Anda di halaman 1dari 3

Runtuhnya Kerajaan Majapahit Bersamaan Dengan Munculnya Kerajaan Demak

Indonesia merupakan suatu Negara dengan beragam suku dan agama didalamnya. Hal
tersebut membuat Indonesia “unik” dimata Internasional. Keberagaman suku dan agama di
Indonesia mengakibatkan banyak terjadi konflik internal diantara masyarakat dengan adanya
perbedaan yang ada. Hal tersebut mengharuskan masyarakatnya untuk bisa hidup berdampingan.

Seperti yang pernah terjadi diantara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak. Berdirinya
Kerajaan Demak beriringan dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit. Pada akhir abad ke-15
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah dengan ibukota berada di Kabupaten Demak Jawa
Tengah. Sedangkan Kerajaan Majapahit yang berpusat di Mojokerto Jawa Timur. Disaat
Kerajaan Demak berdiri Kerajaan Majapahit justru sedang dalam masa kemunduran.

Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di wilayah Asia pada masa itu.
Akhirnya mulai mengalami kemunduran hal tersebut dipengaruhi oleh adanya konflik internal.
Konflik internal yang terjadi di Kerajaan Majapahit disebabkan oleh perebutan kekuasaan antar
saudara atau kerabat kerajaan.

Konflik internal terus berlanjut hingga terjadi perang paregreg yang melibatkan dua kerabat
kerajaan, Yaitu Bhrawirabhumi dan Wikramawardhana. Wikramawardhana merupakan menantu
sekaligus keponakan Hayam wuruk. Pengangkatan Wikramawardhana mendapat pertentangan
dari sekutu dan pendukung dari Bhrawirabhumi. Bhrawirabhumi adalah putra Hayam Wuruk
dari salah seorang selir kerajaan Majapahit.

Pada masa kepemimpinan Wikramawardhana, banyak daerah wilayah kekuasaan Majapahit


yang melepaskan diri. Hal tersebut diperparah dengan terjadinya wabah kelaparan akibat perang
yang berlangsung lama. Selain itu Perang paregreg juga berpengaruh pada ekonomi, sosial, dan
politik Kerajaan Majapahit.

Setelah Hayam Wuruk wafat, Majapahit terbagi menjadi beberapa wilayah. Yakni wilayah
bagian barat dan timur. Bhrawirabumi mendapatkan kedudukan oleh ayahnya untuk memerintah
di daerah bagian timur, yaitu di daerah Blambangan. Sedangkan Wikramawardhana memegang
tempuk pemerintahan Majapahit menggantikan Hayam Wuruk.

Meskipun pada tahun 1400 M Wikramawardhana mengundurkan diri dari pemerintahan


menjadi seorang pendeta (Bhagawan) dan mengangkat anaknya yang bernama Suhita untuk
menjadi Raja Majapahit. Tiga tahun setelah Suhita menjabat menjadi Raja Majapahit
persengketaan semakin memuncak hingga terjadi peperangan yang disebut dengan perang
paregreg.

Dalam peperangan paregreg yang dipimpin oleh pihak Wikramawardhana ini berakhir pada
kemenangan dengan terbunuhnya Bhrawirabumi oleh Raden Gajah Mada. Kekelahan
Bhrawirabumi dalam perang paregreg menimbulkan dendam dikalangan pengikut
Wikramawardhana beserta keturunannya.

Masa pemerintahan Suhita berakhir 1447 M karena Suhita tidak mempunyai keturunan,
sepeninggalnya tahta kerajaan diduduki oleh adiknya Bhra Tumapel Dyah Kertawijaya. Setelah
itu, dilanjutkan oleh Bhra Pamotan yang menjadi raja dengan gelar Sri Rajasa Wardhana.
Setelah raja Sri Rajasa Wardhana wafat pada tahun 1453 M, selama tiga tahun singgah sana
Majapahit mengalami kekosongan dari tahun 1453-1456 M.

Kemudian Dyah Surya Wikramawardhana menaiki tahta kerajaan yang kemudian digantikan
oleh anaknya Rana Wijaya yang bergelar Girindrawardhana. Pada masa pemerintahannya, Rana
Wijaya berusaha menyatukan kembali seluruh wilayah kekuasaan Majapahit yang terpecah-
belah. Untuk melaksanakan cita-citanya mempersatukan kembali seluruh wilayah Majapahit,
Rana Wijaya harus menggulingkan Bhra Kertabumi yang sedang berkuasa di wilayah Majapahit
bagian timur.

Maka dari itu pada tahun 1478 M raja Rana Wijaya mengadakan penyerangan terhadap raja
Bhra Kertabumi yang berakhir dengan gugurnya Bhra Kertabumi (Brawijaya 5). Gugurnya Bhra
Kertabumi ini disimpulkan dengan menyebutkan Candra Sengkala “sirno ilang ketaning bumi”
yang dijadikan tahun keruntuhan Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak.

Pada tahun 1518 M Majapahit runtuh karena serangan dari Demak. Keterangan di atas
menepis anggapan bahwa Demak sebagai keturunan Majapahit ternyata tega menyerangnya,
karena yang diserang oleh Demak adalah dinasti kedua bukan dinasti yang menurunkannya. Jadi,
secara de jure Majapahit sudah runtuh pada tahun 1478 M dan secara de facto baru pada tahun
1518 M.

Pada tahun 1478 M, Majapahit jatuh. Dan secara langsung telah menandai berdirinya
kerajaan Demak. Sedangkan yang menjadi sultan Demak pada waktu itu ialah Raden Patah.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa
(“Pesisir”). Demak pada mulanya adalah salah satu Kadipaten yang dikuasai oleh Majapahit,
namun Demak hadir sebagai kekuatan baru pada waktu itu, menggantikan kejayaan Majapahit
yang mulai mengalami masa kemunduran.

Kerajaan ini diakui sebagai pelopor penting penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan
Indonesia pada umumnya, Meskipun tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran
karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1560, kekuasaan
Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir/Hadiwijaya. Salah satu
peninggalan bersejarah Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh
para Wali Songo.
Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara
(dibaca “Bintoro” dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi bagian kota Demak di Jawa
Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak
Bintara. Pada masa raja ke-4 (Sunan Prawoto), keraton dipindahkan ke Prawata (dibaca
“Prawoto”) dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak Prawata. Sepeninggal Sunan Prawoto,
Arya Penangsang memerintah kesultanan yang sudah lemah ini dari Jipang-Panolan (sekarang
dekat Cepu). Kotaraja Demak dipindahkan ke Jipang dan untuk priode ini dikenal dengan
sebutan Demak Jipang.

Keinginan orang-orang Islam terwujud. Demak Bintara menjadi ke-Khalifah-an Islam


pertama di Jawa. Tapi, pemberontakan dari berbagai daerah, tidak bisa diatasi olehPemerintahan
Demak. Wilayah Majapahit yang dulu luas, kini terkikis habis. Praktis, wilayahDemak Bintara
hanya sebatas Jawa Tengah saja. Kemakmuran, kesejahteraan, kedamaianseolah menjauh dari
Demak Bintara. Darah terus tertumpah tiada habisnya. Perebutankekuasaan silih berganti.
Nusantara semakin terpuruk. Semakin tenggelam dipeta perpolitikandunia.

Disusul kemudian, pada tahun 1596 Masehi, Belanda datang ke Jawa. Nusantara
semakinmenjadi bangsa tempe! Semenjak Majapahit hancur, hingga sekarang, kemakmuran
hanyamenjadi mimpi belaka.Kapan Majapahit bangkit lagi? Kapan Nusantara akan disegani
sebagai Macan lagi?Menangislah membaca sejarah bangsa kita. Menangislah kalian karena
kalian sendiri yangtelah lalai terlalu bangga membawa masuk ideologi bangsa lain yang tidak
sesuai dengantanah Nusantara

Anda mungkin juga menyukai