Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK

Lebanon adalah sebuah negara di kawasan timur tengah yang berbatasan langsung
dengan Suriah di bagian utara serta berbatasan dengan Israel di bagian selatan. Sebelum
adanya perang saudara Lebanon pada tahun 1975 – 1990, Lebanon menikmati ketenangan
dan kemakmuran yang cenderung didukung oleh sektor pariwisata, pertanian, dan
perbankan. Lebanon sendiri dianggap sebagai ibukota perbankan di dunia Arab karena
kekuatan finansialnya. Namun masa kemakmuran Lebanon terhenti sejak terlibat dengan
Israel pasca kemerdekaan Lebanon pada Perang 5 Juni 1967 yang dimenangkan oleh Israel
dan berhasil menduduki wilayah tepi barat, jalur gaza, Mesir, Suriah, dan juga sebagian
wilayah Lebanon. Sejak saat itu, Lebanon menjadi negara tujuan para pengungsi dari
Palestina yang meminta perlindungan dair Lebanon dari kekejian Israel. Akibatnya, Israel
berjanji untuk terus menginvasi Lebanon tanpa henti jika rakyat Palestina masih berada
dalam perlindungan pemerintah Lebanon dan juga Hizbullah.

Perang antara Lebanon dengan Israel pada tahun 2006 merupakan sebuah perang
Proxy antara Lebanon yang didukung oleh Iran dengan Israel yang didukung oleh Amerika
Serikat. Perang ini berupa serangkaian tindakan militer dan bentrokan yang terjadi secara
terus-menerus di kawasan Lebanon Selatan-Israel Utara yang melibatkan Angkatan
bersenjata Hizbullah dengan Angkatan Pertahanan Israel ( Israeli Defence Force atau IDF) .
Konflik ini berawal pada tanggal 12 Juli 2006 dimana Hizbullah menyerang kota Shlomi di
Israel Utara dengan rudal yang menewaskan tiga pasukan Israel, melukai 2 pasukan
lainnya, dan penculikan terhadap 2 pasukan Israel. Tujuan utama dari penculikan pasukan
Israel ini sebenarnya adalah sebagai cara untuk membebaskan tawanan yang diculik Israel
dengan cara melalui pertukaran tawanan, namun rencana ini justru dianggap sebagai
ancaman oleh Israel dan berujung dengan adanya agresi militer yang dilakukan oleh Israel
kepada Lebanon.

LATAR BELAKANG

Perang antara Israel dan Lebanon Selatan bermula ketika pasukan Hizbullah
melakukan serangan udara (operasi True Promise) ke wilayah kota Shlomi, perbatasan
Israel Utara dan menembakkan roket ke arah Angkatan Pertahanan Israel IDF ( Israeli
Defence Force). IDF yang sedang melakukan patroli di perbatasan menjadi korban yang
mengakibatkan dua tentara IDF tewas, dua terluka, serta ditangkapnya dua tentara lainnya
(Ehud Goldwasser dan Elgad Regev).
Israel membalas menyerang Lebanon dengan menggunakan alasan penawanan dua
tentara Israel oleh Hizbullah dalam suatu serangan lintas perbatasan. Hizbullah berencana
melakukan penukaran tawanan dalam membebaskan warga Lebanon dan Palestina yang
ditahan Israel. Namun Israel justru melakukan agenda agresi militer kepada Lebanon
dengan dalih untuk membebaskan dua tentara Israel yang diculik. Serangan besar Israel ini
diluar dugaan Hizbullah yang sebelumnya memperkirakan Israel hanya akan membalasnya
dengan Operasi Komando untuk membalas menculik anggota Hizbullah, seperti yang
sebelumnya pernah dilakukan. Dalam tujuh malam berturut-turut sejak penculikan tentara
Israel, Jalur Gaza digempur serangan udara. Israel berusaha meningkatkan aksi militernya
untuk membebaskan anggotanya. Selain dari darat, militer Israel menggempur Beirut dari
udara. Sebuah kawasan pinggiran kota yang banyak dihuni kelompok Hizbullah hancur.
Jembatan di wilayah Akkar, beberapa tempat di lembah Bekaa, serta ruas jalan dekat
perbatasan Suriah juga tidak luput dari serangan peluru kendali Israel. Akibatnya distribusi
makanan dan obat-obatan bagi warga sipil sulit disalurkan. Menurut Perdana Menteri
Lebanon Fouad Siniora, dalam serangan itu sepertiga dari jumlah korban tewas berusia
dibawah 12 tahun. Satu juta warga Lebanon atau seperempat populasinya telah kehilangan
tempat tinggal.1 Peristiwa tersebut tidak direspon secara militer oleh Lebanon, tindakan
yang diambil hanya meminta bantuan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
memberikan pernyataan kecaman terhadap serangan yang dilakukan oleh Israel. 2

Perlawanan senjata bukan dilakukan oleh Lebanon, melainkan dari pasukan Hizbullah
sebagai actor non negara-lah yang melakukan perlawanan senjata secara sengit yang
menyebabkan 8 warga Israel tewas dan berhasil menjatuhkan helicopter milik Israel.
Setidaknya ada 100 roket yang ditembakkan Hizbullah ke wilayah Israel dalam konflik ini
hingga akhirnya dilakukan gencatan senjata atas desakan PBB sebulan setelah seluruh
rangkaian kejadian tersebut.3

Dari latar belakang tersebut telah terlihat bahwa Israel jelas telah melanggar
prinsip-prinsip kemanusiaan dalam berbagai tindakan atau aksi militernya terhadap
Lebanon. Dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya, Israel telah menggunakan
cara-cara yang tidak berprikemanusiaan, seperti dengan sengaja menghancurkan secara
besarbesaran instalasi listrik dan air disamping infrastruktur, transportasi yang vital untuk

1
Ari Mayor Yulianto. 2010. Lebanon Pra dan Pasca Perang 34 Hari Israel-Hizbullah. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama. Hlm. 212
2
Ibid.
3
Ozlem Tur. The Lebanese War of 2006 : Reasons and Consequences.
http://sam.gov.tr/wp-content/uploads/2012/02/OzlemTur.pdf, diakses pada 09 Juni 2022
bantuan makanan dan kemanusiaan. 4 Tindakan ini melanggah HAM dan mengabaikan
Hukum Humaniter seperti terdapat dalam pasal 3 ayat 1 Konvensi Jenewa Tahun 1949 yang
menyebutkan bahwa :

“Orang-orang yang tidak turut aktif dalam sengketa termasuk anggota


angkatan perang yang telah meletakkan senjatasenjata mereka serta
mereka yang tidak lagi turut serta (hors de combat) karena sakit, luka-
luka, penahanan, atau sebab lain apapun , dalam keadaan bagimanapun
harus diperlakukan dengan kemanusiaan, tanpa perbedaan merugikan
apapun juga yang didasarkan atas suku, warna kulit, agama atau
kepercayaan, kelamin, keturunan atau kekayaan, atau setiap kriteria
lainnya serupa itu“

Tindakan Israel juga tidak sesuai dengan doktrin Just War yang bermakna bahwa ada
justifikasi atau alasan pembenaran untuk melakukan serangan, bahwa perang dilakukan
berdasarkan alasan logis dan dapat dibenarkan, bahwa perang berlangsung secara adil dan
seimbang, bahwa perang dilakukan terbatas untuk mencapai tujuan tertantu dan bukan
untuk menghancurkan atau memusnahkan pihak lawan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa Israel telah melakukan bentuk-bentuk pelanggaran yang terdapat di dalam hukum
humaniter sehingga mengakibatkan kehancuran terhadap wilayah Lebanon dan memberikan
kesengsaraan terhadap warga sipilnya.

PEMBAHASAN

Sejatinya, Konflik Israel dengan pasukan Hizbullah ini merupakan perang asimetris
karena adanya perbedaan kekuatan antara actor negara dengan actor non negara dimana
Angkatan bersenjata Israel memiliki keunggulan personel militer yang jauh lebih banyak
dibandingkan anggota perang Hizbullah yang bahkan sudah dibantu dengan anggota militer
milik Lebanon. Dari segi teknologi persenjataan juga, Hizbullah kalah telak dengan Israel
yang notabene memiliki teknologi persenjataan yang jauh lebih bervariasi seperti kendaraan
antipeluru, pesawat tempur, bahkan armada kapal perang. 5

Perlu ditekankan bahwa di dalam Hukum Humaniter Internasional ada suatu prinsip
atau asas yang membedakan atau membagi penduduk dari suatu Negara yang terlibat
konflik bersenjata ke dalam dua golongan, yakni kombatan ( combatan) dan penduduk sipil

4
“Israel Lakukan Kejahatan Perang di Lebanon”
https://dunia.tempo.co/read/82461/israel-lakukan-kejahatan-perang-di-lebanon, diakses pada 09 Juni 2022.
5
Global Security. Operation Accountability. http://globalsecurity.org/military/world/war/lebanon-
accountability.htm, diakses pada 09 Juni 2022
(civilian). Kombatan adalah golongan penduduk yang secara aktif turut serta dalam
permusuhan (hostilities), sedangkan penduduk sipil adalah golongan penduduk yang tidak
turut serta dalam permusuhan. 6 Dalam Protokol Tambahan II diatur dalam bagian IV
tentang penduduk sipil, Protokol ini secara garis besar mengatur mengenai perlindungan
umum, bantuan terhadap penduduk sipil, serta perlakuan orang-orang yang berada dalam
salah satu kekuasaan pihak yang bersengketa, termasuk di dalamnya perlindungan terhadap
pengungsi, orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, anak-anak, wanita dan wartawan.
Selain itu terdapat perlindungan khusus bagi penduduk sipil yaitu mereka yang umumnya
tergabung dalam suatu organisasi sosial yang melaksanakan tugas-tugas yang bersifat
sosial, membantu penduduk sipil lainnya pada waktu terjadinya sengketa bersenjata.
Mereka terhimpun dalam Perhimpunan Palang Merah Nasional dan anggota Perhimpunan
Penolong Sukarela Lainnya, termasuk anggota Pertahanan Sipil. 7
Adapun Doktrin Just War (Perang yang Sah) yang dilanggar pula oleh Israel.8 Doktrin
Just War adalah upaya untuk membedakan antara cara-cara yang dapat dibenarkan dengan
yang tidak dapat dibenarkan dalam penggunaan angkatan bersenjata yang terorganisasi.
Teori doktrin tentang perang yang sah digunakan dengan upaya untuk memahami
bagaimana penggunaan senjata dapat dikendalikan, dilakukan dengan cara yang lebih
manusiawi, dan pada akhirnya ditujukan pada upaya untuk menciptakan perdamaian dan
keadilan yang abadi. Tradisi perang yang sah membahas moralitas penggunaan kekuatan
dalam dua bagian, yaitu kapan suatu pihak dapat dibenarkan dalam menggunakan angkatan
bersenjatanya, dan juga cara-cara apa yang harus dilakukan dalam menggunakan angkatan
bersenjata itu.9
Lebih lanjut, Israel juga telah melakukan pelanggaran pada metode dan penggunaan
alat-alat berperang yang diatur dalam Hague Regulations (HR) tahun 1899 pasal 25 dengan
menggunakan bomb Cluster yang tidak diperbolehkan dalam perang. Ada pula pelanggaran
terhadap perlakuan yang tidak manusiawi kepada non kombatan yang tertuang dalam
Konvensi Jenewa 1949 pasal 3 dengan menyerang secara membabi buta tanpa
membedakan antara kombatan dan penduduk sipil, pelanggaran pada prinsip pembedaan
dan proporsionalitas yang dilakukan Israel dengan serangan pada objek publik seperti
tempat ibadah, bandar udara, jalan umum, bukan pada objek militer. Selain itu, beberapa
alasan politis menjadi salah satu konsideran penyerangan Israel secara membabi buta dan

6
21
7
23
8
24
9
25
terus melakukan pelanggaran selama perang berlangsung seperti alasan National Security
demi pencapaian kepentingan nasionalnya dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat.
Pelanggaran Israel terhadap pembedaaan penduduk sipil dan kombatan pihak yang
terlibat dalam konflik harus dapat membedakan antara penduduk sipil dan kombatan agar
dapat menyelamatkan penduduk sipil dari serangan. Penduduk sipil tidak boleh diserang,
karena yang menjadi target serangan seharusnya adalah obyek militer. Orang yang tidak
terlibat dalam perang wajib dilindungi sebagai penghormatan terhadap hidupnya, atas
keutuhan jiwa dan raganya. Berkaitan dengan Konvensi Jenewa 1949 pasal 3 yang berisi
perlindungan terhadap korban perang terutama tentang pembedaan antara kombatan,
orang sipil, dan penolong korban perang. 10 Pelanggaran terhadap konvensi ini oleh Israel
terbukti dengan banyaknya korban tewas dari pihak sipil. Pada tanggal 14 Agsutus 2006
enam orang tewas ketika sebuah bom jatuh pada sebuah rumah di desa dekat kota Bint
Jbeil di bagian selatan Lebanon dekat perbatasan Israel. Israel melakukan serangan udara di
Lembah Beeka dan menewaskan tujuh orang. Serangan lainnya menghancurkan tiga rumah
di Desa Brital. Menewaskan 15 orang.79 Dua puluh delapan rakyat sipil Lebanon, termasuk
10 anak-anak, tewas setelah Israel menyerang Bandar Udara Internasional Rafiq Hariri di
Lebanon. 
Namun, akibat besarnya jumlah korban dalam perang Israel-Lebanon pada tahun
2006 ini, Perdana Menteri Lebanon akhirnya meminta dukungan dari masyarakat
internasional yang kemudian mendapat respon dari Sekretaris Jenderal PBB pada tahun itu.
Dimana segera dibentuk sebuah komisi internasional untuk menangani perang ini yang
akhirnya mendatangkan pasukan PBB ke Lebanon. Hal ini disusul dengan dikeluarkannya
Resolusi 1701 oleh Dewan Keamanan PBB dalam rangka menghentikan konflik tersebut
yang akhirnya disetujui oleh pemerintah Lebanon, pasukan Hizbullah, dan juga dari pihak
Israel. Israel pun menarik mundur pasukannya dari Lebanon Selatan. 11
Terlepas dari tindakan Israel yang akhirnya menarik mundur pasukannya setelah
desakan gencatan senjata oleh dukungan PBB, berdasarkan paparan sebelumnya mengenai
tindakan Israel terhadap Lebanon, maka pelanggaran Israel terhadap Konvensi Jenewa
terlihat begitu nyata dengan banyaknya korban jiwa dari penduduk sipil. Israel yang
menyerang secara membabi buta tanpa mempertimbangkan keselamatan penduduk sipil
yang seharusnya dilindungi sebagaimana diatur dalam Konvensi tersebut. Seharusnya obyek
dari serangan Israel adalah obyek militer seperti tentara atau dalam konflik ini adalah para
tentara Hizbullah dan kamp-kamp militer yang menjadi basis pertahanan Hizbullah.
10
78
11
William M. Arkin. Divine Victory for Whom? Airpower in the 2006 Israel-Hizbullah War.
http://www.au.af.mil/Strategic-Studies-Quarterly/2007, diakses pada 09 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai