Anda di halaman 1dari 7

3.

954 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 40 Tahun ke-7 2018
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TPS TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS KELAS V
THE INFLUENCE OF COOPERATIVE JIGSAW AND THINK PAIR SHARE (TPS) ON STUDY
RESULT IN SOSIAL SCIENCES SUBJECT AMONG 5thGRADE STUDENTS

Oleh: Lorensa Cristy, Universitas negeri Yogyakarta


lorensacristy43@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan think
pair and share (TPS) terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi IPS kelas V di SD Negeri Berbah 2. Jenis
penelitian ini adalah quasi experiment menggunakan nonequivalent control group design.Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif pada kondisi akhir kelas eksperimen sebesar 85,17 sedangkan
kelas kontrol 75,48. Hasil uji t-test pada posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen yaitu sig 0,003 lebih kecil
dari 0,05 sehingga dinyatakan bahwa ada pengaruh positif antara kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan think pair and share terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi IPS
kelas V di SD Negeri berbah 2.

Kata kunci: model pembelajaran jigsaw, model pembelajaran think pair and share (TPS), hasil belajar kognitif

Abstract
The result shows that there is a difference in average score for cognitive learning between experiment class
(85,17) and control class (75,48).The result of gain score in control and experiment group is 0,506> 0,213 that’s
stated experimental group with jigsaw type cooperative learning model has a change of higher cognitive learning
outcomes compared to control group using cooperative model of TPS in fifth grade social studies at SD Negeri
Berbah 2

Keywords: jigsaw learning method, think pair and share (TPS) learning method, cognitive learning result

PENDAHULUAN Sosial (IPS). Pembelajaran IPS penting diajarkan


Di sekolah dasar saat ini menerapkan bagi siswa SD karena melalui mata pelajaran IPS
kurikulum 2013 yang setiap mata pelajarannya siswa dapat memperoleh pengetahuan,
terintegrasi.Mata pelajaran yang terintegrasi di keterampilan, sikap dan kepekaan untuk
kelas tinggi adalah Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, meghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya
dan IPA sedangkan untuk matematika dan agama (Hidayati, 2002: 15) . Senada dengan pendapat
terpisah.Meskipun dalam pembelajarannya Saripudin (1989: 2), Ilmu Pengetahuan Sosial
terintergasi namun dalam penilainnya masih (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
terpisah-pisah. Dari berbagai mata pelajaran yang dirancang dan dilaksanakan untuk
terintegrasi, terdapat salah satu pelajaran yang mengembangkan karakteristik siswa dalam cara
penting dalam mempersiapkan manusia yang berfikir, bersikap, dan berperilaku sosial untuk
unggul yang di dalamnya terdapat materi yang hidup bermasyarakat menjadi warga negara
mendidik peserta ddik akan kehidupan sosial, Indonesia yang baik.
ekonomi, dan sejarah Indonesia. Mengajar IPS tidaklah mudah dilakukan
Mata pelajaran yang sesuai dengan oleh guru.Pembelajarn IPS bukan hanya semata-
kriteria tersebut yakni adalah Ilmu Pengetahuan mata hafalan materi saja, melainkan meliputi
Pengaruh Model Pembelajaran …. (Lorensa Cristy) 4.955

aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai.Oleh masih di bawah KKM yaitu 75, lebih dari 50%
karena itu dalam mengajarkan IPS diperluka siswa memperoleh nilai di bawah kriterian
strategi maupun cara-cara yang sesuai agar tujuan ketuntasan minimal, sebagian siswa sering
pembelajaran IPS dapat tercapai, seperti memilih berbicara sendiri saat guru menjelaskan.
model pembelajaran yang sesuai dengan Guru kurang bervariasi dalam
karakteristik siswa maupun media yang menggunakan model pembelajaran. Dalam
digunakan untuk menunjang pembelajaran IPS. pembelajaran di kelas VA dan VB SD Negeri
Cara yang digunakan guru dalam menyampaikan Berbah 2, saat melakukan observasi peneliti
pembelajaran yang nantinya akan mempengaruhi melihat guru yang kurang bervariasi dalam
hasil belajr siswa. Hasil belajar siswa dapat menggunakan model pembelajaran.Hal ini juga
diketahui melalui banyak sedikitnya siswa yang didukung dengan pernyataan guru yang mengakui
lulus standar ketuntasan minimal. jangan menggunakan model dan motode selain
Agar tujuan-tujuan dalam pembelajaran ceramah dan diskusi dengan teman sebangku.
IPS dapat terwujudkan, pembelajaran IPS Siswa kurang memahami materi yang
hendaknya dilakukan bermkna bagu kehidupan disampaikan guru. Hal ini dapat dilihat dari
peserta didik. Kebermaknaan tersebut akan rendahnya nilai ulangan akhir semester 1 yang
dibawa peserta didik sepanjang hayat. diperoleh siswa kelas VA dan VB. Siswa di kelas
Pembelajarn IPS dirancanng sedemikian rupa VA hanya memperoleh nilai rata-rata 66.7 nilai
sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman ini tentu belum memenuhi KKM yaitu 75. Pada
yang berharga. Dalam proses pembelajaran tidak kelas VA terdapat 21 dari 30 siswa yang nilainya
ekedar menyampaikan teori saja, namun harus di bawah 75.Jadi persentase kelulusan di kelas
dilaksanakan dengan melibatkan peserta didik VA adalah 30 % siswa sedangkan siswa yang
secara aktif. Peserta didik dilatih untuk mencaari tidak lulus KKM sebesar 70%. Pada kelas VB
pengetahuan dan keterampilannya sendiri. Dalam nilai rata-rata ulangan 63.5 nilai ini tentu belum
proses pembelajaraan peserta didik juga dilatih memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Kelas VB
untuk dapat bekerjasama. Pembelajaran IPS terdapat 23 dari 30 siswa yang nilainya di bawah
seharusnya memberikan kesempatan kepada 75. Jadi persentase kelulusan di kelas VB adalah
peseta didik untuk berkreativitas.Maka dari itu, 23,3 % sedangkan siswa yang tidak lulus KKM
pembelajaran hruslah terpusat pada peserta didik. sebesar 76.6%.
Berdasarkan wawancara dan observasi Sebagian siswa berbicara sendiri saat guru
yang dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2018 menjelaskan. Dalam proses belajar mengajar di
di kelas V SD Negeri Berbah 2 terdapat beberapa dalam kels siswa aktif namun tidak aktif dalam
masalah yang diamati, yaitu guru kurang proses pembelajaran. Setengah dari jumlah siswa
bervariasi dalam menggunakan model di kelas yaitu 15 anak sibuk sendiri dengan
pembelajaran, siswa kurang memahami materi kegiatannya saat guru menggunakan metode
yang disampaikan guru, rata-rata hasil nilai IPS ceramah. Guru dalam menyampaikan materi lebih
3.956 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 40 Tahun ke-7 2018

terfokus pada buku paket saja tidak menggunakan April di SD Negeri Berbah 2 yang terletak di
media yang membuat menarik siswa. Hal ini Jalan Kopral Samiyo 2 Krikilan
berbeda ketika siswa diminta untuk berdiskusi Tegaltirto,Kecamatan Berbah, Kabupaten
dengan temannya, siswa lebih tertarik dan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
antusias dalam melakukan pembelajaran. Target/Subjek Penelitian
Menurut Isjoni, (2009: 24) dalam model Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
pembelajaran kooperatif, siswa dalam kelompok kelas V SD Negeri Berbah 2.Siswa kelas V terdiri
yang beragam kemampuan pemahamannya akan dari dua kelas, yaitu kelas VA berjumlah 30 siswa
saling bekerja sama dan saling membantu untuk dan kelas VB berjumlah 30 siswa.Karena dalam
memahami materi pelajaran. penelitian ini jumlah kelompok dalam populasi
Model pembelajaran kooperatif terdiri diambil sebagai sampel, maka penelitian ini
dari berbagai tipe.Salah satunya adalah model meupakan penelitian populasi.
pembelajaran kooperatif tipe Think Pairs Share Prosedur
(TPS).Menurut Lie (2005: 57) bahwa Think- Penelitian kuantitatif adalah penelitian
Pairs-Share adalah pembelajaran yang yang melihat sebab akibat dari faktor yang
memberikan siswa kesempatan untuk bekerja ditimbulkan.Arikunto (2006: 3) penelitian
sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. eksperimen dilakukan untuk melihat sebab akibat
Menurut Isjoni (2007: 54) Pembelajaran dari/ treatment tertentu antara dua faktor yang
kooperatif jigsaw merupakan salah satu model sengaja ditimbulkan.Persyaratan dalam penelitian
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa eksperimen adalah dengan adanya kelompok
untuk aktif dan saling membantu dalam eksperimen dan kelompok pembanding atau
menguasai materi pelajaran untuk mencapai kontrol.
prestasi yang maksimal.Jadi, kedua tipe model Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
pembelajaran kooperatif tersebut dapat membantu Data
Pelaksanaan penelitian di SD Negeri
siswa dalam memahami meteri IPS yang
Berbah 2 dilaksanakan pada bulan Maret –April
dipelajari di kelas.Selain itu juga dapat
2018. Materi yang digunakan dalam penelitian ini
mendorong keaktifan siswa dalam belajar.
adalah tema 8 “ Lingkungan Sahabat Kita”
subtema 1 “Manusia dan Lingkkungan”
METODE PENELITIAN
Pembelajaran 3 dan 4.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Data hasil penelitian berupa data tes yang
kualitatifpendekatan kuantitatif yaitu ekperimen diperoleh dari pretest dan posttest pada kelompok
dengan desain Quasi Experimental Design kontrol dan kelompok eksperimen.Dari data yang
menggunakan nonequivalent control group
diperoleh dapat diketahui kondisi awal dan akhir
design.
Waktu dan Tempat Penelitian variabel yang diteliti.Dalam penelitian ini
Penelitian ini dilaksanakan pada semester terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan
genap (dua) tahun ajaran 2017/2018 bulan Maret- variabel terikat.Variabel bebas dari penelitian ini
Pengaruh Model Pembelajaran …. (Lorensa Cristy) 3.957

adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesudah treatment atau perlakuan, atau
dan TPS, sedangkan variabel terikatnya adalah membandingkan kelompok kontrol dan kelompok
hasil belajar kognitif. Teknik pengumpulan data eksperimen makan menggunakan analisis
merupakan langkah yang paling utama dalam independent t-test.
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
308).Teknik yang digunakan dalam penelitian ini Dalam penelitian ini kelompok kontrol

adalah tes.Arikunto (2010: 193) menjelaskan menggunakan model pembelajaran kooperatif

bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau tipe TPS.Kelompok eksperimen menggunakan

latihan serta alat lain yang digunakan untuk model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.Hasil

mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, pengukuran hasil belajar kognitif pada kelompok

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh dari

individu atau kelompok. hasil pretest dan posttest. Berdasarkan hasil

Instrumen dalam penelitian ini tes pilihan dari pretest dan posttest terdapat dua data yang

ganda. Tes ini gunakan untuk mengetahui hasil digunakan, yaitu data kelas kontrol dan kelas

belajar kognitif siswa terhadap materi IPS tema 8 eksperimen.

lingkungan sahabat kita sub tema 1 manusia dan Hasil Perhitungan Pretest Kelompok
Kontrol
lingkungan. Rata-rata (mean) 71,129
Teknik Analisis Data Median 70
Modus 65
Pada penelitian ini menggunakana teknik
Standar Deviasi 11,74
analisis data t-test dengan uji prasyarat analisis Range 45
normalitas dan homogenitas varian kedua Skor Minimum 50
Skor Maksimum 95
kelompok. Penguji normalitas data yang akan
digunakan pada penelitian ini menggunakan Berdasarkan tabel di atas menunjukan
Kolmogorov smirnov dengan bantuan SPSS versi bahwa nilai rata-rata kelompok kontrol (mean)
23.0 for windows. Apabila diperoleh p>0,05 71,129, median 70, modus 65, standar deviasi
maka data dikatakan berdistribusi normal 11,74, range 45, skor minimum 45 dan skor
(Santoso, 2006: 157). maksium 90.
Uji homogenitas ini dilakukan untuk Hasil Perhitungan Postest Kelompok
Kontrol
mengetahui apakah sempel yang diambil Rata-rata (mean) 75,48
homogen atau tidak. Uji homogen ini Median 75
menggunakan data pretest dan posttest kedua Modus 60
Standar Deviasi 14,28
kelas dan dengan bantuan SPSS versi 23.0 for Range 60
windows menggunakan uji Levene Test. Skor Minimum 40
Sugiyono (2014: 273) menyatakan bila Skor Maksimum 100
sampel berkorelasi membandingkan sebelum dan
3.958 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 40 Tahun ke-7 2018

Data di atas menunjukan bahwa rata-rata Berdasarkan data pada diagram batang
kelompok kontrol 75,48, median 75, modus 60, frekuensi pretest hasil belajar di atas dapat
standar deviasi 14,28, range 60, skor minimum 40 diketahui frekuensi untuk kategori sangat baik
dan skor maksimum 100. pada kelompok kontrol sebanyak 10 sedangkan
Hasil Perhitungan Pretest Kelompok kelompok eksperimen sebanyak 11. Sementara
Ekperimen
untuk kategori baik pada kelompok kontrol dan
Rata-rata (mean) 71,167
Median 75 kelompok eksperimen sebanyak 9.Pada kategori
Modus 75 cukup kelompok kontrol memiliki jumlah 7 dan
Standar Deviasi 13,81
kelompok eksperimen sebanyak 4.Pada kategori
Range 50
Skor Minimum 45 kurang jumlah pada kelompok kontrol adalah 5
Skor Maksimum 95 dan kelompok eksperimen 6.Sedangkan pada
Berdasarkan tabel di atas menunjukan kategori sangat kurang kelompok kontrol maupun
bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen kelompok eksperimen tidak memiliki frekuensi.
(mean) 71,167, median 75, modus 75, standar
deviasi 13,81, range 50, skor minimum 45 dan Posttest Hasil Belajar
skor maksium 95. 25

Hasil Perhitungan Postest Kelompok 20


Frekeunsi

Eksperimen 15 Frekuensi
Rata-rata (mean) 85,167 Kelompok
10
Median 85 Kontrol
Modus 85 5
Frekuensi
Standar Deviasi 9,95 0 Kelompok
80-100

30-39
66-79
56-65
40-55

Eksperimen
Range 30
Skor Minimum 70
Interval
Skor Maksimum 100
Diagram Batang distribusi Frekuensi Nilai
Data di atas menunjukan bahwa rata-rata Posttest Hasil Belajar
kelompok eksperimen 85,167, median 85,
Berdasarkan diagram batang frekuensi
modus 85, standar deviasi 9,95, range 30, skor
nilai posttest hasil belajar di atas diketahui
minimum 70 dan skor maksimu 100.
bahwa frekuensi untuk kategori sangat baik pada
Pretest Hasil Belajar kelompok kontrol sebanyak 14 dan kelompok
15
eksperiemen sebanyak 23. Sementara untuk
Frekuensi

10
Frekuensi
kategori baik pada kelompok kontrol dan
5
Kelompok kelompok eksperimen memiliki frekuensi 7.Pada
0 Kontrol
kategori cukup kelompok kontrol memiliki
80-100
66-79
56-65
40-55
30-39

frekuensi 8 dan kelompok eksperimen tidak


Interval
ada.Pada kategori kurang kelompok kontrol
memiliki frekuensi 2 dan kelas kontrol tidak
Diagram Batang Distribusu Frekuensi Pretest Hasil
Belajar memiliki frekuensi.
Pengaruh Model Pembelajaran …. (Lorensa Cristy) 3.959

Uji Gain Score Saran


1. Bagi guru, model pembelajaran kooperatif
Perhitungan uji hipotesis dengan gain
tipe jigsaw dapat dijadikan alternatif dalam
score yaitu menghitunng selisih dari rata-rata
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
posttest dan pretest. Perhitungan Gain Score
materi IPS di SD Negeri Berbah 2 karena
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
hasil penelitian menunjukan bahwa model
Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji Gain
pembelajaran koopertif tipe jigsaw dapat
score.
membantu siswa dalam memahami materi.
Tabel 18. Hasil Gain Score Kelompok
2. Bagi kepala sekolah, pembelajaran dengan
Eksperimen dan Kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif

Rata- Gain
tipe jigsaw dapat memberikan hasil belajar
Rata-rata Skor
Variabel rata Score
posttest Ideal yang lebih baik pada meteri IPS, maka
Pretest
Kelompok
0.213 hendaknya sekolah lebih memberikan
Kontrol 71.129 75.483 100
fasilitas, dukungan serta pengetahu tentang
Kelompok
0.506 macam-macam model pembelajaran sehingga
eksperimen 71.167 85.167 100

guru dapat memafaatkan sesuai dengan


Berdasarkan tabel perhitungan Gain Score kebutuhan siswa.
di atas, dapat diketahui gain score untuk
kelompok kontrol sebesar 0,213 dan kelompok DAFTAR PUSTAKA
eksperimen sebesar 0,506. Pada tabel kriteria Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian. Jakarta:
perolehan Gain Score, peningkatan hasil belajar Rineka Cipta.
IPS untuk kelompok eksperimen berada pada Isjoni.(2007). Mengembangkan Kemampuan
tingkat sedang, sedangkan peningkatan hasil Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
belajar IPS kelompok kontrol berada pada _____.(2009). Pembelajaran Kooperatif:
tingkatan rendah.Berdasarkan hasil uji Gain Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta:
Score, diperoleh hasil pada kelompok eksperimen Pustaka Belajar.
dan kelompok kontrol sebesar 0,506>0,213, maka
Lie, A. (2005). Cooperative Learning
dapat diartikan bahwa kelompok eksperimen Mempraktikan Cooperative Learning Di
memilik perubahan yang lebih tinggi ruang-ruang Kelas.Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia
dibandingkan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis uji gain score, Santoso, S. (2006).Menguasai Statistik di Era
Informasi dengan SPSS 14. Jakarta:Elex
dapat dinyatakan bahwa hasil belajar kognitif Media Komputindo
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning:
jigsaw lebih tinggi daripada kelompok siswa Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS Media.
pada materi IPS kelas V di SD Negeri Berbah 2.
3.960 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 40 Tahun ke-7 2018

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan


Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.

________. (2014). Metode Penelitian


Pendidikan: Pendekatan Kuantitaitif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai