“Pokoknya aku gamau tahu ini semua harus selesai besok!” ucap
Sheryl.
“Tapi kan ini banyak banget, mana bisa aku selesain semuanya?”
protes Nindi.
“Itu urusanmu,” ucap Sheryl lalu pergi begitu saja. Nindi pun hanya
bisa menghela napas pasrah dan berusaha tegar.
Tak terasa malam pun tiba, ternyata sudah tiga jam Nindi duduk di
meja belajar untuk mengerjakan tugasnya dan juga tugas
perundungnya, Sheryl. Akhirnya dia pun menaruh alat tulisnya
sejenak. “Capek juga ya ternyata, kenapa aku baru sadar sih?
Hahahahaha,” dia pun hanya bisa menertawakan kehidupannya
yang malang ini. Nindi pun akhirnya mengambil buku catatan yang
baru dibelinya beberapa hari yang lalu, ia pun membuka halaman
pertama pada buku tersebut dan mulai menuliskan isi pikirannya
disana.
****
Haii, kenalin aku Nindi. Anindia Putri Lengkara. Aku adalah murid
kelas 3 smp di salah satu sekolah yang ada di kota Surabaya.
Usiaku 15 tahun. Aku hidup dikeluarga yang bisa dibilang
sederhana, memiliki keluarga yang harmonis dan memiliki banyak
teman. Aku juga termasuk dalam jejeran murid yang berprestasi di
sekolahku. Banyak orang yang bilang bahwa hidupku sempurna
dan yaa aku mengakui itu. Namun tiba-tiba semuanya berubah
saat ada siswi baru yang menginjakkan kaki disekolahku, seorang
gadis yang memiliki paras cantik dan cukup kaya dibandingkan
teman-temanku yang lain, tapi sayang hatinya tak secantik
parasnya. Siapa yang akan menyangka, gadis dengan tampang
lugu itu ternyata adalah seorang yang suka merundung orang lain
sesuka hati? Dengan menggunakan uang ia bisa membebaskan diri
dari hukuman yang berlaku, tidak adil bukan? Begitulah sekolahku,
kamu kaya kamu aman. Namanya Brilianz Sheryl. Awalnya dia baik
kepadaku, tetapi saat dia mengetahui bahwa aku lebih pintar
darinya, ia pun tidak terima dan mulai merundungku, tentu
awalnya aku tidak terima, namun apa boleh buat, sekolahku pun
bahkan tunduk kepadanya. Mau tidak mau akhirnya aku terpaksa
menuruti semua keinginannya, mulai dari membelikan semua
kebutuhannya di sekolah ini sampai mengerjakan seluruh
tugasnya. Aku pun hanya bisa pasrah, lagian juga sebentar lagi
lulus, jadi ya dinikmati saja. Daripada orang lain yang menjadi
korban selanjutnya ya lebih baik aku saja. Okee deh sampai sini
dulu ya ceritanya, aku lanjutin besok lagi. Semangat Nindi kamu
pasti bisa!!
****
Keesokan harinya…
Nindi yang baru saja tiba pun tersentak. “Ya Allah ngagetin aja, nih
tugasmu tuan putri,” ucapnya dengan nada yang sedikit ngegas.
“Emang sejak kapan aku takut sama kamu? Aku selama ini diam
bukan berarti aku takut ya, aku itu diam biar kamu ga rundung
murid lain juga. Udah cukup aku aja,” jelas Nindi.
“Enak banget kamu nyuruh aku, usaha dulu dong,” pinta Nindi.
“Terserah aku lah, kamu berani nyuruh-nyuruh aku? Mau aku seret
ke lapangan?” bentak Sheryl.
……..
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan tak terasa
berlalu begitu cepat. Besok adalah hari kelulusan di sekolah Nindi
dan Sheryl. Agenda hari ini adalah gladi bersih. Sedih dan
bahagiapun bercampur menjadi satu. Nindi yang sedang berkumpul
bersama teman-temannya pun menghabiskan waktu sebaik
mungkin.
“Huaaaa, kok besok kita udah lulus aja sih?” protes teman Nindi.
“Iya tuh, ga rela pisah sama kalian,” sahut teman Nindi yang lain.
“Nah betul tuh kata Nindi, pokoknya kita harus tetep kompak!”
Keesokan harinya…..
……..
“Makasih ya, makasih banyak, aku gatau gimana jadinya kalo gaada
kamu. Kamu mau apa? Aku bakal turutin semua yang kamu mau
sebagai tanda terimakasihku,” ucap seseorang itu yang ternyata
adalah gadis seusianya.
“Iya sama-sama, kamu santai aja lagian aku juga ga minta apa-apa
kok, lain kali hati-hati ya. Ohh iya, nama kamu siapa? Ayo kenalan!”
“Sheryl?”
“Nindi?”
“Makasih ya Nin. Aku hutang budi sama kamu. Maaf juga buat
kelakuanku selama SMP kemarin, aku sadar aku salah, gara-gara
sering nyuruh kamu ngerjain tugasku akhirnya aku ga bisa keterima
di sekolah impianku. Karna pada dasarnya, aku emang kurang
berusaha. Sekarang aku lagi usaha buat perbaikin kesalahanku di
masa lalu, maafin aku ya Nin?” mohon Sheryl.
“Iya Ryl, kamu tenang okey? Aku udah maafin kamu jauh sebelum
kamu minta maaf sama aku kok. Aku seneng akhirnya kamu sadar
sama kesalahan kamu dan mau perbaiki itu.”
“Makasih sekali lagi Nin, btw kita masih bisa temenan kan?” tanya
Sheryl ragu-ragu.
“Ya bisa lah, kenapa ngga?” sambut Nindi ramah. Karena Nindi
tahu, Sheryl sejatinya adalah anak yang baik, hanya saja terkadang
ia terlalu berambisi untuk mendapatkan sesuatu. Sehingga
menghalalkan segala cara untuk meraihnya.
Kelas : 9h
Absen : 27