Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pemahaman Diri adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. “Who am I ?” artinya siapa saya?.
Pertanyaan itu sangatlah sederhana, tetapi mungkin memerlukan jawaban yang mendalam,
karena banyak aspek yang harus diungkap. Aspek-aspek tersebut baik yang menyangkut
kelebihan maupun kekurangannya, yang meliputi aspek : fisik, psikis, minat, bakat, cita-cita,
kebutuhan-kebutuhan pokok serta gaya hidup yang diinginkan.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling sempurna juga
sebagai makhluk yang unik. Dikatakan sebagai makhluk paling sempurna karena manusia
diberikan akal dan pikiran yang dinamis untuk selalu berkembang, berinovasi sekuat tenaga.
Sedangkan makhluk hidup lainnya seperti hewan, tumbuhan secara kodrati seperti rutinitas
dalam hidupnya yaitu makan,minum,beranak..siklus mereka hanya begitu saja.
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang unik karena antara yang satu dengan lainnya
berbeda. Bahkan bayi kembar berapun jumlahnya, mereka mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Itulah kebesaran Allah SWT sebagai sang Khaliq. Oleh karena itu kegiatan
memahami diri merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap insan dalam mencapai
kesuksesan hidup.
Semakin banyak individu mampu mengenali dirinya, maka ia semakin dalam untuk
menyenangi dirinya sendiri. Ia juga dapat memahami perasaannya dan juga memahami
berbagai alasan pentingnya sesuatu bagi dirinya. Kegiatan memahami diri adalah berusaha
mencermati diri secara keseluruhan, bukan hanya sekedar kemampuan dan ketidak mampuan
dalam melakukan sesuatu.
Pada sekarang ini karir menjadi hal penting, banyak sekali orang yang gagal dalam
karirnya dan menjadi pengangguran. Anak muda tidak tahu bagaimana berkarir dengan baik.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu memberikan
bimbingan dan pelatihan guna menyiapkan anak didiknya untuk dapat menjadi anggota
masyarakat yang mampu dan bertanggung jawab, di samping menjadi anggota yang aktif dan
tenaga kerja yang tangguh. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat untuk
mendapatkan sumber bekal yang dapat membuka dunia bagi mereka, orang tua memandang
sekolah sebagai tempat bagi anaknya untuk mengembangkan kemampuan menjadi sosok
yang trampil dan mampu sehingga siap memasuki tenaga kerja yang trampil, pemerintah
berharap agar sekolah mampu mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang
cakap.
Dalam usaha untuk mempersiapkan anak didiknya, sekolah diharapkan memberi
layanan bimbingan. Layanan bimbingan ini bertujuan untuk memandirikan dan
mempersiapkan anak didik untuk terjun ke dalam masyarakat.
Bimbingan dan konseling memiliki beberapa layanan yang salah satunya adalah
layanan bimbingan karir. Layanan bimbingan karir ini diharapkan dapat membina anak didik
dalam memilih karirnya di masa depan, sehingga kebingungan dalam memilih karir dapat
teratasi.

B.     RUMUSAN MASALAH
Untuk membatasi pembahasan makalah ini,  penulis merumuskan masalah dalam
makalah ini antara lain :
1.      Terkait dengan pemahaman diri :
g.      Apa Pengertian Pemahaman Diri?
h.      Apa Tujuan Pemahaman Diri?
i.        Apa Ciri-ciri Siswa yang Memahami Dirinya?
j.        Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Siswa?
k.      Apa Aspek-aspek pemahaman diri?
l.        Bagaimana Teknik dan Strategi Pemahaman diri?
2.      Terkait dengan bimbingan karir karir :
h.      Apa pengertian bimbingan karir?
i.        Bagaimana Sejarah Bimbingan Karir?
j.        Apa Fungsi Bimbingan Karier?
k.      Apa Prinsip-prinsip Bimbingan Karier?
l.        Bagaimana Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier?
m.    Apa Problem atau Masalah Bimbingan Karir?
n.      Apa Faktor yang mempengaruhi Pemilihan Karir?

C.    TUJUAN PENULISAN
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui :
3.      Terkait dengan pemahaman diri :
m.    Pengertian Pemahaman Diri
n.      Tujuan Pemahaman Diri
o.      Ciri-ciri Siswa yang Memahami Dirinya
p.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Siswa
q.      Aspek-aspek pemahaman diri
r.        Teknik dan Strategi Pemahaman diri
4.      Terkait dengan bimbingan karir karir :
o.      pengertian bimbingan karir
p.      Sejarah Bimbingan Karir
q.      Fungsi Bimbingan Karier
r.        Prinsip-prinsip Bimbingan Karier
s.       Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier
t.        Problem atau Masalah Bimbingan Karir
u.      Faktor yang mempengaruhi Pemilihan Karir
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemahaman Diri Siswa
1. Pengertian Pemahaman Diri
Pemahaman diri banyak diperbincangkan oleh banyak orang dan setiap orang
mengartikan pemahaman diri menurut cara pandang mereka masing-masing.
Maslow menyebutnya personal meaning yang dimuat Kira pada yahoo
answermenggambarkan bahwa meaning dialami dari aktualisasi diri, individu yang
termotivasi untuk mengetahui alasan atau maksud dari keberadaan dirinya. Ia juga
mengatakan bahwa setiap individu memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhannya dari
yang sederhana sampai kebutuhan yang kompleks. Aktualisasi diri adalah pencapaian suatu
potensi terbesar dalam diri, menjadi yang terbaik yang dapat dilakukannya, dan mencapai
tujuan hidup dirinya.[1]
Selalin itu Baumeister mengatakan bahwa meaning mengandung beberapa bagian
kepercayaan yang saling berhubungan antara benda, kejadian dan hubungan. Baumeister
menekankan bahwa meaning pada akhirnya memberikan arahan, intensi pada setiap individu,
di mana perilaku menjadi memiliki tujuan , daripada hanya berperilaku berdasarkan insting
atau impuls.
Maria Antoinete menjelaskan bahwa orang yang memahami diri adalah mereka yang
memiliki tujuan hidup, memiliki arah, rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada (eksis),
identitas diri yang jelas dan kesadaran sosial yang tinggi.[2]
Pemahaman diri adalah suatu cara untuk memahami, menaksir karakteristik, potensi
dan atau masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu.[3]
Menurut Santrock, Pemahaman diri (self – Understanding) adalah gambaran kognitif
remaja mengenai dirinya, dasar, dan isi dari konsep diri remaja.[4]
Menurut Hartono pemahaman diri siswa SMA adalah pengenalan secara mendalam
atas potensi-potensi dirinya yang mencakup ranah minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap
yang mana pengenalan siswa atas pribadinya sendiri mencakup dua sisi yaitu pengenalan
siswa atas keunggulannya dan pengenalan siswa atas kekurangannya sendiri. Kekuatan
merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki siswa baik yang bersifat potensial maupun
aktual. Kekuatan siswa menggambarkan keunggulan, kehebatan pribadi siswa, sedang
kekurangan siswa adalah sejumlah keterbatasan yang dimiliki siswa. Kekurangan siswa
menggambarkan ketidak mampuan siswa yang menjadi hambatan siswa dalam meraih cita-
cita.[5]
   Dalam modul layanan informasi tentang pemahaman diri yang disusun oleh tim
konselor RSMABI Jawa Tengah menggambarkan bahwa pengelanan terhadap diri sendiri
merupakan kemampuan seseorang dalam mengeksplorasi potensi diri sendiri yang terdiri dari
potensi fisik dan potensi psikis. Potensi psikis yaitu kelebihan pada anggota badan, panca
indera beserta kekuatan/ kualitasnya, sedangkan potensi psikis yaitu seluruh kemampuaqn
dan kekuatan  yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan  kemampuan kejiwaan antara
lain : intelektual(IQ), bakat, minat, dan sifat, ciri-ciri kepribadian.[6]
Sumber lain, dalam materi kuliah perencanaaan karier menyatakan tujuan materi
pemahaman diri adalah membantu siswa mengeksplorasi kemampuan/ bakat, miatnya, nilai-
nilai kepribadian dan kemampuan emosioalnya dalam rangka memahami diri dalam
kaitannya dengan memasuki dunia kerja.[7]
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa pemahaman diri adalah suatu situasi
yang dialami individu dimana seseorang mengenal tentang potensinya baik potensi fisik
maupun potensi psikisya sehingga individu memahami arah dan tujuan hidupnya atau cita-
cita. Potensi fisik yaitu sejumlah kemampuan yang ada pada anggota badan dan panca indra
individu sedangkan potensi psikis individu mencakup minat, abilitas, kepribadian, nilai dan
sikap. Pemahaman yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada pengenalan siswa atas
keunggulannya saja tetapi juga mencakup pengelan siswa atas kekurangan yang ada dalam
diri.
2.  Tujuan Pemahaman Diri
Pemahaman diri merupakan aspek penting bagi siswa SMA. Siswa yang memahamai
dirilebih memiliki peluang yang besar dalam meraih cita-cita dari pada siswa yang belum
mengenal dengan baik akan diri mereka sendiri, karena mereka yang memahami diri telah
memahi kemampun, minat, kepribadian, dan nilai termasuk kelebihan dan kekurangan yang
ada dalam diri mereka sehingga mereka memiliki arah dan tujuan hidup yang realistis dimana
mereka memilliki cita-cita yang sesuai dengan potensi diri.
Menurut Muhamat Farid ketika seseorang mengetahui kondisi dan gambaran tentang
dirinya maka dia akan dapat menjalani hidupnya dengan nyaman dan juga memiliki rasa
percaya diri yang kuat karena sudah memiliki pandangan diri yang jelas.[8]
Dalam materi kuliah yang disusun di Universitas Negeri Malang dengan materi
pemahaman diri ditujukan agar siswa mampu mempersiapkan diri dalam memasuki dunia
kerja, sehingga dapat mencapai kesuksesan dalam karier.
Pemahaman diri atau disebut knowing yourself oleh Levinson, Ohler, Caswell dan
Kiewra merupakan aspek penting dalam pengambilan keputusan  selanjutnya kemampuan
siswa dalam pengambilan keputusan karier merupakan wujud nyata dari kematangan
perkembangan karier siswa.[9] Sedangkan kematanngan karier menurut Super memilki enam
dimensi, yaitu; (1)  dimensi membuat pilihan karier, (2) dimensi kompetensi khusus tentang
mencari informasi karier dan keterampilan-keterampilan membuat perencanaan karier, (3)
dimensi konsistensi pilihan-pilihan, (4) dimensi pengenbangan konsep diri, (5) dimensi
kebebasan membuaat keputusan karier, dan (6) dimensi konsistensi membuat pilihan yang
realistis berdasarkan tujuan pribadi.[10]
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa tujuan pemahaman diri bagi siswa
adalah:
a.       Mampu mengeksplorasi potensi diri mereka yang mencakup: minat, abilitas, dan cita-
citasehingga individu dapat merencanakan karier yang sesuai dengan potensi diri.
b.      Siswa bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam memasuki dunia kerja. Dengan persiapan
yang matang individu dapat mencapai kesuksesan dalam berkarier.
c.       Siswa mencapai kematangan dalam perkembangan karier
d.      Siswa mampu mengambil keputusan karier secara mandiri
3. Ciri-ciri Siswa yang Memahami Dirinya
Siswa SMA merupakan usia dimana seseorang mencapai kematangan kariernya.
Kematangan karier bagi siswa terbukti bila mereka mampu mengambil keputusan karier
secara mandiri, dimana kemandirian itu tidak pernah terlepas dari pengaruh pemahaman diri
siswa.
          Menurut Bastaman menjelaskan dalam diri seseorang yang memahami diri
terjadi meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat
untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik.[11]
Almond mereka yang memahami diri yaitu; (1). Orang yang percaya bahwa hidupnya
bermakna , secara positif pasti meyakini konsep-konsep tertentu, seperti humanistik,
religiusitas, atau idiosyncratic yang berhubungan dengan makna kehidupan, (2).
Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk mencapai
arah dan tujuan hidup mereka, (3). Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna ,
entah hidup mereka sudah bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan
hidupnya, (4). Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri seseorang ,
akan muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan rasa bangga terhadap
kehidupan mereka.[12]
Muhamat Farid, dalam tesisnya yang dimuat pada blog menjelaskan bahwa ketika
seseorang mengetahui kondisi dan gambaran tentang dirinya maka dia akan dapat menjalani
hidupnya dengan nyaman dan juga memiliki rasa percaya diri yang kuat karena sudah
memiliki pandangan diri yang jelas. [13]
    Dalam sumber yang sama dijelaskan juga bahwa percaya diri terkait dengan
(1) self-concept yaitu bagaiman Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan,
bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda
mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan, (2). Self-esteem: sejauh mana Anda punya
perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan
bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang
bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda, (3). Self- efficacy: sejauh mana Anda
punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau
menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general
Self-efficacy atau sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam
menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy, (4).Self-confidence;
sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan
sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu
adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.
Rahmat Arif Gunawan menjelaskan dalam blognya bahwa sebuah perjuangan besar
yang harus dilalui seseorang dalam kehidupan adalah memahami diri, dengan memahami
seseorang akan mampu mencapi kesuksesan. Menurutnya pemahaman diri bias dicapai
dengan jalan berfikir positif dan memiliki kebiasaan yang efektif.[14]
Dari uraian-uraian diatas penulis dapat menyimpulkan siswa yang memahami diri
memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
a.   Percaya diri
Dalam kamus istilah Bimbingan dan konseling yang ditulis Thantaway percaya
diriadalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada
dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. [15]
Menurut Hakim rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk
bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang
yang memiliki kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan
mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang
mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan
akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.[16]
Hakim juga mengemukakan cirri individu yang percaya diri sebagai berikut:
1)         Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu;
2)         Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai;
3)         Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi.
4)         Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi;
5)         Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya;
6)         Memiliki kecerdasan yang cukup;
7)         Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup;
8)         Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya
ketrampilan berbahasa asing;
9)         Memiliki kemampuan bersosialisasi;
10)     Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik;
11)     Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam
menghadapi berbagai cobaan hidup;
12)     Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar,
sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup. [17]
b. Befikir positif, dengan cirri sebagai berikut:
1)      melihat masalah sebagai tantangan
2)      menikmati hidupnya
3)      pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
4)      mengenyahkan pikiran negatif segeraa setelah melintas di pikiran
5)      mensyukuri apa yang dimilikinya, bukan berkeluh kesah.
6)      tidak mendengarkan gosip dan isu yang tidak tentu
7)      Tidak banyak “excuse”, langsung action.
8)      Menggunakan bahasa positif, optimis.
9)      Menggunakan bahasa tubuh yang positif
10)  peduli pada citra diri sendiri           
c. Memiliki kebiasaan yang efektif, dengan cirri sebagai berikut:
1)      Menjadi proaktif
2)      Merujuk pada tujuan akhir
3)      Mendahulukan yang utama
4)      Berpikir dan bertindak menang-menang
5)      Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti
6)      Mewujudkan sinergi
7)      Melakukan evaluasi  
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Siswa
Pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan
kekurangan) di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang turut
mempengaruhi pemahaman diri ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup. Kepribadian yang
terbuka berkonstribusi positif terhadap pemahaman diri, sedangkan kepribadian yang tertutup
adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Faktor eksternal (lingkungan) yang
mempengaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan sekolah.
Menurut Hurlock masa remaja dikatakan sebagai masa transisi karena belum
mempunyai pegangan, sementara kepribadianya masih menglami suatu perkembangan,
remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisiknya. Remaja masih labil dan
mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Remaja sebagai bagian dari generasi penerus
yang menjadi tonggak sebagai individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga
memiliki pemahaman tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap
orang dalam menjalani kehidupannya, sehingga di peroleh suatu gambaran yang jelas tentang
dirinya dan supaya sremaja bias menjalankan apa yang sudah didapatkannya.[18]
Pada kesempatan ini penulis lebih menekan pada pengaruh lingkungan sekolah
terhadap pemahaman diri siswa terletak pada peran kepala sekolah, sataf administrasi, guru
mata pelajaran, dan peran konselor sekolah dalam melaksanakan program bimbingan dan
konseling. Program bimbingan yang dilaksanakan oleh konselor sekolah mencakup empat
bidang antara lain; bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karier, dan bimbingan
belajar. Untuk mewujudkan tujuan bimbingan di sekolah, konselor perlu melaksanakan
berbagai kegiatan layanan bantuan dimana salah satunya adalah layanan informasi.
Pemahaman diri siswa di pengaruhi oleh pelaksanaan layanan informasi dalam bidang
bimbingan karier, yang mana materi dalam pemberian informasi kepada siswa mencakup,
potensi diri (minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap) serta kekuatan atau kelebihan dan
kekurangan/ kelemahan diri.
5.      Aspek-aspek pemahaman diri
Banyak aspek yang harus dipahami oleh seseorang[19], diantaranya :
                                  a.   Aspek Fisik
Seluruh anggota badan individu termasuk bagian-bagiannya. Artinya individu harus
mengenali dan memahami kondisi jasmaniahnya dengan segala potensinya. Apakah kondisi
jasmani semua sehat ? Apakah kondisi jasmaniahnya normal dan sebagainya. Hal ini penting
agar individu mampu mengambil keputusan dengan tepat dan mampu menyikapi hidup ini
dengan benar.
                                  b.   Aspek Psikis,
Adalah yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan individu.Bagaimana kecerdasannya,
bagaimana emosinya.Sehingga individu mampu menyikapi pilihan-pilihan karir dan masa
depan juga mampu menempatkan dirinya dalam berhubungan dengan orang lain
                                   c.   Aspek Minat.
Minat adalah rasa tertarik yang kuat terhadap obyek tertentu. Hal ini penting untuk dipahami
individu,karena dengan adanya minat yang kuat terhadap obyek pilihan maka prestasi,
keberhasilan yang diharapkan mudah tercapai demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu
perlu penanaman minat terhadap diri individu terhadap berbagai obyek positif,sehingga
timbul rasa menyenangi dengan motivasi tinggi.
                                  d.   Aspek Bakat.
Bakat adalah kemampuan yang dibawa oleh seseorang sejak lahir dan bersifat menurun
( genetik ). Pentingnya individu memahami bakat ini adalah agar individu mampu
mengembangkan dirinya secara optimal. Bakat akan cepat berkembang dengan baik apabila
ditunjang dengan sarana dan prasarana. Oleh karena itu peran semua masyarakat untuk
memberi wadah penyaluran bakat-bakat terpendam positif sehingga memunculkan putra-putri
berbakan di tanah air kita.
                                  e.   Aspek Cita-cita.
Cita-cita adalah gambaran diri yang ada pada diri seseorang. Ada yang menyebut “Potret
Diri” seseorang. Artinya apabila individu mengatakan dengan lisan, misalnya : “Cita-cita
saya ingin menjadi TNI/POLRI”. Individu harus memahami apakah dirinya sudah memiliki
potret diri menjadi seorang TNI/POLRI..Sudah tergambarkah secara keseluruhan dalam diri
individu kriteria , syarat-syarat dan sebagainya yang mutlak harus dipenuhi untuk bisa
menjadi anggota TNI/POLRI. Hal ini penting untuk dipahami dengan cermat gambaran
dirinya,sehingga ia benar-benar mampu dan dapat memilih karir sesuai dengan cita-citanya.
                                    f.   Aspek Kebutuhan-kebutuhan Pokok
Hal ini penting juga untuk dipahami oleh individu,kebutuhan-kebutuhan pokok seperti apa
yang diinginkan dalam menjalani kehidupan ini. Apakah hidup ini hanya untuk makan atau
makan untuk hidup.Apakah individu hanya menginginkan kebutuhan jasmani saja, atau
individu disamping perlu kebutuhan-kebutuhan untuk jasmani,juga memerlukan kebutuhan
bathin, dan sebagainya. Misalnya : makan,minum,keamanan, kasih sayang,
rekreasi,aktualisasi diri,sosialisasi,dan sebagainya. Oleh karena itu individu perlu
menentukan kebutuhan-kebutuhan pokok seperti apa yang diinginkan dalam hidup ini.
                                  g.   Aspek Gaya Hidup
Gaya hidup yang diinginkan oleh masing-masing orang berbeda antara satu dengan lainnya.
Ada yang ingin bergaya hidup elite, ada yang ingin bergaya hidup biasa-biasa saja atau
bergaya hidup sederhana. Oleh karena itu gaya hidup atau “life style”,ini perlu dipahami
dengan benar. Individu hendaknya menyesuaikan dengan kemampuannya,sehingga dalam
menyikapi hidup ini tidak diperbudak oleh hawa nafsunya.Ketrampilan, kerja keras,
pengalaman dan sebagainya akan mempermudah untuk memutuskan gaya hidup seseorang.
Pada aspek pribadi, ada 3 masalah yang sering dihadapi oleh siswa yaitu :
a.       Merasa rendah diri dengan wajah yang kurang cantik/cakep.
Untuk masalah rendah diri dengan wajah yang kurang cantik ini, lebih menonjol pada
masalah kurang kepercayaan diri (kurang PD). Siswa-siswi SMA sering mengalami masalah
ini, bahkan kebanyakan orang-orang merasa tidak PD dengan wajah mereka yang dianggap
tidak cantik/cakep.
Untuk mengatasi hal ini ada beberapa hal yang perlu kita terapkan pada diri kita
sendiri, yaitu :
1)      Tidak menghiraukan siapa yang memandang kita.
2)      Percaya diri sajah dengan apa yang kita miliki.
3)      Lakukan aktifitas dengan baik.
4)      Tunjukkan sesuatu yang menurut anda merupakan kelebihan yang anda punya,
5)      Jika kulit wajah anda gelap ( hitam ) pakailah bedak yang sewajarnya.
6)      Jika kulit badan anda gelap ( hitam ) pakailah pakaian yang warnanya tidak
bertolak belakang dengan warna kulit anada, misalnya warna kuning, merah, hijau dan
orange. Cobalah memakai pakaian dengan motif warna coklat, krem, atau pink muda.
7)      Usahakan kulit anda tidak kusam dan anda selalu tampil dengan keadaan yang sederhana
namun membwa kesan yang anggun.
Dengan adanya beberapa hal diatas tadi, masalah  kurang percaya diri dengan wajah
anda yang kurang cantik/cakep akan sedikit membantu anda ketika anada mengalami masalah
tersebut.
Dalam masalah ini kita dapat mengembangkannya dalam bentuk layanan informasi.
Dimana didalam layanan ini terdapat bebrapa informasi yang diberikan oleh seorang guru BK
terhadap siswa untuk menghindari masalah tersebut. Dengan adanya informasi diatas siswa
bisa menghindari masalah Merasa rendah diri dengan wajah yang kurang cantik/cakep.

b.      Mudah putusa asa (frustasi) apabila mengalami kegagalan.


Untuk masalah mudah putus asa atau frustasi apabila mengalami kegagalan, siswa
dapat merasakan hal ini, ketika siswa melakukan sesuatu hal atau misi sederhananya dalam
melakukan suatu aktifitas. Untuk mengatsi masalah ini ada satu contoh kasus yang bisa
dijadikan pelajaran buat anda.
Disebuah sekolah ada seorang siswa duduk dibangku kelas III SMA yang saat itu
menjalani UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN). Ketika pengunguman berlangsung, ia tidak
lulus ( gugur ). Ia mersa kecewa dan sedih sekali. Ia mersa putus asa ketika ia mengalami
kegagalan. Ia pun merasa stress bahkan frustasi saat itu. Ia mengurung diri didalam
kamarnya, ia tidak mahu makan dan ia tidak mau berbicara dengan siapapun, ia merasa malu
dengan apa yang ia dapatkan sekarang.
Hari demi hari berlalu ia pun sedikit mahu untuk keluar kamar dan mahu berbicara
dengan orang-orang disekitarnya, walaupun ia tidak seceria dulu. Tiba-tiba ada seorang
temannya mengajaknya untuk berjalan-jalan sedikit. Dipersimpangan jalan ia melihat ada
sebuah tempat yang melakukan audisi presenter. Ia mersa mampu dan ia ingin sekali
mengikuti audisi tersebut. Melihat semangat yang ia tunjukkan temannya pun membantunya
untuk mengikuti audisi tersebut. Berkat semangat dan kepercayaan dirinya, ia pun lulus dan
berhasil menjadi raner up 1 dalam audisi prenter tersebut. Kini ia menjadi seorang presenter
berbakat yang tampil dari satu acara ke acara lain. Walaupun bukan hal itu yang ia cita-
citakan.
Dari cerita diatas saya harap anda dapat mengambil contoh kasus tersebut dan
mengembangkannya dalam kehidupan anda ketika anda mengalami masalah tersebut. Dengan
adanya layanan Konseling kelompok siswa dapat mencurahkan isi hatinya dan masalah
pribadinya kepada seorang guru BK yang ada disekolah masing-masing. Dengan adanya
layanan ini kita dapat memberikan solusi dari masalah yang mereka alami. Terlebih lagi
dalam mengatasi masalah keputus asaan ketika mengalami kegagalan. Kita sebagai gruru BK
dapat memberikan ia motivasi, dorongan dan support yang bisa membantunya dalam
melewati masalah ini.
c.       Punya keinginan (cita-cita) yang kurang sesuai dengan kemampuan.
Semua orang punya impian dan cita-cita yang berbeda-beda. Manusia diciptakan
untuk memiliki impian dan mampu mewujudkannya. Bagaimana dengan seseorang yang
mempunyai cita-cita tapi tidak sesuai dengan kemampuannya?  Kita mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda. Jika kita hanya mempunyai keterbatasan kemampuan, maka kita
memandang sedikit apa yang menjadi kelebihan yang ada pada diri kita. Misalnya seorang
wanita. Sewaktu duduk dibangku SMA ia ingin duduk dibangku IPA, namun kemampuannya
tidak dapat menjangkau  jurusan tersebut. Cita-citanya ingin menjadi seorang dokter yang
professional dalam merawat masyarakat yang kurang mampu. Akan tetapi karena ia tidak
bisa menenpati jurusan IPA akhirnya ia memutuskan untuk menempati jurusan BAHASA. Ia
semakin hari terlatih dalam merangkai kata. Dan ia bercita-cita sebagai satrawan. Walaupun
menurutya ini bukan cita-cita utamanya. Namun ia menyadari walaupun cita-citanya ingin
menjadi seorang dokter dan kemampuannya tidak sampai disitu, akan tetapi dengan ia
menyadari bahwa ia ingin memiliki kelebihan dalam mengarang sebuah karya, maka ia
memtuskan untuk menjadi seorang sastrawan. Walaupun begitu, ia tetap belajar ilmu
kedokteran dan akan dimuat dalam tulisannya disebuah buku yang ia buat sendiri.
Masalah ini dapat kita kembangkan dengan menggunakan layanan yang ada di BK
yaitu layanan penempatan dan penyaluran. Guru BK dapat memberikan layanan ini dengan
cara memberikan solusi dengan menyadarkan siswa bahwa ia memiliki kelebihan yang dapat
ia gunakan untuk menggapai cita-citanya yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Masing-
masing orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
6.      Teknik dan Strategi Pemahaman diri[20]
Teknik Pemahaman Individu terdiri dari teknik tes dan teknik non tes. Tes dan non tes
merupakan salah instrument untuk memahami individu dalam keseluruhan layanan konseling.
Masing-masing instrument tersebut memiliki karakteristik dalam penggunaannya. Teknik-
teknik tersebut, diantaranya:
a. Teknik Tes
 Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, pada umumnya tes yang digunakan untuk
memperoleh data klien adalah tes inteligensi, tes bakat, tes kepribadian (minat,
kecenderungan kepribadian), dan tes prestasi belajar.
 Hasil tes akan mempunyai makna sebagai informasi bagi klien jika tes tersebut
dianalisis dan dinterpretasi, dalam arti tidak hanya berhenti pada penyajian sekor yang
diperoleh seorang klien. Untuk kepentingan konseling, hasil tes dapat digunakan sebelum
konseling, pada saat proses konseling, dan setelah konseling sebagaimana dikatakan oleh
Super dan Bordin.[21]
 Pada tahap sebelum konseling hasil informasi tes digunakan konselor sebagai bahan
pertimbangan, yaitu untuk menentukan jenis layanan apakah yang akan diberikan konselor
kepada klien, untuk menentukan fokus masalah yang dialami klien, dan sebagai salah satu
bahan diagnosis dari proses yang berkesinambungan dan dipadukan dengan hasil analisis
yang lain. Misalnya informasi dari teknik non testing : observasi, wawancara, sosiometri,
kuesioner, biografi.
 Pada tahap proses konseling informasi hasil tes digunakan untuk menafsirkan
prognosis dengan memberikan alternatif-alternatif tindakan tentang pendekatan, metode,
teknik, dan alat mana yang digunakan dalam upaya membantu pemecahan masalah yang
dialami klien. Berdasarkan hasil tes konselor mendapatkan pelengkap data khususnya
mengenai sifat-sifat kepribadian klien yang selama ini belum dapat terungkap melalui teknik
non tes, sehingga diharapkan hasil informasi tes tersebut dapat membantu kerangka berpikir
konselor di dalam merefleksi perasaan klien.
 Di samping itu, informasi hasil tes disampaikan kepada klien dengan harapan klien
lebih mengenali dirinya sendiri sehingga klien mampu mengembangkan harapan-harapan
yang realistis dalam proses konseling. Pada tahap akhir konseling informasi hasil tes
digunakan untuk memberikan bantuan dalam membuat keputusan-keputusan dan rencana-
rencana untuk masa depan dengan alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Selain itu juga
merupakan sumbangan yang berarti bagi klien untuk proses perencanaan dan pilihan tindak
lanjut, berkaitan tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan fakta sekarang yang ada.
b.      Teknik Non Tes
 Konselor pada umumnya memahami dan terampil menggunakan teknik non tes
dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Teknik non tes dimaksud antara lain
observasi, kuesioner, wawancara, inventori (DCM, AUM, ITP), dan sosiometri. Konselor
sejak kuliah sudah berlatih secara intensif menyusun dan menggunakan teknik non tes untuk
memahami individu dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling. Hal tersebut
berlanjut sampai mereka bekerja di lapangan. Sementara di sisi lain keterampilan
menggunakan teknik tes sangat terbatas karena tes terstandar sudah siap pakai, dan
penggunaannya terikat kode etik yang ketat sebagaimana disebutkan dalam Kode Etik Profesi
Bimbingan dan Konseling Indonesia.[22]
 Suatu jenis tes hanya diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya. Konselor harus selalu memeriksa dirinya apakah mempunyai
wewenang yang dimaksud. Adapun aturan-aturan konselor, diantaranya:
1)      Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang sifat atau ciri kepribadian
subjek untuk kepentingan pelayanan
2)      Konselor wajib memberikan orientasi yang tepat kepada klien dan orang tua mengenai alasan
digunakannya tes disamping arti dan kegunaannya
3)      Penggunaan suatu jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman atau petunjuk yang
berlaku bagi tes tersebut
4)      Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh dari klien
sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing wajib diperlakukan setara
dengan data dan informasi lain tentang klien
5)      Hasil testing hanya diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada hubungannya dengan usaha
bantuan kepada klien
 Rambu-rambu tersebut menyebabkan pembelajaran calon konselor berbeda dengan
teman-temannya di program studi Psikologi, yang dalam batas tertentu mereka memperoleh
mata kuliah konstruksi tes. Namun demikian, karena dalam pembelajaran calon konselor
lebih menekankan penguasaan konsep dan praksis teknik non tes, sudah barang tentu
konselor semestinya terampil menggunakan teknik non tes.
 Keterampilan konselor dalam teknik non tes semisal observasi, kuesioner,
wawancara, inventori (DCM, AUM, ITP), sosiometri; diperoleh mulai dari memahami
konsepnya, kekhasan tiap metode, menyusun instrumen, melakukan pengumpulan data
dengan metode tersebut, menganalisis dan menginterpretasi data, menggunakan hasil praktik
teknik non tes untuk pelayanan bimbingan dan konseling.
 Aplikasi instrumentasi teknik non tes oleh konselor pada umumnya dilakukan secara
terpadu, tidak menggunakan metode tunggal. Karena pada umumnya untuk memahami
individu secara utuh: potensinya, masalahnya, dan kemungkinan pengembangan pribadinya
tidak dapat diperoleh dari satu metode saja. Misalnya observasi tidak menjangkau data latar
belakang keluarga yang lebih tepat diungkap melalui kuesioner, sebaliknya kuesioner tidak
bisa mencatat aktivitas klien “secara on the spot” ketika mengikuti kegiatan tertentu di
sekolah; wawancara bisa lebih mendalami latar belakang mengapa seorang siswa memilih
dan menolak temannya satu kelas dari pada sekedar alasan memilih dan menolak temannya
yang tertulis dalam angket sosiometri.
Adapun strategi[23] dalam pemahaman diri dapat diterangkan sebagai berikut :
1.   Memahami karakteristik fisik
Fisik merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipahami dan dijadikan dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan karir atau berkarir. Tercakup ke dalam
faktor fisik yang perlu dipahami, antara lain, tinggi dan berat badan, bentuk tubuh, dan
kesehatan tubuh. Pentingnya faktor fisik tersebut dipahami terkait erat dengan
berbagai variabel diri yang dapat berpengaruh pada perkembangan seseorang, lebih-
lebih pada perkembangan karir masa depannya. Berkaitan dengan karir masa depan,
hampir semua bidang pekerjaan mensyaratkan adanya kriteria faktor fisik tertentu.
Misalnya, untuk menjadi pramugari diperlukan fisik yang relatif tinggi dengan tingkat
kesehatan yang relatif stabil.
2.   Memahami kamampuan dasar umum (IQ)
Kemampuan dasar umum atau IQ (Intelligence Quotion) adalah kemampuan
seseorang untuk memecahkan masalah dengan cepat. Jika kreativitas merupakan
kemampuan memecahkan masalah secara divergent, yakni dengan menggunakan
kemampuan berpikir dari berbagai arah, kecerdasan dalam arti intelligence merupakan
kemampuan memecahkan masalah secara konvergent, yakni kemampuan
memecahkan masalah dengan menggunakan berpikir memusat dan mendalam.
Inteligensi dibawa secara hereditas atau keturunan dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ini berarti inteligensi tidak mungkin berkembang dengan optimal tanpa lingkungan.
Namun ukuran inteligensi tidak bisa diubah oleh lingkungan. Jadi, lingkungan hanya
bersifat sebagai fasilitator perkembangan inteligensi dan tidak dapat mengubah
ukurannya.
Pengetahuan tentang ciri perilaku siswa dengan IQ tinggi amat penting dalam
kerangka pembelajaran di sekolah, termasuk dalam penyelenggaraan bimbingan karir.
Bagi siswa dengan IQ tinggi dimungkinkan untuk diikutsertakan dalam model
pembelajaran enrichment, yakni model pembelajaran pengayaan untuk memberi
peluang kepada siswa mengembangkan diri sesusai dengan kapasitas IQ nya yang
tinggi.
 3.  Memahami kemampuan dasar khusus (bakat)
Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Perbedaan itu terletak pada
jenis bakat, yang satu berbakat musik, yang lain berbakat mengoperasikan angka-
angka, dan yang lain lagi berbakat teknik. Selain itu, perbedaannya terletak pula pada
derajat atau tingkat pemilikan bakat tertentu.
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang berpotensi untuk dikembangkan
atau dilatih (Conny Semiawan, dkk. 1984). Ia menegaskan juga bahwa bakat
merupakan kemampuan yang inherent (telah ada dan menyatu) dalam diri seseorang
sejak lahir dan terkait dengan struktur otak.
Kemampuan itu biasanya dikaitkan dengan tingkat intelegensi seseorang yang
mencakupi pengertian hasil perkembangan semua fungsi otak, terutama apabila kedua
belahan otak kanan ataupun kiri berkembang seimbang dan optimal.
Seseorang dapat diketahui dan ditentukan bakatnya melalui tes, yang disebut tes
bakat. Tes bakat dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu  (1) tes bakat umum dan
(2)  tes bakat khusus. Tes bakat umum dirancang untuk mengungkap bakat dalam
jangkauan yang lebih luas, terutama kaitannya dengan tugas-tugas atau pekerjaan
sekolah. Tes bakat khusus antara lain tes bakat musik, bakat seni, bakat mekanika, dan
bakat klerikal.
Jenis tes bakat yang sering digunakan sampai saat ini adalah DAT (Defferential
Aptitude Tes), tes bakat pembedaan. Dengan tes ini seseorang dapat diketahui
bakatnya, misalnya bakat seni, bakat berbahasa, dan bakat eksak. Tes bakat ini biasa
dilakukan oleh psikolog dan konselor, seperti pada tes intelegensi. Namun guru secara
kasar atau sederhana, juga bisa menentukan siswa yang berbakat, dengan cara
menganalisis prestasi belajarnya melalui penilaian portofolio. Dengan portofolio dapat
diketahui nilai-nilai pelajaran yang paling baik. Umpamanya, nilai terbaik pada
pelajaran matematika, maka siswa tersebut bisa ditentukan secara sementara memiliki
bakat matematika atau eksak. Agar penilaian itu lebih akurat siswa harus di tes dengan
tes bakat DAT atau jenis tes lainnya.
Melalui tes DAT dapat dideteksi tujuh bakat berikut ini.
1.    Bakat berbahasa (verbal comprehension).
2.    Bakat mengingat (Memory)
3.    Bakat berpikir logis (Reasoning)
4.    Bakat pemahaman ruang (Spatial Faktor)
5.    Bakat bilangan (Numerical Ability)
6.    Bakat menggunakan kata-kata (Wored Fluency)
7.    Bakat mengamati dengan cepat dan cermat (Perceptual Speed)
 4.  Memahami minat
Arti Minat adalah ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu. Berbeda dengan
inteligensi dan bakat, determinan perkembangan minat adalah faktor lingkungan.
Akibatnya, minat cenderung berubah-ubah sesuai dengan tuntutan lingkungan, kecuali
jika individu sudah memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan diri pada
objek yang diminatinya.
Dalam kaitannya dengan karir, menurut Dillard (1985 : 6) minat berperan penting
untuk mengarahkan pilihan karir seseorang. Jika terjadi komplikasi pada minat,
individu cenderung kesulitan dan ragu dalam mengambil keputusan karir. Jika
keputusan karir diawali dengan keraguan, perjalanan karir individu cenderung
mengalami masalah. Oleh karena itu untuk mendapatkan keputusan karir yang tepat
asesmen terhadap minat sangat penting.
Minat seseorang dapat dikatahui melalui tes minat. Misalnya melalui tes minat yang
dikembangkan oleh Kuder (Dillard, 1992 : 6), yang kemudian dikembangkan oleh
Laboratorium PPB FIP UPI dengan nama Skala Minat Pekerjaan. Melalui tes ini
dapat diketahui beberapa area minat kerja seseorang, seperti Outdoor, Mechanical,
Computative, Scientific, Persuasive, Artistic, Literary, Musical, Social
service,  Clerical.

B. Bimbingan Karier
1. Pengertian Bimbingan Karier
Pengertian bimbingan karier menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Menurut Winkel Bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan /profesi tertentu serta
membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai
bagaian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman
belajar bidang studi.[24]
Menurut Marsudi Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu
program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu
individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-
kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.[25]
Menurut National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1973,
Bimbingan karier diartikan sebagai proses membantu dalam memilih pekerjaan,
mempersiapkan, memasuki dan memperoleh kemajuan di dalamnya.[26]
Menurut Rochman Natawidjaja (1990: 1), Bimbingan karir adalah suatu proses
membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan
gambaran tentang dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan gambaran diri tersebut dengan
dunia kerja itu untuk pada akhirnya dapat memilih bidang pekejaan, memasukinya dan
membina karir dalam bidang tersebut.
Menurut Mohamad Surya bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan
yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir, untuk memperoleh
penyesuaian diri yang sebaik-baiknya antara kemampuan dengan lingkungan hidupnya,
memperoleh keberhasilan dan perwujudan diri dalam perjalanan hidupnya.[27]
Dari beberapa pengertian di atas, ada beberapa kata yang sama yang perlu digaris
bawahi yaitu kata proses membantu, memecahkan masalah karir, memilih pekerjaan dan
penyesuaian diri. Dari ketiga kata ini dapat dirumuskan bahwa bimbingan karir adalah suatu
proses membantu individu dalam memecahakan masalah karir dan mempersiapkan individu
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Masalah karir yang dihadapi individu
seperti bingung dalam menentukan jurusan yang akan dipilih, bingung akan kemana setelah
lulus sekolah, dan lain sebagainya.
Menurut Munandir bimbingan karier adalah proses membantu siswa dalam hal
memahami dirinya, memahami lingkungan khususnya memahami lingkungan dunia kerja,
menentukan pilihan kerja, dan akhirnya membantunya dalam mewujudkan keputusan yang
diambilnya.[28]
Menurut Hartono, bimbingan karier adalah proses bantuan yang diberikan oleh
konselor kepada siswa dalam bentuk berbagai aktivitas bimbingan kelompok atau individual,
agar para siswa mampu mencapai pemahaman diri, pemahaman karier, dan mampu
memperoleh kemandirian dalam pengambilan keputusan karier, dapat meraih dan
mempertahankan kariernya dalam kehidupan di masyarakat.[29]
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bimbingan karier adalah suatu proses
bantuan yang diberikan oleh konselor kepada siswa dalam bentuk bimbingan kelompok atau
individu agar siswa dapat memahami dirinya, memahami karier, mandiri dalam
merencanakan dan menentukan karier hingga dapat meraih karier dan mempertahankan
kariernya dalam kehidupan di masyarakat.
2. Sejarah Bimbingan Karir
a. Bimbingan Karir Bermula dari Bimbingan Jabatan[30]
Istilah bimbingan karir bermula dari Isitilah vocational guidance,Istilah ini pertama kali
dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang
bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan. Pada awalnya penggunaan
istilahvocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan
mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang
diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Konsep bimbingan yang bermula di Amerika Serikat ini dilatari oleh berbagai kondisi obyektif
pada waktu itu, diantaranya :
1)      keadaanekonomi
2)      keadaan sosial, seperti urbanisasi
3)      kondisi ideologis,seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali danmenyebarkan pemikiran
tentang kemampuan seseorang dalam rangkameningkatkan kemampuan diri dan statusnya
4)      perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi
eksperimantal,
Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan vocational guidance yang
kemudian tersebar keseluruh Negara, termasuk ke Indonesia.Pada tahun 1951, para ahli mengadakan
perubahan pendekatan dari model okupasional occupational ke model karir (career ). Kedua model ini
memiliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada
model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan
pekerjaan. Sedangkan pada model karir, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan
pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang
lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut
dipertimbangkan.
Bimbingan karir tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah yang muncul,
akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaan.
 Penggunaan istilah karir didalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian
kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hattari (1983) menyebutkan bahwa istilah bimbingan karir
mengandung konsep yang lebih luas.
Bimbingan jabatan menekankan pada keputusan yang menentukan pekerjaan tertentu, sedangkan
bimbingan karir menitik beratkan pada perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan
keadaan dirinya dengan lingkungannya agar ia memperoleh pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari
segala peranan positif yang layak dilaksanakannya dalam masyarakat.
Berikut adalah poin-poin sejarah dari perkembangan bimbingan karir :
1.  Tahun 1898 : Jessie B. Davis dengan mendirikan Educational Career Conna Control dikota
Detroit.
2.   Tahun 1907 : Eli Weaver, menerbitkan buku yang berjudul : Choosing a Career pada tahun
1908.
3.   Tahun 1908 : Frank Parsons, mendirikan the Boston Vocational Bereau, untuk membantu
para pemuda memilih pekerjaan dan melatih guru-guru sebagai konseler pekerjaan. 
4.   Tahun 1909 : Parsons menerbitkan buku ‘Choosing a Vocational’
Parsons menjelaskan bahwa dalam memilih pekerjaan itu harus diperhatikan 3 faktor
terpenting, yaitu :
a)      Pengertian yang jelas tentang dirinya sendiri seperti bakat kemampuan, minat, ambisi,
keuntungan, hambatan yang dimiliki
b)      Pengetahuan tentang persyaratan jabatan dan kondisi untuk keberhasilan, keuntungan dan
kerugian kompensasi, kesempatan dan prospek dan suatu jabatan
c)      Penalaran yang benar terhadap hubungan dari kedua kelompok fakta tersebut diatas.
5.  Tahun 1920-1930, bimbingan diterima disekolah-sekolah, tidak hanya masalah jabatan saja
tetapi juga masalah pendidikan dari sosial.
6.  Pada akhir 1930 masalah bimbingan jabatan menjadi sangat penting lantaran timbulnya
masalah pengangguran, penempatan, perubahan teknologi, mobilitas dan perkembangan
jabatan. 
7.  Tahun 1910 – 1940, gerakan pengukuran inteligensi dan bakat khusus.
3. Tujuan Bimbingan Karier
Pelaksanaan bimbingan karier di sekolah, khususnya SMA bertujuan agar siswa dapat
memahami dirinya, memahami kariernya, dan mandiri dalam merencanakan karier serta
mandiri menentukan pilihan kariernya.
Menurut Hartono, tujuan bimbingan karier di SMA sebagi berikut: (1) siswa dapat
memahami dirinya dalam hal; minat, abilitaas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, serta
kelebihan dan kekurangan-kekurangannya, (2) siswa dapat memahami dunia kerja seperti
berbagai jenis karier dan peluang untuk mencapainya, (3) siswa dapat mempertemukan
potensi diri dan kesempatan-kesempatan alternatif pilihan karier yang sesuai dengan potensi
dirinya, (4) siswa dapat memperoleh kemandirian dalam membuat keputusan karier yang
sesuai dengan potensi dirinya dan mampu mengikuti pendidikan karier dengan baik, dan (5)
siswa dapat mengembangkan sikap positif terhadap pilihan kariernya, meraih dan
mempertahan kariernya dalam kehidupan masyarakat mendatang.[31]
Peters dan Shetzer mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu
siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing
hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat
dan minat yang dimilikinya.[32]
 Surya menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu
memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan
mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal.[33]
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan, tujuan bimbingan karier sebagai berikut:
(1) siswa dapat memahami dirinya sendiri yang mencakup; minat, abilitas, nilai-nilai dan
sikap, serta kelebihan dan kekurangan diri sendiri, (2) siswa dapat memahami tentang dunia
kerja, (3) siswa dapat mencapai kematangan karier yang meliputi: perencanaan karier,
pemilihan karier secara mandiri, dan dapat mengembangkan karier kearah yang lebih
optimal.
4. Fungsi Bimbingan Karier
Menurut James C. Hansen, dan kawan-kawan, ada empat fungsi utama bimbingan
dalam memberikan bantuan layanan bimbingan yang berkaitan dengan pilihan pekerjaan,
jabatan atau karier yaitu; (1) fungsi yang berkenaan dengan masalah penempatan. Di sini
petugas bimbingan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis
pekerjaan, dan keterangan adanya lowongan pekerjaan, serta pembahasan tentang
pengenbangan pekerjaan atau penciptaan pekerjaan baru. Semua ini bermanfaat sebagai
sumber informasi bagi klien yang memerlukannya. (2) berkenaan dengan menyesuaikan diri
terhadap pekerjaan yang sedang dijabat. (3) fungsi yang berkenan dengan kepuasan kerja
dalam menjabat suatu pekerjaan. Di sini sebelum seseorang memasuki suatu pekerjaan
tertentu terlebih dahulu dibahas mengenai segi positif dan segi negatif dari pekerjaan kepada
klien. Dengan pembahasan ini akan dapat dipertemukan antara unsur subyektif dan realistik,
sehingga klien dapat memahami faktor-faktor kepuasan kerja yang dijabat. (4) fungsi yang
berkenaan dengan masalah pergantian pekerjaan. Di sini petugas bimbingan bertugas
menangani klien-klien yang melepaskan pekerjaan atau jabatan, dan kemudian mencari
pekerjaan atau jabatan sebagai penggantinya.[34]
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan karier memiliki fungsi
sebagai berikut: (1) sebagai sumber informasi karier bagi siswa, (2) membekali siswa agar
mampu menyesuiakan diri dengan pilihan karier, (3) memberikan informasi kepada siswa
tentang segi positif dan negatif dari suatu karier, sehingga siswa mampu mentukan karier
yang realistik, (4) membantu siswa dalam menyelesaikan masalah masalah-masalah yang
berkaitan dengan karier
5. Prinsip-prinsip Bimbingan Karier
Menurut Hartono, prinsip-prinsip bimbingan karier[35] sebagai berikut :
a. Prinsip-primsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, yang mencakup:
1)      bimbingan karier melayani semua siswa tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
bangsa, agama, dan status sosial ekonomi,
2)      bimbingan karier berurusan dengan sikap dan tingkah laku siswa yang terbentuk dari aspek
kepribadian yang kompleks dan unik, oleh karena itu bimbingan karier perlu menjangkau
keunikan dan kommpleksitas pribadi siswa,
3)      untuk meningkatkan pelayanan bimbingan karier sesuai dengan kebutuhan siswa, perlu
dipahamai keunikan siswa dengan berbagai kekuatan, kelemhan dan permasalahan kariernya,
4)      setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seserorang siswa, mengandung faktor-faktor
yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak
seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan karier harus mempertimbangkan berbagai
aspek kepribadian itu, dan
5)      meskipun beberapa individu memilki persamaan dalam beberapa hal, perbedaan individu
harus dipahami dalam rangka upaya meamberikan bimbingan karier kepada mereka.
b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami siswa, meliputi:
1)      bimbingan karier berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan
fisik siswa dalam kaitannya dengan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan
pekerjaan terhadap kondisi mental dan fisik siswa, dan
2)      kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya merupakan faktor timbulnya masalah siswa yang
semuanya menjadi perhatian bimbingan karier.
c. Prinsi-prinsip yang berkenaan dengan program layanan, yang mencakup:
1)      bimbingan karier merupakan bagian integral dari pelayanan bimbingan dan konseling, oleh
karena itu program bimbingan karier harus selaras dan dipadukan dengan
programnbimbingan dan konseling sekolah
2)      program bimbingan karier harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan siswa, masyarakat,
dan kondisi sekolah,
3)      program bimbingan karier di sekolah disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan
yang terendah sampai yang tertinggi, dan
4)      pelaksanaan bimbingan karier perlu dievaluasi (assesment) secara teratur dan terarah.
d.  Pelaksanaan yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan, yang meliputi:
1)      bimbingan karier harus diarahkan untuk membantu siswa yang akhirnya mampu
membimbing dirinya sendiri (self help) dalam menghadapi masalah karier,
2)      dalam proses bimbingan karier keputusan yang diambil dan dilaksanakan siswa hendaknya
ataas keinginan siswa sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor atau pihak
lain,
3)      permasalahan karier siswa harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi,
4)      kerja sama knselor, guru-guru lain, dan orang tua sangat menentukan hasil bimbingan karier,
dan
5)      pengembangan program bimbingan karier dilakukan melalui pemanfaatan hasil evaluasi
(assesment) terhadap siswa yang mendapatkan bimbingan karier.
6. Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier
    a. Pengertian Layanan Informasi Bimbingan Karier
Layanan informasi di SMA yang dilaksanakan oleh konselor sekolah dapat
dilaksanakan melalui bimbingan kelompok dan individu. Dengan layanan informasi akan
secara langsung bisa membantu siswa dalam memahami dirinya tentang potensi yang
dimilikinya, minat, nilai-nilai dan sikap, kekuatan dan kelemahaman yang ada pada diri
mereka sendiri.
Menurut Dewa Ketut Pemberian informasi karier kepada para siswa di sekolah
hendaknya mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan individu siswa, sekolah, dan dunia kerja
atau lapangan kerja yang tersedia, serta dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan lain yang
berhubungan dengan perkembangan pribadi, pendidikan, dan sosial dari individu siswa.[36]
Hartono, (2010: 32)  menyatakan bahwa layanan inforamsi dapat dilaksanakan oleh
konselor sekolah kepada seluruh konseli yang berlangsung di dalam kelas melalui
komunikasi secara langsung, yang bertujuan agar konseli dapat memperoleh pemahaman
tentang diri yang mencakup: minat, kemampuan, keterampilan, kepribadian, sikap dan nilai-
nilai) serta kondisi dunia kerja yang mencakup: perkembangan dunia kerja, iklim kehidupan
dunia kerja, dan cara melamar pekerjaan.
b. Materi Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier
Dalam makalah ini penulis membatasi materi layanan informasi dalam bimbingan
karier yang diberikan kepada siswa yakni:   
1) Layanan informasi bimbingan karier dengan topik mengenal minat;
Minat, merupakan perasaan tertarik dari seseorang terhadap obyek atau kegiatan
tertetu. Menurut Hartono minat adalah suatu sikap ketertarikan individu pada suatu obyek,
aktivitas, perbuatan yang disertai adanya intensitas: perhatian, perasaan senang, dan
keterlibatan perilaku individu pada obyek, aktivitas atau perbuatan tersebut.[37]
Strong mengungkapakan empat elemen minat yaitu: (1). Cognition (kognisi)
merupakan atribut kualitatif minat pertama yang ditandai adanya perhatian atau atensi subyek
pada suatu obyek atau aktivitas, (2). Affection (afeksi) merupakan atribut kualitatif minat
kedua yang ditandai adanya perasaan senang terhadap suatu kegiatan atau aktivitas tertentu,
(3). Conation (konasi) merupakan atribut kualitatif minat ketiga yang perwujudannya dalam
bentuk adanya suatu kehendak pada aktivitas atau kegiatan yang diminati,
(4). Action (tindakan) merupakan atribut kualitatif minat yang keempat yang ditandai adanya
perbuatan/ kegiatan pada bidang yang diminati.[38] 
Hartono mengungkapkan ragam minat siswa mencakup tiga kelompok yaitu: (1).
Minat pada kegiatan intra kurikuler, (2). Minat pada bidang kegiatan ekstra kurikuler, dan
(3). Minat pada kegiatan karier. Dengan demikian sesorang dikatakan memiliki minat pada
suatu aktivitas jika orang tersebut mampu menunjukkan sikap tertariknya pada suatu
aktivitas. Dengan adanya layanan informasi dalam bimbingan karier diharapkan siswa
mampu mengenal minat mereka sendiri yang pada akhirnya siswa merasa tertarik untuk
mengembangkan minat yang ada dalam diri mereka dan menunjang dalam merencana dan
mengembangkan karier mereka.[39]
(b) Layanan informasi bimbingan karier dengan topik memahami abilitas;
Abilitas,  menurut Maltby, Gage & Berliner abilitas merupakan kemampuan individu
yang mencakup tiga aspek: Pertama, abilitas sebagai kemampuan untuk memahami obyek
abstrak seperti idea-idea, simbol-simbol, hubungan-hubungan, konsep-konsep, dan prinsip-
prinsip, Kedua, abilitas sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah seperti masalah
belajar, ekonomi, sosial, budaya dan masalah-masalah lain,Ketiga, abilitas sebagai
kemampuan untuk belajar seperti belajar matematika, belajat tentang bahasa, belajar tentang
komputer, belajar tentang sejarahm dan lain-lain. [40]
Hartono (2010:79), abilitas adalah sejauh mana kemampuan atau kecerdasan individu
dalam melakukan perbuatan atau aktivitas, perbuatan atau aktivitas tersebut mencakup
banyak hal seperti aktivitas untuk memahami sesuatu hal yang bersifat abstrak dan konkrit,
aktivitas untuk memecahkan masalah (problem solving), aktivitas belajar, dan aktivitas yang
dapat mengahasilkan produk yang berguna bagi masyarakat.
c) Layanan informasi bimbingan karier dengan topik memahami karakteristik kepribadian;
Kepribadian, kepribadian seseorang tergambar dari apa yang dia inginkan, dan apa
yang di lakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hartono, kepribadian
adalah (1). Sebagai suatu sistem yang terorganisir dari berbagai sifat-sifat yang unik yang
menentukan perwujudan perilaku seseorang, (2). Kepribadian bersifat dinamis artinya dapat
mengalami perubahan atas hasil interaksi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal,
dan (3). Kepribadian menggambarkan keunikan seseorang.[41]
Holand menguraikan tipe kepribadian sebagai berikut:
1)      Tipe realistis, orang yang memiliki tipe kepribadian realistis memiliki ciri-ciri:
suka hal-hal yang praktis, pemalu, tulus, patuh, berani berterus terang, rajin, materialis,
kurang terlibat dengan orang lain, suka pada sesuatu yang sudah pasti, dan suka kegiatan di
luar ruangan.
2)      Tipe intelektual, orang yang memilki tipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri: selalu
ingin tahu, serius, orisinil, berpendirian teguh, selalu disiplin, suka menyelidiki sesuatu,
optimis, berfikir yang kompleks, kurang bergaul dan menghargai pendekatan ilmiah.
3)      Tipe artistik, individu yang memiliki tipe kepribadian artistik memilki ciri-ciri:
suka santai, seederhana, sulit menyesuaikan diri, perasaan peka, mudah terpengaruh, idialis,
imajinatif, mudah emosional, ekspresionis, dan menghargai seni.
4)      Tipe sosisal, individu yang bertipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri: mudah
bergaul, mudah menyesuaikan diri, suka menolong, ramah, mudah memahami orang lain,
suka bekerja sama, peduli sesama, menghargai perbedaan, mudah membuat keputusan, dan
suka membimbing orang lain.
5)      Tipe usaha, orang yang bertipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri: percaya diri,
irit, rajin, mudah menyesuaikan diri, enerjik/lincah, suka manipulasi, mampu memimpin,
ingin berkuasa, dan orang yang berambisius.
6)      Tipe konvensional, individu yang bertipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri: patuh,
setia, suka hal-hal yang praktis, efisien, berbahasa yang baik, rajin, suka mengabdi, disiplin,
tidak suka hal-hal yang imajinatif, dan suka bekerja keras.
(d) Layanan informasi bimbingan karier dengan topik nilai-nilai dan sikap karier siswa.
Nilai dan Sikap, nilai dan sikap merupakan dua hal yang berbeda namun saling
berkaitan. Nilai merupakan keyakinan seseorang menegenai cara bertingkah laku terhadap
tujuan akhir dari individu, sedangkan sikap menurut Hartono sikap merupakan kecendrungan
merespon atau pernyaataan evaluatif seseorang kepada sesuatu hal. Nilai seseorang memiliki
orientasi seperti; orientasi diri, orientasi keluarga, dan orientasi sosial.[42]
Orientasi diri, menganggap sangat penting pertimbangan pribadi menjadi prioritas
dalam mengambil keputusan atau tindakan. Individu lebih mengutamakan pandakan pribadi
untuk memilih suatu tindakan seperti dalam memilih olah raga, pendidikan, keterampilan,
atau pekerjaan yang baik bagi dirinya.
Orientasi keluarga, pertimbangan dalam menentukan suatu tindakan itu baik atau tidak
perlu dilakukan atau tidak, lebih menekankan pada kepentingan keluarga. Individu dengan
orientasi nilai ini lebih memperioritaskan apakah suatu tindakan akan dilakukan atau tidak
lebih mengutamakan apakah tindakan tersebut menguntungkan atau justru dapat merugikan
keluarga.
Orientasi sosial, Pertimbangan individu dalam orientasi sosial ini menaruh nilai
tertinggi pada pandangan orang lain. Sesuatu akan dilakukan bila dengan tindakan tersebut
dapat membantu orang lain dan ia tidak akan melakukan bila mana tindakannya dapat
merugikan orang lain.
c)  Metode Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier[43]
Layanan informasi dapat diselenggarakan melalui berbagai cara seperti ceramah,
tanya jawab, dan diskusi selanjutnya dapat dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan
foto, film, video, dan peninjauan tempat-tempat atau objek-objek yang di maksud. Uraian
mengenai metode pemberian informasi bimbingan karier adalah sebagai berikut:
a)  Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan keterangan
atau informasi dan termasuk metode yang paling sederhana. Metode ceramah ini akan bagus
jika didukung dengan alat-alat dan media. Penyajian informasi ini dapat dilakukan oleh
konselor/ guru pembimbing, kepala sekolah, guru-guru dan dapat juga dengan mendatangkan
narasumber.
b)  Diskusi
Metode diskusi yaitu metode informasi untuk bertukar informasi, pendapat-pendapat
dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud-maksud mendapat pengertian
yang lebih jelas dan lebih cermat dengan topik yang dibahas. Di dalam diskusi siswa
didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin bahan informasi yang akan disajikan dan
guru pembimbing memberikan pengarahan ataupun melengkapi informasiinformasi yang
akan dibahas. Diskusi dapat menarik perhatian siswa jika dalam diskusi tersebut
menampilkan berbagai contoh dan peragaan.
c)  Karyawisata
Metode karyawisata yaitu metode yang dapat membantu siswa belajar dengan
menggunakan berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang dapat menunjang
perkembangan mereka, dan juga dapat membantu mengembangkan sikap-sikap terhadap
pendidikan, pekerjaan dan berbagai masalah dalam masyarakat.
d)  Buku Panduan
Metode buku panduan yaitu metode yang dapat digunakan untuk membantu siswa
dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna seperti buku panduan sekolah,
pekerjaan, selain itu juga siswa dapat diajak untuk membuat buku karier yang merupakan
kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan atau pendidikan dari koran atau
media cetak.
e)  Konferensi Karier
Metode konferensi karier yaitu metode yang melibatkan para narasumber baik dari
kepala usaha, jawatan atau dinas pendidikan untuk menyajikan tentang berbagai aspek
program pendidikan, latihan atau pekerjaan dengan melibatkan siswa sehingga terjadi suatu
tanya jawab dan diskusi. Pola yang diikuti dalam konferensi karier yaitu menyisihkan waktu
selama satu jam/ lebih di luar hari-hari sekolah setiap semester, menyediakan waktu sehari
penuh/ lebih setiap semester untuk mengadakan konferensi karier, dan menyediakan jadual
konferensi dengan mengadakan pertemuan sekali setiap minggu, serta mengadakan pekan
bimbingan karier selama satu minggu terus menerus.
Metode yang akan digunakan dalam makalah ini yaitu metode ceramah, diskusi dan
tugas disertai dengan tanya jawab sehingga terjadi suatu komunikasi langsung dua arah.
Dengan adanya metode tersebut siswa akan memperoleh kesempatan yaitu berupa
pengalaman dan informasi/ pengetahuan/ wawasan tentang dirinya sendiri yakni memahami
tentang potensi diri, dan kekuatan dan kelemahan diri sendri.
7. Problem atau Masalah Bimbingan Karir
Sadar tidak disadari dalam kehidupan kita pasti ada yang namanya sebuah tantangan,
begitupula dalam meniti sebuah karir inipun masih tidak dapat jauh dari sebuah masalah atau
sebuah tantangan. Tantangan dan masalah ini sebenarnya muncul dari diri, yang terletak dari
kekurangmampuan  dalam membuat pleaning sebuah karir. Menentukan keputusan akhir dan
menentukan karir ini membutuhkan suatu ketrampilan dan sebuah proses yang
dilatarbelakangi pemahaman individu terhadap dirinya atau jati dirinya  dan pengenalan
terhadap lingkungan pekerjaan yang ada di sekitarnya serta memadukan keduanya secara
tepat. Banyak para ahli yang telah mendeskripsikan beberapa gejala dalam bimbingan karir
ini, diantaranya adalah Williamson yang membagi gejala bimbingan karir menjadi empat
bagian :
a.       Individu tidak dapat memilih atau merasa tidak ada pilihan, karena tidak mampu
membedakan secara memadai atas pilihan karir dan komitmen terhadap pilihan itu (no
choice),
b.      Individu tidak merasa yakin atau dia merasa bimbang atas pilihan karirnya (uncertain
choice),
c.       Ketidakseleraan antara bakat atau minat individu dengan pilihan karirnya (unwise choice)
d.      Ketidakseleraan  minat dengan bakat individu (discrepancy).
Namun sebenarnya masih banyak lagi berbagai gejala atau masalah dalam bimbingan
karir yang perlu dicermati oleh seorang guru terutama dalam kaitannya upaya membantu
perencanaan karir peserta didik. Selama menempuh dunia pendidikan, individu berusaha
untuk sebisa mungkin mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
nantinya pasti akan dibutuhkan ketika mulai mencari kerja, secara asumtif dari proses ini
akan berlangsung biasanya sampai dengan usia 20 tahun. Dalam konteks jalur karir (carrer
path) Santamaria (1991) mengemukakan kalur karir pada empat tahap yakni, steady state,
linear, transitory dan spiral. Dari keempat jalur tersebut sangat erat kaitannya dengan proses
seseorang atau individu dalam meniti sebuah karir. Steady state, jalur ini memerlukan jangka
panjang dalam sebuah karir, linear yang ditandai oleh mobilitas yang konstan dalaam sebuah
karir, transitory yang ditandai dengan adanya pencarian karir yang lebih variatif dan spiral
yang ditandai dengan mobilitas karir secara lateral.
Dalam konteks lain bimbingan karir dapat ditempuh melalui jalur pendidikan, pekerjaan,
jabatan, profesi, hobi dan social pribadi. Sejumlah kompetensi dan potensi individu yang
memadai menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah karir baik kompetensi ataupun juga
potensi dari fisik, pribadi, social, intelektual, moral begitu juga spiritualnya.
Bimbingan karir di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan
pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya,
pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan
mengembangkan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karir di sekolah dasar juga terkait
erat dengan upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tak disukai,
kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri. Masalah karir yang terjadi pada siswa
sekolah biasanya adalah:
a.       Siswa SD selalu berpikir untuk masa depan (membayangkan dirinya akan menjadi apa)
namun belum mencapai tahap yang realistis.
b.      Siswa SD mempunyai cita-cita yang tinggi namun belum mengerti apakah itu sesuai denga
kemampuan para siswa.
c.       Sedangkan pada siswa SMP cara berpikir mereka telah realistis namun, akan ada sedikit
berkurangnya motivasi, karena bingung untuk menentukan dia akan menjadi apa nantinya.
d.      Dan pada masa SMP dia akan mulai mencoba mencari jati dirinya. Siswa akan terus
melakukan semua hal sampai menemukan jati dirinya, dan jika dia tidak diarahkan dengan
benar akan terjadi kebingungan identitas.
e.       Dan kebingungan lainnya (biasanya terjadi pada siswa SMP dan SMA) adalah ketika dia
memtuskan untuk tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya (terpaksa tidak bisa lanjut karena
suatu hal) apa yang akan dia kerjakan

7.      Faktor yang mempengaruhi Pemilihan Karir[44]


Kesulitan yang dialami siswa dalam memilih dan menentukan karir tidaklah dapat
dipungkiri, banyak siswa yang kurang memahami bahwa karir merupakan jalan hidup dalam
usaha mengapai kehidupan yang baik dimasa mendatang.
Faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam pemilihan karir antara lain:
1.        Faktor yang ada dalam diri siswa
Diantaranya adalah: tingkat intelegensi, sikap mental, Jenis kelamin, agama dan minat
terhadap suatu karir
2.      Faktor di luar siswa
Diantaranya; tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial masyarakat
Dari kedua faktor tersebut diatas merupakan faktor yang mendasar, namun masih
banyak lagi faktor yang menyertai kesulitan siswa dalam memilih karir.
Keberhasilan siswa dalam menentukan dan memilih karir amatlah ditentukan dari
kemampuan guru pembimbing memberikan gambaran dan memberikan keyakinan kepada
siswa tentang kemampuan dan potensi yang dimiliki serta mampu mengarahkan siswa
menuju karir yang sesuai dengan kemampuannya tersebut.
Dalam memberikan keyakinan dan munculnya kepercayaan siswa terhadap guru
pembimbing setidaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan
maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri
b.      Sikap positif dan wajar
c.       Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan
d.      Pemahaman siswa secara empatik
e.       Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu
f.       Penampilan diri secara asli dihadapan siswa
g.      Kekongkritan dalam menyatakan diri
h.      Penerimaan siswa secara apa adanya
i.        Perlakuan siswa secara premisive.Kepekaan terhadap parasaan yang dinyatakan oleh siswa
dan membantu siswa menyadari dari perasaan itu
j.        Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian makalah diatas, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
Terkait Pemahaman Diri
a.    Pengertian Pemahaman Diri pemahaman diri adalah suatu situasi yang dialami individu
dimana seseorang mengenal tentang potensinya baik potensi fisik maupun potensi
psikisya sehingga individu memahami arah dan tujuan hidupnya atau cita-cita.
b.   Tujuan Pemahaman Diri antara laian ;
1.      Mampu mengeksplorasi potensi diri mereka yang mencakup: minat, abilitas, dan cita-
cita sehingga individu dapat merencanakan karier yang sesuai dengan potensi diri.
2.      Siswa bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam memasuki dunia kerja. Dengan persiapan
yang matang individu dapat mencapai kesuksesan dalam berkarier.
3.      Siswa mencapai kematangan dalam perkembangan karier
4.      Siswa mampu mengambil keputusan karier secara mandiri
c.    Ciri-ciri Siswa yang Memahami Dirinya dainataranya Percaya diri, Befikir positif, Memiliki
kebiasaan yang efektif.
d.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri siswa di pengaruhi oleh pelaksanaan
layanan informasi dalam bidang bimbingan karier, yang mana materi dalam pemberian
informasi kepada siswa mencakup, potensi diri (minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap) serta
kekuatan atau kelebihan dan kekurangan/ kelemahan diri.
e.    Aspek-aspek pemahaman diri  meliputi  aspek fisik, psikis, minat, bakat, cita-cita,
kebutuhan-kebutuhan pokok, dan  gaya hidup.
f.    Teknik dan Strategi Pemahaman diri Teknik Tes dan Non Tes sedangkan strateginya
meliputiMemahami karakteristik fisik, Memahami kamampuan dasar umum, Memahami
kemampuan dasar khusus,  Memahami minat
           Terkait Bimbingan Karier
a.    Pengertian Bimbingan Karier
adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada siswa dalam bentuk
bimbingan kelompok atau individu agar siswa dapat memahami dirinya, memahami karier,
mandiri dalam merencanakan dan menentukan karier hingga dapat meraih karier dan
mempertahankan kariernya dalam kehidupan di masyarakat.
b.   Sejarah Bimbingan Karir
Istilah bimbingan karir bermula dari Isitilah vocational guidance,Istilah ini pertama kali
dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang
bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan
c.    Tujuan Bimbingan Karier
(1) siswa dapat memahami dirinya sendiri yang mencakup; minat, abilitas, nilai-nilai dan
sikap, serta kelebihan dan kekurangan diri sendiri, (2) siswa dapat memahami tentang dunia
kerja, (3) siswa dapat mencapai kematangan karier yang meliputi: perencanaan karier,
pemilihan karier secara mandiri, dan dapat mengembangkan karier kearah yang lebih optimal
d.   Fungsi Bimbingan Karier
(1) sebagai sumber informasi karier bagi siswa, (2) membekali siswa agar mampu
menyesuiakan diri dengan pilihan karier, (3) memberikan informasi kepada siswa tentang
segi positif dan negatif dari suatu karier, sehingga siswa mampu mentukan karier yang
realistik, (4) membantu siswa dalam menyelesaikan masalah masalah-masalah yang berkaitan
dengan karier
e.    Prinsip-prinsip Bimbingan Karier
bimbingan karier melayani semua siswa tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
bangsa, agama, dan status sosial ekonomi, bimbingan karier berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik siswa dalam kaitannya dengan pekerjaan, dan
sebaliknya pengaruh lingkungan pekerjaan terhadap kondisi mental dan fisik siswa,
dan bimbingan karier merupakan bagian integral dari pelayanan bimbingan dan konseling,
oleh karena itu program bimbingan karier harus selaras dan dipadukan dengan
programnbimbingan dan konseling sekolah,bimbingan karier harus diarahkan untuk
membantu siswa yang akhirnya mampu membimbing dirinya sendiri (self help) dalam
menghadapi masalah karier.
f.    Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier
Layanan informasi di SMA yang dilaksanakan oleh konselor sekolah dapat dilaksanakan
melalui bimbingan kelompok dan individu
g.   Problem atau Masalah dan Jalur Bimbingan Karir
1)      Individu tidak dapat memilih atau merasa tidak ada pilihan, karena tidak mampu
membedakan secara memadai atas pilihan karir dan komitmen terhadap pilihan itu (no
choice),
2)      Individu tidak merasa yakin atau dia merasa bimbang atas pilihan karirnya (uncertain
choice),
3)      Ketidakseleraan antara bakat atau minat individu dengan pilihan karirnya (unwise choice)
4)      Ketidakseleraan  minat dengan bakat individu (discrepancy).
h.   Faktor yang mempengaruhi Pemilihan Karir
1.        Faktor yang ada dalam diri siswa
Diantaranya adalah: tingkat intelegensi, sikap mental, Jenis kelamin, agama dan minat
terhadap suatu karir
2.      Faktor di luar siswa
Diantaranya; tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial masyarakat

DAFTAR RUJUKAN

Dewa Ketut Sukardi, Drs. 1994. Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia


Indonesia
Faqih, Aunur Rahim, 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Jogjakarta: UII
Press
Gibson, R. L. dan Mitchell, M.H. 1995. Intoduction to Counseling and Guidance,
Englewood Cliffs.  New Jersey : Prentice-Hall Inc.
http : google pemahaman diri
Marsudi, Saring. (2003). Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah, Surakarta:
MIlgram, Roberta M. 1991.  Counseling Gifted and Talented Children,
Noewood.  New Jersey : Ablex Publishing Corporation.
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta : PPTA –Ditjen Dikti
Depdikbud.
Sunaryo, Kartadinata. 1992. Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Murid
Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan. Bandung : Laporan Penelitian
Surya. 1988. Bimbingan Karier. Bandung : PPS UPI. Makalah tidak diterbitkan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Winkel, W.S dan M.M. Sri Hastuti.2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi
Pendidikan. Jakarta: Gramedia
http://fijanatin90.student.umm.ac.id/2010/01/29/cara-mengambil-keputusan/
http://suryarahadianto.wordpress.com/2011/02/12/take-it-or-leave-it/
http://www.iprasblog.com/masa-depan-adalah-dari-pilihan-hidup-anda/256
http://www.psikologizone.com/remaja-pekerjaan-dan-pemilihan-karir/06511269
http://distributorsukabuku.com/Agama/Shalat-Istikharah-Cara-Dahsyat-Menentukan-Pilihan-
Ideal-dan-Tep/flypage.tpl.html

Anda mungkin juga menyukai