu produk pangan
Hasil pengamatan pada roti didapatkan bahwa tekstur roti pada tiap
perlakuannya sangatla berbeda nyata. Pada sampel A2B1 dan A2B2 didapatkan
tekstur yang sangat lembut. Namun pada sampel A1B1 dan A1B2 didapatkan
tekstur yang kurang lembut. Hal ini disebabkan karena pada sampel A2
gluten secara maksimal yang nantinya akan membuat adonan menjadi kalis.
penahan gas yang diakibatkan oleh aktifitas yeast selama proses pengadukan
yang berbeda tiap perlakuannya. Dimana roti pada sampel A1 terlihat lebih
bertekstur dan lebih kecil. Berbanding terbalik dengan sampel roti A2, dimana
tekstur lebih halus dan bentuk roti jauh lebih besar dibandingkan sampel A1.
metode pencampuran yang berbeda, dan juga sejalan dengan hasil mutu
tekstur, dan penampilan yang didapatkan pada roti. Volume pengembangan yang tinggi
didapatkan pada sampel A2B1 (metode straight dough, pengembangan pada suhu
ruang) yaitu sebesar 6.3 cm. Pada penilaian mutu hedonik, dapat diketahui bahwa
panelis lebih menyukai tekstur pada roti A2B1 (dengan metode straight dough dan
pengembangan suhu ruang) yaitu menghasilkan tekstur roti yang sangat lembut Namun
untuk segi warna, rasa dan aroma tidak terlalu berpengaruh. Dan pada penilaian uji
hedonik, panelis lebih menyukai roti A2B1 (dengan metode straight dough dan