Anda di halaman 1dari 13

Diagnosis dan Tatalaksana Pasien Rinosinusitis Akut

Krisna Fernanda Suryaputra


102017103 / A3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : krisna.2017fk103@civitas .ukrida.ac.id
Abstrak
Rinosinusitis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan yang perlu perhatian.
Rinosinusitis akut tergolong sebagai penyakit umum, namun masih ada kesulitan dalam
mendiagnosis dan memberi tatalaksana yang tepat terhadap kasus ini. Rinosinusitis akut adalah
peradangan pada mukosa sinus dan hidung selama 4 minggu. Penyakit ini dapat terjadi karena
kerusakan silia yang menyebabkan penumpukan mukus, sehingga menjadi fokus infeksi. Gejala
utama yang sering dirasakan pasien adalah nyeri di wajah serta hidung tersumbat. Mukosa
hidung tampak hiperemis dan edema. Dengan foto polos dapat ditemukan air fluid level dan
peningkatan leukosit pada pemeriksaan darah rutin. Tatalaksana yang efektif adalah pemberian
steroid dan antibiotik.

Kata Kunci : diagnosis, rinosinusitis akut, tatalaksana

Abstract

Rhinosinusitis is a commonly found health problems that needs attention. Acute rhinosinusitis
classified as common illness, however there are still problems in diagnosing and giving the
correct treatment to this case. Acute Rhinosinusitis is the inflammation of sinus and nose mucous
for 4 weeks. This disease happened because of cilia destruction that cause accumulation of
mucus, thus resulting as a focus for infection. The main symptoms that patients feel are facial
pain and nasal obstruction. Mucous of nose looks hyperemic and swell. Air fluid level can be
found using rontgen and there is an increase in leucocyte in hematology test. The effective
treatment is by giving corticosteroid and antibiotics.

Key words: acute rhinosinusitis, diagnosis, treatment

1
Latar Belakang

Rinosinusitis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada layanan kesahatan

tingkat pertama. Penyakit ini merupakan suatu masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena

dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Angka kejadian penyakit ini tergolong salah satu

penyakit umum, sehingga tatalaksananya harus bisa dikerjakan oleh tenaga medis berbagai

tingkat layanan kesehatan. Namun, biarpun begitu, pada kenyataannya, mendiagnosis dan

memberi tatalaksana yang tepat terhadap penyakit ini masih menjadi kesulitan. Ini dikarenakan

luasnya gejala klinis yang saling tumpang tindih dengan penyakit lain.1 Oleh karena itu, perlu

dilakukan suatu tinjauan pustaka untuk mengetahui lebih pasti bagaimana cara mendiagnosis

serta tatalaksana dari penyakit ini.

Skenario

Seorang perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri di pipi kanan.

Identifikasi istilah yang tidak diketahui

Tidak ada istilah yang tidak diketahui.

Rumusan Masalah

Perempuan berusia 25 tahun dengan keluhan nyeri di pipi kanan.

Anamnesis

Keluhan nyeri di pipi kanan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga sudah

mengeluh pilek sejak 1 bulan yang lalu, pilek disertai dengan ingus berwarna kuning-kehijauan,

2
kental, dan berbau. Kedua lubang hidung, terutama yang kanan tersumbat. Selain itu, pasien

mengeluh merasa ada ingus mengalir di tenggorok. Keluhan juga kadang disertai sakit kepala

dan demam. Dulu pasien sering pilek, terutama jika terkena debu.

Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan TTV dan didapatkan suhu 37oC. Pada pemeriksaan hidung,

tampak konka media hiperemi dan edema. Selain itu, terlihat sekret kuning kental di meatus

medius kiri.

Working Diagnosis

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik skenario, maka working diagnosis yang

diambil adalah rinosinusitis akut.

Rinosinusitis Akut

Rinosinusitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa sinus paranasal yang dimulai dari

rinitis yang merupakan inflmasi rongga hidung.2 Disebut akut jika inflamasi terjadi selama

kurang dari 4 minggu.3 Saat ini, banyak yang menggunakan istilah sinusitis dibandingkan

rinosinusitis.

Etiologi

Rinosinusitis akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Virus yang menjadi penyebab

tersering adalah rhinovirus. Bakteri yang menjadi penyebab tersering adalah Streptococcus

3
pneuomniae, pada anak-anak adalah Moraxella catarrhalis. Polip hidung, kelainan anatomi,

infeksi tonsil dan gigi, alergi, merokok, dan kelainan genetik dyskinesia silia pada sindrom

Kartagener merupakan beberapa penyebab dan faktor risiko lainnya.2,4

Epidemiologi

Depkes RI pada tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada di

urutan ke-25 dari 50 pola penyakit utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan. 5 Suatu

survey yang dilakukan oleh Divisi Rinologi Departemen THT RSCM menemukan jumlah pasien

rinologi pada rentang waktu Januari hingga Agustus 2005 yaitu sebsar 435 pasien yang dimana

300 pasiennya menderita rinosinusitis.6 Umumnya, angka kejadian di negara-negara Asia jauh

lebih rendah dibanding negara-negara Barat.7 Umur yang sering terkena adalah pada anak-anak

dibawah 15 tahun dan orang dewasa dengan rentang umur 25 sampai 64 tahun.8

Klasifikasi Rinosinusitis

Konsensus pada tahun 2004 membagi rinosinusitis menjadi 3 yaitu akut, subakut, dan

kronis. Rinosinusitis akut hanya berlangsung dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4

minggu sampai 3 bulan, dan kronik bila lebih dari 3 bulan. Rinosinusitis kronik dapat menjadi

suatu kelanjutan dari rinosinusitis akut yang penanganannya kurang tepat.2

Patofisiologi

Sinus paranasal mengandung sel epitel bersilia dan sel goblet yang menghasilkan mukus.

Mukus ini mengandung zat antimikroba terhadap kuman yang masuk saat bernafas. Silia

berfungsi untuk klirens mukosiliar. Fungsi silia dapat terganggu oleh karena merokok atau

dyskinesia silia sehingga menyebabkan klirens mukosa terganggu dan meningkatkan risiko

4
infeksi.4 Edema pada mukosa sinus dapat menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan

menyebabkan sumbatan. Edema biasa dapat terjadi karena infeksi virus pada saluran nafas atas.

Sumbatan akan menyebabkan transudasi. Kondisi ini disebut sebagai rinosinusitis non-bacterial

dan akan sembuh sendiri beberapa hari. Namun, jika kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul

dapat menjadi media untuk bakteri tumbuh.2,9,10 (lihat gambar 1)

Gambar 1: Patogenesis Rinosinusitis.10

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang.

Kriteria diagnosis European Position Paper on rhinosinuisitis and nasal polyps (EPOS

2012) menyatakan diagnosis ditegakkan jika ada 2 atau lebih gejala yang dimana salah satunya

adalah antara obstruksi nasi atau adanya ingus baik baik di anterior ataupun posterior (nasal

drip). Gejala yang dimaksud adalah nyeri pada wajah dan penurunan fungsi penghidu. Keluhan

ini berlangsung kurang dari 12 minggu.4

5
Pada pemeriksaan fisik, dapat dilakukan rinoskopi. Tanda khas adalah ditemukannya pus

di meatus medius atau meatus superior. Mukosa juga tampak edema dan hiperemis. 2,11 (lihat

gambar 2)

Gambar 2: Rinoskopi Anterior pada Rinosinusitis.11

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain foto polos ataupun CT scan.

Pada foto polos, terdapat beberapa posisi antara lain posisi Waters, PA, dan lateral dan

ditemukan gambaran air fluid level. (lihat gambar 3) Pemeriksaan CT-scan juga dapat dilakukan

dan merupakan gold standard, namun jarang digunakan karena biayanya yang mahal.2,11

Pemeriksaan transiluminasi akan menunjukan daerah sinus yang sakit akan menjadi gelap dan

suram, namun pemeriksaan ini jarang dipakai. Pemeriksaan darah rutin mendapatkan

leukositosis.11

6
Gambar 3: Gambaran Air Fluid Level.11

Diagnosis Banding

Beberapa penyakit lain yang memiliki karakteristik yang mirip dengan rinosinusitis akut

adalah rinosinusitis kronis dan rinitis akut.

7
Tabel 1. Diagnosis Banding Rinosinusitis Akut.2,7,11,12

Rinosinusitis Akut Rinosinusitis Kronis Rinitis Akut

Inflamasi akut pada mukosa Inflamasi akut pada mukosa Inflamasi mukosa hidung yang
sinus paranasal yang dimulai sinus paranasal yang dimulai berlangsung kurang dari 12
dari rinitis yang merupakan dari rinitis yang merupakan minggu.
inflmasi rongga hidung yang inflmasi rongga hidung yang
terjadi selama kurang dari 4 terjadi lebih dari 3 bulan.
minggu.

Penyebabnya multifaktorial Penyebabnya multifaktorial Disebabkan oleh virus, tertuama


seperti virus, bakteri, reaksi seperti virus, bakteri, reaksi rhinovirus
imunologik, infeksi gigi, atau imunologik, infeksi gigi, atau
kelainan kongenital. kelainan kongenital.

Keluhan utamanya adalah Keluhan utamanya adalah Gejala diawali dengan rasa
hidung tersumbat disertai hidung tersumbat disertai nyeri gatal, kering dan panas pada
nyeri pada wajah dan ingus pada wajah dan ingus purulent hidung kemudian menjadi sering
purulent yang terasa jatuh yang terasa jatuh ditenggorokan bersin dengan hidung tersumbat,
ditenggorokan (post nasal (post nasal drip). serta ingus yang encer. Biasa
drip). disertai dengan demam dan
nyeri kepala.

Ada pus di meatus medius Ada pus di meatus medius atau Mukosa hidung merah dan
atau meatus superior, serta meatus superior, serta mukosa membengkak. Ingus dapat
mukosa edema dan hiperemis. edema dan hiperemis. menjadi mukopurulen jika ada
infeksi sekunder dari bakteri.
Pemeriksaan foto polos Pemeriksaan CT scan
menunjukan gambaran air menunjukan inflamasi pada
fluid level. mukosa sinus.

8
Tatalaksana

Pada dasarnya, terapi rinosinusitis sebaiknya bersifat suportif dan simptomatik untuk

kasus ringan. Pada kasus yang lebih berat, dapat diberikan steroid dan antibiotik. Steroid

diberikan untuk mengatasi gejala akut seperti nyeri pada wajah. Antibiotik diberikan untuk

pasien dalam keadaan sakit yang lebih berat.13 (lihat gambar 4)

Diutamakan menggunakan antibiotik berspektrum sempit seperti golongan penisillin

terlebih dahulu. Pemberian antibiotik spesifik dapat diberikan jika dilakukan kultur mikrobiologi.

Antibiotik diberikan selama 10-14 hari walaupun gejalanya sudah hilang.2,10

Penggunaan steroid sangatlah penting karena kunci patogenesis rinosinusitis akut adalah

inflamasi dari mukosa yang menyebabkan obstruksi. Steroid yang digunakan dapat berupa

intranasal spray ataupun per oral.10

Dokter pada layanan kesehatan primer wajib merujuk pasien ke dokter spesialis THT jika

terdapat beberapa tanda antara lain pembengkakkan frontal, nyeri kepala yang sangat sakit, tanda

defisit neurologis, tanda meningitis saat pemeriksaan fisik, penurunan kesadaran, penurunan

penglihatan, penglihatan ganda, edema periorbital, dan kelemahan menggerakan mata.4

9
Gambar 4: Alur Tatalaksana Rinosinusitis Akut EPOS 2012.13

Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi rinosinusitis menurun sejak ditemukannya antibiotik. Biasanya rinosinusitis

yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi pada mata dan intracranial.

Pada mata, terjadi penyebaran infeksi karena lokasinya yang berdekatan dengan sinus. Beberapa

kelainan yang timbul antara lain edema palpebral, selulitis orbita, abses dan thrombosis sinus

kavernosus. Pada intracranial, dapat terjadi meningitis, abses, dan thrombosis sinus

kavernosus.2,3,11

Kesimpulan

10
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik skenario, dapat disimpulkan bahwa pasien

menderita rinosinusitis akut. Gejala khas pada rinosinusitis akut adalah nyeri wajah disertai

hidung tersumbat yang dialami paling lama 4 minggu. Ini juga didukung dari hasil rinoskopi

yang menunjukan mukosa edema dan hiperemis. Tatalaksana tergantung dari seberapa berat

kasus tersebut.

Daftar Pustaka

11
1. Meltzer EO, Hamilos DL. Rhinosinusitis diagnosis and management for the clinician: a
synopsis of recent consensus guidelines. Mayo Clin Proc. 2011;86(5):427–443. [Disitasi
pada 25 Maret 2020]. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3084646/
2. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin
J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher FKUI.
Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018.
3. Chan Y, Goddard JC. K.J. Lee’s essential otolaryngology head & neck surgery. 11 th
edition.New York: McGraw-Hill education; 2008
4. Foden N, Burgess C, Shepherd K, Almeyda R. A guide to the management of acute
rhinosinusitis in primary care: management strategy based on best evidence and recent
European guidelines. Br J Gen Pract. 2013;63(616):611–613. [Disitasi pada 25 Maret
2020]. Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3809423/
5. Amelia, N., Zuleika, P., & Utama, D. Prevalensi rinosinusitis kronik di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Majalah Kedokteran Sriwijaya. 2017;49(2):75-82.
[Disitasi pada 25 Maret 2020]. Tersedia di
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/8377
6. Bubun J, Aziz A, Akil A dkk.Hubungan antara derajat rinosinusitis berdasarkan gejala
dan CT scan berdasarkan skor Lund-Mackay. ORLI. 2009;39(2): 78-86 [Disitasi pada 25
Maret 2020]. Tersedia di https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiO7qmH
x8LoAhVMeX0KHYUGAzIQFjACegQIBhAB&url=http%3A%2F
%2Feprints.undip.ac.id
%2F24724%2F1%2FM._Setiadi.pdf&usg=AOvVaw0rfk_FZmSMwaVlJ8npuWXO
7. Husain S, Amilia HH, Rosli MN, Zahedi FD, Sachlin IS; Development group clinical
practice guidelines management of rhinosinusitis in adolescents & adults. Management of
rhinosinusitis in adults in primary care. Malays Fam Physician. 2018;13(1):28–33.
[Disitasi pada 27 Maret 2020]. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5962231/

12
8. Battisti AS, Pangia J. Sinusitis. [Updated 2020 Jan 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. [Disitasi pada 27 Maret 2020]. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470383/
9. Munir N, Clarke R. Ear, nose and throat at a glance. Oxford: Blackwell; 2013.
10. Lalwani AK. Current diagnosis & treatment otolaryngology head and neck surgery. 3rd
edition.New York: McGraw-Hill; 2012.
11. Tuli BS. Textbook of ear, nose, and throat. 2nd edition.New Delhi: Jaypee Brothers
Medical; 2013.
12. Kwon E, O'Rourke MC. Chronic Sinusitis. [Updated 2019 Dec 24]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. [Disitasi pada 27 Maret
2020]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441934/
13. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C, Alobid I, Baroody F, Cohen N, Cervin A,
Douglas R, Gevaert P, Georgalas C. EPOS 2012: European position paper on
rhinosinusitis and nasal polyps 2012. A summary for otorhinolaryngologists. Rhinology.
2012 Mar;50(1):1-2. [Disitasi pada 27 Maret 2020]. Tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/223982229_EPOS_2012_European_position_p
aper_on_rhinosinusitis_and_nasal_polyps_2012_A_summary_for_otorhinolaryngologists

13

Anda mungkin juga menyukai