PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
Vol. 10, No. 3, November 2016
Hal. 175-189 J URNA L
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
175
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189
karyawan yang membolos kerja pada saat jam kantor kontra produktif di lingkungan kerja, Salgado (2002)
dapat memicu karyawan lain untuk meninggalkan menemukan bahwa conscientiousness dan agreeable-
kantor pada saat jam kerja kantor masih berlangsung. ness adalah prediktor yang valid dari perilaku-perilaku
Perilaku menyimpang merupakan salah satu menyimpang. Beberapa dukungan empiris menunjuk-
dari berbagai macam bentuk perlawanan di tempat kan bahwa seseorang dengan sifat amarah yang lebih
kerja, misalnya terlambat masuk kantor secara terus tinggi cenderung merespon secara agresif terhadap
menerus dan tidak masuk kerja tanpa ada surat ket- situasi-situasi yang dapat memicu amarah daripada
erangan (membolos). Oleh karena itu organisasi yang memiliki sifat cenderung lebih santai dan tenang.
perlu memiliki norma-norma agar organisasi tersebut Weiss dan Cropanzano (1996) mengatakan bahwa be-
dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya, perilaku berapa pola kerja merupakan reaksi dari pengalaman
yang ditunjukkan seseorang atau sekelompok yang afektif seseorang.
dianggap menyimpang ketika melanggar kebiasaan Beberapa penelitian lain juga mengemukakan
dan kebijakan atau peraturan yang ada dalam sebuah bahwa pola kerja merupakan reaksi terhadap evaluasi
organisasi dapat membahayakan organisasi itu sendiri kognitif dan penilaian yang dilakukan oleh seorang
maupun orang-orang yang ada di dalamnya (Robinson pekerja. Kognitif mengacu pada penilaian seorang
dan Bennett, 1995). Tipologi yang dibuat oleh Rob- pekerja terhadap aspek-aspek yang ada dalam berbagai
inson dan Bannette (1995) mengkategorikan perilaku situasi. Bennette dan Robinson (2000) menyatakan
menyimpang di tempat kerja dalam empat bagian, yaitu bahwa ada dua motif di balik perilaku menyimpang di
perilaku menyimpang minor yang diarahkan terhadap tempat kerja, yaitu: instrumental dan ekspresif. Motif
organisasi (meninggalkan tempat kerja lebih awal), instrumental (kognisi) mencerminkan upaya untuk
perilaku menyimpang mayor yang diarahkan terhadap merekonsiliasi ketimpangan dengan memperbaiki
organisasi (mencuri sesuatu yang dimiliki perusahaan), situasi yang ada dengan melakukan kesetaraan di
perilaku menyimpang minor yang diarahkan terhadap tempat kerja agar tidak terjadi perilaku menyimpang
personal (pilih kasih), dan perilaku menyimpang mayor di tempat kerja dan motif ekspresif (afeksi) lebih ber-
yang diarahkan terhadap personal (kekerasan seksual). hubungan dengan ekspresi agar dapat mengendalikan
Perilaku kerja yang tidak etis memiliki penger- perasaan marah dan frustasi. Tujuan penelitian ini
tian yang berbeda dengan perilaku menyimpang di adalah untuk menguji pengaruh 1) ketidakadilan di
tempat kerja. Perilaku kerja yang tidak etis terkait tempat kerja terhadap perilaku menyimpang; 2) kepua-
dengan pelanggaran norma-norma sosial, sedangkan san gaji terhadap perilaku menyimpang; 3) perilaku
perilaku menyimpang di tempat kerja terkait dengan atasan terhadap perilaku menyimpang; 4) suasana
pelanggaran pada norma-norma yang dimiliki organ- kerja terhadap perilaku menyimpang; dan 5) perilaku
isasi (Spreitzer dan Sonenshein, 2004). Karyawan menyimpang terhadap kinerja yang dihasilkan.
yang meninggalkan tempat kerja lebih awal akan me-
nimbulkan rasa iri terhadap karyawan lainnya karena MATERI DAN METODE PENELITIAN
mereka beranggapan bahwa bekerja dengan jam yang
sama dan dengan jumlah gaji yang sama, tetapi kary- Sackett dan Vore (2001) membedakan perilaku me-
awan yang meninggalkan tempat kerja lebih awal tidak nyimpang menjadi tiga bagian yaitu deviant behavior
mendapatkan sanksi seperti potong gaji. Padahal gaji (alcoholism atau mencuri), ketidakhadiran (terlambat
dipandang sebagai bagian dari sistem yang mendu- atau tidak hadir), dan perilaku-perilaku yang memba-
kung organisasi untuk memotivasi karyawan dengan hayakan (insiden dan kecelakaan). Baron et al. (1999)
memenuhi peraturan yang sudah ada. menyebutkan perilaku menyimpang di tempat kerja
Henle (2005) memprediksikan penyimpangan disebut dengan agresi. Agresi adalah perilaku yang ber-
di tempat kerja berdasarkan interaksi antara keadilan tujuan untuk menyakiti orang lain. Ada dua jenis agresi
organisasional dengan kondisi kepribadian. Para yang terdapat dalam sebuah organisasi, yaitu agresi
pekerja lebih berkonsentrasi pada perlakuan adil terbuka dan agresi tersembunyi. Agresi terbuka meli-
yang diterima dari atasannya daripada keadilan yang puti penghinaan, berteriak kepada orang lain,serangan
dibuat organisasi. Dengan adanya perilaku kerja yang isik, secara langsung menolak memberikan peralatan,
176
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
dan ancaman akan melakukan kekerasan isik. Agresi hal konsistensi, keakuratan, bias (ketidakjelasan yang
tersembunyi merupakan tingkah laku agresif yang menghasilkan berat sebelah), daya tarik (appeal atau
tidak tampak, yang ditunjukkan dengan memperlambat partisipatif atau tidak), dan etika. Dari waktu ke waktu
pekerjaan dengan tujuan untuk tidak memenuhi target penelitian mengenai tipe keadilan akhirnya dapat
dan juga tindakan pembocoran rahasia yang dimiliki ditemukan, yang diperkenalkan oleh Bies dan Moag
baik perusahaan, atasan, maupun rekan kerja. (1986) yaitu keadilan interaksional. Identiikasi keadi-
Perilaku menyimpang dapat bervariasi dalam lan interaksional berdasarkan pada sebuah penelitian
sebuah rangkaian yang dimulai dari bentuk penyim- mengenai harapan perlakuan yang diterima di dalam
pangan minor ke arah mayor (Bennett dan Robinson, proses rekrutmen: dasar kebenaran, keadaan yang se-
2000). Menurut Robinson dan Bennett (1995), ada benarnya, rasa hormat dan hak milik (Colquitt, 2001).
empat macam bentuk perilaku menyimpang di tempat Kepuasan terhadap gaji adalah perasaan bahagia
kerja yaitu perilaku menyimpang minor yang diarahkan karena gaji yang diberikan sesuai dengan harapan. Gaji
terhadap organisasi (meninggalkan tempat kerja lebih sangat penting dan berdampak besar bagi perusahaan
awal), perilaku menyimpang mayor yang diarahkan dan karyawan karena gaji dapat mempengaruhi kinerja
terhadap organisasi (mencuri sesuatu yang dimiliki karyawan dan gaji juga dapat memotivasi karyawan
perusahaan), perilaku menyimpang minor yang diarah- untuk bekerja lebih giat. Menurut Poerwono (1982),
kan terhadap personal (sikap pilih kasih), dan perilaku peranan gaji dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek
menyimpang mayor yang diarahkan tehadap personal pemberi kerja (atasan) dan penerima kerja (bawahan).
(kekerasan seksual). Gaji merupakan unsur pokok dalam menghitung biaya
Ketika karyawan merasa diperlakukan tidak produksi dan komponen dalam menentukan harga
adil, mereka akan melakukan tindakan-tindakan pokok yang dapat menentukan kelangsungan hidup
yang menyimpang seperti pencurian (Greenberg, perusahaan. Apabila suatu perusahaan memberikan
1990). Amborse (2002) mengungkapkan bahwa tin- gaji terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan harga
dakan menyimpang dapat dilakukan dalam bentuk pokok tinggi dan apabila gaji yang diberikan terlalu
sabotase secara intensif. Scarlicki dan Folger (1997) rendah akan mengakibatkan perusahaan kesulitan
menyatakan bahwa tindakan menyimpang yang di- mencari karyawan atau tenaga kerja. Gaji merupakan
lakukan merupakan balasan atas perlakuan tidak adil penghasilan yang diterima oleh seorang karyawan
yang mereka terima di tempat kerja. Literatur-literatur dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Gaji
mengenai keadilan di dalam organisasi ada dua tipe, bukanlah satu-satunya motivasi karyawan dalam
yaitu keadilan distributif dan keadilan prosedural. berprestasi, tetapi gaji merupakan salah satu motivasi
Keadilan distributif secara langsung berhubungan den- penting yang dapat mendorong karyawan untuk ber-
gan teori-teori keadilan (Deutsch, 1975). Dalam teori prestasi, sehingga tinggi rendahnya gaji yang diterima
tersebut dikatakan bahwa antara upah yang diterima akan mempengaruhi kinerja dan loyalitas karyawan
dengan kontribusi yang diberikan terhadap perusahaan terhadap organisasi.
haruslah proporsional (Colquit, 2001). Komponen-komponen dari keseluruhan pro-
Keadilan distributif melibatkan persepsi atas gram kompensasi atau gaji dapat dibagi ke dalam ben-
perbandingan antara hasil yang diterima dan usaha tuk kompensasi langsung (direct compensation) dan
yang telah dilakukan. Oleh karena itu keadilan distribu- kompensasi tidak langsung (indirect compensastion).
tif secara langsung berhubungan dengan teori keadilan Kompensasi inansial langsung (direct inancial com-
(Deutsch, 1975). Persepsi terhadap keadilan di dalam pensation) terdiri atas bayaran (pay) yang diperoleh
organisasi tidak hanya melibatkan penilaian terhadap seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus, dan komisi.
sesuatu yang telah dikerjakan, tetapi juga terhadap Kompensasi inansial tidak langsung (indirect inancial
proses yang telah dilalui. Keadilan prosedural dinilai compensation) yang disebut juga dengan tunjangan
dengan cara membandingkan pengalaman-pengalaman meliputi semua imbalan inansial yang tidak tercakup
dari proses yang telah dilalui dengan aturan prosedural dalam kompensasi langsung (Simamora, 2002: 541).
yang dapat digeneralisasi (Colquitt, 2001). Keadilan Perilaku atasan dan bawahan merupakan hubungan
prosedural melibatkan persepsi terhadap proses dalam yang bersifat heterogen, dinamis, dan unik di dalam
177
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189
struktur organisasi maupun unit-unit bagian dari diciptakan dengan senyaman mungkin agar karyawan
organisasi (Lee, 2000). Salah satu tugas seorang pe- dapat bekerja dengan lebih baik, seperti membangun
mimpin organisasi adalah menjamin agar organisasi komunikasi yang baik antar rekan kerja dan atasan,
yang dipimpinnya dapat berjalan secara efektif dan kerjasama, dan satu rasa karena tujuan di dalam or-
eisien. Hal tersebut dikarenakan keberhasilan seorang ganisasi akan terwujud apabila tidak ada sekat yang
pemimpin dalam mencapai tujuannya tidak terlepas membatasi hubungan antar anggota.
dari bagaimana pemimpin itu berinteraksi dengan Kinerja mengacu pada prestasi kerja yang diatur
bawahannya. Keberhasilan seorang pemimpin dapat berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan
dilihat dari cara pemimpin tersebut mempengaruhi oleh suatu organisasi. Kinerja individual yang tinggi
bawahannya, sehingga bawahan dapat mengikuti arah dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keselu-
dan kebijakan yang telah ditentukan atasan. ruhan. Pencapaian kinerja individual berkaitan dengan
Perilaku atasan yang kurang memperhatikan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu. Robbins
nasib bawahannya akan mengakibatkan rendahnya (2001) mendeinisikan kinerja sebagai ukuran hasil
produktivitas kerja. Oleh karena itu seorang pemimpin kerja, yaitu ukuran dari hasil yang menggambarkan
harus mampu mempengaruhi dan mengubah sikap sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan
perilaku bawahan agar mereka dapat bekerja demi tugas dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditetap-
organisasinya. Atasan mengkategorikan bawahannya kan.
yang mempunyai kualitas hubungan kerja yang tinggi Ciri-ciri karyawan yang memiliki tingkat kin-
disebut dengan in-group dan bawahan yang mempu- erja tinggi adalah individu yang memiliki kepuasan
nyai kualitas hubungan rendah disebut out-group. kerja tinggi. Apabila individu telah memiliki kepuasan
Dikatakan in-group apabila bawahan diberi keper- kerja tinggi, maka dalam menjalani pekerjaannya in-
cayaan (trust), penghargaan (respect), dan dukungan dividu tersebut akan merasa senang dan merasa tidak
(sponsorship) oleh atasannya. Suatu hubungan antara terbebani oleh pekerjaannya. Individu yang memiliki
atasan dan bawahan dalam arti out-group ditandai tingkat kinerja tinggi akan membawa dampak positif
dengan atasan yang memberi jarak terhadap bawahan, bagi organisasi, sedangkan individu yang memiliki
artinya bahwa bawahan menerima tingkat kepercayaan tingkat kinerja rendah akan membawa dampak negatif
(trust), interaksi, penghargaan (respect) dan dukungan bagi organisasi.
(sponsorship) yang rendah.
Suasana kerja merupakan salah satu fak- Ketidakadilan di Tempat Kerja dan Perilaku Me-
tor penting dalam menciptakan kinerja karyawan. nyimpang
Suasana kerja memiliki pengaruh secara langsung Ketidakadilan di tempat kerja sangat rentan
terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan terhadap terjadinya perilaku menyimpang. Hal ini
yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja juga dilandasi oleh teori yang dikemukakan Henle
organisasi. Kepuasan kerja juga akan berpengaruh (2005) yang mengatakan bahwa para pekerja akan
terhadap perilaku karyawan, antara lain produktivitas, membandingkan rasio pendapatan (gaji, kenaikan gaji,
ketidakhadiran, kecelakaan kerja, hubungan dengan dan promosi) dan input (kemampuan, pelatihan, pen-
rekan kerja, hubungan dengan atasan, turnover, dan didikan, dan usaha). Sebagai contoh apabila seorang
pengunduran diri (Irvine & Evans, 1995; MC Gillis karyawan memiliki keahlian yang lebih dibandingkan
& Doran, 2007; Dewi 2005). dengan karyawan lainnya dan gaji yang diterima sama
Suasana kerja dikatakan baik apabila karyawan dengan karyawan lain, maka hal yang demikian akan
dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal dan menimbulkan ketidakadilan di tempat kerja.
nyaman. Oleh karena itu penentuan dan penciptaan Banyaknya perbedaan etnis antara para kary-
lingkungan kerja yang baik akan sangat menentukan awan di dalam suatu organisasi atau perusahaan akan
keberhasilan dalam pencapaian tujuan organisasi, na- berbanding terbalik dengan kemungkinan perilaku
mun sebaliknya lingkungan kerja yang tidak baik dapat menyimpang (Liao et al., 2004). Pendapat tersebut
menurunkan motivasi serta semangat kerja dan dapat menunjukkan bahwa persamaan etnis di dalam or-
menurunkan kinerja karyawan. Suasana kerja harus ganisasi menambah kemungkinan adanya perilaku
178
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
menyimpang di lingkungan kerja. Hal ini dikarenakan Perilaku Atasan yang Tidak Adil dan Perilaku
adanya fakta yang menyebutkan bahwa karyawan yang Menyimpang
memiliki keragaman etnis perlu menyesuaikan diri Perilaku atasan adalah suatu tindakan yang
dengan norma-norma yang dimiliki oleh organisasi. dapat mempengaruhi, dapat diamati dan mempunyai
Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipo- dampak postif maupun negatif bagi organisasinya
tesis sebagai berikut: (Monica, 1998). Para atasan atau pemimpin yang terli-
H1: Ketidakadilan di tempat kerja berpengaruh positif bat tindakan yang tidak etis akan menciptakan perilaku
terhadap perilaku menyimpang. menyimpang yang dapat berkembang pada organisasi,
sehingga hal tersebut dapat memicu karyawan untuk
Kepuasan Terhadap Gaji dan Perilaku Menyim- meniru perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
pang atasannya (Trevino dan Brown, 2005). Interaksi atasan
Kepuasan terhadap gaji akan memberikan dan bawahan yang baik menjadikan bawahan merasa
dampak yang besar bagi karyawan sehingga dapat me- diperhatikan oleh atasannya.
micu semagat kerja karyawan. Apabila para karyawan Dengan demikian perilaku atasan dan bawahan
tidak menerima gaji yang adil dan pantas, maka akan harus terjalin dengan adanya rasa saling pengertian dan
menimbulkan rasa tidak puas sehingga para karyawan tahu akan tugas dan peran masing-masing, sehingga
akan merasakan adanya ketidakadilan. Oleh karena keduanya dapat berinteraksi dengan baik. Perilaku
itu, untuk mengembalikan rasa keadilan yang mereka pemimpin yang kurang memperhatikan nasib bawa-
miliki, para karyawan akan memilih untuk berperilaku hannya akan mengakibatkan rendahnya produktivitas
menyimpang Henle (2005). kerja dan akan mengakibatkan munculnya perilaku
Karyawan yang merasa tidak puas akan melaku- menyimpang di kalangan karyawan, seperti membo-
kan hal-hal atau tindakan yang menyimpang. Baron los di saat jam kerja dan pencurian. Oleh karena itu
et al. (1999) membedakan dua tipe perilaku negatif, seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi dan
yaitu agresi terbuka dan agresi tersembunyi. Agresi mengubah sikap agar perilaku bawahan dapat bekerja
terbuka meliputi penghinaan, berteriak kepada orang lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka diru-
lain, serangan isik dan memberikan ancaman. Agresi muskan hipotesis sebagai berikut:
tersembunyi meliputi bentuk terselubung dari ke- H3: Perilaku atasan yang tidak adil berpengaruh
kerasan dengan cara memperlambat pekerjaan dengan positif terhadap perilaku menyimpang.
tujuan untuk tidak memenuhi target dan juga tindakan
membocorkan rahasia yang dimiliki perusahaan mau- Suasana Kerja yang Kurang Menyenangkan dan
pun rekan kerja. Perilaku Menyimpang
Apabila karyawan merasa tidak puas terhadap Suasana kerja adalah segala sesuatu yang
gaji yang diterima, maka akan menyebabkan perilaku ada di sekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi
menyimpang dan akan berdampak semakin tidak dirinya dalam menjalankan tugas-tugasnya yang telah
termotivasinya karyawan untuk bekerja. Oleh karena dibebankan (Moekijat, 1999: 125). Suasana kerja
itu organisasi harus bersikap adil ketika memberikan merupakan salah satu faktor penting dalam mencip-
gaji kepada karyawan. Sebagai contoh apabila kary- takan kinerja karyawan. Suasana kerja yang kurang
awan yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi menyenangkan memiliki pengaruh langsung terhadap
dan memiliki keahlian lebih dibandingkan dengan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang pada
karyawan lainnya, maka gaji yang diterima harus akhirnya dapat menurunkan kinerja organisasi. Sua-
sebanding dengan keahlian dan jenjang pendidikan sana kerja yang kurang menyenangkan berdampak
yang dimilikinya. Berdasarkan uraian tersebut, maka pada tidak cepat terselesaikannya pekerjaan dan tidak
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: adanya semangat kerja. Suasana kerja yang tidak nya-
H2: Kepuasan terhadap gaji berpengaruh negatif man akan menimbulkan perilaku menyimpang karena
terhadap perilaku menyimpang. karyawan merasa kurang diperhatihan.
Perilaku menyimpang yang perlu diperhatikan
di lingkungan kerja, antara lain yaitu ketidakhadiran,
179
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189
180
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
tuk ketidakadilan di tempat kerja adalah “saya merasa pada akhirnya meningkatkan kinerja organisasi. Apa-
diperlakukan tidak adil di perusahaan ini”. Pengukuran bila suasana kerja yang tercipta tidak menyenangkan,
variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala maka karyawan akan merasa jenuh, bosan, dan tidak
Likert dengan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat dapat bekerja dengan baik. Dengan kondisi seperti
selalu, skala 4 menunjukkan sering, skala 3 menunjuk- ini karyawan akan sulit untuk melakukan pekerjaan
kan netral, skala 2 menunjukkan pernah, dan skala 1 secara nyaman dan tidak dapat menjalin kerjasama
menunjukkan sangat tidak pernah. dengan baik. Terdapat 5 item pernyataan yang di-
Kepuasan terhadap gaji adalah perasaan bahagia gunakan untuk mengukur suasana kerja yang kurang
dan puas karena gaji yang diberikan sesuai dengan menyenangkan. Contoh item pernyataan untuk suasana
harapan. Karyawan yang merasa puas terhadap gaji kerja yang kurang menyenangkan adalah “saya tidak
yang diterima akan berdampak besar bagi perusahaan dapat bekerja dengan nyaman karena suasana kerja
dan karyawan, karena gaji dapat mempengaruhi kinerja disini tidak menyenangkan”. Pengukuran variabel
karyawan dan gaji juga dapat memotivasi karyawan ini menggunakan skala Likert dengan 5 skala. Skala
untuk bekerja lebih giat. Moekijat (1992) menyatakan 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4 menunjukkan
bahwa gaji merupakan balas jasa kepada karyawan stuju, skala 3 menunjukkan netral, skala 2 menunjuk-
karena partisipasi karyawan yang telah membantu kan tidak setuju, dan skala 1 menunjukkan sangat tidak
untuk mencapai tujuan organisasi. Terdapat 5 item setuju.
pernyataan yang digunakan untuk mengukur kepuasan Uji validitas adalah suatu langkah pengujian
terhadap gaji. Contoh item pernyataan untuk kepuasaan yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu in-
terhadap gaji adalah “saya merasa puas terhadap gaji strument dengan tujuan untuk mengukur ketepatan
yang saya terima”. Pengukuran variabel ini dilakukan istrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Sugi-
dengan menggunakan skala Likert dengan 5 skala. yono, 2006). Pengujian validitas item-item pernyataan
Skala 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4 menun- dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Hal
jukkan setuju, skala 3 menunjukkan netral, skala 2 ini digunakan untuk mengidentiikasi sejumlah faktor
menunjukkan tidak setuju, dan skala 1 menunjukkan yang relatif kecil agar dapat menjelaskan besarnya
sangat tidak setuju. variabel yang saling berhubungan dalam melakukan
Perilaku atasan yang bersikap tidak adil kepada fungsi ukurnya, sehingga data yang diperoleh relevan
karyawan akan menimbulkan rasa iri antar karyawan, atau sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran.
sehingga dapat menimbulkan terjadinya perilaku me- Uji validitas perlu dilakukan untuk mengetahui kete-
nyimpang. Karyawan yang diperlakukan tidak adil oleh patan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran
atasannya akan bekerja semaunya dan produktivitas dalam melakukan fungsi ukurnya.
kerja yang dihasilkanpun akan rendah. Hal ini dapat Uji reliabilitas adalah proses pengukuran ter-
merugikan perusahaan karena kinerja yang dihasilkan hadap ketepatan (konsisten) suatu instrumen (Husaini,
tidak akan maksimal. Terdapat 5 item pernyataan yang 2003). Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin
digunakan untuk mengukur perilaku atasan yang tidak instrumen yang digunakan merupakan instrumen
adil. Contoh item pernyataan untuk perilaku atasan yang konsisten dan stabil, sehingga apabila digunakan
yang tidak adil adalah “saya merasa bahwa saya di- berkali-kali dapat menghasilkan hasil yang sama.
perlakukan istimewa oleh atasan saya dibandingkan Peneliti melakukan pengujian reliabilitas (Cronbach’s
dengan yang lainnya”. Pengukuran variabel ini dilaku- Alpha) untuk setiap variabel. Cronbach’s Alpha menun-
kan dengan menggunakan skala Likert dengan skala 5 jukkan konsistensi responden dalam memberikan
menunjukkan selalu, skala 4 menunjukkan sering, skala tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili
3 menunjukkan netral, skala 2 menunjukkan pernah, pengukuran satu variabel tertentu. Nilai Cronbach’s
dan skala 1 menunjukkan tidak pernah. Alpha yang lazim dipakai yaitu lebih besar dari 0,6
Suasana kerja merupakan salah satu faktor atau > 0,6. Semakin besar nilai Cronbach’s Alpha,
penting dalam menciptakan kinerja karyawan karena maka semakin baik pula pengukuran variabel tersebut.
suasana kerja memiliki pengaruh secara langsung ter-
hadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang
181
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189
182
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
Tabel 4
Hasil Uji Validitas Variabel Ketidakadilan di Tempat Kerja
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
KTK1 Saya diperlakukan tidak adil di kantor ini. 0.476 Tidak Valid
Hasil pekerjaan saya dibanding-bandingkan dengan karyawan
KTK2 lainnya dan walaupun sama hasilnya, pekerjaan saya dikatakan 0.489 Tidak Valid
tidak baik.
Saya mendapatkan lebih banyak pekerjaan dibandingkan
KTK3 0.553 Valid
karyawan lainnya walaupun gaji kami sama.
KTK4 Meskipun saya bekerja lembur, saya tidak mendapatkan bonus. 0.500 Valid
bel kepuasan terhadap gaji. Analisis faktor untuk men- terhadap keseluruhan item yang mewakili pengukuran
guji validitas item-item pernyataan variabel kepuasaan suatu variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha >
terhadap gaji dilakukan untuk setiap variabel. 0,6.
Pernyataan KTG1 hingga KTG2 merupakan Peneliti melakukan analisis faktor untuk
faktor kepuasan terhadap gaji yang dianggap valid. variabel perilaku atasan yang tidak adil. Analisis faktor
Nilai reliabilitas kepuasan terhadap gaji adalah 2,722. untuk menguji validitas item-item pernyataan variabel
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa konsistensi perilaku atasan yang tidak adil.
responden sangat baik dalam memberikan tanggapan Pernyataan PATA1 hingga PATA5 merupakan
Tabel 5
Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Terhadap Gaji
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
KTG1 Saya merasa puas terhadap gaji yang saya terima saat ini. 0.668 Valid
KTG2 Gaji yang saya terima dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. 0.609 Valid
KTG3 Gaji yang saya terima setara dengan pekerjaan yang saya 0.692 Valid
lakukan
Gaji yang saya terima saat ini dapat memacu semangat kerja
KTG4 0.753 Valid
agar lebih giat.
Tabel 6
Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Atasan yang Tidak Adil
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
Atasan saya lebih banyak mengistimewakan rekan kerja saya
PATA1 0.616 Valid
dibanding saya.
Atasan saya tidak mendukung saya dalam pekerjaan, sementara
PATA2 rekan lain selalu didukung. 0.729 Valid
183
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189
faktor perilaku atasan yang tidak adil dianggap valid. Peneliti melakukan analisis faktor untuk varia-
Nilai reliabilitas komitmen adalah 3,404. Oleh karena bel suasana kerja yang kurang menyenangkan. Analisis
itu, dapat disimpulkan bahwa konsistensi responden faktor untuk menguji validitas item-item pernyataan
sangat baik dalam memberikan tanggapan terhadap variabel suasana kerja yang kurang menyenangkan
keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu dilakukan untuk setiap variabel.
variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
Tabel 7
Hasil Uji Validitas Variabel Suasana Kerja yang Kurang Menyenangkan
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
SKKM1 Suasana kerja di tempat saya bekerja tidak menyenangkan. 0.587 Valid
Suasana kerja di tempat saya bekerja membuat saya tidak dapat
SKKM2 0.675 Valid
bekerja dengan baik.
SKKM3 Saya tidak mendapatkan sarana kerja yang memadai. 0.625 Valid
SKKM4 Fasilitas untuk menunjang pekerjaan saya sangat terbatas. 0.554 Valid
SKKM5 Rekan kerja tidak mendukung saya dalam bekerja 0.627 Valid
Rekan kerja saya tidak dapat bekerja sama dengan baik, sehingga
SKKM6 menghambat pekerjaan yang telah diberikan oleh atasan. 0.663 Valid
Tabel 8
Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Menyimpang
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
Saya menggunakan fasilitas telepon kantor untuk
PM1 0.393 Tidak Valid
kepentingan pribadi saya.
PM2 Saya tidak masuk kerja tanpa ada alas an yang jelas. 0.591 Valid
Saya meninggalkan kantor di saat jam kerja untuk urusan
PM3 pribadi. 0.364 Tidak Valid
Pernyataan tersebut merupakan faktor perilaku keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu
menyimpang, PM1 dan PM3 dianggap tidak valid variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
karena faktor loading yang tidak mencapai >0,5, se- Peneliti melakukan analisis faktor untuk varia-
dangkan untuk PM2< PM4, dan PM5 dianggap valid. bel kinerja. Analisis faktor untuk menguji validitas
Nilai reliabilitas komitmen adalah 2,057. Oleh karena item-item pernyataan variabel kinerja dilakukan untuk
itu, dapat disimpulkan bahwa konsistensi responden setiap variabel.
sangat baik dalam memberikan tanggapan terhadap
184
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
Tabel 9
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
Saya dapat menyelesaikan pekerjaan yang sudah dibebankan
KIN1 0.741 Valid
kepada saya dengan baik.
Saya dapat memenuhi tanggung jawab yang dijabarkan dalam
KIN2 0.640 Valid
deskripsi saya.
KIN3 Saya dapat melaksanakan tugas yang seharusnya saya lakukan. 0.763 Valid
Saya terlibat dalam kegatan-kegiatan yang secara langsung
KIN4 0.502 Valid
akan mempengaruhi evaluasi kinerja saya.
Saya dapat memenuhi tuntutan kinerja yang ditentukan dalam
KIN5 pekerjaan. 0.561 Valid
Pernyataan KIN1 hingga KIN5 merupakan fak- anya korelasi yang signiikan antara variabel-variabel
tor kinerja dianggap valid. Nilai reliabilitas komitmen independen dan variabel-variabel dependen dalam
adalah 3,207. Oleh karena itu, dapat diperoleh simpu- penelitian ini, sehingga pengujian model dengan model
lan bahwa konsistensi responden sangat baik dalam persamaan struktural dapat dilakukan. Berdasar hasil
memberikan tanggapan terhadap keseluruhan item kuesioner yang diterima, Tabel 10 menunjukkan statis-
yang mewakili pengukuran satu variabel dikarenakan tik deskriptif yang terdiri atas nilai cronbach’s alpha,
nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. rata-rata, standar deviasi, dan korelasi antar variabel.
Hasil pengujian korelasi juga menunjukkan ad-
Tabel 10
Deskriptif Data
Cronbach’s Rata- Standar
Variabel KTK KTG PATA SKKM PM KIN
Alpha Rata Deviasi
KTK 0,670 2,030 0,716 1 - - - -
KTG 0,842 3,059 0,854 -0,109 1 - - -
PATA 0,883 1,742 0,753 0,503** -0,055 1 - -
SKKM 0,877 2,310 0,756 0,440** -0,094 0,452** 1
PM 0,757 1,454 0,531 0,152 0,012 0,100 0,185* 1
KIN 0,854 3,818 0,538 0,115 -0,070 -0,057 -0,061 -0,259** 1
** Signiikan < 0,01
* Signiikan < 0,05
Keterangan:
KTK = Ketidakadilan di tempat kerja
KTG = Kepuasan terhadap gaji
PATA = Perilaku atasan yang tidak adil
SKKM = Suasana kerja kurang menyenngkan
PM = Perilaku menyimpang
KIN = Kinerja
185
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189
Hasil pengujian model dilakukan dengan 0,9. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara
melihat nilai absolute it yang menunjukkan bahwa model dengan data. Nilai RMR sebesar 0,117 kurang
secara umum model mempunyai goodness of it yang memenuhi kriteria penerimaan model dan RMSEA
baik, sehingga pengujian hipotesis dapat dilakukan sebesar 0,076 memenuhi kriteria penerimaan model
dengan model yang ada. Pengujian it model dilakukan karena lebih kecil dari batas atas 0,1 (Hair et al.,
dengan melihat tiga jenis nilai it, yaitu: (1) Abso- 1998). Nilai-nilai incremental it menunjukkan hasil
lute it measures, mengukur tingkat it model secara yang cukup. Nilai NFI (Normed Fit Index) sebesar
keseluruhan yang dilakukan dengan melihat nilai 0,749 dan nilai CFI (Comparative Fit Index) sebesar
chi-square statistics, GFI, RMR, dan RMSEA. (2) 0,867 telah memenuhi batas minimum 0,9 (Hair et al.,
Incremental it measures, menunjukkan perbandingan 1998). Ukuran incremental it kurang dipenuhi oleh
model penelitian dengan model dasar (null model) yang nilai AGFI (Adjusted Goodness of Fit) sebesar 0,760
dilakukan dengan melihat nilai AGFI, NFI, CFI, dan karena kurang dari batas minimum 0,8 (Sharma, 1996).
TLI. (3) Parsimonious it measure, dilakukan dengan Ukuran parsimonious it yang masih di atas standar (ni-
melihat nilai normed chi-square (CMIN/DF). Tabel 11 lai hasil penelitian 1,819 dan nilai batas atas maksimal
menunjukkan nilai absolute it measures, incremental 5) menunjukkan bahwa model memiliki unsur parsi-
it measures, dan parsimonious it measure. moni. Berikut disajikan Tabel 12 yang menunjukkan
Nilai GFI (Goodness of Fit Index) sebesar ringkasan hasil pengujian hipotesis.
0,800 dapat dikatakan cukup karena mendekati dari
Tabel 11
Pengujian Fit Model
ABSOLUTE FIT KRITERIA NILAI FIT KETERANGAN
tidak signiikan 1,151; df1;
Chi square; df; probability Kurang Baik
(Hair et al., 1998) 491.020
>0,9
GFI 0,800 Cukup
(Hair et al., 1998)
<0,08; upper limit <0,1
RMR 0,117 Kurang baik
(Arbuckle, 2005)
<0,08; upper limit <0,1
RMSEA 0,076 Baik
(Arbuckle, 2005)
INCREMENTAL FIT
AGFI >0,8 (Sharma, 1996) 0,760 Cukup
NFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,749 Cukup
CFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,867 Cukup
TLI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,852 Cukup
PARSIMONIOUS FIT
186
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
Tabel 12
Hasil Pengujian Hipotesis
Standardized Standard Critical
Hipotesis Probability Keterangan
Estimate Error Ratio
187
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189
semangat kerja karyawan. Apabila karyawan merasa perilaku menyimpang ini dibiarkan saja tanpa ada
tidak puas terhadap gaji yang diterima, maka dapat tindakan yang tegas maka akan merugikan organisasi
memicu terjadinya perilaku menyimpang. Akan tetapi, tersebut karena kinerja yang dihasilkan tidak maksi-
hipotesis ini tidak didukung. Hal ini dikarenakan mal. Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian
perusahaan sudah memiliki standar gaji yang telah ini yang mengindikasikan bahwa perilaku menyimpang
ditetapkan dan disepakati bersama antara atasan dan berpengaruh negatif terhadap kinerja. Hipotesis ini
bawahan, yaitu banyak sedikitnya gaji ditentukan didukung karena perilaku menyimpang cenderung
berdasarkan tingkat pendidikan, beban kerja dan masa memiliki orientasi kerja yang negatif sehingga cara
kerja karyawan. pandang seorang karyawan berubah, tidak lagi untuk
Perilaku atasan yang tidak adil adalah suatu menyelesaikan pekerjaan dengan baik tetapi lebih ke-
sikap atau tindakan seorang pemimpin yang membeda- pada hal-hal yang buruk seperti korupsi dan membolos
bedakan antar karyawan sehingga menimbulkan rasa iri disaat jam kerja.
sesama karyawan. Dari gambaran tersebut seharusnya
perilaku atasan yang tidak adil dapat memicu atau me- SIMPULAN DAN SARAN
nyebabkan terjadinya perilaku menyimpang terhadap
karyawan. Akan tetapi, hipotesis dalam penelitian ini Simpulan
tidak didukung. Hal ini dikarenakan cara pandang
karyawan dalam melihat kedekatan antara atasan Berdasar hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa
dan bawahan tidak memiliki pengaruh dalam meny- ketidakadilan di tempat kerja, kepuasan terhadap
elesaikan pekerjaan. Meskipun ada karyawan yang gaji dan perilaku atasan yang tidak adil terbukti tidak
memiliki hubungan kedekatan lebih dengan atasan berpengaruh terhadap perilaku menyimpang atau hi-
dibandingkan karyawan yang lain, tetapi hal tersebut potesis tidak didukung. Hal ini disebabkan sebagian
tidak dianggap sebagai perilaku menyimpang oleh besar karyawan menganggap kedekatan atasan dengan
sebagian karyawan yang memiliki orientasi personal bawahan tidak berpengaruh terhadap gaji yang mer-
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan memperoleh eka terima karena setiap karyawan memiliki job desk
gaji sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. masing-masing yang sudah di tetapkan dalam aturan
Suasana kerja yang kurang menyenangkan ber- atau regulasi. Selain itu berdasar hasil pengujian
dampak pada hasil kerja yang dihasilkan tidak optimal hipotesis diketahui bahwa suasana kerja yang kurang
dan tidak adanya semangat kerja. Suasana kerja yang menyenangkan terbukti berpengaruh terhadap perilaku
tidak nyaman akan menimbulkan perilaku menyim- menyimpang karena ketika terjadi perselisihan antar
pang, karena karyawan merasa kurang diperhatihan. karyawan di tempat kerja tidak terjalin kerja sama yang
Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian baik yang berdampak pada penurunan produktivitas.
ini yang mengindikasikan bahwa suasana kerja yang Berdasar pengujian hipotesis terhadap variabel-vari-
kurang menyenangkan berpengaruh negatif terhadap abel yang mempengaruhi perilaku menyimpang dik-
perilaku menyimpang, hipotesis ini didukung. Hal ini etahui jika suasana kerja yang kurang menyenangkan
dikarenakan nyaman tidaknya suatu lingkungan kerja berdampak terhadap perilaku menyimpang karyawan
memiliki pengaruh terhadap perilaku seorang kary- di tempat kerja, sedangkan tiga variabel lainnya dari
awan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Lingkun- hasil olah data yang dilakukan tidak memiliki pengaruh
gan kerja yang nyaman dan kondusif serta didukung terhadap perilaku menyimpang. Berdasar penjabaran
dengan kerja tim yang baik akan menghasilkan kinerja pengujian hipotesis dari variabel-variabel perilaku
yang baik. Sebaliknya lingkungan yang tidak nyaman menyimpang di atas serta pengujian olah data yang
dan tidak kondusif serta tidak didukung dengan tim dilakukan mengenai pengaruh perilaku menyimpang
kerja yang baik menyebabkan seorang karyawan cend- terhadap kinerja karyawan, dapat disimpulkan bahwa
erung melakukan perilaku menyimpang yang berakibat perilaku menyimpang berpengaruh terhadap kinerja
terhadap kinerja yang tidak baik. karyawan sehingga semakin tinggi perilaku menyim-
Perilaku menyimpang yang terjadi di pang yang dilakukan karyawan, maka kinerja yang
tempat kerja akan berdampak pada kinerja. Apabila dihasilkan rendah.
188
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
Bennett, R.J. and S.L Robinson. 2000. ‘‘Development Trevino, L.K. and Brown, M.E. 2005. “The Role of
of a Measure of Workplace Deviance’’. Journal Leaders in Inluencing Unethical Behavior In
of Applied Psychology, 85(3): 349. The Workplace”, in Kidwell, R.E. and Martin,
C.L (Eds), Managing Organizational Deviance,
Bies, R.J and J.S.Moag. 1986. Communication Criteria Sage Publishing, London.
of Fairness. Greenwich, CT: JAI Press.
Usman, Husaini. 2003. Metodologi Penelitian Sosial.
Colquitt, J.A. 2001. “On the Dimensionality of Orga- Jakarta: Bumi Aksara.
nizational Justice: A Construct Validation of a
measure”. Journal of Applied Psychology, 86:
386-400.
189