Anda di halaman 1dari 15

ISSN: 1978-3116

PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)
Vol. 10, No. 3, November 2016
Hal. 175-189 J URNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG


DI TEMPAT KERJA
Ika Damayanti Nur Cahyani
E-mail: ikadamayantinc@gmail.com

ABSTRACT dapat meningkatkan kinerja organisasi. Komunikasi


yang baik adalah jalinan pengertian antara satu pihak
This study aimed to examine the effect of inequality dengan pihak lainnya, sehingga apa yang dikomunika-
in the workplace, satisfaction with salary, employer sikan dapat dimengerti, dipikirkan dan dilaksanakan.
behavior unfair and unpleasant working environment Tanpa adanya komunikasi yang baik, maka dalam
against deviant behavior that affect performance. This pekerjaan akan terjadi salah paham, sehingga tujuan
study uses nonprobability sampling method, ie not all perusahaan tidak tercapai. Perilaku menyimpang di
elements of the population have equal opportunities to tempat kerja merupakan akibat dari tidak terciptanya
be selected into the sample. Nonprobability sampling komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan. Hal
method used in this research is purposive sampling ini dapat berakibat pada kinerja karyawan. Oleh karena
method. Data collected by survey method through itu diperlukan komunikasi yang baik agar karyawan
a questionnaire. Hypotheses were tested using path tidak melakukan penyimpangan dan kinerja organisasi
analysis with structural equation modeling. This re- dapat berjalan dengan baik.
search resulted in several indings, namely inequality Perusahaan biasanya menghadapi masalah
in the workplace has no effect on deviant behavior, ketika karyawan di perusahaan tersebut melakukan
satisfaction with salary no effect on deviant behavior, penyimpangan seperti membolos pada saat jam kerja
the behavior of the employer does not affect the deviant dan karyawan tersebut tidak mendapat sanksi, hanya
behavior, unpleasant working atmosphere positive ef- teguran yang didapatkan. Hal ini menimbulkan rasa
fect on deviant behavior, and deviant behavior negative iri dari karyawan lain, sehingga kualitas kerja yang
effect on performance. dihasilkan karyawan tidak maksimal.
Pada dasarnya perusahaan memiliki sistem
Keywords: deviant behavior, performance aturan kerja yang mengikat, sehingga perusahaan
tersebut seharusnya bertindak tegas terhadap kary-
JEL Classiication: C91 awan yang tidak disiplin pada aturan-aturan yang
dimiliki perusahaan tersebut. Setiap penyimpangan
yang dilakukan karyawan akan memiliki konsekuensi
yang berbeda antara karyawan yang satu dengan yang
PENDAHULUAN lainnya tergantung penyimpangan yang dilakukan di
dalam organisasi. Perilaku menyimpang (deviant be-
Perusahaan dikatakan baik apabila komunikasi antara havior) yang dilakukan karyawan di tempat kerja dapat
atasan dan bawahan tercipta dengan baik, sehingga berdampak negatif pada organisasi. Sebagai contoh,

175
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189

karyawan yang membolos kerja pada saat jam kantor kontra produktif di lingkungan kerja, Salgado (2002)
dapat memicu karyawan lain untuk meninggalkan menemukan bahwa conscientiousness dan agreeable-
kantor pada saat jam kerja kantor masih berlangsung. ness adalah prediktor yang valid dari perilaku-perilaku
Perilaku menyimpang merupakan salah satu menyimpang. Beberapa dukungan empiris menunjuk-
dari berbagai macam bentuk perlawanan di tempat kan bahwa seseorang dengan sifat amarah yang lebih
kerja, misalnya terlambat masuk kantor secara terus tinggi cenderung merespon secara agresif terhadap
menerus dan tidak masuk kerja tanpa ada surat ket- situasi-situasi yang dapat memicu amarah daripada
erangan (membolos). Oleh karena itu organisasi yang memiliki sifat cenderung lebih santai dan tenang.
perlu memiliki norma-norma agar organisasi tersebut Weiss dan Cropanzano (1996) mengatakan bahwa be-
dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya, perilaku berapa pola kerja merupakan reaksi dari pengalaman
yang ditunjukkan seseorang atau sekelompok yang afektif seseorang.
dianggap menyimpang ketika melanggar kebiasaan Beberapa penelitian lain juga mengemukakan
dan kebijakan atau peraturan yang ada dalam sebuah bahwa pola kerja merupakan reaksi terhadap evaluasi
organisasi dapat membahayakan organisasi itu sendiri kognitif dan penilaian yang dilakukan oleh seorang
maupun orang-orang yang ada di dalamnya (Robinson pekerja. Kognitif mengacu pada penilaian seorang
dan Bennett, 1995). Tipologi yang dibuat oleh Rob- pekerja terhadap aspek-aspek yang ada dalam berbagai
inson dan Bannette (1995) mengkategorikan perilaku situasi. Bennette dan Robinson (2000) menyatakan
menyimpang di tempat kerja dalam empat bagian, yaitu bahwa ada dua motif di balik perilaku menyimpang di
perilaku menyimpang minor yang diarahkan terhadap tempat kerja, yaitu: instrumental dan ekspresif. Motif
organisasi (meninggalkan tempat kerja lebih awal), instrumental (kognisi) mencerminkan upaya untuk
perilaku menyimpang mayor yang diarahkan terhadap merekonsiliasi ketimpangan dengan memperbaiki
organisasi (mencuri sesuatu yang dimiliki perusahaan), situasi yang ada dengan melakukan kesetaraan di
perilaku menyimpang minor yang diarahkan terhadap tempat kerja agar tidak terjadi perilaku menyimpang
personal (pilih kasih), dan perilaku menyimpang mayor di tempat kerja dan motif ekspresif (afeksi) lebih ber-
yang diarahkan terhadap personal (kekerasan seksual). hubungan dengan ekspresi agar dapat mengendalikan
Perilaku kerja yang tidak etis memiliki penger- perasaan marah dan frustasi. Tujuan penelitian ini
tian yang berbeda dengan perilaku menyimpang di adalah untuk menguji pengaruh 1) ketidakadilan di
tempat kerja. Perilaku kerja yang tidak etis terkait tempat kerja terhadap perilaku menyimpang; 2) kepua-
dengan pelanggaran norma-norma sosial, sedangkan san gaji terhadap perilaku menyimpang; 3) perilaku
perilaku menyimpang di tempat kerja terkait dengan atasan terhadap perilaku menyimpang; 4) suasana
pelanggaran pada norma-norma yang dimiliki organ- kerja terhadap perilaku menyimpang; dan 5) perilaku
isasi (Spreitzer dan Sonenshein, 2004). Karyawan menyimpang terhadap kinerja yang dihasilkan.
yang meninggalkan tempat kerja lebih awal akan me-
nimbulkan rasa iri terhadap karyawan lainnya karena MATERI DAN METODE PENELITIAN
mereka beranggapan bahwa bekerja dengan jam yang
sama dan dengan jumlah gaji yang sama, tetapi kary- Sackett dan Vore (2001) membedakan perilaku me-
awan yang meninggalkan tempat kerja lebih awal tidak nyimpang menjadi tiga bagian yaitu deviant behavior
mendapatkan sanksi seperti potong gaji. Padahal gaji (alcoholism atau mencuri), ketidakhadiran (terlambat
dipandang sebagai bagian dari sistem yang mendu- atau tidak hadir), dan perilaku-perilaku yang memba-
kung organisasi untuk memotivasi karyawan dengan hayakan (insiden dan kecelakaan). Baron et al. (1999)
memenuhi peraturan yang sudah ada. menyebutkan perilaku menyimpang di tempat kerja
Henle (2005) memprediksikan penyimpangan disebut dengan agresi. Agresi adalah perilaku yang ber-
di tempat kerja berdasarkan interaksi antara keadilan tujuan untuk menyakiti orang lain. Ada dua jenis agresi
organisasional dengan kondisi kepribadian. Para yang terdapat dalam sebuah organisasi, yaitu agresi
pekerja lebih berkonsentrasi pada perlakuan adil terbuka dan agresi tersembunyi. Agresi terbuka meli-
yang diterima dari atasannya daripada keadilan yang puti penghinaan, berteriak kepada orang lain,serangan
dibuat organisasi. Dengan adanya perilaku kerja yang isik, secara langsung menolak memberikan peralatan,

176
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)

dan ancaman akan melakukan kekerasan isik. Agresi hal konsistensi, keakuratan, bias (ketidakjelasan yang
tersembunyi merupakan tingkah laku agresif yang menghasilkan berat sebelah), daya tarik (appeal atau
tidak tampak, yang ditunjukkan dengan memperlambat partisipatif atau tidak), dan etika. Dari waktu ke waktu
pekerjaan dengan tujuan untuk tidak memenuhi target penelitian mengenai tipe keadilan akhirnya dapat
dan juga tindakan pembocoran rahasia yang dimiliki ditemukan, yang diperkenalkan oleh Bies dan Moag
baik perusahaan, atasan, maupun rekan kerja. (1986) yaitu keadilan interaksional. Identiikasi keadi-
Perilaku menyimpang dapat bervariasi dalam lan interaksional berdasarkan pada sebuah penelitian
sebuah rangkaian yang dimulai dari bentuk penyim- mengenai harapan perlakuan yang diterima di dalam
pangan minor ke arah mayor (Bennett dan Robinson, proses rekrutmen: dasar kebenaran, keadaan yang se-
2000). Menurut Robinson dan Bennett (1995), ada benarnya, rasa hormat dan hak milik (Colquitt, 2001).
empat macam bentuk perilaku menyimpang di tempat Kepuasan terhadap gaji adalah perasaan bahagia
kerja yaitu perilaku menyimpang minor yang diarahkan karena gaji yang diberikan sesuai dengan harapan. Gaji
terhadap organisasi (meninggalkan tempat kerja lebih sangat penting dan berdampak besar bagi perusahaan
awal), perilaku menyimpang mayor yang diarahkan dan karyawan karena gaji dapat mempengaruhi kinerja
terhadap organisasi (mencuri sesuatu yang dimiliki karyawan dan gaji juga dapat memotivasi karyawan
perusahaan), perilaku menyimpang minor yang diarah- untuk bekerja lebih giat. Menurut Poerwono (1982),
kan terhadap personal (sikap pilih kasih), dan perilaku peranan gaji dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek
menyimpang mayor yang diarahkan tehadap personal pemberi kerja (atasan) dan penerima kerja (bawahan).
(kekerasan seksual). Gaji merupakan unsur pokok dalam menghitung biaya
Ketika karyawan merasa diperlakukan tidak produksi dan komponen dalam menentukan harga
adil, mereka akan melakukan tindakan-tindakan pokok yang dapat menentukan kelangsungan hidup
yang menyimpang seperti pencurian (Greenberg, perusahaan. Apabila suatu perusahaan memberikan
1990). Amborse (2002) mengungkapkan bahwa tin- gaji terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan harga
dakan menyimpang dapat dilakukan dalam bentuk pokok tinggi dan apabila gaji yang diberikan terlalu
sabotase secara intensif. Scarlicki dan Folger (1997) rendah akan mengakibatkan perusahaan kesulitan
menyatakan bahwa tindakan menyimpang yang di- mencari karyawan atau tenaga kerja. Gaji merupakan
lakukan merupakan balasan atas perlakuan tidak adil penghasilan yang diterima oleh seorang karyawan
yang mereka terima di tempat kerja. Literatur-literatur dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Gaji
mengenai keadilan di dalam organisasi ada dua tipe, bukanlah satu-satunya motivasi karyawan dalam
yaitu keadilan distributif dan keadilan prosedural. berprestasi, tetapi gaji merupakan salah satu motivasi
Keadilan distributif secara langsung berhubungan den- penting yang dapat mendorong karyawan untuk ber-
gan teori-teori keadilan (Deutsch, 1975). Dalam teori prestasi, sehingga tinggi rendahnya gaji yang diterima
tersebut dikatakan bahwa antara upah yang diterima akan mempengaruhi kinerja dan loyalitas karyawan
dengan kontribusi yang diberikan terhadap perusahaan terhadap organisasi.
haruslah proporsional (Colquit, 2001). Komponen-komponen dari keseluruhan pro-
Keadilan distributif melibatkan persepsi atas gram kompensasi atau gaji dapat dibagi ke dalam ben-
perbandingan antara hasil yang diterima dan usaha tuk kompensasi langsung (direct compensation) dan
yang telah dilakukan. Oleh karena itu keadilan distribu- kompensasi tidak langsung (indirect compensastion).
tif secara langsung berhubungan dengan teori keadilan Kompensasi inansial langsung (direct inancial com-
(Deutsch, 1975). Persepsi terhadap keadilan di dalam pensation) terdiri atas bayaran (pay) yang diperoleh
organisasi tidak hanya melibatkan penilaian terhadap seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus, dan komisi.
sesuatu yang telah dikerjakan, tetapi juga terhadap Kompensasi inansial tidak langsung (indirect inancial
proses yang telah dilalui. Keadilan prosedural dinilai compensation) yang disebut juga dengan tunjangan
dengan cara membandingkan pengalaman-pengalaman meliputi semua imbalan inansial yang tidak tercakup
dari proses yang telah dilalui dengan aturan prosedural dalam kompensasi langsung (Simamora, 2002: 541).
yang dapat digeneralisasi (Colquitt, 2001). Keadilan Perilaku atasan dan bawahan merupakan hubungan
prosedural melibatkan persepsi terhadap proses dalam yang bersifat heterogen, dinamis, dan unik di dalam

177
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189

struktur organisasi maupun unit-unit bagian dari diciptakan dengan senyaman mungkin agar karyawan
organisasi (Lee, 2000). Salah satu tugas seorang pe- dapat bekerja dengan lebih baik, seperti membangun
mimpin organisasi adalah menjamin agar organisasi komunikasi yang baik antar rekan kerja dan atasan,
yang dipimpinnya dapat berjalan secara efektif dan kerjasama, dan satu rasa karena tujuan di dalam or-
eisien. Hal tersebut dikarenakan keberhasilan seorang ganisasi akan terwujud apabila tidak ada sekat yang
pemimpin dalam mencapai tujuannya tidak terlepas membatasi hubungan antar anggota.
dari bagaimana pemimpin itu berinteraksi dengan Kinerja mengacu pada prestasi kerja yang diatur
bawahannya. Keberhasilan seorang pemimpin dapat berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan
dilihat dari cara pemimpin tersebut mempengaruhi oleh suatu organisasi. Kinerja individual yang tinggi
bawahannya, sehingga bawahan dapat mengikuti arah dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keselu-
dan kebijakan yang telah ditentukan atasan. ruhan. Pencapaian kinerja individual berkaitan dengan
Perilaku atasan yang kurang memperhatikan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu. Robbins
nasib bawahannya akan mengakibatkan rendahnya (2001) mendeinisikan kinerja sebagai ukuran hasil
produktivitas kerja. Oleh karena itu seorang pemimpin kerja, yaitu ukuran dari hasil yang menggambarkan
harus mampu mempengaruhi dan mengubah sikap sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan
perilaku bawahan agar mereka dapat bekerja demi tugas dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditetap-
organisasinya. Atasan mengkategorikan bawahannya kan.
yang mempunyai kualitas hubungan kerja yang tinggi Ciri-ciri karyawan yang memiliki tingkat kin-
disebut dengan in-group dan bawahan yang mempu- erja tinggi adalah individu yang memiliki kepuasan
nyai kualitas hubungan rendah disebut out-group. kerja tinggi. Apabila individu telah memiliki kepuasan
Dikatakan in-group apabila bawahan diberi keper- kerja tinggi, maka dalam menjalani pekerjaannya in-
cayaan (trust), penghargaan (respect), dan dukungan dividu tersebut akan merasa senang dan merasa tidak
(sponsorship) oleh atasannya. Suatu hubungan antara terbebani oleh pekerjaannya. Individu yang memiliki
atasan dan bawahan dalam arti out-group ditandai tingkat kinerja tinggi akan membawa dampak positif
dengan atasan yang memberi jarak terhadap bawahan, bagi organisasi, sedangkan individu yang memiliki
artinya bahwa bawahan menerima tingkat kepercayaan tingkat kinerja rendah akan membawa dampak negatif
(trust), interaksi, penghargaan (respect) dan dukungan bagi organisasi.
(sponsorship) yang rendah.
Suasana kerja merupakan salah satu fak- Ketidakadilan di Tempat Kerja dan Perilaku Me-
tor penting dalam menciptakan kinerja karyawan. nyimpang
Suasana kerja memiliki pengaruh secara langsung Ketidakadilan di tempat kerja sangat rentan
terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan terhadap terjadinya perilaku menyimpang. Hal ini
yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja juga dilandasi oleh teori yang dikemukakan Henle
organisasi. Kepuasan kerja juga akan berpengaruh (2005) yang mengatakan bahwa para pekerja akan
terhadap perilaku karyawan, antara lain produktivitas, membandingkan rasio pendapatan (gaji, kenaikan gaji,
ketidakhadiran, kecelakaan kerja, hubungan dengan dan promosi) dan input (kemampuan, pelatihan, pen-
rekan kerja, hubungan dengan atasan, turnover, dan didikan, dan usaha). Sebagai contoh apabila seorang
pengunduran diri (Irvine & Evans, 1995; MC Gillis karyawan memiliki keahlian yang lebih dibandingkan
& Doran, 2007; Dewi 2005). dengan karyawan lainnya dan gaji yang diterima sama
Suasana kerja dikatakan baik apabila karyawan dengan karyawan lain, maka hal yang demikian akan
dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal dan menimbulkan ketidakadilan di tempat kerja.
nyaman. Oleh karena itu penentuan dan penciptaan Banyaknya perbedaan etnis antara para kary-
lingkungan kerja yang baik akan sangat menentukan awan di dalam suatu organisasi atau perusahaan akan
keberhasilan dalam pencapaian tujuan organisasi, na- berbanding terbalik dengan kemungkinan perilaku
mun sebaliknya lingkungan kerja yang tidak baik dapat menyimpang (Liao et al., 2004). Pendapat tersebut
menurunkan motivasi serta semangat kerja dan dapat menunjukkan bahwa persamaan etnis di dalam or-
menurunkan kinerja karyawan. Suasana kerja harus ganisasi menambah kemungkinan adanya perilaku

178
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)

menyimpang di lingkungan kerja. Hal ini dikarenakan Perilaku Atasan yang Tidak Adil dan Perilaku
adanya fakta yang menyebutkan bahwa karyawan yang Menyimpang
memiliki keragaman etnis perlu menyesuaikan diri Perilaku atasan adalah suatu tindakan yang
dengan norma-norma yang dimiliki oleh organisasi. dapat mempengaruhi, dapat diamati dan mempunyai
Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipo- dampak postif maupun negatif bagi organisasinya
tesis sebagai berikut: (Monica, 1998). Para atasan atau pemimpin yang terli-
H1: Ketidakadilan di tempat kerja berpengaruh positif bat tindakan yang tidak etis akan menciptakan perilaku
terhadap perilaku menyimpang. menyimpang yang dapat berkembang pada organisasi,
sehingga hal tersebut dapat memicu karyawan untuk
Kepuasan Terhadap Gaji dan Perilaku Menyim- meniru perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
pang atasannya (Trevino dan Brown, 2005). Interaksi atasan
Kepuasan terhadap gaji akan memberikan dan bawahan yang baik menjadikan bawahan merasa
dampak yang besar bagi karyawan sehingga dapat me- diperhatikan oleh atasannya.
micu semagat kerja karyawan. Apabila para karyawan Dengan demikian perilaku atasan dan bawahan
tidak menerima gaji yang adil dan pantas, maka akan harus terjalin dengan adanya rasa saling pengertian dan
menimbulkan rasa tidak puas sehingga para karyawan tahu akan tugas dan peran masing-masing, sehingga
akan merasakan adanya ketidakadilan. Oleh karena keduanya dapat berinteraksi dengan baik. Perilaku
itu, untuk mengembalikan rasa keadilan yang mereka pemimpin yang kurang memperhatikan nasib bawa-
miliki, para karyawan akan memilih untuk berperilaku hannya akan mengakibatkan rendahnya produktivitas
menyimpang Henle (2005). kerja dan akan mengakibatkan munculnya perilaku
Karyawan yang merasa tidak puas akan melaku- menyimpang di kalangan karyawan, seperti membo-
kan hal-hal atau tindakan yang menyimpang. Baron los di saat jam kerja dan pencurian. Oleh karena itu
et al. (1999) membedakan dua tipe perilaku negatif, seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi dan
yaitu agresi terbuka dan agresi tersembunyi. Agresi mengubah sikap agar perilaku bawahan dapat bekerja
terbuka meliputi penghinaan, berteriak kepada orang lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka diru-
lain, serangan isik dan memberikan ancaman. Agresi muskan hipotesis sebagai berikut:
tersembunyi meliputi bentuk terselubung dari ke- H3: Perilaku atasan yang tidak adil berpengaruh
kerasan dengan cara memperlambat pekerjaan dengan positif terhadap perilaku menyimpang.
tujuan untuk tidak memenuhi target dan juga tindakan
membocorkan rahasia yang dimiliki perusahaan mau- Suasana Kerja yang Kurang Menyenangkan dan
pun rekan kerja. Perilaku Menyimpang
Apabila karyawan merasa tidak puas terhadap Suasana kerja adalah segala sesuatu yang
gaji yang diterima, maka akan menyebabkan perilaku ada di sekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi
menyimpang dan akan berdampak semakin tidak dirinya dalam menjalankan tugas-tugasnya yang telah
termotivasinya karyawan untuk bekerja. Oleh karena dibebankan (Moekijat, 1999: 125). Suasana kerja
itu organisasi harus bersikap adil ketika memberikan merupakan salah satu faktor penting dalam mencip-
gaji kepada karyawan. Sebagai contoh apabila kary- takan kinerja karyawan. Suasana kerja yang kurang
awan yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi menyenangkan memiliki pengaruh langsung terhadap
dan memiliki keahlian lebih dibandingkan dengan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang pada
karyawan lainnya, maka gaji yang diterima harus akhirnya dapat menurunkan kinerja organisasi. Sua-
sebanding dengan keahlian dan jenjang pendidikan sana kerja yang kurang menyenangkan berdampak
yang dimilikinya. Berdasarkan uraian tersebut, maka pada tidak cepat terselesaikannya pekerjaan dan tidak
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: adanya semangat kerja. Suasana kerja yang tidak nya-
H2: Kepuasan terhadap gaji berpengaruh negatif man akan menimbulkan perilaku menyimpang karena
terhadap perilaku menyimpang. karyawan merasa kurang diperhatihan.
Perilaku menyimpang yang perlu diperhatikan
di lingkungan kerja, antara lain yaitu ketidakhadiran,

179
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189

tindakan penyerangan, sabotase, tindakan meng- sebagai berikut:


gunjing, dan kekerasan isik. Werner dan De Simone H5: Perilaku menyimpang berpengaruh negatif ter-
(2008) membuat sebuah tipologi perilaku menyimpang hadap kinerja.
di tempat kerja, yaitu penyimpangan produksi (pu- Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang
lang lebih awal atau sengaja bekerja secara lambat), secara signiikan melanggar norma organisasi yang
penyimpangan properti (menyabotase peralatan, ber- pada akhirnya dapat mengancam kinerja organisasi,
bohong mengenai jam kerja), penyimpangan politik kinerja individu dan bahkan keduanya (Bennett dan
(menunjukkan keberpihakan atau terlihat sedang Robinson, 2000). Perilaku menyimpang dapat dipen-
membicarakan rekan kerja), serta agresi yang sifatnya garuhi oleh suasana kerja yang kurang menyenangkan
personal (kekerasan seksual, pelecehan secara verbal, dan perilaku atasan yang bersikap tidak adil. Terdapat
dan serangan isik). 5 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur
Penelitian yang dilakukan oleh Osgood et perilaku menyimpang di tempat kerja. Contoh item
al. (1996) menunjukkan bahwa struktur tugas yang pernyataan untuk perilaku menyimpang adalah “saya
diberikan oleh perusahaan merupakan faktor penentu biasanya tahu bagaimana memposisikan diri saya
yang paling penting karena memungkinkan terjadinya agar tidak terjadi perilaku menyimpang”. Pengukuran
perilaku menyimpang di lingkungan kerja. Selain variabel ini dilakukan dengan mengunakan skala Likert
itu, aktivitas yang terstruktur terkadang menawarkan dengan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat setuju,
kesempatan untuk berperilaku menyimpang (Osgood skala 4 menunjukkan setuju, skala 3 menunjukkan
et al., 1996). Oleh karena itu penting bagi perusahaan netral, skala 2 menunjukkan tidak setuju, dan skala 1
untuk membuat karyawan tetap sibuk dengan tugas, menunjukkan sangat tidak setuju.
peran, dan aktivitas yang akan membuat mereka ber- Kinerja mengacu pada prestasi kerja yang diatur
tanggung jawab dan menjauhkan mereka dari perilaku berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetap-
menyimpang. Berdasarkan uraian tersebut, maka kan oleh suatu organisasi. Kinerja individual yang
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: tinggi dapat meningkatkan kinerja organisasi secara
H4: Suasana kerja yang kurang menyenangkan ber- keseluruhan. Pencapaian kinerja individual berkaitan
pengaruh positif terhadap perilaku menyimpang. dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu.
Robbins (2001) mendeinisikan kinerja sebagai ukuran
Perilaku Menyimpang dan Kinerja dari hasil yang menggambarkan sejauh mana aktivitas
Pada dasarnya perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha
seseorang atau sekelompok orang akan dianggap me- mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat 5 item
nyimpang apabila melanggar kebiasaan dan kebijakan pernyataan yang digunakan untuk mengukur kinerja.
atau peraturan yang ada dalam organisasi dan juga Contoh item pernyataan untuk kinerja adalah “saya se-
membahayakan organisasi itu sendiri maupun orang- lalu menyelesaikan pekerjaan yang merupakan bagian
orang yang ada di dalam organisasi tersebut (Robinson dari deskripsi tugas saya”. Pengukuran variabel ini
dan Bennett, 1995). Perilaku menyimpang yang terjadi dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan
di dalam organisasi muncul karena adanya perlakuan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4
yang tidak adil dan adanya kekhawatiran di dalam menunjukkan setuju, skala 3 menunjukkan netral, skala
organisasi. Hal tersebut dapat merugikan organisasi 2 menunjukkan tidak setuju, dan skala 1 menunjukkan
secara inansial. sangat tidak setuju.
Perilaku-perilaku menyimpang meliputi pelang- Ketidakadilan di tempat kerja yang dilakukan
garan yang dilakukan karyawan, seperti tidak men- oleh atasan dapat menimbulkan sikap protes dari kary-
jalankan instruksi manajer, secara sengaja memperlam- awan. Para karyawan yang merasa diperlakukan tidak
bat proses bekerja, datang terlambat, memperlakukan adil akan melakukan penyimpangan seperti mencuri
rekan kerja dengan tidak hormat dan bertindak kasar. dan membolos di saat jam kerja masih berlangsung.
Akibatnya kinerja yang dihasilkan tidak dapat maksi- Hal ini dapat merugikan perusahaan. Terdapat 5
mal karena adanya perilaku menyimpang tersebut. item pernyataan yang digunakan untuk mengukur keti-
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis dakadilan di tempat kerja. Contoh item pernyataan un-

180
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)

tuk ketidakadilan di tempat kerja adalah “saya merasa pada akhirnya meningkatkan kinerja organisasi. Apa-
diperlakukan tidak adil di perusahaan ini”. Pengukuran bila suasana kerja yang tercipta tidak menyenangkan,
variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala maka karyawan akan merasa jenuh, bosan, dan tidak
Likert dengan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat dapat bekerja dengan baik. Dengan kondisi seperti
selalu, skala 4 menunjukkan sering, skala 3 menunjuk- ini karyawan akan sulit untuk melakukan pekerjaan
kan netral, skala 2 menunjukkan pernah, dan skala 1 secara nyaman dan tidak dapat menjalin kerjasama
menunjukkan sangat tidak pernah. dengan baik. Terdapat 5 item pernyataan yang di-
Kepuasan terhadap gaji adalah perasaan bahagia gunakan untuk mengukur suasana kerja yang kurang
dan puas karena gaji yang diberikan sesuai dengan menyenangkan. Contoh item pernyataan untuk suasana
harapan. Karyawan yang merasa puas terhadap gaji kerja yang kurang menyenangkan adalah “saya tidak
yang diterima akan berdampak besar bagi perusahaan dapat bekerja dengan nyaman karena suasana kerja
dan karyawan, karena gaji dapat mempengaruhi kinerja disini tidak menyenangkan”. Pengukuran variabel
karyawan dan gaji juga dapat memotivasi karyawan ini menggunakan skala Likert dengan 5 skala. Skala
untuk bekerja lebih giat. Moekijat (1992) menyatakan 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4 menunjukkan
bahwa gaji merupakan balas jasa kepada karyawan stuju, skala 3 menunjukkan netral, skala 2 menunjuk-
karena partisipasi karyawan yang telah membantu kan tidak setuju, dan skala 1 menunjukkan sangat tidak
untuk mencapai tujuan organisasi. Terdapat 5 item setuju.
pernyataan yang digunakan untuk mengukur kepuasan Uji validitas adalah suatu langkah pengujian
terhadap gaji. Contoh item pernyataan untuk kepuasaan yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu in-
terhadap gaji adalah “saya merasa puas terhadap gaji strument dengan tujuan untuk mengukur ketepatan
yang saya terima”. Pengukuran variabel ini dilakukan istrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Sugi-
dengan menggunakan skala Likert dengan 5 skala. yono, 2006). Pengujian validitas item-item pernyataan
Skala 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4 menun- dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Hal
jukkan setuju, skala 3 menunjukkan netral, skala 2 ini digunakan untuk mengidentiikasi sejumlah faktor
menunjukkan tidak setuju, dan skala 1 menunjukkan yang relatif kecil agar dapat menjelaskan besarnya
sangat tidak setuju. variabel yang saling berhubungan dalam melakukan
Perilaku atasan yang bersikap tidak adil kepada fungsi ukurnya, sehingga data yang diperoleh relevan
karyawan akan menimbulkan rasa iri antar karyawan, atau sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran.
sehingga dapat menimbulkan terjadinya perilaku me- Uji validitas perlu dilakukan untuk mengetahui kete-
nyimpang. Karyawan yang diperlakukan tidak adil oleh patan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran
atasannya akan bekerja semaunya dan produktivitas dalam melakukan fungsi ukurnya.
kerja yang dihasilkanpun akan rendah. Hal ini dapat Uji reliabilitas adalah proses pengukuran ter-
merugikan perusahaan karena kinerja yang dihasilkan hadap ketepatan (konsisten) suatu instrumen (Husaini,
tidak akan maksimal. Terdapat 5 item pernyataan yang 2003). Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin
digunakan untuk mengukur perilaku atasan yang tidak instrumen yang digunakan merupakan instrumen
adil. Contoh item pernyataan untuk perilaku atasan yang konsisten dan stabil, sehingga apabila digunakan
yang tidak adil adalah “saya merasa bahwa saya di- berkali-kali dapat menghasilkan hasil yang sama.
perlakukan istimewa oleh atasan saya dibandingkan Peneliti melakukan pengujian reliabilitas (Cronbach’s
dengan yang lainnya”. Pengukuran variabel ini dilaku- Alpha) untuk setiap variabel. Cronbach’s Alpha menun-
kan dengan menggunakan skala Likert dengan skala 5 jukkan konsistensi responden dalam memberikan
menunjukkan selalu, skala 4 menunjukkan sering, skala tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili
3 menunjukkan netral, skala 2 menunjukkan pernah, pengukuran satu variabel tertentu. Nilai Cronbach’s
dan skala 1 menunjukkan tidak pernah. Alpha yang lazim dipakai yaitu lebih besar dari 0,6
Suasana kerja merupakan salah satu faktor atau > 0,6. Semakin besar nilai Cronbach’s Alpha,
penting dalam menciptakan kinerja karyawan karena maka semakin baik pula pengukuran variabel tersebut.
suasana kerja memiliki pengaruh secara langsung ter-
hadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang

181
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189

HASIL PENELITIAN 34,7% atau sebanyak 50 orang.

Responden dalam penelitian ini adalah 144 orang kary- Tabel 3


awan pada dua perusahaan. Proses pengumpulan data Proil Responden
dilakukan dengan membagikan kuesioner pada kary- Berdasarkan Pendidikan Terakhir
awan di dua perusahaan, yaitu PDAM Wonosobo dan Jumlah
No Jurusan Persentase
STIE YKPN Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan Responden
dengan menggunakan metode survei, yaitu membagi- 1 SMP 15 10,4
kan kuesioner yang berisi daftar pernyataan kepada
2 SMA 77 53,5
responden untuk ditanggapi dan diisi, serta selanjutnya
dikembalikan secara langsung kepada peneliti. Metode 3 SMK 1 0,7
pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian 4 D2 1 0,7
ini adalah nonprobability sampling, yaitu tidak semua 5 D3 10 6,9
unsur populasi memperoleh kesempatan yang sama 6 Sarjana 40 27,8
untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Metode non-
Total 144 100
probability sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode purposive sampling dengan memilih
Tabel 3 menunjukkan proil responden ber-
anggota populasi dengan kriteria khusus, yaitu kary-
dasarkan pendidikan terakhir karyawan pada dua
awan tetap dengan masa kerja lebih dari satu tahun.
perusahaan. Pendidikan terakhir SMA dan Sarjana
merupakan responden yang mendominasi hasil survei,
Tabel 1
yaitu sebesar 53,5% untuk pendidikan SMA dan 27,8%
Hasil Pengumpulan Data
untuk Sarjana. Selanjutnya 0,7% untuk pendidikan D2
No Keterangan Responden dan SMK, 6,9% untuk pendidikan D3 dan 10,4% untuk
1 Kuesioner yang disebar 144 pendidikan SMP.
2 Kuesioner yang kembali 144 Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah
Kuesioner yang dapat item pernyataan yang digunakan dalam penelitian
3 144 mampu mengukur apa yang ingin diukur oleh peneliti.
dianalisis
Analisis faktor dilakukan secara per variabel, yaitu
4 Response rate 100%
variabel ketidakadilan di tempat kerja, kepuasan terha-
dap gaji, perilaku atasan yang tidak adil, suasana kerja
Data demograi responden terdiri atas jenis
yang kurang menyenangkan, perilaku menyimpang
kelamin, pendidikan terakhir, gaji, lama bekerja dan
dan kinerja. Peneliti melakukan analisis faktor untuk
usia. Proil responden dapat dilihat dalam tabel-tabel
variabel ketidakadilan di tempat kerja. Analisis faktor
berikut ini:
untuk menguji validitas item-item pernyataan variabel
ketidakadilan di tempat kerja dilakukan untuk setiap
Tabel 2
variabel.
Proil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pernyataan tersebut merupakan faktor ketidaka-
Jenis Jumlah
No Persentase dilan di tempat kerja, KTK1 dan KTK2 dianggap tidak
Kelamin Responden
valid karena faktor loading yang tidak mencapai >0,5,
1 Laki-Laki 94 65,3 sedangkan untuk KTK3 dan KTK4 dianggap valid.
2 Perempuan 50 34,7 Nilai reliabilitas ketidakadilan di tempat kerja adalah
Total 144 100 1,456. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
konsistensi responden sangat baik dalam memberikan
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili
dominan dalam penelitian ini adalah laki-laki dengan pengukuran satu variabel dikarenakan nilai Cronbach’s
jumlah sebanyak 94 orang (65,3%) dari total 144 re- Alpha > 0,6.
sponden. Persentase responden perempuan sebanyak Peneliti melakukan analisis faktor untuk varia-

182
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)

Tabel 4
Hasil Uji Validitas Variabel Ketidakadilan di Tempat Kerja
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
KTK1 Saya diperlakukan tidak adil di kantor ini. 0.476 Tidak Valid
Hasil pekerjaan saya dibanding-bandingkan dengan karyawan
KTK2 lainnya dan walaupun sama hasilnya, pekerjaan saya dikatakan 0.489 Tidak Valid
tidak baik.
Saya mendapatkan lebih banyak pekerjaan dibandingkan
KTK3 0.553 Valid
karyawan lainnya walaupun gaji kami sama.
KTK4 Meskipun saya bekerja lembur, saya tidak mendapatkan bonus. 0.500 Valid

bel kepuasan terhadap gaji. Analisis faktor untuk men- terhadap keseluruhan item yang mewakili pengukuran
guji validitas item-item pernyataan variabel kepuasaan suatu variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha >
terhadap gaji dilakukan untuk setiap variabel. 0,6.
Pernyataan KTG1 hingga KTG2 merupakan Peneliti melakukan analisis faktor untuk
faktor kepuasan terhadap gaji yang dianggap valid. variabel perilaku atasan yang tidak adil. Analisis faktor
Nilai reliabilitas kepuasan terhadap gaji adalah 2,722. untuk menguji validitas item-item pernyataan variabel
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa konsistensi perilaku atasan yang tidak adil.
responden sangat baik dalam memberikan tanggapan Pernyataan PATA1 hingga PATA5 merupakan

Tabel 5
Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Terhadap Gaji
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
KTG1 Saya merasa puas terhadap gaji yang saya terima saat ini. 0.668 Valid
KTG2 Gaji yang saya terima dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. 0.609 Valid
KTG3 Gaji yang saya terima setara dengan pekerjaan yang saya 0.692 Valid
lakukan
Gaji yang saya terima saat ini dapat memacu semangat kerja
KTG4 0.753 Valid
agar lebih giat.

Tabel 6
Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Atasan yang Tidak Adil
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
Atasan saya lebih banyak mengistimewakan rekan kerja saya
PATA1 0.616 Valid
dibanding saya.
Atasan saya tidak mendukung saya dalam pekerjaan, sementara
PATA2 rekan lain selalu didukung. 0.729 Valid

Rekan saya diperlakukan lebih istimewa oleh atasan saya


PATA3 0.743 Valid
dibandingkan dengan saya.
Atasan saya memberikan kelonggaran bekerja untuk rekan saya
PATA4 0.765 Valid
dibandingkan dengan saya
Atasan saya memarahi saya ketika saya melakukan kesalahan,
PATA5 sementara teman saya yang juga pernah melakukan kesalahan 0.552 Valid
tidak pernah dimarahi.

183
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189

faktor perilaku atasan yang tidak adil dianggap valid. Peneliti melakukan analisis faktor untuk varia-
Nilai reliabilitas komitmen adalah 3,404. Oleh karena bel suasana kerja yang kurang menyenangkan. Analisis
itu, dapat disimpulkan bahwa konsistensi responden faktor untuk menguji validitas item-item pernyataan
sangat baik dalam memberikan tanggapan terhadap variabel suasana kerja yang kurang menyenangkan
keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu dilakukan untuk setiap variabel.
variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
Tabel 7
Hasil Uji Validitas Variabel Suasana Kerja yang Kurang Menyenangkan
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
SKKM1 Suasana kerja di tempat saya bekerja tidak menyenangkan. 0.587 Valid
Suasana kerja di tempat saya bekerja membuat saya tidak dapat
SKKM2 0.675 Valid
bekerja dengan baik.
SKKM3 Saya tidak mendapatkan sarana kerja yang memadai. 0.625 Valid
SKKM4 Fasilitas untuk menunjang pekerjaan saya sangat terbatas. 0.554 Valid
SKKM5 Rekan kerja tidak mendukung saya dalam bekerja 0.627 Valid
Rekan kerja saya tidak dapat bekerja sama dengan baik, sehingga
SKKM6 menghambat pekerjaan yang telah diberikan oleh atasan. 0.663 Valid

Pernyataan SKKM1 hingga SKKM5 meru- Alpha > 0,6.


pakan faktor suasana kerja yang kurang menyenangkan Peneliti melakukan analisis faktor untuk varia-
dianggap valid. Nilai reliabilitas komitmen adalah bel perilaku menyimpang. Analisis faktor untuk men-
3,731. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa guji validitas item-item pernyataan variabel suasana
konsistensi responden sangat baik dalam memberikan kerja yang kurang menyenangkan dilakukan untuk
tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili setiap variabel.
pengukuran satu variabel dikarenakan nilai Cronbach’s

Tabel 8
Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Menyimpang
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
Saya menggunakan fasilitas telepon kantor untuk
PM1 0.393 Tidak Valid
kepentingan pribadi saya.
PM2 Saya tidak masuk kerja tanpa ada alas an yang jelas. 0.591 Valid
Saya meninggalkan kantor di saat jam kerja untuk urusan
PM3 pribadi. 0.364 Tidak Valid

Saya menghambur-hamburkan kertas dan merusak fasilitas


PM4 0.658 Valid
kantor secara diam-diam.
PM5 Saya mengmbil peralatan kantor secara diam-diam. 0.561 Valid

Pernyataan tersebut merupakan faktor perilaku keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu
menyimpang, PM1 dan PM3 dianggap tidak valid variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
karena faktor loading yang tidak mencapai >0,5, se- Peneliti melakukan analisis faktor untuk varia-
dangkan untuk PM2< PM4, dan PM5 dianggap valid. bel kinerja. Analisis faktor untuk menguji validitas
Nilai reliabilitas komitmen adalah 2,057. Oleh karena item-item pernyataan variabel kinerja dilakukan untuk
itu, dapat disimpulkan bahwa konsistensi responden setiap variabel.
sangat baik dalam memberikan tanggapan terhadap

184
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)

Tabel 9
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja
Kode Item Pernyataan Faktor Loading Status
Saya dapat menyelesaikan pekerjaan yang sudah dibebankan
KIN1 0.741 Valid
kepada saya dengan baik.
Saya dapat memenuhi tanggung jawab yang dijabarkan dalam
KIN2 0.640 Valid
deskripsi saya.
KIN3 Saya dapat melaksanakan tugas yang seharusnya saya lakukan. 0.763 Valid
Saya terlibat dalam kegatan-kegiatan yang secara langsung
KIN4 0.502 Valid
akan mempengaruhi evaluasi kinerja saya.
Saya dapat memenuhi tuntutan kinerja yang ditentukan dalam
KIN5 pekerjaan. 0.561 Valid

Pernyataan KIN1 hingga KIN5 merupakan fak- anya korelasi yang signiikan antara variabel-variabel
tor kinerja dianggap valid. Nilai reliabilitas komitmen independen dan variabel-variabel dependen dalam
adalah 3,207. Oleh karena itu, dapat diperoleh simpu- penelitian ini, sehingga pengujian model dengan model
lan bahwa konsistensi responden sangat baik dalam persamaan struktural dapat dilakukan. Berdasar hasil
memberikan tanggapan terhadap keseluruhan item kuesioner yang diterima, Tabel 10 menunjukkan statis-
yang mewakili pengukuran satu variabel dikarenakan tik deskriptif yang terdiri atas nilai cronbach’s alpha,
nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. rata-rata, standar deviasi, dan korelasi antar variabel.
Hasil pengujian korelasi juga menunjukkan ad-

Tabel 10
Deskriptif Data
Cronbach’s Rata- Standar
Variabel KTK KTG PATA SKKM PM KIN
Alpha Rata Deviasi
KTK 0,670 2,030 0,716 1 - - - -
KTG 0,842 3,059 0,854 -0,109 1 - - -
PATA 0,883 1,742 0,753 0,503** -0,055 1 - -
SKKM 0,877 2,310 0,756 0,440** -0,094 0,452** 1
PM 0,757 1,454 0,531 0,152 0,012 0,100 0,185* 1
KIN 0,854 3,818 0,538 0,115 -0,070 -0,057 -0,061 -0,259** 1
** Signiikan < 0,01
* Signiikan < 0,05
Keterangan:
KTK = Ketidakadilan di tempat kerja
KTG = Kepuasan terhadap gaji
PATA = Perilaku atasan yang tidak adil
SKKM = Suasana kerja kurang menyenngkan
PM = Perilaku menyimpang
KIN = Kinerja

185
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189

Hasil pengujian model dilakukan dengan 0,9. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara
melihat nilai absolute it yang menunjukkan bahwa model dengan data. Nilai RMR sebesar 0,117 kurang
secara umum model mempunyai goodness of it yang memenuhi kriteria penerimaan model dan RMSEA
baik, sehingga pengujian hipotesis dapat dilakukan sebesar 0,076 memenuhi kriteria penerimaan model
dengan model yang ada. Pengujian it model dilakukan karena lebih kecil dari batas atas 0,1 (Hair et al.,
dengan melihat tiga jenis nilai it, yaitu: (1) Abso- 1998). Nilai-nilai incremental it menunjukkan hasil
lute it measures, mengukur tingkat it model secara yang cukup. Nilai NFI (Normed Fit Index) sebesar
keseluruhan yang dilakukan dengan melihat nilai 0,749 dan nilai CFI (Comparative Fit Index) sebesar
chi-square statistics, GFI, RMR, dan RMSEA. (2) 0,867 telah memenuhi batas minimum 0,9 (Hair et al.,
Incremental it measures, menunjukkan perbandingan 1998). Ukuran incremental it kurang dipenuhi oleh
model penelitian dengan model dasar (null model) yang nilai AGFI (Adjusted Goodness of Fit) sebesar 0,760
dilakukan dengan melihat nilai AGFI, NFI, CFI, dan karena kurang dari batas minimum 0,8 (Sharma, 1996).
TLI. (3) Parsimonious it measure, dilakukan dengan Ukuran parsimonious it yang masih di atas standar (ni-
melihat nilai normed chi-square (CMIN/DF). Tabel 11 lai hasil penelitian 1,819 dan nilai batas atas maksimal
menunjukkan nilai absolute it measures, incremental 5) menunjukkan bahwa model memiliki unsur parsi-
it measures, dan parsimonious it measure. moni. Berikut disajikan Tabel 12 yang menunjukkan
Nilai GFI (Goodness of Fit Index) sebesar ringkasan hasil pengujian hipotesis.
0,800 dapat dikatakan cukup karena mendekati dari

Tabel 11
Pengujian Fit Model
ABSOLUTE FIT KRITERIA NILAI FIT KETERANGAN
tidak signiikan 1,151; df1;
Chi square; df; probability Kurang Baik
(Hair et al., 1998) 491.020
>0,9
GFI 0,800 Cukup
(Hair et al., 1998)
<0,08; upper limit <0,1
RMR 0,117 Kurang baik
(Arbuckle, 2005)
<0,08; upper limit <0,1
RMSEA 0,076 Baik
(Arbuckle, 2005)
INCREMENTAL FIT
AGFI >0,8 (Sharma, 1996) 0,760 Cukup
NFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,749 Cukup
CFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,867 Cukup
TLI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,852 Cukup
PARSIMONIOUS FIT

186
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)

Tabel 12
Hasil Pengujian Hipotesis
Standardized Standard Critical
Hipotesis Probability Keterangan
Estimate Error Ratio

H1: Ketidakadilan di tempat kerja Tidak


berpengaruh positif terhadap 0,111 0,148 0,754 0,451 didukung
perilaku menyimpang.
H2: Kepuasan terhadapmgaji Tidak
berpengaruh negatif terhadap -0,014 0,067 -0,213 0,831 didukung
perilaku menyimpang.
H3: Perilaku atasan yang tidak Tidak
adil berpengaruh positif terhadap -0,114 0,111 -1,027 0,304 didukung
perilaku menyimpang.

H4: Suasana kerja yang kurang Didukung


menyenaangkan berpengaruh 0,175 0,80 2,199 0,028 (Pada Tingkat
positif terhadap perilaku Signiikan 5%)
menyimpang.
Didukung
H5: Perilaku menyimpang (Pada Tingkat
berpengaruh negatif terhadap -0,210 0,087 -2,416 0,088 Signiikan
kinerja. 10%)

Ketidakadilan di Tempat Kerja. Hasil analisis perilaku menyimpang.


tidak menunjukkan pengaruh ketidakadilan di tempat Perilaku Menyimpang. Hasil analisis menun-
kerja terhadap perilaku menyimpang (β = 0,111; p > jukkan bahwa perilaku menyimpang berpengaruh
0,05). Penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang terhadap kinerja (β = -0,120; p < 0,05). Penelitian ini
menyatakan bahwa ketidakadilan di tempat kerja ber- mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku
pengaruh positif terhadap perilaku menyimpang. menyimpang berpengaruh negatif terhadap kinerja.
Kepuasan Terhadap Gaji. Hasil analisis tidak
menunjukkan pengaruh kepuasan terhadap gaji ter- PEMBAHASAN
hadap perilaku menyimpang (β = -0,014; p > 0,05)
. Penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang me- Ketidakadilan di tempat kerja sangat rentan terha-
nyatakan bahwa kepuasan terhadap gaji berpengaruh dap perilaku menyimpang karena karyawan merasa
negatif terhadap perilaku menyimpang. dibeda-bedakan antara karyawan yang satu dengan
Perilaku Atasan yang Tidak Adil. Hasil analisis karyawan yang lainnya, sehingga dapat memicu ter-
tidak menunjukkan pengaruh perilaku atasan yang jadinya perilaku menyimpang. Akan tetapi, hipotesis
tidak adil terhadap perilaku menyimpang (β = -0,014; ini tidak didukung karena setiap karyawan memiliki
p > 0,05). Penelitian ini tidak mendukung hipotesis job desk masing-masing yang sudah ditetapkan dalam
yang menyatakan bahwa perilaku atasan yang tidak adil aturan atau regulasi perusahaan. Sehingga beban kerja
berpengaruh positif terhadap perilaku menyimpang. antara satu karyawan dengan karyawan yang lain ti-
Suasana Kerja yang Kurang Menyenangkan. Hasil dak sama. Dalam hal ini karyawan menganggap hal
analisis menunjukkan bahwa suasana kerja yang tersebut sebagai keadaan yang harus mereka terima,
kurang menyenangkan berpengaruh terhadap perilaku yaitu ada beberapa karyawan yang memiliki beban
menyimpang (β = 0,175; p < 0,05). Penelitian ini men- kerja lebih banyak.
dukung hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku Kepuasan terhadap gaji akan memberikan
atasan yang tidak adil berpengaruh positif terhadap dampak besar bagi karyawan sehingga dapat memacu

187
JEB, Vol. 10, No. 3, November 2016: 175-189

semangat kerja karyawan. Apabila karyawan merasa perilaku menyimpang ini dibiarkan saja tanpa ada
tidak puas terhadap gaji yang diterima, maka dapat tindakan yang tegas maka akan merugikan organisasi
memicu terjadinya perilaku menyimpang. Akan tetapi, tersebut karena kinerja yang dihasilkan tidak maksi-
hipotesis ini tidak didukung. Hal ini dikarenakan mal. Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian
perusahaan sudah memiliki standar gaji yang telah ini yang mengindikasikan bahwa perilaku menyimpang
ditetapkan dan disepakati bersama antara atasan dan berpengaruh negatif terhadap kinerja. Hipotesis ini
bawahan, yaitu banyak sedikitnya gaji ditentukan didukung karena perilaku menyimpang cenderung
berdasarkan tingkat pendidikan, beban kerja dan masa memiliki orientasi kerja yang negatif sehingga cara
kerja karyawan. pandang seorang karyawan berubah, tidak lagi untuk
Perilaku atasan yang tidak adil adalah suatu menyelesaikan pekerjaan dengan baik tetapi lebih ke-
sikap atau tindakan seorang pemimpin yang membeda- pada hal-hal yang buruk seperti korupsi dan membolos
bedakan antar karyawan sehingga menimbulkan rasa iri disaat jam kerja.
sesama karyawan. Dari gambaran tersebut seharusnya
perilaku atasan yang tidak adil dapat memicu atau me- SIMPULAN DAN SARAN
nyebabkan terjadinya perilaku menyimpang terhadap
karyawan. Akan tetapi, hipotesis dalam penelitian ini Simpulan
tidak didukung. Hal ini dikarenakan cara pandang
karyawan dalam melihat kedekatan antara atasan Berdasar hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa
dan bawahan tidak memiliki pengaruh dalam meny- ketidakadilan di tempat kerja, kepuasan terhadap
elesaikan pekerjaan. Meskipun ada karyawan yang gaji dan perilaku atasan yang tidak adil terbukti tidak
memiliki hubungan kedekatan lebih dengan atasan berpengaruh terhadap perilaku menyimpang atau hi-
dibandingkan karyawan yang lain, tetapi hal tersebut potesis tidak didukung. Hal ini disebabkan sebagian
tidak dianggap sebagai perilaku menyimpang oleh besar karyawan menganggap kedekatan atasan dengan
sebagian karyawan yang memiliki orientasi personal bawahan tidak berpengaruh terhadap gaji yang mer-
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan memperoleh eka terima karena setiap karyawan memiliki job desk
gaji sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. masing-masing yang sudah di tetapkan dalam aturan
Suasana kerja yang kurang menyenangkan ber- atau regulasi. Selain itu berdasar hasil pengujian
dampak pada hasil kerja yang dihasilkan tidak optimal hipotesis diketahui bahwa suasana kerja yang kurang
dan tidak adanya semangat kerja. Suasana kerja yang menyenangkan terbukti berpengaruh terhadap perilaku
tidak nyaman akan menimbulkan perilaku menyim- menyimpang karena ketika terjadi perselisihan antar
pang, karena karyawan merasa kurang diperhatihan. karyawan di tempat kerja tidak terjalin kerja sama yang
Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian baik yang berdampak pada penurunan produktivitas.
ini yang mengindikasikan bahwa suasana kerja yang Berdasar pengujian hipotesis terhadap variabel-vari-
kurang menyenangkan berpengaruh negatif terhadap abel yang mempengaruhi perilaku menyimpang dik-
perilaku menyimpang, hipotesis ini didukung. Hal ini etahui jika suasana kerja yang kurang menyenangkan
dikarenakan nyaman tidaknya suatu lingkungan kerja berdampak terhadap perilaku menyimpang karyawan
memiliki pengaruh terhadap perilaku seorang kary- di tempat kerja, sedangkan tiga variabel lainnya dari
awan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Lingkun- hasil olah data yang dilakukan tidak memiliki pengaruh
gan kerja yang nyaman dan kondusif serta didukung terhadap perilaku menyimpang. Berdasar penjabaran
dengan kerja tim yang baik akan menghasilkan kinerja pengujian hipotesis dari variabel-variabel perilaku
yang baik. Sebaliknya lingkungan yang tidak nyaman menyimpang di atas serta pengujian olah data yang
dan tidak kondusif serta tidak didukung dengan tim dilakukan mengenai pengaruh perilaku menyimpang
kerja yang baik menyebabkan seorang karyawan cend- terhadap kinerja karyawan, dapat disimpulkan bahwa
erung melakukan perilaku menyimpang yang berakibat perilaku menyimpang berpengaruh terhadap kinerja
terhadap kinerja yang tidak baik. karyawan sehingga semakin tinggi perilaku menyim-
Perilaku menyimpang yang terjadi di pang yang dilakukan karyawan, maka kinerja yang
tempat kerja akan berdampak pada kinerja. Apabila dihasilkan rendah.

188
PENYEBAB DAN AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA...................................... (Ika Damayanti Nur Cahyani)

Keterbatasan Penelitian Justice and Personality”. Journal of Managerial


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan Issues, 17(2): 247.
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian secara
keseluruhan, karena penelitian ini hanya melibatkan Judson, A. 1991. Changing Behavior in Organizations:
subyek dalam jumlah yang terbatas, yakni sebanyak Minimizing Resistance to Change. Cambridge,
144 responden, sehingga hasilnya belum dapat digen- MA: Basil Blackwell.
eralisasikan pada kelompok subyek dengan jumlah
yang besar. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. http://ejour-
nal.undip.ac.id/index.php/smo. 4(3): 70.
Saran
Lee, H.R. 2000. An Empirical Study of Organizational
Berdasar temuan yang diperoleh dalam penelitian Justice as a Mediator of the Relationships
ini terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki bagi among Leader-member Exchange and Job
peneliti berikutnya, yaitu 1) penelitian berikutnya perlu Satisfaction, Organizational Commitment, and
mempertimbangkan pertanyaan dalam kuesioner. Hal Turnover Intentions in the Lodging Industry.
tersebut berhubungan dengan pengisian jawaban kue- Blacksburg, Virginia: the Virginia Polytechnic
sioner; 2) penelitian selanjutnya dapat menambahkan Institute and State University.
jumlah responden untuk mendapatkan hasil penelitian
yang valid; dan 3) penelitian ini hanya mengambil Liao, H., Joshi, A. and A. Chuang. 2004. “Sticking Out
responden dari dua instansi saja, diharapkan peneliti Like A Sore Thumb: Employee Dissimilarity
selanjutnya dapat menambah responden dari instansi and Deviance at Work”. Personnel Psychology,
yang lain dengan populasi yang lebih beragam. 57(4): 969-1000.

Osgood, D.W., J.K. Wilson., P.M. O’Malley., J.G.


Bachman. and L.D. Johnston. 1996. “Routine
DAFTAR PUSTAKA Activities and Individual Deviant Behavior”.
American Sociological Review, 61(4): 635-55.
Aquino, K., U.L. Margaret. and M.Bradield. 1999.
“Justice Constructs, Negative Affectivity and Robinson, S. L., & Bennett, R. J. 1995. “A Typology
Employee Deviance: a Proposed Model and of Deviant Workplace Behaviors: A Multi-
Empirical Test”. Journal of Organizational dimensional Scaling Study”. Academy of
Behavior, 20(7): 1073. Management Journal, 38: 555-572.

Bennett, R.J. and S.L Robinson. 2000. ‘‘Development Trevino, L.K. and Brown, M.E. 2005. “The Role of
of a Measure of Workplace Deviance’’. Journal Leaders in Inluencing Unethical Behavior In
of Applied Psychology, 85(3): 349. The Workplace”, in Kidwell, R.E. and Martin,
C.L (Eds), Managing Organizational Deviance,
Bies, R.J and J.S.Moag. 1986. Communication Criteria Sage Publishing, London.
of Fairness. Greenwich, CT: JAI Press.
Usman, Husaini. 2003. Metodologi Penelitian Sosial.
Colquitt, J.A. 2001. “On the Dimensionality of Orga- Jakarta: Bumi Aksara.
nizational Justice: A Construct Validation of a
measure”. Journal of Applied Psychology, 86:
386-400.

Henle, C.A. 2005. “Predicting Workplace Deviance


From The Interaction Between Organizational

189

Anda mungkin juga menyukai