Tugas Kimia Farmasi - FITRIANI
Tugas Kimia Farmasi - FITRIANI
FITRIANI
1913042010
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Farmasi yang berjudul “Rute
Pemberian Obat”. Dengan menyelesaikan tugas ini penulis diharapkan untuk lebih mengetahui
tentang apa sebenarnya jalur dan pemberian obat, keuntungan dan kerugian dari tiap jalur,
bentuk sediaan bagi jalur tiap pemberian.
Penulis sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan
datang. Penulis berharap, semoga makalah sederhana ini, dapat menjadi pengetahuan dan
informasi baru yang dikemas dalam bentuk singkat, padat dan jelas.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………….3
B. Rumusan Masalah…………………………………………4
BAB II. Tinjauan Pustaka
A. Jalur Pemberian Obat…………………………………….5
B. Keuntungan dan Kerugian Jalur Pemberian Obat………...11
C. Tepat Pemberian Obat…………………………………….13
D. Bentuk Sediaan Berdasarkan Jalur Pemberian Obat……...15
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang
berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah
yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut
berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya
dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.1
Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi
pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut:
a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik
b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama
c. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus
d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute
e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
f. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-macam rute
g. Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang
diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk
sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jika
obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang
bekerja setempat misalnya salep2
1
Katzug, Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed, 2003. PP. Hal 1567
2
Anief. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta. 2010. Hal 52
Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:
a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung, telinga
b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru
c. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing
dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut dalam cairan
badan
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jalur pemberian obat?
2. Apa keuntungan dan kerugian dari tiap jalur pemberian obat?
3. Bagaimana optimalisasi tepat pemberian obat?
4. Apa saja bentuk sediaan berdasarkan jalur pemberian obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Ibid, Hal 18-19
5
Ibid, Hal 19
yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butir darah.
Bahaya injeksi i.v. adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat kolida
darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini „benda asing‟ langsung
dimasukkan ke dalam sirkulasi , misalnya tekanan darah mendadak turun dan
timbul shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat,
sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena
itu setiap injeksi i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan, antara 50 dan
70 detik lamanya.
Infus tetes intravena dengan obat sering kali dilakukan di rumah sakit pada
keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolisme dan ekskresinya guna
mencapai kadar plasma yang tetap tinggi.
- Intra-arteri
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk “membanjiri” suatu
organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat
pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard.
- Intralumbal
Intralumbal (antara ruas tulang belakang), intraperitoneal (ke dalam ruang
selaput perut), intrapleural (selaput paru-paru), intracardial (jantung) ddan anti-
artikuler (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk
memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.
- Implantasi subkutan
Implantasi subkutan adalah memasukkan obat yang berbentuk pellet steril
(tablet silindris kecil) ke bawah kulit dengan menggunkan suatu alat khusus
(trocar). Obat ini terutama digunakan untuk efek sistemis lama, misalnya
hormon kelamin (estradiol dan testosteran. Akibat resorpsi yangh lambat, satu
pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5 bulan lamanya.
Bahkan dewasa ini tersedia implantasi obat antihamil dengan lama kerja 3 tahun
(Implanon, Norplant).
- Rektal
Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur) yang layak untuk obat
yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam lambung, biasanya dalam
bentuk suppositoria, kadang-kadang sebagai cairan (klisma: 2-10 mL, lavemen:
10-500 mL). Obat ini terutama digunakan pada pasien yang mual atau muntah-
muntah (mabuk jalan atau migrain) atau yang terlampau sakit untuk menelan
tablet. Adakalanya juga untuk efek lokal yang cepat, misalnya laksans (suppose,
bisakodil/gliserin) dan klisma (prednisone atau neomisin).
Sebagai bahan dasar (basis) suppositoria digunakan lemak yang meleleh pada
suhu tubuh (k.l. 36,80C), yakni oleum cacao dan gliserida sintetis (Estarin,
Wittepsol). Demikian pula zat-zat hidrofil yang melarut dalam getah rectum,
misalnya tetrasiklin, kloramfenikol dan sulfonamida (hanya 20%). Karena ini
sebaiknya diberikan dosis oral dan digunakan pada rectum kosong (tanpa tinja).
Akan tetapi, setelah obat diresopsi, efek sistemiknya lebih cepat dan lebih kuat
dibandingkan pemberian per oral, berhubung vena-vena bawah dan tengah dari
rectum tidak tersambung pada system porta dan obat tidak melalui hati pada
peredaran darah pertama, sehingga tidak mengalami perombakan First Pass
Effect. Pengecualian adalah bila obat diserap di bagian atas rectum dan oleh
vena porta dan kemudian ke hati. Misalnya thiazianium.
Dengan demikian, penyebaran obat di dalam rectum yang tergantung dari
basis suppositoria yang digunakan, dapat menentukan rutenya ke sirkulasi darah
besar. Suppositoria dan salep juga sering digunakan untuk efek local pada
gangguan poros usus misalnya wasir. Keberatannya ialah dapat menimbulkan
peradangan bila digunakan terus-menerus.
2. Efek Lokal
a. Intranasal
Mukosa lambung-usus dan rectum, juga selaput lendir lainnya dalam tubuh, dapat
menyerap obat dengan baik dan menghasilkan terutama efek setempat. Secara intranasal
(melalui hidung) digunakan tetes hidung pada selesma untuk menciutkan mukosa yang
bengkak (efedrin, ksilometazolin). Kadang-kadang obat juga untuk memberikan efek
sistemis, misalnya vasopressin dan kortikosteroida (heklometason, flunisolida).6
6
Ibid, hal 20
b. Intra-okuler dan Intra-aurikuler (dalam mata dan telinga)
Obat berbentuk tetes atau salep digunakan untuk mengobati penyakit mata atau telinga.
Pada penggunaan beberapa jenis obat tetes harus waspada, karena obat dapat diresorpsi
ke darah dan menimbulkan efek toksik, misalnya atropin.7
c. Inhalasi (Intrapulmonal)
Gas, zat terbang, atau larutan sering kali diberikan sebagai inhalasi (aerosol), yaitu obat
yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol. Semprotan obat dihirup dengan
udara dan resorpsi terjadi melalui mukosa mulut, tenggorokan dan saluran napas. Tanpa
melalui hati, obat dapat dengan cepat memasuki predaran darah dan menghasilkan
efeknya. Yang digunakan secara inhalasi adalah anestetika umum (eter, halotan) dan
obat-obat asam (adrenalin, isoprenalin, budenosida dan klometason) dengan maksud
mencapai kadar setempat yang tinggi dan memberikan efek terhadap brochia. Untuk
maksud ini, selain larutan obat, juga dapat digunakan zat padatnya (turbuhaler) dalam
keadaan sangat halus (microfine: 1-5 mikron), misalnya natriumkromoglikat,
beklometason dan budesonida.8
d. Intravaginal
Untuk mengobati gangguan vagina secara local tersedia salep, tablet atau sejenis
suppositoria vaginal (ovula) yang harus dimasukkan ke dalam vagina dan melarut di
situ. Contohnya adalah metronidazol pada vaginitis (radang vagina) akibat parasit
trichomonas dan candida. Obat dapat pula digunakan sebagai cairan bilasan.
Penggunaan lain adalah untuk mencegah kehamilan, di mana zat spermicide (dengan
daya mematikan sel-sel mani) dimasukkan dalam bentuk tablet busa, krem atau foam.9
e. Kulit (topical)
Pada penyakit kulit, obat yang digunakam berupa salep, krim, atau lotion (kocokan).
Kulit yang sehat dan utuh sukar sekali ditembus obat, tetapi resorpsi berlangsung lebih
mudah bila ada kerusakan. Efek sistemis yang menyusul kadang-kadang berbahaya,
seperti degan dengan kortikosterida (kortison, betametason, dll), terutama bila
digunakan dengan cara occlusi.10
7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid, Hal 21
10
Ibid
B. Keuntungan dan Kerugian Jalur Pemberian Obat
Secara umum, keuntungan dan kerugian dalam jalur pemberian obat adalah11
1. Oral
Keuntungan
- Sangat menyenangkan
- Biasanya harganya terjangkau
- Aman, tidak merusak pertahanan kulit
- Pemberian biasanya tidak menyebabkan stress
Kerugian
- Sulit bagi yang enggan menelan obat
- Rasa cenderung pahit
- Proses cenderung lama
2. Sublingual
Keuntungan
- Proses absorpsi cepat, langsung pada vena mukosa
- Bentuk kecil tidak ribet diletakkan pada bawah lidah atau pipi
Kerugian
- Pemakaian bisanya hanya untuk seseorang yang pingsan
- Dapat merangsang mukosa mulut
3. Rectal
Keuntungan
- Terhindar dari rasa pahit
- Absorpsi cepat karena langsung memasuki vena mukosa
- Cepat melebur pada suhu tubuh
Kerugian
- Pemakaian kurang menyenangkan
- Sediaan mudah tengik dan harus di jaga kesterilannya dari mikroorganisme.
4. Topical
Keuntungan
- Memberikan efek local
11
Nastity, Gemy. Farmakologi. Cakrawala Publishing; Yogyakarta. 2009. hlm. 46
- Efek samping sedikit
Kerugian
- Mungkin kotor dan dapat mengotori pakaian
- Cepat memasuki tubuh melalui abrasi dan efek sistematik
5. IM
Keuntungan
- Nyeri akibat iritasi kurang
- Dapat diberikan dalam jumlah yang besar dari pemberian SC
- Obat diabsorpsi dengan cepat
Kerugian
- Merusak barier kulit
- Dapat menyebabkan kecemasan
6. Sub Cutan
Keuntungan
- Kerja obat lebih cepat dari pemberian oral
Kerugian
- Harus menggunakan teknik steril karena merusak barier kulit
- Diberikan hanya dalam jumlah kecil
- Lebih lambat dari pemberian intaramuscular
- Lebih mahal dari obat oral, beberapa obat dapat mengiritasi jaringan kulit dan
menyebabkan nyeri
- Dapat menimbulkan kecemasan
7. Intar Dermal
Keuntungan
- Absorpsi lambat
- Digunakan untuk melihat reaksi alergi
Kerugian
- Jumlah obat yang digunakan harus kecil
- Merusak barier kulit
8. IV
Keuntungan
- Efek kerja cepat
Kerugian
- Terbatas pada obat dengan daya larut tinggi
- Distribusi obat mungkin dihambat oleh sirkulasi darah yang menurun
9. Inhalasi
Keuntungan
- Pemberian obat melalui saluran pernapasan
- Obat dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar
Kerugian
- Obat dimaksudkan pada efek setempat
- Menghasilkan efek sistemik
- Hanya digunakan untuk saluran pernapasan
12
Priyanto. Farmakologi Dasar. Leskonfi:Yogyakarta. 2008. Hlm. 17-19
sering terjadi jika perawat memberikan obat yang disiapkan oleh perawat lain atau
pemberian obat melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau label yang jelas. Harus
diusahakan menyiapkan sendiri obat yang akan diberikan.
3. Tepat Waktu
Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat yang tidak tepat
waktu. Banyak obat yang pemberiannya menuntut harus tepat waktu. Misalnya pada kasus
gawat darurat henti jantung, efinefrin diberikan setiap 3-5 menit, jika tidak dipatuhi akan
menghasilkan kadar obat yang tidak sesuai. Kekurangan atau kelebihan keduanya sangat
berbahaya. Termasuk tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat melalui
injeksi (bolus atau lambat) atau pemberian melalui infus. Banyak obat yang menuntut harus
tepat waktu pemberian obat terlalu cepat atau lambat dapat berakibat serius. Contoh
dopamin harus diberikan antara 2-10 g/kg/menit, atropin harus diberikan melalui injeksi
IV bolus (cepat). Pemberian dopamin secara bolus dapat menimbulkan kematian,
sedangkan pemberian atropin secara lambat akan memperparah brandikardi (perlambatan
denyut jantung) yang paradoksial. Adenosin yang mempunyai waktu paruh (t1/2) sangat
pendek harus diberikan dengan cepat supaya efektif.
4. Tepat dosis
Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek yang
berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak-anak, lansia atau pada orang
obesitas. Perhitungan dosis secara cermat harus dilakukan
juga pada obat yang diberikan melalui infus, termasuk perhitungan kecepatan tetesan setiap
menitnya.
5. Tepat rute
Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk kedalam tubuh. Jalur pemberian
yang salah dapat berakibat fatal atau minimal obat yang diberikan tidak efektif. Sebagai
contoh epinefrin diberikan secara subkutan pada pasien asma karena diabsorbsi secara
lambat dan dapat berefek kira-kira 20 menit. Jika diberikan secara injeksi IM akan
menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokonstriksi berlebihan selain pasien juga
tidak akan mendapatkan manfaat dari cara pemberian ini. Ketika diminta memberikan
efinefrin secara subkutan dan diberikan secara injeksi IV dapat menimbulkan efek
detrimental pada pasien dewasa karena peningkatan kebutuhan oksigen di jantung.
Sebaliknya pemberian obat secara subkutan untuk pengurangan rasa sakit yang seharusnya
diberikan secara injeksi IV akan menyebabkan perlambatan efek atau obat kurang efektif.
6. Tepat Dokumentasi
Aspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena sebagai sarana untuk
evaluasi. Menurut beberapa ahli, dokumentasi merupakan bagian dari pemberian obat yang
rasional. Pemberian obat yang harus didokumentasikan meliputi nama obat, dosis, jalur
pemberian, tempat pemberian, alasan pemberian obat, dan tandatangan yang memberikan.
13
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 707-712
Tablet yang disalut dengan coklat sebetulnya sudah kuno. Anak-anak sudah
salah sangka dikira permen. Tablet yang disalut dengan gulayang
menyebabkan kerugian serupa.
Tablet bersalut lapis tipis
Tablet yang disalut dengan lapisan tipis atau film sudah dikembangkan sebagai
suatu alternatif produsen untuk pembentukan tablet salut yang obatnya tidak
diperlukan dalam penyalutan.
Tablet kunya
Tablet kunya dimaksudkan untuk dikunya dimulut sebelum ditelan dan bukan
untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunya adalah untuk memberikan suatu
bukan pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau
orang tua yang mungkin sukar menelan obat utuh.
b. Tablet yang digunakan dalam rongga mulut14
Tablet buccal atau sublingual
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di dalam mulut agar dapat
melepaskan ibatnya sehingga di serap langsung oleh selaput lendir.
Traches dan lotenges
Kedua jenis ini adalah bentuk lain tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut,
penggunaan kedua jenis tablet ini dimasukkan untuk member efek local pada
mulut atau kerongkongan.
Kerucut gigi (dental cones)
Adalah suatu bentuk tablet yang cukup kecil dirancang untuk di tempatkan di
dalam gigi yang kosong setelah pencabutan gigi.
c. Tablet yang digunakan untuk membuat larutan15
Tablet effervercent
Tablet ini di masukkan untuk menghasilkan larutan secara cepat dengan
menghasilkan CO2 secara serentak.
Tabet Dispending (DT)
14
Ibid, Hlm. 713-714
15
Ibid, Hlm. 715-717
Tablet dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam air dengan volume larutan
oleh ahli farmasi atau konsumen untuk mendapat suatu larutan obat dengan
kosentrasi tertentu.
Tablet Hipodermik (HT)
Tablet ini terdiri dari suatu obat atau lebih dengan bahan yang lain dengan
secara larut dalam air dan dimasukkan untuk di tambahkan kedalam air yang
sehat/air untuk injeksi.
Tablet Triturasi (TT)
Biasanya kecil dan silindris dibuat dengan menuang atau dengan mengempa.
16
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri III. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 1177-1178
mudah mengering, mudah tercemari mikroba, mempengaruhi stabilitas bahan obat dan
masa lemak, serta dapat mengurangi resorpsi bahan obat
3. Sediaan Implantasi
Sediaan Implantasi yakni17
Tablet inplantasi atau tablet depo
Dimasukkan untuk ditanam di bawah kulit manusia dan hewan
4. Sediaan Parenteral
Sediaan Prenteral meliputi18
a. Obat, larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan nama: injeksi.
Contoh: Injeksi Insulin
b. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar, pengencer, atau
bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang
memenuhi persyaratan injeksi. Kita dapat membedakan dari nama bentuknya: steril.
Contoh: Sodium steril
c. Sediaan seperti tertera pada no. 2, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer,
atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya: untuk injeksi.
Contoh: Methicillin Sodium untuk injeksi.
d. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan
secara intravena atau ke dalam saluran spinal. Kita dapat membedakannya dari nama
bentuknya: suspensi steril. Contoh: Cortison Suspensi steril
e. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan pembawa
yang sesuai. kita dapat membedakan dari nama bentuknya: steril untuk suspensi
17
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 714
18
Ibid, Hlm. 1295
KESIMPULAN
Jalur Pemberian obat dikelompokkan berdasarkan efeknya. Efek sistemis meliptuti; oral,
sublingual, injeksi, implantasi dan rectal. Sedangkan efek local meliputi; intranasal, inhalasi,
intravaginal dan topical.
Setiap jalur pemberian memiliki keuntungan dan kerugian
Enam tepat pemberian obat meliputi; tepat pasien, obat, waktu, dosis, rute dan dokumentasi
Setiap jalur pemberiann obat memiliki bentuk-bentuk sediaan tertentu yang mendukung jalur
pemberian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, At Tibyan wal Ittikhaf Fi Ahkamis Shiyam Wal I’tikaf. Saudi Arabia: Darul Qiyam.
2003.
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008.
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri III. UIP: Jakarta. 2008.
Tjay, Tan Hoan, dkk. Obat-obat Penting. PT. Alex Media Komputindo; Jakarta. 2006.