Anda di halaman 1dari 6

KONFLIK HIZBULLAH DENGAN ISRAEL BERDASARKAN HUKUM HUMANITER

INTERNASIONAL
Sinta
Prodi Hubungan Internasional, Universitas Darul ‘Ulum Jombang
Email: shintamjk0@gmail.com

ABSRAK
Kata Kunci:
ABSTRACT
Keywords:
PENDAHULUAN
Konflik antara Hizbullah dan Israel muncul karena masalah keamanan antara Lebanon dan Israel
yang sudah ada atau memiliki sejarah panjang. Lebanon dan Israel menjadi semakin kritis sejak
Juli-Agustus 2006, yang menyebabkan konflik antara Lebanon dan kelompok Hizbullah Israel.
Konflik antara gerilyawan Israel dan Hizbullah dimulai dengan penangkapan dua tentara Israel,
Ehud Goldwasser dan Eldad Regev, oleh milisi Hizbullah. Israel, mencoba membebaskan dua
tentaranya, melakukan serangan, menyerang Lebanon, menghancurkan infrastruktur dan fasilitas
publik dan membunuh warga sipil. Pada saat yang sama, Hizbullah juga berperang melawan
yang membombardir wilayah utara Israel dengan roket.1
Konflik Lebanon adalah hasil dari perang saudara. PLO Palestina dengan partai komunis dan
sosialis Lebanon. Pada bulan Juni 1976, Suriah mengirim 40.000 tentara ke Lebanon untuk
mencegah pasukan Maronites menghancurkan pasukan Ezzat Palestina. Suriah dan kaum
Maronites mendorong Palestina dari Beirut ke Lebanon selatan. Suriah Tetap di Lebanon.
Beberapa serangan lintas batas oleh kelompok Palestina di Lebanon selatan terhadap warga sipil
di wilayah Israel menyebabkan invasi IDF ke Lebanon pada 1 Maret 1978 dengan nama operasi
Litani River.2
Pada April 1981, Israel menembak jatuh dua helikopter Suriah yang terbang di atas Lebanon di
Lembah Bakaa di Lebanon selatan. Israel menganggap tentara Suriah . untuk memperkuat
kelompok bersenjata di Lebanon. Sekitar tahun , di Lebanon selatan, di perbatasan Israel-

1
Perang Hizbullah-Israel, Edisi Koleksi Angkasa XXXVI, hlm 7.

2
Nashih Nashrullah,2020,“Sekilas Gambaran Tentang Perang Saudara Lebanon”
https://www.republika.co.id/berita/qenh8a320/sekilas-gambaran-tentang-perang-saudara-lebanon
,diakses 30 Desember 2022
Lebanon, Israel terus menolak dan menarik pasukannya. Israel bahkan meningkatkan . serangan
bomnya terhadap daerah pedesaan di sepanjang pantai Lebanon. Pada tanggal 6 Juni 1982, Israel
kembali menyerang Lebanon dalam salah satu operasinya, Operasi Perdamaian untuk Galilea.
Israel melakukan operasi ini dengan tujuan menghancurkan pasukan PLO sambil
mempertahankan Draf Galilea tahun 1963 untuk memperluas wilayahnya 0 kilometer di utara
perbatasan menuju Lebanon. 3
Pada Januari-Februari 1994, Israel kembali melancarkan serangan udara terhadap pangkalan
PFLP di selatan Beirut. Serangan itu tidak hanya menyebabkan . korban jiwa bagi gerakan
Palestina, tetapi beberapa bangunan tempat tinggal dengan . warga sipil juga menjadi korban.
Faktanya, empat tentara Israel tewas dalam serangan Hizbullah di Lebanon selatan pada bulan
Februari. Dalam setiap perang, Israel selalu menghitung kerugian tentaranya. Israel menanggapi
serangan Hizbullah dengan serangan udara Israel terhadap beberapa sasaran Hizbullah di
Lebanon selatan. Pesawat Israel melakukan patroli udara di belakang gerilyawan Hizbullah di
beberapa desa dan pegunungan Lebanon selatan . 4
Pada Maret 1994, tujuh anggota Tentara Lebanon Selatan (SLA) tewas sebagai pembalasan
Israel atas korban beberapa tentara Israel. SLA, salah satu pasukan militer di Lebanon selatan,
mungkin bekerja sama dengan Hizbullah untuk melakukan berbagai serangan terhadap tentara
Israel. Selain itu, pasukan Israel membunuh dua warga sipil Lebanon saat sedang membangun
menara air di Yater. Pada April 1996, Israel melancarkan Operasi Anggur di Lebanon.Operasi ini
dimulai dengan serangkaian bom yang jatuh di selatan Bairut , Bekaa, dan Nabatiyeh. . bom
udara Israel menghantam 1 7 desa dan kota. Lebih dari 00.000 orang Lebanon melarikan diri.
Israel juga memblokade perairan teritorial Lebanon dengan angkatan lautnya. Serangan Israel
juga menghantam sebuah ambulans yang membawa anak dan dua wanita Lebanon. Serangan
Israel juga mengancam keberadaan . pasukan PBB. Dua peluru artileri menghantam posisi
pasukan PBB di Qana, Lebanon selatan. Pengeboman udara Israel di Qana membunuh 105
orang, termasuk wanita dan anak-anak. Pengeboman dilakukan saat warga Lebanon berada di
rumah mereka. Serangan itu menimbulkan reaksi dan kecaman di dunia internasional dan
komunitas internasional. Di Lebanon, total 200 warga sipil Lebanon dan 15 . pejuang Hizbullah
tewas selama periode ini. Mereka sebagian besar adalah korban pemboman udara. 5
Pada tanggal 24 Mei 1999, Israel melancarkan serangan lain terhadap infrastruktur sipil Lebanon
di dekat Tripoli. Serangan Israel dimaksudkan untuk menekan pemerintah Lebanon untuk
mengontrol kehadiran Hizbullah. Keberadaan Hizbullah mengancam keberadaan Israel di
wilayah. Serangan mendadak itu tidak mengubah sikap pemerintah Lebanon terhadap
keberadaan Hizbullah. Pemerintah Lebanon percaya bahwa mengakhiri keberadaan Hizbullah
hanya akan menimbulkan konflik antar kelompok di Lebanon. Hingga tahun 2006, Israel

3
Mayor ali yulianto. LEBANON – PRA DAN PASCA PERANG 34 HARI ISRAEL VS HIZBULLAH,
https://books.google.co.id/books?id=q5NnDwAAQBAJ&pg=PA62&lpg=PA62&dq ,hlm 64
4
BBCnewsindonesia,18 mei 2020,Palestina-Israel: Ketakutan dan perkabungan akibat kecamuk pertikaian deretan
foto. https://www-bbc-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.bbc.com/indonesia/dunia-57160151 ,diases 30 Desember
2022
5
Nashih Nashrullah,2020,Operasi-Operasi Kotor Mossad Israel Bunuh Tokoh-Tokoh Islam,https://m-republika-co-
id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/ ,diakses 30 Desember 2022
kembali berkonflik dengan Lebanon. Konflik yang dimulai dengan operasi militer dan bentrokan
berkelanjutan di Israel utara dan Lebanon.6
Tindakan ini melanggar HAM dan mengabaikan Hukum Humaniter seperti terdapat dalam pasal
3 ayat 1 Konvensi Jenewa Tahun 1949. Ayat tersebut berbunyi “Orang-orang yang tidak turut
aktif dalam sengketa termasuk anggota angkatan perang yang telah meletakkan senjata- senjata
mereka serta mereka yang tidak lagi turut serta (hors de combat) karena sakit, luka-luka,
penahanan, atau sebab lain apapun , dalam keadaan bagimanapun harus diperlakukan dengan
kemanusiaan, tanpa perbedaan merugikan apapun juga yang didasarkan atas suku, warna kulit,
agama atau kepercayaan, kelamin, keturunan atau kekayaan, atau setiap kriteria lainnya serupa
itu“.Tindakan Israel juga tidak sesuai dengan doktrin Just War yang bermakna bahwa ada
justifikasi atau alasan pembenaran untuk melakukan serangan, bahwa perang dilakukan
berdasarkan alasan logis dan dapat dibenarkan, bahwa perang berlangsung secara adil dan
seimbang, bahwa perang dilakukan terbatas untuk mencapai tujuan tertantu dan bukan untuk
menghancurkan atau memusnahkan pihak lawan (suatu negara, suatu bangsa, etnis dan suku
bangsa, kelompok/oposisi, dll ).7
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
seperti metode penelitian yang menghasilkan informasi deskriptif berupa kata-kata tertulis.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan (Library Research). Buku, buku
teks, majalah, majalah, artikel internet dan sumber tertulis lainnya digunakan sebagai bahan.
Penelitian ini disajikan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, menggunakan analisis data
induktif. Analisis induktif digunakan karena beberapa alasan yaitu, proses induktif menemukan
lebih banyak fakta dalam data, analisis induktif dapat menemukan interaksi yang mempertajam
hubungan antara variable dan analisis semacam itu dapat memperlakukan nilai secara eksplisit
sebagai bagian dari struktur analitis.8 Dengan cara ini, hubungan antara data dan variabel yang
ada dapat ditarik, ditafsirkan, dan disimpulkan.
PEMBAHASAN
Perang antara Israel dan Lebanon Selatan dimulai ketika pasukan Hizbullah melakukan serangan
udara (Operation True Promise) di wilayah kota Shlomi di perbatasan dengan Israel utara dan
menembakkan roket ke Israel Defense Forces IDF ( Israel). ). ). Angkatan Pertahanan). IDF yang
berpatroli di perbatasan menjadi korban, mengakibatkan kematian delapan tentara IDF dan
penangkapan dua tentara lainnya (Ehud Goldwasser dan Elgad Regev). Tentara Hizbullah juga

6
Nashih Nashrullah,2020,“Alasan Mengapa Israel Beringas Terhadap Hizbullah di Lebanon”
https://www.republika.co.id/berita/qd5a36320/alasan-mengapa-israel-beringas-terhadap-
hizbullah-di-lebanon ,diakses 30 Desember 2022
7
“Serangan Israel ke Lebanon: Pelanggaran Hukum Humaniter Dan Hak Asasi Manusia”
http://conformeast.multiply.com/journal (pelanggaran hukum humaniter) diakses 30 Desember
2022
8
berturut-turut menembakkan roket dan mortir ke wilayah lain di Israel utara pada saat yang sama
. Israel menyerah ke Libanon dengan dalih bahwa Hizbullah menangkap dua tentara Israel dalam
serangan lintas perbatasan. Menurut otoritas Israel, dua tentara diduga dibawa ke Iran. Hizbullah
berencana untuk mengatur . pertukaran tahanan untuk membebaskan . warga Lebanon dan
Palestina yang ditangkap oleh Israel. Serangan besar Israel ini melebihi ekspektasi Hizbullah
karena sebelumnya telah memperkirakan bahwa Israel hanya akan merespon dengan
memerintahkan Operasi sebagai pembalasan atas penculikan anggota Hizbullah, seperti yang
dilakukan sebelumnya. Tampaknya Israel telah lama mempersiapkan dukungan ini untuk
serangan Amerika untuk mengantisipasi serangan berikutnya.
A. Kedudukan Hizbullah dan Israel dlam Hukum Internasional
Hizbullah didirikan pada 16 Februari 1982 sebagai organisasi perlawanan dengan . anggota
melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan. 62 Setelah berakhirnya perang saudara Lebanon
, Hizbullah menjadi partai politik dengan kursi di parlemen Lebanon , tetapi Hizbullah tetap
menjadi organisasi perlawanan melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan karena
pegunungan Golan dan peternakan masih Sheebas . di bawah kendali Israel.9
Pasal 13 Konvensi Jenewa 1949 dinyatakan organisasi perlawanan atau organized resistance
movements harus memenuhi syarat-syarat yaitu : 1) dipimpin oleh orang yang bertanggung
jawab atas bawahannya, 2) memakai tanda pembeda yang dapat dilihat dari jauh, 3) membawa
senjata secara terang-terangan, 4) beroperasi sesuai dengan hukum dan kebiasaan perang.
Hizbullah sudah memiliki beberapa syarat tersebut, yaitu: Hizbullah dipimpin oleh Hassan
Nasrallah sebagai penanggung jawab operasi militer. Milisi Hizbullah membawa . senjata berupa
roket, senapan, RPG, dan serangan terbuka. Hizbullah tidak memenuhi persyaratan lain, seperti
memakai lambang yang terlihat dan beroperasi sesuai dengan hukum dan kebiasaan perang,
karena sebagian besar milisi Hizbullah tidak mengenakan seragam yang dapat dibedakan dari
jarak jauh, sehingga sebagian besar pasukan Hizbullah berbaur dengan warga sipil. . dan
menyerang struktur Israel dan warga sipil yang melanggar hukum perang. Di antara syarat-syarat
tersebut, Hizbullah dapat digolongkan sebagai organisasi yang berperang melawan pemerintah
yang sah (Israel) atau perang , meskipun masih ada syarat yang tidak terpenuhi, namun beberapa
negara sering menggunakan syarat yang tidak terpenuhi tersebut sebagai alasan politik untuk
tidak melakukan . untuk mengakui organisasi tersebut sebagai subjek hukum internasional.
Amerika Serikat dan Israel menyebut Hizbullah sebagai kelompok teroris, tetapi negara Arab
melegitimasi Hizbullah sebagai gerakan perlawanan resmi ( gerakan yang sah).10
B. Pandangan hukum humaniter internasional terhadap konflik hizbullah dan Israel
Istilah Hukum Humaniter atau lengkapnya disebut international humanitarian law applicable in
armed conflict berawal dari istilah hukum perang (laws of war), yang kemudian berkembang
menjadi hukum sengketa bersenjata (laws of armed conflict), yang akhirnya pada saat ini dikenal
dengan istilah hukum humaniter.11 Dalam hal ini, hukum humaniter internasional merupakan

9
Perang Hizbullah Israel. Op.cit. hlm 56
10
Perang Hizbullah Israel.op.cit. hlm 59
11
Arlina Permanasari,dkk op.citra hal 117
instrumen politik sekaligus pedoman teknis yang dapat digunakan oleh semua aktor internasional
untuk menyelesaikan masalah internasional yang berkaitan dengan korban dan korban perang.
Untuk mengurangi penderitaan para korban perang, tidak cukup dengan mendistribusikan
makanan dan obat-obatan, tetapi harus disertai dengan upaya mengingatkan para pejuang bahwa
operasi tempur mereka dilakukan dalam batas-batas kemanusiaan. Hal ini dapat dicapai jika para
pihak menghormati dan mentaati hukum humaniter internasional, karena hukum humaniter
internasional memuat aturan tentang perlindungan korban konflik dan pembatasan alat dan cara
berperang.
Protokol Tambahan tahun 1977 menetapkan dan memperkuat prinsip-prinsip ini dan khususnya
mengakui prinsip pemisahan, yang menurutnya pihak-pihak yang berkonflik harus selalu dapat
membedakan penduduk sipil dari kombatan dan dari objek sipil dan militer. dan oleh karena itu
pihak yang berkonflik juga harus memusatkan kegiatan mereka secara eksklusif pada serangan
terhadap objek-objek militer.12
Haryomataram membagi hukum humaniter menjadi dua aturan-aturan pokok, yaitu :13
1. Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai untuk berperang
(Hukum Den Haag/The Hague Laws), cara berperang yang tercantum dalam pasal 23 (b)
Hague Regulations 1899 (HR) yang melarang membunuh atau melukai orang dari pihak
musuh secara curang atau berkhianat (treacherously) . Larangan membunuh atau melukai
musuh yang telah berstatus hors de combat atau yang telah menyerah,sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 23 (c) serta ketentuan dalam pasal 25 HR mengenai larangan
pemboman terhadap kota, pedesaan, daerah-daerah atau daerah yang tidak
dipertahankan.14
2. Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan penduduk sipil
dari akibat perang (Hukum Jenewa/The Geneva Laws).
Selain itu, Pasal 27-3 Konvensi Jenewa menyatakan bahwa kegiatan dilarang:15
a. Memaksa baik jasmani maupun rohani, untuk memperoleh keterangan,
b. Menimbulkan penderitaan jasmani,
c. Menjatuhkan hukuman kolektif,
d. Mengadakan intimidasi, terorisme, perampokan,
e. Tindakan pembalasan terhadap penduduk sipil,
f. Menangkap penduduk sipil untuk ditahan sebagai sandera.
Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949, yang disebut Konvensi Mini, paragraf 1, menyerukan pihak-
pihak yang berkonflik untuk memperlakukan semua orang yang tidak aktif atau tidak lagi

12
13
Haryomataram. Sekelumit Tentang Hukum Humaniter , Sebelas Maret University Press, Surakarta 1994, hal.1
14
Arlina Permanasari dkk, op.cit., hal.23
15
Departemen Hukum dan HAM “Terjemahan Konvensi Jenewa 1949”, Jakarta 2009, hal 15
berpartisipasi dalam permusuhan, secara manusiawi, tanpa diskriminasi negatif, dalam segala
keadaan. 19 Pasal 3 melarang:
1. Kekerasan terhadap jiwa orang, terutama pembunuhan dalam semua jenisnya,
2. Penyanderaan,
3. Merendahkan martabat pribadi, khususnya perlakuan yang bersifat menghina dan
merendahkan martabat,
4. Penghukuman dan pelaksanaan putusan tanpa putusan yang diumumkan terlebih dahulu oleh
pengadilan yang dilakukan secara lazim yang memberikan jaminan hukum yang diakui karena
sangat dibutuhkan oleh semua bangsa yang beradab.
Pasal ini juga mewajibkan pihak-pihak yang bertikai untuk memperlakukan korban konflik
bersenjata internal sesuai dengan prinsip-prinsip yang tercantum dalam ayat 1, dan bahwa Pasal
3 Mahkamah Internasional adalah asas umum hukum internasional. Pasal ini melarang
pemaksaan dan pelaksanaan hukuman tanpa proses hukum ) dan . warga sipil (sipil). Kombatan
adalah sekelompok penduduk yang ikut serta aktif dalam permusuhan, sedangkan penduduk sipil
adalah sekelompok penduduk yang tidak ikut serta dalam permusuhan.16 Sementara itu, menurut
Istanto F. Sugeng, penduduk sipil adalah mereka yang tidak digolongkan sebagai
kombatan.Warga sipil tidak memiliki hak untuk berpartisipasi dalam permusuhan. Warga sipil
juga tidak boleh menjadi sasaran langsung permusuhan.17
Karena pada dasarnya hukum humaniter bertujuan melindungi masyarakat dan membatasi akibat
yang tidak perlu atau berlebihan, yang ditimbulkan oleh peristiwa- peristiwa konflik dan perang
seperti pembatasan penggunaan senjata dalam perang dan adanya perlindungan terhadap orang
yang terlibat maupun tidak terlibat dalam peperangan seperti penduduk sipil, kombatan, wanita
dan anak-anak. Pada dasarnya hukum humaniter merupakan sejumlah prinsip dasar dan aturan
mengenai pembatasan penggunaan kekerasan dalam situasi konflik bersenjata. 18 Dengan
demikian dari sudut pandang ini, bahwa Israel telah melakukan bentuk-bentuk pelanggaran yang
terdapat di dalam hukum humaniter sehingga mengakibatkan kehancuran terhadap wilayah dan
kesengsaraan terhadap warga sipil.

16
Haryomataram “Hukum Humaniter” dalam Arlina Permanasari dkk, “Pengantar Hukum Humaniter”, Rajawali
Press, Jakarta 1999, hal. 73
17
F. Sugeng Istanto, “Hukum Internasional”, Penerbitan Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 1994, hal.110
18
“Pokok-Pokok_HAM-Intl”, http://www.elsam.or.id/pdf/kursusham/Pokok-Pokok HAM
Intl,diakses 30 Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai