REVISI Krisna Sken 5 Blok 23
REVISI Krisna Sken 5 Blok 23
Abstract
Rhinosinusitis is a commonly found health problems that needs attention. Acute rhinosinusitis
classified as common illness, however there are still problems in diagnosing and giving the
correct treatment to this case. Acute Rhinosinusitis is the inflammation of sinus and nose mucous
for 4 weeks. This disease happened because of cilia destruction that cause accumulation of
mucus, thus resulting as a focus for infection. The main symptoms that patients feel are facial
pain and nasal obstruction. Mucous of nose looks hyperemic and swell. Air fluid level can be
found using rontgen and there is an increase in leucocyte in hematology test. The effective
treatment is by giving corticosteroid and antibiotics.
1
Latar Belakang
Rinosinusitis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada layanan kesahatan
tingkat pertama. Penyakit ini merupakan suatu masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena
dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Angka kejadian penyakit ini tergolong salah satu
penyakit umum, sehingga tatalaksananya harus bisa dikerjakan oleh tenaga medis berbagai
tingkat layanan kesehatan. Namun, biarpun begitu, pada kenyataannya, mendiagnosis dan
memberi tatalaksana yang tepat terhadap penyakit ini masih menjadi kesulitan. Ini dikarenakan
luasnya gejala klinis yang saling tumpang tindih dengan penyakit lain.1 Oleh karena itu, perlu
dilakukan suatu tinjauan pustaka untuk mengetahui lebih pasti bagaimana cara mendiagnosis
Skenario
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri di pipi kanan.
Rumusan Masalah
Anamnesis
Keluhan nyeri di pipi kanan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga sudah
mengeluh pilek sejak 1 bulan yang lalu, pilek disertai dengan ingus berwarna kuning-kehijauan,
2
kental, dan berbau. Kedua lubang hidung, terutama yang kanan tersumbat. Selain itu, pasien
mengeluh merasa ada ingus mengalir di tenggorok. Keluhan juga kadang disertai sakit kepala
dan demam. Dulu pasien sering pilek, terutama jika terkena debu.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemeriksaan TTV dan didapatkan suhu 37oC. Pada pemeriksaan hidung,
tampak konka media hiperemi dan edema. Selain itu, terlihat sekret kuning kental di meatus
medius kiri.
Working Diagnosis
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik skenario, maka working diagnosis yang
Rinosinusitis Akut
Rinosinusitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa sinus paranasal yang dimulai dari
rinitis yang merupakan inflmasi rongga hidung.2 Disebut akut jika inflamasi terjadi selama
kurang dari 4 minggu.3 Saat ini, banyak yang menggunakan istilah sinusitis dibandingkan
rinosinusitis.
Etiologi
Rinosinusitis akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Virus yang menjadi penyebab
tersering adalah rhinovirus. Bakteri yang menjadi penyebab tersering adalah Streptococcus
3
pneuomniae, pada anak-anak adalah Moraxella catarrhalis. Polip hidung, kelainan anatomi,
infeksi tonsil dan gigi, alergi, merokok, dan kelainan genetik dyskinesia silia pada sindrom
Epidemiologi
Depkes RI pada tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada di
urutan ke-25 dari 50 pola penyakit utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan. 5 Suatu
survey yang dilakukan oleh Divisi Rinologi Departemen THT RSCM menemukan jumlah pasien
rinologi pada rentang waktu Januari hingga Agustus 2005 yaitu sebsar 435 pasien yang dimana
300 pasiennya menderita rinosinusitis.6 Umumnya, angka kejadian di negara-negara Asia jauh
lebih rendah dibanding negara-negara Barat.7 Umur yang sering terkena adalah pada anak-anak
dibawah 15 tahun dan orang dewasa dengan rentang umur 25 sampai 64 tahun.8
Klasifikasi Rinosinusitis
Konsensus pada tahun 2004 membagi rinosinusitis menjadi 3 yaitu akut, subakut, dan
kronis. Rinosinusitis akut hanya berlangsung dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4
minggu sampai 3 bulan, dan kronik bila lebih dari 3 bulan. Rinosinusitis kronik dapat menjadi
Patofisiologi
Sinus paranasal mengandung sel epitel bersilia dan sel goblet yang menghasilkan mukus.
Mukus ini mengandung zat antimikroba terhadap kuman yang masuk saat bernafas. Silia
berfungsi untuk klirens mukosiliar. Fungsi silia dapat terganggu oleh karena merokok atau
dyskinesia silia sehingga menyebabkan klirens mukosa terganggu dan meningkatkan risiko
4
infeksi.4 Edema pada mukosa sinus dapat menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan
menyebabkan sumbatan. Edema biasa dapat terjadi karena infeksi virus pada saluran nafas atas.
Sumbatan akan menyebabkan transudasi. Kondisi ini disebut sebagai rinosinusitis non-bacterial
dan akan sembuh sendiri beberapa hari. Namun, jika kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul
Diagnosis
Kriteria diagnosis European Position Paper on rhinosinuisitis and nasal polyps (EPOS
2012) menyatakan diagnosis ditegakkan jika ada 2 atau lebih gejala yang dimana salah satunya
adalah antara obstruksi nasi atau adanya ingus baik baik di anterior ataupun posterior (nasal
drip). Gejala yang dimaksud adalah nyeri pada wajah dan penurunan fungsi penghidu. Keluhan
5
Pada pemeriksaan fisik, dapat dilakukan rinoskopi. Tanda khas adalah ditemukannya pus
di meatus medius atau meatus superior. Mukosa juga tampak edema dan hiperemis. 2,11 (lihat
gambar 2)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain foto polos ataupun CT scan.
Pada foto polos, terdapat beberapa posisi antara lain posisi Waters, PA, dan lateral dan
ditemukan gambaran air fluid level. (lihat gambar 3) Pemeriksaan CT-scan juga dapat dilakukan
dan merupakan gold standard, namun jarang digunakan karena biayanya yang mahal.2,11
Pemeriksaan transiluminasi akan menunjukan daerah sinus yang sakit akan menjadi gelap dan
suram, namun pemeriksaan ini jarang dipakai. Pemeriksaan darah rutin mendapatkan
leukositosis.11
6
Gambar 3: Gambaran Air Fluid Level.11
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit lain yang memiliki karakteristik yang mirip dengan rinosinusitis akut
7
Tabel 1. Diagnosis Banding Rinosinusitis Akut.2,7,11,12
Inflamasi akut pada mukosa Inflamasi akut pada mukosa Inflamasi mukosa hidung yang
sinus paranasal yang dimulai sinus paranasal yang dimulai berlangsung kurang dari 12
dari rinitis yang merupakan dari rinitis yang merupakan minggu.
inflmasi rongga hidung yang inflmasi rongga hidung yang
terjadi selama kurang dari 4 terjadi lebih dari 3 bulan.
minggu.
Keluhan utamanya adalah Keluhan utamanya adalah Gejala diawali dengan rasa
hidung tersumbat disertai hidung tersumbat disertai nyeri gatal, kering dan panas pada
nyeri pada wajah dan ingus pada wajah dan ingus purulent hidung kemudian menjadi sering
purulent yang terasa jatuh yang terasa jatuh ditenggorokan bersin dengan hidung tersumbat,
ditenggorokan (post nasal (post nasal drip). serta ingus yang encer. Biasa
drip). disertai dengan demam dan
nyeri kepala.
Ada pus di meatus medius Ada pus di meatus medius atau Mukosa hidung merah dan
atau meatus superior, serta meatus superior, serta mukosa membengkak. Ingus dapat
mukosa edema dan hiperemis. edema dan hiperemis. menjadi mukopurulen jika ada
infeksi sekunder dari bakteri.
Pemeriksaan foto polos Pemeriksaan CT scan
menunjukan gambaran air menunjukan inflamasi pada
fluid level. mukosa sinus.
8
Tatalaksana
Pada dasarnya, terapi rinosinusitis sebaiknya bersifat suportif dan simptomatik untuk
kasus ringan. Pada kasus yang lebih berat, dapat diberikan steroid dan antibiotik. Steroid
diberikan untuk mengatasi gejala akut seperti nyeri pada wajah. Antibiotik diberikan untuk
terlebih dahulu. Pemberian antibiotik spesifik dapat diberikan jika dilakukan kultur mikrobiologi.
Penggunaan steroid sangatlah penting karena kunci patogenesis rinosinusitis akut adalah
inflamasi dari mukosa yang menyebabkan obstruksi. Steroid yang digunakan dapat berupa
Dokter pada layanan kesehatan primer wajib merujuk pasien ke dokter spesialis THT jika
terdapat beberapa tanda antara lain pembengkakkan frontal, nyeri kepala yang sangat sakit, tanda
defisit neurologis, tanda meningitis saat pemeriksaan fisik, penurunan kesadaran, penurunan
9
Gambar 4: Alur Tatalaksana Rinosinusitis Akut EPOS 2012.13
yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi pada mata dan intracranial.
Pada mata, terjadi penyebaran infeksi karena lokasinya yang berdekatan dengan sinus. Beberapa
kelainan yang timbul antara lain edema palpebral, selulitis orbita, abses dan thrombosis sinus
kavernosus. Pada intracranial, dapat terjadi meningitis, abses, dan thrombosis sinus
kavernosus.2,3,11
Kesimpulan
10
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik skenario, dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita rinosinusitis akut. Gejala khas pada rinosinusitis akut adalah nyeri wajah disertai
hidung tersumbat yang dialami paling lama 4 minggu. Ini juga didukung dari hasil rinoskopi
yang menunjukan mukosa edema dan hiperemis. Tatalaksana tergantung dari seberapa berat
kasus tersebut.
Daftar Pustaka
11
1. Meltzer EO, Hamilos DL. Rhinosinusitis diagnosis and management for the clinician: a
synopsis of recent consensus guidelines. Mayo Clin Proc. 2011;86(5):427–443. [Disitasi
pada 25 Maret 2020]. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3084646/
2. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin
J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher FKUI.
Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018.
3. Chan Y, Goddard JC. K.J. Lee’s essential otolaryngology head & neck surgery. 11 th
edition.New York: McGraw-Hill education; 2008
4. Foden N, Burgess C, Shepherd K, Almeyda R. A guide to the management of acute
rhinosinusitis in primary care: management strategy based on best evidence and recent
European guidelines. Br J Gen Pract. 2013;63(616):611–613. [Disitasi pada 25 Maret
2020]. Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3809423/
5. Amelia, N., Zuleika, P., & Utama, D. Prevalensi rinosinusitis kronik di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Majalah Kedokteran Sriwijaya. 2017;49(2):75-82.
[Disitasi pada 25 Maret 2020]. Tersedia di
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/8377
6. Bubun J, Aziz A, Akil A dkk.Hubungan antara derajat rinosinusitis berdasarkan gejala
dan CT scan berdasarkan skor Lund-Mackay. ORLI. 2009;39(2): 78-86 [Disitasi pada 25
Maret 2020]. Tersedia di https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiO7qmH
x8LoAhVMeX0KHYUGAzIQFjACegQIBhAB&url=http%3A%2F
%2Feprints.undip.ac.id
%2F24724%2F1%2FM._Setiadi.pdf&usg=AOvVaw0rfk_FZmSMwaVlJ8npuWXO
7. Husain S, Amilia HH, Rosli MN, Zahedi FD, Sachlin IS; Development group clinical
practice guidelines management of rhinosinusitis in adolescents & adults. Management of
rhinosinusitis in adults in primary care. Malays Fam Physician. 2018;13(1):28–33.
[Disitasi pada 27 Maret 2020]. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5962231/
12
8. Battisti AS, Pangia J. Sinusitis. [Updated 2020 Jan 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. [Disitasi pada 27 Maret 2020]. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470383/
9. Munir N, Clarke R. Ear, nose and throat at a glance. Oxford: Blackwell; 2013.
10. Lalwani AK. Current diagnosis & treatment otolaryngology head and neck surgery. 3rd
edition.New York: McGraw-Hill; 2012.
11. Tuli BS. Textbook of ear, nose, and throat. 2nd edition.New Delhi: Jaypee Brothers
Medical; 2013.
12. Kwon E, O'Rourke MC. Chronic Sinusitis. [Updated 2019 Dec 24]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. [Disitasi pada 27 Maret
2020]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441934/
13. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C, Alobid I, Baroody F, Cohen N, Cervin A,
Douglas R, Gevaert P, Georgalas C. EPOS 2012: European position paper on
rhinosinusitis and nasal polyps 2012. A summary for otorhinolaryngologists. Rhinology.
2012 Mar;50(1):1-2. [Disitasi pada 27 Maret 2020]. Tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/223982229_EPOS_2012_European_position_p
aper_on_rhinosinusitis_and_nasal_polyps_2012_A_summary_for_otorhinolaryngologists
13