Anda di halaman 1dari 8

.

Musik yang tadinya mengalun berhenti tepat di pukul 6.45, sepasang kaki telanjang mengambil tempat
di samping rak sepatu plastik bewarna biru tua.

"Ma, sepatu hitam Melodi yang ada motif bunganya itu kemana yaa?" teriak Melodi kencang sembari
celingak-celinguk mencari.

Selang beberapa detik seorang wanita paruh baya dengan apron kuning yang melekat di tubuhnya
muncul dari balik pintu dapur. "Sepatu kamu di pup sama Cake semalem," ujarnya.

Mendengar itu Melodi mendesah pelan, dia menatap kesal pada seekor kucing berjenis persia yang
duduk di samping rak sepatunya dengan tampang polos. Dia cake, si pelaku yang membuat Melodi gagal
memakai sepatunya hari ini. Padahal Melodi sengaja menunggu moments ini untuk menggunakannya.
Tapi sekarang kucing kecil itu malah mengacaukan semuanya.

Dengan berat hati Melodi mengambil sepasang sepatu lainnya di rak paling atas dan mengenakannya.
"Ma, Melodi berangkat sekolah dulu ya. Assalamu'alaikum," ucap Melodi sembari mencium tangan
ibunya.

Erina tersenyum kecil sambil mengusap rambut putrinya. "Nanti mama cuciin sepatunya, jadi jangan
sedih."

Melodi tersenyum dan mengangguk pelan. Dan pagi itu berakhir dengan Melodi yang gagal
menggunakan sepatu kesayangannya.

****

Siangnya sekitar pukul 11 dalam jadwal pelajaran yang dikhususkan yaitu bimbingan konseling, Melodi
dan teman-temannya diminta oleh guru BK mereka untuk maju ke depan kelas dan menceritakan
tentang cita-cita mereka.
Satu persatu teman sekelasnya maju ke depan kelas dan menyebutkan cita-cita mereka. Ada yang ingin
menjadi dokter, guru, polisi, tentara, pengacara, dan juga profesi setingkat lainnya.

Kini giliran Melodi yang maju untuk menyebutkan cita-citanya. Di tengah seluruh atensi yang terfokus
padanya, Melodi dengan semangat mengatakan, "aku ingin menjadi seorang musisi."

Dan seisi kelas mendadak riuh, beberapa orang berbisik dan menertawakan apa yang ia katakan.

"Kamu serius mau jadi musisi?" tanya bu Nilam dengan raut meremehkan. "Mau makan apa kamu
nanti?"

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Melodi mulai meragukan apa yang ia cita-citakan sejak kecil.
Dan setelah sesi konseling itu berakhir, beberapa kali Melodi berpikir, apakah ini sudah tepat? Haruskah
dia mengganti impiannya agar sama dengan orang lain? Jika dia menjadi pns mungkin hidupnya akan
jauh lebih stabil kedepannya. Tapi, bagaimana dengan impiannya sebagai seorang musisi?Haruskah
Melodi merelakan itu. Dan siang itu berakhir dengan Melodi yang kehilangan semangatnya.

****

Melodi menatap pigura dirinya dengan beragam piala dari hasil kontes menyanyi. Tidak pernah
terbayangkan olehnya bahwa dimasa depan dia harus merelakan impiannya. Alih-alih menjadi seorang
penyanyi, Melodi harus mengenakan seragam dan duduk berkutat dengan setumpuk dokumen, lalu
menerima gaji di akhir bulan. Melodi sekali lagi mendapatkan kepercayaan untuk menjadi seorang
musisi.

Namun pada keesokannya, setelah pulang sekolah. Melodi mendapatkan kabar bahwa ibunya jatuh
pingsan karena kelelahan di tempatnya bekerja dan sekarang di bawa ke rumah sakit untuk pengobatan.
Erina sendiri bekerja sebagai tukang cuci piring di salah satu restoran yang cukup besar di dekat tempat
tinggal mereka.
Dengan masih mengenakan seragam sekolah, Melodi berlari pergi ke rumah sakit. Dia sangat
mengkhawatirkan ibunya. Bagaimanapun, hanya Erina lah satu-satunya keluarga yang Melodi punya
saat ini. Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya dua tahun yang lalu, Melodi sekarang
hanya mempunyai seorang ibu.

Dari balik kaca pintu ruang perawatan, Melodi melihat ibunya yang terbaring lemas dengan infus di
tangan kanannya. Lutut Melodi mendadak lemas, ia terisak pelan di depan pintu.

Dan hari itu berakhir dengan Melodi yang menyadari bahwa ia tidak bisa melakukan apapun untuk
menolong ibunya. Bagaimana jika dimasa depan juga tetap begini?

****

Beberapa hari kemudian, mengandalkan pencarian di internet, Melodi mencoba peruntungannya


dengan mengikuti audisi sebagai penyanyi di salah satu perusahaan entertainment yang cukup terkenal
di Indonesia, Big Star namanya. Jika dia lolos, kemungkinan besar baginya untuk menjadi seorang
penyanyi yang sukses dan terkenal. Dan mungkin, dia bisa mendapatkan banyak uang dan membelikan
ibunya banyak barang, mengajak ibunya makan enak dan liburan ke luar negeri, juga ibunya tidak perlu
bekerja lagi.

Dan malam itu Melodi benar-benar mengusahakan untuk menunjukkan penampilannya yang terbaik. Ia
membawakan lagu, dan diakhir penampilan semua juri bertepuk tangan untuknya. Melodi sangat
senang melihat itu, dan sekali lagi dia mendapatkan kepercayaan dirinya kembali untuk menjadi seorang
musisi.

"Nyanyian yang bagus, kamu punya warna suara yang unik," puji salah satu juri.

"Terima kasih," jawab Melodi bahagia.

"Tapi maaf, sepertinya kami belum bisa untuk meloloskan kamu."


Melodi merasa bahwa jantungnya baru saja jatuh ke dinding perutnya. Dan dengan sengaja seseorang
mengiris bawang tepat di depan matanya. Itu menyakitkan, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain
berpura-pura bahwa ia baik-baik saja.

Juri wanita itu melanjutkan, "sebenarnya sebelum kamu, ada seorang siswa SMA juga yang tampil. Dan
menurut saya, suaranya jauh lebih matang dan cocok dengan yang perusahaan ini cari." Dia menatap
Melodi dengan rasa bersalah. "Jangan menyerah, kamu bisa mencobanya lagi tahun depan."

Melodi mengangguk kecil dan tersenyum tipis. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, dia
kecewa. Untuk bisa sampai pada hari ini, Melodi berlatih mati-matian hingga mengorbankan waktu
tidurnya. Tapi ternyata itu tidak berhasil. Melodi bertanya-tanya pada dirinya sendiri, Apakah dia
memang tidak cocok di industri ini? Apakah dia seharusnya menyerah saja dan menjadi seorang pegawai
negeri sipil atau apalah itu. Baiklah, Melodi bisa saja terus berlatih dan mencobanya lagi tahun depan.
Tapi bagaimana....bagaimana jika tahun depan ada yang jauh lebih baik lagi dari Melodi?

Dan malam itu berakhir dengan Melodi yang takut dengan impiannya sendiri.

****

Melodi bangun siang di hari minggu, dan ibunya sudah pergi untuk berangkat kerja lebih awal. Tapi
Melodi segera di sibukkan dengan permintaan ibunya untuk mengisi air galon lagi. Ia kemudian mencari
kupon galon yang akan ia tukar sore nanti. Mencari dan terus mencari akhirnya menemukannya di laci
televisi rumah mereka. Tetapi, selain kupon galon ternyata Melodi juga menemukan tumpukan surat
tagihan listrik dan air yang ibunya sembunyikan.

Sekali lagi, siang itu berakhir dengan Melodi yang lagi-lagi meragukan impiannya. Apakah pilihannya
sudah tepat?

****
Malamnya, ketika Erina pulang bekerja. Melodi menghampiri ibunya yang duduk di sofa ruang tamu. Ia
memberikan ibunya selembar kertas tentang impian masa depan yang harus di tanda tangani.

"Ma, Melodi akan daftar untuk fakultas ekonomi aja."

Erina cukup terkejut dengan apa yang putrinya itu katakan. Karena dari kecil, Erina sangat mengenal
putrinya itu dan apa yang ia impikan. "Kamu gak pengen fakultas musik lagi?"

Melodi menggeleng, ia tersenyum lebar. "Kalau nanti Melodi jadi pegawai negeri sipil yang pake
seragam. Mama bisa pamer ke orang-orang kalau anaknya seorang PNS. Terus Melodi juga bisa ngasih
mama uang yang banyak dan hidup kita mungkin akan jauh lebih stabil."

"Apa mama alasannya?"

Melodi menggeleng, "bukan." ia menggenggam erat ujung meja tempatnya berdiri. "aku sendiri
alasannya."

Melodi menunduk ke lantai menatap kakinya yang telanjang. Ia berusaha keras menahan air matanya
agar tidak jatuh. "Melodi gak bisa ngejaga in mama dengan apa yang Melodi suka. Melodi takut, kalau
ayah ngeliat Melodi seperti ini, ayah mungkin akan kecewa sama Melodi."

"Melodi, lihat mama." Erina menarik Melodi untuk melihat kearahnya. "Jawab pertanyaan mama ini."

Melodi mengangguk pelan.

"Setelah ngelakuin itu semua, apa kamu bahagia? Apa itu yang kamu inginkan?"

Melodi menggeleng dan ia menangis sejadi-jadinya malam itu di pelukan ibunya. "Gak peduli akan jadi
apa kamu nantinya, apa impian dan cita-cita kamu, kamu tetep anaknya mama nak."
Erina mengelus punggung putrinya. "Jangan menyerah dengan impianmu hanya karena pendapat orang
lain. Karena bagaimanapun, orang-orang selalu akan berubah. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan,
kejar impian kamu. Karena impian yang kuat akan selalu lebih hebat dari semua fakta."

Dan malam itu Melodi belajar bahwa satu-satunya hal yang akan menghentikan seseorang untuk
memenuhi impiannya adalah diri orang itu sendiri. Orang-orang sering kali takut dengan kegagalan.
Sehingga mereka tidak mempunyai keberanian untuk mencoba. Kemudian bertindak seolah mereka
adalah orang yang realistis padahal hanya meniru impian orang lain dengan berlindung di balik zina
nyaman. Merekalah orang-orang penakut juga pengecut, mereka yang tidak punya impian sama sekali.
Dan sekarang Melodi percaya bahwa satu-satunya keberanian yang dibutuhkan setiap orang adalah
keberanian untuk mengikuti impiannya sendiri. Jadi apa yang kita inginkan, bukan apa yang orang lain
ingin kita lakukan.

Apa yang kita sukai tidak harus selalu disukai oleh orang lain? Tidak apa-apa menjadi berbeda dengan
orang lain. Setiap orang itu punya waktunya masing-masing. Jika hari ini masih belum, mungkin besok,
tidak masalah jika memang sedikit terlambat dari orang lain. Lakukan apa yang ingin kita lakukan, jadi
apa yang kita inginkan bukan atas kehendak orang lain. Karena penyesalan paling besar bukan tidak
menjadi apa yang orang lain inginkan. Tapi tidak menjadi apa yang kita cita-citakan.

Tentang masa depan, Melodi pernah berniat menggunakan sepatu hitam motif bunganya pada hari
kamis, tapi siapa sangka bahwa hari itu juga cake, kucingnya malah mengotori sepatu itu dan membuat
Melodi tidak bisa menggunakannya. Padahal sebelum itu Melodi sudah merencanakannya dari jauh-jauh
hari. Jadi, sebenarnya tidak akan pernah ada yang bisa memprediksi masa depan akan menjadi seperti
apa. Jika kita tidak melakukan apa yang kita sukai sekarang, mungkin kita akan benar-benar kehilangan
kesempatan. Untuk itu, lakukan apa yang ingi kita lakukan, kejar apa yang kita cita-cita kan. Selama kita
mau berusaha tidak ada yang mustahil di dunia ini. Karena sejatinya, yang bisa menghentikan kita dari
impian kita adalah diri kita sendiri. Jangan takut untuk bermimpi karena mimpi adalah milik semua
orang. Dan masa depan adalah milik kita yang mencita-citakannya, bukan orang lain.

Selesai
****

"Jangan pernah menyerah pada apa yang benar-benar ingin kamu lakukan. Orang dengan mimpi besar
lebih kuat daripada orang dengan semua fakta." - Albert Einstein

Anda mungkin juga menyukai