Anda di halaman 1dari 5

PISKOLOGI KEPERAWATAN

“TREN DAN ISSUE DALAM PSIKOLOGIS KESEHATAN”

Disusun oleh:

Ega Siska Mayeni Putri

2002003

Kep 3A

Dosen pengampu

Rifdha Wahyunii,.S.Psi, M.Psi

Program studi keperawatan

Stikes Syedza Saintka Padang

2022/2023
RESUME:

Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalahbahan/zat/ obat yang bila masuk
ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguankesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Penyalahgunaan
NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapajenisNAPZA secara berkala atau teratur
diluar indikasi medis, sehinggamenimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan
fungsi sosial (Azmiyati, 2014) Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya(NAPZA) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan kasus,
jumlah korban dan NAPZA yang beredar, menempatkanIndonesia sebagai negara dengan
predikat “darurat narkoba”. Penyalahgunaan NAPZA sudah meluas tidak terbataspadakelompok
umur, bahkan sudah terjadi pada kelompok anak-anak. Penyalahgunaan NAPZA juga
menjangkau kelompok berpendidikanrendah, hingga kelompok berpendidikan tinggi;
menjangkau kelompokkaya, hingga kelompok miskin; dan menjangkau rakyat jelata
hinggapejabat publik (Suradi dan Sugiyanto, 2016). Ketergantungan zat merupakan dampak dari
penyalahgunaanNAPZAyang parah, hal ini sering dianggap sebagai penyakit.
Ketergantunganseperti ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menghentikan pemakaianzat
menimbulkan gangguan fisik yang hebat jika dihentikan akan berbahayadanmerugikan keluarga
serta menimbulkan dampak sosial yang luas. Salahsatufaktor yang berpengaruh terhadap
penyalahgunaan NAPZAadalahpengetahuan, dimana dalam suatu kondisi jika seseorang itu tahu
bahwahal yang akan dilakukannya akan berakibat buruk terhadap dirinya makaorangtersebut
kemungkinan tidak akan melakukan hal tersebut (Menthan, 2013). Dampak Penyalahgunaan
NAPZA Penyalahgunaan NAPZA membawadampak yang tidak menguntungkan atau negatif
bagi penyalahgunanya. Dampak negatif penyalahgunaan NAPZA dikemukakan

a. Dampak terhadap Kondisi Mental Dampak terhadap mental dalam bentuk sugesti,
yaitumunculnya keinginan untuk kembali menggunakan NAPZA. Sugesti bisa digambarkan
sebagai suara-suara yang menggemadi dalam kepala seseorang yang menyuruhnya
untukmenggunakan NAPZA. Dampak mental yang lain, yaitu pikirandanperilaku obsesif
kompulsif serta tindakan impulsif.
b. Dampak terhadap Fisik Dampak terhadap kondisi fisik mulai dari yang ringan sampai yangberat.
Bentuk dampak dimaksud, seperti pegal-pegal, ngilu, sakit-sakit pada sekujur tubuh kram otot
dan insomnia. Kemudian risikoyanglebih berat, seperti: katup jantung bocor, paru-paru bolong,
gagal ginjal, liver rusak, inveksi virus hepatitis C, dan HIV/AIDS.
c. Dampak terhadap Emosional Dampak terhadap emosional dalam bentuk perubahan
moodyangekstreem yang dapat mendorong perilaku agresif yang berlebihan, emosinya sangat
labil, dan dapat melakukan tindak kekerasan. Munculnya kepribadian baru yang tidak peduli
terhadap orang lain, adaperasaan tidak berguna dan depresi mendalamyang dapat
mengantarnya untuk melakukan bunuh diri.
d. Dampak terhadap Spiritual Dampak terhadap spiritual dalam bentuk tidak mau
melakukanaktivitas yang produktif, tidak mau sekolah, dan meninggalkankegiatan ritual/ibadah.
Korban menjalani hidup dalamdunianyasendiri, dan mengisolasi diri dari keluarga, teman-
temannya, danmasyarakat. Situasi spiritual seseorang, dapat sebagai faktor akibat, tetapi juga
dapat menjadi faktor penyebab.
e. Retardasi Penyalahgunaan NAPZA menyebabkan korban tidak memiliki polapikir dan kestabilan
emosi seperti layaknya orang-orang seusianya. Korban tidak mampu membuat keputusan
karena kemampuanberpikirnya sangat terbatas. Korban tidak memiliki kestabilan emosi,
tidakmampu mengurus diri sendiri dan tidak tertarik untuk membangunrelasi sosial dengan
keluarga dan lingkungan sosialnya

Bul ying

Menurut Smith dan Thompson (1991) buli diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang dilakukan
secara sengaja dan menyebabkan kecederaanfisik serta psikologikal yang menerimanya. Tingkah laku
buli yangdimaksudkan termasuk tindakan yang bersifat mengejek, penyisihansosial, dan me-mukul.
Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antaralain:

a. Keluarga. Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atausituasi rumah yang penuh stress, agresi,
dan permusuhan.
b. Sekolah Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anakanak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadapperilaku mereka untuk
melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullyingberkembang dengan pesat dalam
lingkungan sekolah sering memberikanmasukan negatif pada siswanya, misalnya berupa
hukuman yangtidakmembangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai
danmenghormati antar sesama anggota sekolah; c. Faktor Kelompok Sebaya. Anak-anak
ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan temandi sekitar rumah, kadang kala
terdorong untuk melakukan bullying.
c. Sekolah Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anakanak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadapperilaku mereka untuk
melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullyingberkembang dengan pesat dalam
lingkungan sekolah sering memberikanmasukan negatif pada siswanya, misalnya berupa
hukuman yangtidakmembangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai
danmenghormati antar sesama anggota sekolah; c. Faktor Kelompok Sebaya. Anak-anak
ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan temandi sekitar rumah, kadang kala
terdorong untuk melakukan bullying.
d. Cyber bullying Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakinberkembangnya
teknologi, internet dan media sosial. Pada intinyaadalahkorban terus menerus
mendapatkan pesan negative dari pelakubullyingbaik dari sms, pesan di internet dan media
sosial lainnya.
1. Faktor Penyebab Kecanduan Game Menurut Yee (2005), terdapat beberapa faktor yang
menyebabkanseseorang kecanduan game, yaitu sebagai berikut:

a. Relationship, didasari oleh keinginan untuk berinteraksi denganpermainan, serta adanya kemauan
seseorang untuk membuathubungan yang mendapat dukungan sejak awal, danyangmendekati masalah-
masalah dan isu-isu yang terdapat di kehidupan nyata.

b. Manipulation, didasari oleh pemain yang membuat pemainlainsebagai objek dan memanipulasi
mereka untuk kepuasandankekayaan diri. Pemain yang didasari oleh faktor ini, sangatsenang berlaku
curang, mengejek dan mendominasi pemainlain.

c. Immersion, didasari oleh pemain yang sangat menyukai menjadi orang lain. Mereka senang dengan
alur cerita dari duniakhayal dengan menciptakan tokoh yang sesuai denganceritasejarah dan tradisi
dunia tersebut.

d. Escapism, didasari oleh pemain yang senang bermaindi duniamaya hanya sementara untuk
menghindar, melupakandanpergi dari stres dan masalah di kehidupan nyata.

e. Achievement, didasari oleh keinginan untuk menjadi kuat di lingkungan dunia virtual, melalui
pencapaian tujuandanakumulasi dan item-item yang merupakan simbol kekuasaan.

2. Dampak Negatif Kecanduan Game Terdapat beberapa efek negatif yang ditimbulkan dari
kecanduanbermain game, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menimbulkan efek ketagihan Hal ini game dapat berakibat melalaikan kehidupan nyata.
Ataumenjadikan seseorang itu ketagihan untuk bermain gamesecaraterus menerus. Inilah masalah
sebenarnya yang dihadapi olehpara gamer yang intinya adalah pengendalian diri.

2. Tidak kenal waktu Kebanyakan dari para pemain game yang sudah hobi dalammemainkan game yang
ada sering melupakan waktuuntukrutinitas kegiatan lain. Misal, melupakan kewajibanuntukberibadah
banyak para pemain game yang sering lupauntukmelakukan ibadah karena sedang bermain game.

3. Mempengaruhi pola pikir Jika terlalu sering bermain game akan menimbulkan pengaruhpsikorasional.
Mengkhayal dan pikiran yang selalu tertujupadagame adalah efek negatif yang ditimbulkannya.

4. Mengganggu kesehatan Jika seseorang sering bermain game dan berada di depankomputer selama
24 jam tanpa henti, maka akan memacumatadan otak untuk bekerja lebih keras, itu bisa
melemahkansaraf.

5. Pemborosan Jika game telah menjadi candu, maka dapat mengorbankanapapun demi keinginannya.
Misalnya ia bisa menghabiskanuangnyahanya untuk bermain game, sehingga menjadi pemborosan.
6. Berpeluang mengajarkan judi Biasanya orang saat bermain game tidak lepas dari taruhan. Mulai dari
taruhan yang kecil dan tidak menggunakanuangkarena untuk mendapatkan sensasi lain dari
bermaingame. Apalagi, game tersebut merupakan salah satu game pertarungan.

Post Power Syndrome

Menurut Elia (2003:5) yang dimaksud dengan Post-PowerSyndrome adalah kumpulan gejala. Power
adalah kekuasaan. Jadi, terjemahan dari PostPower Syndrome adalah gejalapascakekuasaan. Gejala ini
umumnya terjadi pada orang-orangyangtadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat satujabatan,
namun ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika ituterlihatgejalagejala kejiwaan atau emosi yang
kurang stabil. Gejalaitubiasanya bersifat negatif, itulah yang diartikanPost- PowerSyndrome. Prawitasari
(2012:14) menambahkan Post-Power Syndromebiasanya dialami oleh pejabat-pejabat pemerintah
yangmemiliki kekuasaan yang tinggi yang biasa disanjung oleh anak buahatauorang lain yang
mempunyai kepentingan dengannya. Post-Power Syndrome dialami terutama orangyangsudah lanjut
usia dan pensiun dari pekerjaannya. Perubahan- perubahan yang terjadi pada masa pensiun akan
menimbulkangoncangan mental yang tidak dapat dielakkan.

Anda mungkin juga menyukai