Anda di halaman 1dari 3

Suku Muna

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Lihat sumber
 Lihat riwayat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa
dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.
Cari sumber: "Suku Muna" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Orang Muna adalah masyarakat Suku Bangsa Muna, yang mendiami seluruh Pulau Muna, dan
pulau-pulau kecil disekitarnya, serta sebagian besar Pulau Buton khususnya bagian Utara, Utara
Timur Laut, selatan dan Barat Daya Pulau Buton, Pulau Siompu, Pulau Kadatua dan Kepulauan
Talaga ( wilayah administrasi Kabupaten Buton Selatan dan Buton Tengah) Sulawesi Tenggara.
Menurut Sarasin bersaudara dan Bernhard Hagen , Orang Muna yang mereka sebut sebagai
Tomuna merupakan penghuni pertama Kepulauan Muna bahkan termasuk penghuni pertama
Kepulauan Nusantara. Baik Sarasin maupun Bernhard berpendapat bahwa Tomuna di Pulau
Muna dan Tokea di Sulawesi Bagian Tenggara ( Konawe Utara saat ini ) bersama Toala di
Sulawesi Selatan dan Orang Kubu di Sumatra, adalah migrant dari benua Afrika melalui Saylon
yang masuk di Nusantara sekitar 60.000 – 50.000 SM.

Orang Muna mulai mendiami Pulau Muna sejak zaman purba tepatnya sekitar era mesolitikum
( 50.000 SM ). Namun Orang Muna saat ini bukanlah asli dari keturunan migrant yang pertama
kali ( 60.000 – 50.000 SM ), tetapi telah terjadi percampuran dengan ras Austronesia –yang
datang pada era berikutnya ( 7.000- 5.000 SM ) dan ras Melanosoid ( Doutro Melayu & Protto
Melayu) serta Mongoloid yang datang sekira 4000 – 2000 tahun SM. . Asumsi penulis ini
didasarkan pada fakta dimana Bahasa Muna merupakan lingua franca Orang Muna masih satu
rumpun Bahasa Austronesia ( Rene Van Deberg , 2006 ; 115 ).

Herawati,seorang peneliti dari lembaga penelitian Eijkman berhipotesa bahwa penyebaran


penutur Austronesia di Nusantara terjadi sekitar 5.000 hingga 7.000 SM ke arah selatan.
Berdasarkan hipotesa Herawati tersebut maka dapat dipastikan Orang Indonesia yang bahasanya
masih satu rumpun dengan bahasa Austronesia dalam hal ini termasuk Orang Muna saat ini yang
menggunakan Bahasa Muna yang masih serumpun dengn bahasa Austronesia adalah
percampuran ras Weddoid ( migran pertama 60 – 50 ribu SM ) dan ras austronesia yang mulai
menghuni Kepuluan Nusantara sekitar 7.000 – 5.000 SM.
Arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Harry Truman Simanjuntak, mengatakan,
keberagaman manusia Indonesia dipengaruhi gelombang kedatangan dan jalur perjalanan yang
berbeda walaupun asal- usulnya tetap satu, yaitu dari Afrika (out of Africa). Pendapat Harry
Truman tersebut dikuatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Herawati Sudoyo. Dalam
studi genetika terbaru menunjukkan bahwa, genetika manusia Indonesia saat ini kebanyakan
adalah campuran, berasal dari dua atau lebih populasi moyang. Secara gradual, presentasi
genetikan Austronesia lebih dominan di bagian timur Indonesi

H. Anwar Hafid mengutip Razake mengungkapkan bahwa orang muna banyak memiliki
persamaan dengan ras Austro-Melanesoid (Razake, 1989 dalam H. Anwar Hafid, 2013). Di
Nusantara, Orang Muna memiliki kesamaan dengan penduduk di Kepulauan Banggai (Sulteng)
dan suku-suku di Nusa Tenggara Timur ( NTT ) dan Kepulauan Maluku. Kesamaan itu dapat di
identifikasi dari bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan rambut
(keriting/ikal).

Hal ini semakin diperkuat dengan kedekatan tipikal manusianya dan kebudayaan
dari suku-suku di Nusa Tenggara Timur dan di Kepulauan Banggai serta Maluku..
Masih menurut Hafid, ras Austro-Melanosoid ini merupakan kelompok migrant
terakhir yang datang di Kepulauan Sulawesi Tenggara dan merupakan nenek moyang
masyarakat di kepulauan tersebut.

Motif sarung tenunan di NTT, Kepulaun Banggai dan Muna memiliki kemiripan yaitu garis-garis
horisontal dengan warna-warna dasar seperti kuning, hijau, merah, dan hitam dan bentuk ikat
kepala juga memiliki kemiripan satu sama lain serta memiliki nama yang sama yakni ‘ Kampurui
‘. Demikian juga dengan bahasa, antara bahasa di daerah NTT, Maluku dan Muna banyak
memiliki kesamaan. Dalam hal makanan pokok serta kebiasaan dalam bercocok tanam dan lain-
lain, antara Orang Muna dengan masyarakat di NTT serta Maluku juga memiliki banyak
kesamaan. Banyaknya kesamaan tersebut semakin memperkuat keyakinan penulis, bahwa
penduduk di daerah-daerah tersebut benar memiliki kesamaan ras dengan Orang Muna.

Orang Muna juga memiliki kemiripan fisik dengan suku Aborigin di Australia. Sejak dahulu
hingga sekarang nelayan-nelayan muna, khususnya di Pulau Siompu, Kadatua dan Kepulauan
Talaga sering mencari ikan atau teripang hingga ke perairan Darwin. Hal ini membuktikan
adanya hubungan antara Orang Muna dengan Orang Aborigin di Australian. Telah beberapa kali
Nelayan Muna ditangkap di perairan ini oleh pemerintah Australia. Kebiasaan ini boleh jadi
menunjukkan adanya hubungan tradisional antara Orang Muna dengan suku asli Australia
Aborigin.

La Kimi Batoa dalam bukunya ‘Sejarah Kerajaan Muna’ terbitan Jaya Press Raha ( 1993 )
mengatakan bahwa penduduk asli Pulau Muna adalah O Tomuna dan Batuawu. O Tomuna
memiliki ciri-ciri berkulit hitam, rambut ikal tinggi badan antara 160- 165 Cm. Ciri-ciri ini
merupakan ciri-ciri umum suku-suku malanesia dan Aborigin di Australia .Suku-suku di
Indonesia yang memiliki ciri-ciri seperti ini mendiami wilayah Irian,.

Sedadangkan Batuawu berkulit Coklat berambut ikal dan tinggi tubuh berkisar 150-160 Cm.
Postur tubuh seperti ini merupakan ciri-ciri yang dimiliki suku-suku Polynesia yang mendiami
Pulau Flores dan Maluku. Sisa-sisa Orang Batuawu di Pulau Muna saat ini sebgian telah di
mukimkan di Desa Nihi Kecamatan Sawerigading wilayah administrasi Kabupaten Muna Barat.
Sedangkan sebagian lainnya masih hidup di dalam gua-gua di dalam hutan di wilayah Punto,
Desa Lagadi Kecamatan Lawa Muna Barat.

Idris Bolopari seorang tokoh masyarakat Muna ( Wawacara, 2015 ), mengatakan penghuni Pulau
Muna pertama kali adalah ras Negroit yang datang dari Daratan Tinggi Golan Afrik. Sayagnya
Indris Bolopari tidak menjelaskan secara pasti kapan ras Negroit itu datang ke Pulau Muna.
Masih menurut Idris Bolopari, mereka itulah penghuni gua-gua di Pulau Muna. Manusia dengan
ras negroit yang digambarkan Idris Bolopari ini besar kemungkinan merupakan penduduk asli
Pulau Muna seperti yang digambarkan oleh Sarasin bersaudara, Hargen dan La Kimi Batoa yang
dikenal dengan O Tomuna. Siasa – sisa sejarah peradaban ras Negroid tersebut dapat di lihat
pada lukisan dinding- dinding gua yang tersebar di daerah Kawuna-wuna ( Kopleks
Liangkobori ). Lukisan-lukisan pra sejarah yang ada di Kompleks Gua Liangkobhori tersebut
menurut Koasi telah berusia diatas 25.000 tahun.

Anda mungkin juga menyukai